Proposal Skripsi
Proposal Skripsi
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Mencapai Derajat Sarjana S1
Jurusan Agronomi
Diajukan Oleh :
Diva Asih Raudya Tuzzahra
NIM. 201510200311135
Oleh:
Diva Asih Raudya Tuzzahra
NIM : 201510200311135
Disetujui Oleh:
A.n Dekan
Wakil Dekan I Ketua Jurusan
Dr. Ir. Aris Winaya, MM., M.Si Dr. Ir. Ali Ikhwan, MP.
NIP. 196405141990031002 NIP. 196410201991011001
ii
SKRIPSI
PENGARUH PENGGUNAAN MIKROORGANISME LOKAL
CANGKANG UDANG DAN KEONG MAS TERHADAP PERTUMBUHAN
DAN HASIL TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.)
Oleh:
Dewan Penguji :
Ketua dewan penguji/ Anggota dewan penguji I/
Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping
Dr. Ir. David Hermawan, MP., IPM Dr. Ir. Ali Ikhwan, MP.
NIP. 196405261990031003 NIP. 196410201991011001
i
SURAT PERNYATAAN
iii
PENGARUH PENGGUNAAN MIKROORGANISME LOKAL
CANGKANG UDANG DAN KEONG MAS TERHADAP PERTUMUHAN
DAN HASIL TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.)
ABSTRAK
iv
PENGARUH PENGGUNAAN MIKROORGANISME LOKAL
CANGKANG UDANG DAN KEONG MAS TERHADAP PERTUMUHAN
DAN HASIL TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.)
ABSTRAK
v
DAFTAR ISI
Lampiran Halaman
1. Hasil Uji Kandungan Unsur Hara MOL Cangkang Udang dan
Keong Mas. .....................................................................................40
2. Analisis Ragam Tinggi Tanaman pada Tanaman Bawang Merah
(MSA) .............................................................................................41
3. Analisis Ragam Jumlah Daun pada Tanaman Bawang Merah
(MSA). ............................................................................................42
4. Analisis Ragam Klorofil Daun padaTanaman Bawang Merah. ......43
5. Analisis Ragam Jumlah Umbi Per Tanaman pada Tanaman
Bawang Merah. ...............................................................................43
6. Analisis Ragam Berat Segar Umbi Per Tanaman pada Tanaman
Bawang Merah. ...............................................................................44
7. Analisis Ragam Diameter Umbi Per Tanaman pada Bawang
Merah. .............................................................................................44
8. Analisis Ragam Berat Kering Umbi Per Tanaman pada Tanaman
Bawang Merah. ...............................................................................45
9. Dokumentasi Kegiatan Penelitian. ..................................................46
BAB I. PENDAHULUAN
merah nasional terus mengalami peningkatan dari 1,011 juta ton pada tahun 2013
hingga 1,470 juta ton pada tahun 2017, tetapi pada tahun 2015 mengalami
penurunan produktivitas dari 1,234 juta ton pada tahun 2014 menjadi 1,229 juta
masih terbuka lebar karena kebutuhan bawang merah cenderung meningkat dari
untuk memenuhi kebutuhan bawang merah dalam negeri tetapi juga luar negeri,
dan menggantikan unsur hara yang habis terpakai dalam proses pertumbuhan,
perkembangan dan produksi suatu tanaman serta memperbaiki struktur tanah yang
1
mengembalikan struktur tanah dan zat hara tanah. Pemupukan yang ramah
mikroorganisme lokal (MOL). Pupuk organik merupakan pupuk yang terbuat dari
antara lain meningkatkan kesuburan kimia, fisik, dan biologi tanah, serta
(Marsono dan Sigit, 2000). Dalam hal ini penggunaan MOL (Mikroorganisme
Lokal) sangat dibutuhkan. MOL adalah larutan dari hasil fermentasi yang berasal
dari sisa-sisa pembusukan yang mudah terurai. Larutan MOL dapat digunakan
mengandung unsur hara mikro dan unsur hara makro. Dengan adanya MOL, maka
akan memudahkan petani dalam menggunakan pupuk cair yang bersifat organik
dan murah sehingga penggunaan pupuk kimia akan berkurang (Anam, dkk, 2018).
menjadi kompos/ pupuk organik). Disamping itu juga dapat berfungsi sebagai
2
Ekspor udang merupakan penyumbang devisa tertinggi dari sektor
berupa kepala, kulit, ekor dan kaki sebanyak sekitar 35%-50% dari berat awal.
udang, pengalengan udang, dan krupuk udang berkisar antara 30%-75% dari
lingkungan seperti bau yang menyengat dan estetika lingkungan yang kurang
salah satu upaya dalam mengurangi limbah udang yang dihasilkan dari pabrik
pengolahan udang. Sebagian besar limbah udang yang dihasilkan oleh usaha
pengolahan udang berasal dari kepala, kulit dan ekornya. Kulit udang
(Marganof, 2003).
