Anda di halaman 1dari 2

Nama : Rama Akbar Ramadhan

NIM : C.1631201015
Prodi : Teknik Pertambangan/ Tk.3
Mata Kuliah : Kebijakan Pertambangan

Aturan-aturan Tentang Hilirisasi Pertambangan di Indonesia

Hilirisasi atau secara etimologi (Industri) hilir + -isasi (-asi) merupakan perkembangan industri
yang menghasilkan bahan baku (industri hulu) menjadi industri yang mengolah bahan menjadi barang jadi
(industri hilir). Baru-baru ini Pemerintah Republik Indonesia menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 1
Tahun 2017 terkait Perubahan Keempat PP Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha
Pertambangan Mineral dan Batubara (Minerba) yang ditandatangani secara langsung oleh Presiden Joko
Widodo terkait aturan hilirisasi kegiatan pertambangan di Indonesia. Berikut point penting yang terdapat
dalam PP Nomor 1 tahun 2017 :
1. Perubahan ketentuan tentang divestasi saham sampai dengan 51% secara bertahap. Divestasi ini
penting karena dengan diterapkannya PP ini maka semua pemegang kontrak karya dan IUPK dan
sebagainya wajib tunduk kepada Undang-undang No. 4 Tahun 2009 tentang Minerba yang wajib
untuk melakukan divestasi saham sampai 51% sejak masa produksi. Dalam PP No. 1 Tahun 2017
pasal 97 ayat 2 dinyatakan tahapan divestasi yakni :
- Tahun ke-6 = 20% (dua puluh persen)
- Tahun ke-7 = 30% (tiga puluh persen)
- Tahun ke-8 = 37% (tiga puluh tujuh persen)
- Tahun ke-9 = 44% (empat puluh empat persen)
- Tahun ke-10 = 51% (lima puluh satu persen)
2. Perubahan jangka waktu permohonan perpanjangan untuk izin usaha pertambangan (IUP) dan izin
usaha pertambangan khusus (IUPK) paling cepat 5 tahun sebelum berakhirnya jangka waktu izin
usaha.
3. Pemerintah mengatur tentang harga patokan penjualan mineral dan batubara (Minerba).
4. Pemerintah mewajibkan pemegang kontrak karya itu untuk mengubah izinnya menjadi rezim
perijinan pertambangan khusus operasi produksi.
5. Penghapusan ketentuan bahwa pemegang KK yang telah melakukan pemurnian dapat melakukan
penjualan hasil pengolahan dalam jumlah dan waktu tertentu; dan
6. Pengaturan lebih lanjut terkait tatacara pelaksanaan peningkatan nilai tambah dan penjualan
mineral logam akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri (PerMen).
Peraturan-peraturan baru terkait kebijakan hilirisasi mineral ini dibuat karena berakhirnya relaksasi
ekspor konsentrat (mineral olahan yang belum sampai tahap pemurnian) per 11 Januari 2017. Aturan
turunan untuk pelaksanaan PP 1/2017 juga telah diterbitkan, yaitu Peraturan Menteri ESDM Nomor 5
Tahun 2017 (PerMen ESDM 5/2017) dan Peraturan Menteri ESDM Nomor 6 Tahun 2017 (PerMen ESDM
6/2017). Sebenarnya Undang Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Mineral dan Batubara (UU Minerba)
telah menutup ekspor mineral mentah dan konsentrat sejak 11 Januari 2014. Namun pemerintah
memberikan relaksasi selama 3 tahun lewat Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2014. Kini relaksasi itu
pun telah lewat. Supaya hilirisasi mineral tetap dapat dijalankan negara tanpa merugikan perusahaan-
perusahaan tambang pemegang Kontrak Karya (KK), maka dibuatlah PP 1/2017, PerMen ESDM 5/2017,
dan PerMen ESDM 6/2017 setelah rapat yang dipimpin Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Kantor Presiden
pada 11 Januari 2017.
Berdasarkan peraturan baru ini, perusahaan-perusahaan tambang pemegang Kontrak Karya (KK)
tak bisa lagi melakukan ekspor konsentrat (mineral yang sudah diolah tapi belum sampai pada tahap
pemurnian). Sebab, PP 1/2017 menghapus pasal 112C ayat 3 di Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2014
(PP 1/2014) yang merupakan Perubahan Kedua PP 23/2010. Pasal yang dihapus itu merupakan dasar
hukum bagi pemegang KK untuk dapat mengekspor konsentrat. Agar dapat mengekspor konsentrat,
pemegang KK harus mengubah KK mereka menjadi Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) Operasi
Produksi. Hal ini diatur dalam Permen 5/2017 pasal 19 ayat 2. Saat ini ada 3 perusahaan tambang mineral
yang status kontraknya adalah KK, yaitu PT Freeport Indonesia, PT Amman Mineral Nusa Tenggara
(AMNT) sebelumnya bernama Newmont Nusa Tenggara, dan PT Vale Indonesia. Vale sudah memurnikan
mineral dan tak lagi menjual tambang mentah. Hanya Freeport dan AMNT yang masih butuh izin ekspor
konsentrat.

Anda mungkin juga menyukai