Salah satu hama yang berbahaya bagi petani adalah keong mas. Dinamakan
keong mas karena warna cangkangnya yang kuning keemasan. Keong ini juga
sering disebut keong murbey karena telurnya yang bergerombol merah seperti
buah arbey/murbey. Keong ini berbahaya karena memakan batang padi, terutama
yang masih muda. Padi yang baru ditanam bisa dihabiskan dalam waktu singkat
(Nisa, dkk, 2016). MOL keong mas merupakan pupuk organik cair karena terbuat
dari bahan dasar organik seperti keong mas, air beras, dan air kelapa. Memiliki
kandungan protein, karbohidrat, kalori dan mineral seperti Na, Ca, K, P, Mg, Zn
dan Fe. Selain itu, MOL keong mas juga mengandung vitamin yang berperan
3
dalam proses pembentukan hormon dan berfungsi sebagai koenzim (Roesmawaty,
2018).
1.4 Hipotesis
4
3. Diduga dosis berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman
bawang merah.
5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
memiliki biji tunggal dan memiliki cirri akar serabut. Tanaman bawang merah
rendah memiliki umur hingga 60 - 80 hari setelah tanam (HST). Sedangkan untuk
bawang merah yang ditanam di dataran tinggi memiliki umur yang lebih lama
antara 25oC - 32oC. Pada suhu tersebut udara terasa agak panas, sedangkan suhu
rata-rata per tahun yang dikehendaki oleh tanaman bawang merah adalah 30oC.
Selain itu, iklim yang agak kering serta kondisi tempat yang terbuka sangat
membantu proses pertumbuhan tanaman dan proses produksi. Pada suhu yang
pembentukan umbi akan terganggu atau umbi terbentuk dengan tidak sempurna.
bawah 800 m di atas permukaan laut (dpl). Namun sampai ketinggian 1.100 mdpl
6
Pemanfaatan bawang merah sebagai bahan pangan terdukung oleh zat gizi
Indonesia, kandungan gizi dalam setiap 100 g umbi bawang merah meliputi 39
0,8 mg zat besi; 0,03 mg vitamin B-1; 2 mg vitamin C; dan 88 g air (Pitojo, 2003).
apikal yang berada pada ujung akar dan pucuk tunas, menghasilkan sel-sel pada
tanaman untuk tumbuh memanjang. Pertumbuhan primer terbagi atas tiga sistem
Pertumbuhan primer akan memacu akar dalam menembus tanah. Ujung akar
tanaman terdapat tiga zona, yaitu zona pembelahan sel, zona pemanjangan, dan
7
akan membentuk xilem dan pertumbuhan menuju luar akan membentuk floem.
meliputi tanah, iklim, air, spesies, dan teknis budidaya. Tanaman hijauan akan
tumbuh dan berkembang dengan baik ketika keasaman tanah dalam keadaan
normal, pada umumnya keasaman tanah optimal pada Ph 6,5 (Hasan, 2012).
Menurut Pracaya (2007), Supaya hidup subur, bawang merah harus ditanam
di tempat yang memenuhi syarat tumbuh. Syarat tumbuh yang penting meliputi
A. Iklim
Pada umumnya, bawang merah tumbuh baik di dataran rendah karena untuk
membentuk umbi memerlukan suhu yang tinggi. Suhu yang ideal sekitar 23o - 32o
tanaman tidak terlindung. Penyinaran yang semakin lama akan semakin baik
8
Waktu penanaman sebaiknya dilakukan pada musim kemarau. Penanaman
pada musim hujan dikhawatirkan tanah akan tergenang sehingga umbi busuk dan
B. Kesuburan Tanah
Tanah yang cocok untuk tanaman bawang merah adalah tanah lempung
berpasir, geluh (loam) berpasir, remah, tidak mudah tergenang air, gembur, subur.
Derajat keasaman tanah yang baik sekitar pH 6,0 – 7,0. Bila pH tanah < 6,0, perlu
dilakukan pengasaman dengan pemberian pupuk kandang yang cukup dan ditabur
Pupuk organik cair (POC) merupakan salah satu jenis pupuk organik yang
dapat digunakan dalam sistem pertanian organik. POC adalah larutan dari
pembusukan bahan-bahan organik yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan,
dan manusia yang kandungan unsur haranya lebih dari satu unsur. Kelebihan dari
pupuk organik cair adalah dapat secara cepat mengatasi defesiensi hara dan
mampu menyediakan hara secara cepat. Dapat dikatakan bahwa pupuk organik
cair merupakan salah satu bahan yang sangat penting dalam upaya memperbaiki
kesuburan tanah. Salah satu pupuk organik cair adalah Mikroorganisme Lokal
mengandalkan organisme lokal. MOL juga sering disebut Pupuk Organik Cair
(POC). MOL dapat menjadi alternative lain sebagai usaha dalam membebaskan
9
tanaman dari pengaruh tidak baik yaitu residu kimia yang selama ini digunakan
oleh masyarakat untuk menyuburkan tanaman (Nisa, dkk, 2016). Membuat larutan
1. Karbohidrat
mikroorganisme bisa diperoleh dari air cucian beras, nasi bekas, singkong,
2. Glukosa
mikroorganisme yang bersifat mudah dimakan. Glukosa bisa didapatkan dari gula
pasir, gula merah, molase, air gula, air kelapa, dan lain-lain.
3. Sumber Bakteri
tanaman anatara lain: buah-buahan yang busuk, sayur-sayuran busuk, keong mas,
nasi, rebung bambu, bonggol pisang, urin kelinci, pucuk daun labu, tape singkong,
dan buah maja. Larutan mikroorganisme lokal tidak hanya mengandung satu jenis
10
menghasilkan energi dan bereproduksi dengan sendirinya. Larutan MOL adalah
larutan hasil fermentasi yang berbahan dasar dari berbagai sumber daya yang
tersedia setempat baik dari tumbuhan maupun hewan. Larutan MOL mengandung
unsur hara mikro dan makro dan juga mengandung bakteri yang berpotensi
Pupuk organik yaitu pupuk yang terbuat dari bahan-bahan organik yang
fisik, dan biologi tanah, serta mengandung zat pengatur tumbuh yang penting
untuk pertumbuhan tanaman (Marsono dan Sigit, 2000). Penggunaan pupuk cair
penunjang kebutuhan unsur hara dalam tanah. Larutan MOL mengandung unsur
Organisme Lokal (MOL) ini selain dapat digunakan sebagai dekomposer juga
sebagai pupuk organik cair. Menurut Purwasasmita dan Kunia (2009), larutan
MOL adalah larutan hasil fermentasi yang berbahan dasar dari berbagai
fungisida hayati. Pemanfaatan pupuk cair MOL lebih murah, ramah lingkungan,
11
2.4.1 Cangkang Udang
kulit udang yang terdiri dari bagian kepala, kulit/cangkang dan udang udang kecil,
yang sangat potensial untuk digunakan sebagai bahan pakan sumber protein dan
seperti limbah udang yang merupakan limbah industri pengolahan udang beku.
Sebagian besar limbah udang yang dihasilkan oleh usaha pengolahan udang
berasal dari kepala, kulit dan ekornya. Limbah udang mengandung protien 41,9%,
Pemberian pupuk dari kulit udang dapat menambah unsur hara makro dan
mikro yang ada di dalam tanah. Unsur hara makro yang terdapat pada pupuk
kompos dari kulit udang basah Nitrogen (20%), Phospat (20%), Kalium (10%)
Menurut Marunti (2014), hasil uji laboratorium sifat kimia pada kulit udang
Variabel
No Satuan Hasil
Pengamataan
1 N % 4,475
2 P % 0,048
3 K % 0,0216
4 C % 1,790
5 Fe Ppm 99,02
6 pH - 6,24
Sumber : Laboratorium Tanah dan Air Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.
2013
12
2.4.2 Keong Mas
yang menyerang areal persawahan khususnya tanaman padi. Hal ini disebabkan
oleh perkembangan keong mas di persawahan yang tergolong cepat dan mampu
merusak tanaman padi dalam kurun waktu yang singkat dan menyebabkan
kerusakan. Daging dan cangkang keong mas memiliki kandungan seperti protein,
(Prasetyo,2012). Selain itu, keong mas mengandung berbagai jenis asam amino
dengan komposisi: arginin 18,9%, histidin 2,8%, Isoleusin 9,2%, leusin 10%,
lysine 17,5%, methionin 2%, phenilalamin 7,6%, threonin 8,8%, triptofan 1,2%,
dan valin 8,7% (Damayanti, 2015) dimana senyawa asam amino triptofan ini
(MOL) keong mas dibuat dengan fermentasi. MOLyang berasal dari keong mas
dapat memulihkan serta meningkatkan kesuburan tanah, sehingga lebih subur dan
dalam MOL keong mas dapat cepat diserap oleh tanaman. (Andriani, 2018).
MOL keong mas merupakan pupuk organik cair berbahan dasar organik
seperti : hama keong mas, air beras, air kelapa, MOLase dan activator (Hasibuan,
2014). POC dapat dibuat dari molusca air tawar berupa keong mas (Pomaceae
canaliculata lammarck) yang juga dikenal sebagai hama tanaman padi. Hal ini
13
karena keong mas mempunyai kandungan protein yang sangat tinggi 57,67% atau
Pada dasarnya MOL membutuhkan tiga bahan pokok yaitu: karbohidrat, glukosa,
sumber bakteri (Mikro Organisme Lokal). Waktu pembuatan MOL relatif lebih
singkat dibandingkan dengan pembuatan pupuk kompos. Selain itu MOL cair
tanaman. Satu liter MOL buatan rumah dapat dicampur dengan 20 liter air
Menurut Suhastyo, dkk (2013), kandungan unsur hara MOL keong mas
14
Keong mas mengandung nitrogen, fosfor, kalium dan berbagai macam asam
amino yaitu arginin, histidine, Isoleusin, leusin, lysine, methionine, phenilalanin,
threonine, triftofan, dan valin. Senyawa asam amino triptofan ini merupakan
senyawa prekursor pembentuk ZPT Indole Acetic Acid (IAA) sehingga dapat
dipakai sebagai zat pengatur tumbuh. Pupuk cair keong mas termasuk kedalam
pupuk yang memiliki kandungan NPK yang tinggi dan baik untuk pertumbuhan
tanaman. NPK berfungsi mendukung pertumbuhan dan hasil suatu tanaman.
Daging keong mas mengandung protein kasar 52,7%, sedangkan pada cangkang
keong mas sebesar 2,94%. Kandungan protein pada keong mas akan mengalami
proses fiksasi nitrogen, dimana degradasi menjadi asam amino, dilanjutkan
dengan proses katabolisme asam amino dengan menghasilkan ammonia (NH3),
kemudian di konversi menjadi nitrit (NO2 - ), kemudian di konversi menjadi nitrat
(NO3 - ). Nitrat yang berada didalam tanah belum dapat dimanfaatkan oleh semua
tanaman, sehinnga nitrat mengalami proses amonifikasi menjadi amonium (NH4 -
) yang dapat dimanfaatkan langsung oleh tumbuhan. Tetapi tumbuhan
memanfaatkan amonium dalam jumlah sedikit, sehingga ammonium mengalami
proses nitrifikasi, dimana amonium akan diubah menjadi nitrit (NO2 - ) dengan
bantuan bakteri Nitrosomonas, nitrit akan menjadi nitrat oleh bakteri Nitrobacter.
Nitrat ini yang akan diserap oleh tanaman untuk membantu kesuburan tanaman.
Nitrat sangat dibutuhkan tanaman dalam sintesis klorofil, dengan adanya nitrat
yang cukup maka klorofil akan terbentuk dengan sempurna sehingga proses
fotosintesis berjalan dengan baik. Pertumbuhan jumlah daun, lebar daun dan
jumlah daun pada selada tumbuh dengan subur, hal tersebut membuktikan bahwa
persediaan nitrat mencukupi kebutuhan tanaman, sehingga fotosisntesis berjalan
optimal. Fosfor pada keong mas dalam bentuk fosfat organik. Tanaman tidak akan
memanfaatkan fosfat organik secara langsung, sehingga adanya proses
mineralisasi untuk dapat diserap tanaman (Rosmarkam and Yuwono, 2002).
Kalium diserap oleh tumbuhan dalam bentuk K+ . unsur ini terdapat dalam sel
penjagayang berperan dalam menutup dan membukanya stomata. Terbukanya
stomata terjadi apabila sel penjaga memiliki kandungan kalium yang cukup,
karbohidrat akan ditangkap saat stomata terbuka (Andriani, 2018).
15
2.5 Cara Pembuatan Mikroorganisme Lokal (MOL)
larutan gula merah, 1 kg gula merah dilarutkan dengan 2 l air sampai mendidih,
kemudian didinginkan. Setelah itu, 1 l air dimasukkan ke dalam gelas beaker dan
diulang sebanyak 18 kali karena ada 18 l air. Kemudian dalam larutan tersebut
Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan MOL ada disekitar kita seperti
buah-buahan busuk, bonggol pisang, rebung, daun gamal, keong mas, urin sapi,
urin kelinci serta sisa makanan. Bahan-bahan tersebut dimasukkan ke dalam drum
yang kemudian dicampur dengan larutan yang mengandung glukosa seperti air
nira, air kelapa atau air gula. Kemudian drum ditutup dan difermentasi sampai
beberapa hari. Setelah itu MOL dapat dipakai untuk menutrisi tanaman dengan
merah atau molase dan 5 liter air kelapa, lalu aduk rata. Tutup ember dengan
plastik, lalu buat lubang di bagian atas dengan slang berdiameter 0,5 cm.
16
Hubungkan slang tersebut ke dalam botol berisi air. Biarkan terfermentasi selama
17
BAB III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Februari 2019.
Alat yang diperlukan dalam penelitian ini adalahpolybag, gelas ukur, alat
Bahan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah bibit tanaman bawang
lokal keong mas, pupuk NPK (16-16-16), media tanam (tanah dan kompos).
18
Tabel 1. Pengacakan Kombinasi Perlakuan
Kelompok 2
M6 M0 M2 M7 M3 M5 M1 M4
M6 M0 M2 M7 M3 M5 M1 M4
M6 M0 M2 M7 M3 M5 M1 M4
Kelompok 4
M1 M3 M7 M5 M2 M6 M4 M0
M1 M3 M7 M5 M2 M6 M4 M0
M1 M3 M7 M5 M2 M6 M4 M0
Kelompok 1
M3 M5 M0 M4 M6 M2 M7 M1
M3 M5 M0 M4 M6 M2 M7 M1
M3 M5 M0 M4 M6 M2 M7 M1
Kelompok 3
M7 M3 M5 M1 M4 M2 M0 M6
M7 M3 M5 M1 M4 M2 M0 M6
M7 M3 M5 M1 M4 M2 M0 M6
19
Keterangan:
M0 = Perlakuan Kontrol
M1 = Perlakuan Pupuk NPK
M2 = Perlakuan MOL Cangkang Udang 250 ml
M3 = Perlakuan MOL Cangkang Udang 300 ml
M4 = Perlakuan MOL Cangkang Udang 350 ml
M5 = Perlakuan MOL Keong Mas 250 ml
M6 = Perlakuan MOL Keong Mas 300 ml
M7 = Perlakuan MOL Keong Mas 350 ml
a. Cangkang Udang
Pembuatan mikroorganisme lokal cangkang udang, dibutuhkan 4 kg
merah dan 4 L air kelapa sebagai sumber glukosa, air 2 L untuk melarutkan gula
merah, dan 4 L air cucian beras sebagai sumber karbohidrat. Cangkang udang
udang ditimbang lagi dan dimasukkan kedalam ember. Campurkan dengan gula
merah yang telah dilarutkan dengan air, air cucian beras dan air kelapa, kemudian
aduk semua bahan hingga tercampur rata. Tutup rapat ember plastik, kemudian
sudah stail (netral), MOL kemudian dipanen dengan cara memindahkan ke dalam
botol bersih dan disaring untuk diambil airnya saja. Sebelum diaplikasikan MOL
b. Keong Mas
MOL keong mas terbuat dari bahan keong mas segar/hidup sebanyak 4 kg,
air 2 L, gula merah 1 Kg, air cucian beras 4 L dan air kelapa 4 L. Setelah semua
bahan siap, keong mas yang terdiri dari cangkang dan daging tersebut
20
dihancurkan dengan cara ditumbuk dan diblender hingga halus, kemudian keong
Larutkan gula merah dengan air hingga mencair, tambahkan air cucian beras dan
air kelapa sebelum dimasukkan kedalam ember yang berisi keong mas. Setelah
tercampur. Tutup rapat ember plastik dan biarkan bahan terfermentasi hingga pH
stabil (netral). Setelah pH MOL sudah stail (netral), MOL kemudian dipanen
dengan cara memindahkan ke dalam botol bersih dan disaring untuk diambil
perbandingan 1 : 10.
Media tanam yang digunakan yaitu campuran antara tanah dan kompos
3.5.3 Penanaman
varietas bauji yang telah melalui masa simpan kurang lebih 3 bulan, sebelum
dilakukan penanaman media tanam disiram dan umbi dipotong 1/3 bagian ujung
21
3.5.4 Pengaplikasian Mikroorganisme Lokal
dengan cara disiramkan pada tanah di sekitartanaman dengan interval waktu 7 hari
3.5.5 Perawatan
kali sehari yaitu diwaktu pagi dan sore hari selama 7 hari. Untuk hari berikutnya
dilakukan 1 kali penyiraman dalam sehari yaitu di waktu pagi atau sore hari.
Gulma yang tumbuh disekitar bibit tanaman bawang merah dibersihkan agar tidak
3.6 Pengamatan
a. Tinggi Tanaman
menggunakan penggaris yang diukur dari pangkal batang tanaman hingga ujung
atas tanaman, dilakukan pada sampel yang diamati. Pengamatan dilakukan pada
tanaman bawang merah usia 21, 28, 35, 42, 49, 56, 63, 70 dan 77 HST.
b. Jumlah Daun
tanaman bawang merah pada sampel yang diamati. Pengamatan dilakukan pada
tanaman bawang merah usia 21, 28, 35, 42, 49, 56, 63, 70 dan 77 HST.
22
c. Klorofil Daun
dalam daun tua dan daun muda tanaman bawang merah menggunakan klorofil
meter pada 3 titik yang berbeda. Pengamatan dilakukan pada tanaman bawang
tanaman telah roboh dan menguning atau telah siap panen. Pengamatan berat
tumbuhnya, kemudian dipotong daun dan akarnya dan dibersihkan dari tanah yang
pada sampel yang diamati. Pengamatan dilakukan setelah umbi ditimbang berat
segarnya.
23
g. Berat Kering Umbi Per Tanaman
bawang merah yang mana sebelumnya telah dikering anginkan selama 5 hari.
3.7Analisis Data
(DMRT) dengan taraf 5%, dan data disajikan dalam bentuk tabel.
24
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
keong mas menunjukan hasil yang berbeda sangat nyata pada pengamatan minggu
ke-1, ke-2, ke-4, ke-5, ke-6, ke- 7, ke- 8 dan ke-9 setelah aplikasi. Dan pada
udang memperoleh nilai rerata tertinggi pada minggu ke- 1, ke- 3, ke- 5, ke- 6, ke-
8 dan ke- 9 setelah aplikasi. Sedangkan pada minggu ke- 2, ke- 4 dan ke- 7 setelah
cangkang udang dan mikroorganisme lokal keong mas disajikan pada Tabel 2
sebagai berikut:
25
Tabel 2.Rerata Tinggi Tanaman Setelah Aplikasi MOL Cangkang Udang
dan MOL Keong Mas(cm)
Tinggi Tanaman Minggu ke- (MSA)
Perlakuan
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kontrol (M0) 8.60 a 17.00 a 22.27 a 25.11 a 27,19 a 28,18 a 30.12 a 22,92 a 24,84 a
Pupuk NPK (M1) 11.36 a 20.99 ab 25.22 ab 26.52 ab 30,08 ab 29,68 ab 31.14 ab 28,31 b 27,81 ab
MOL cangkang
udang 250 ml 24.67 d 23.45 bc 27.28 bc 31.68 c 33,98 bc 32,98 c 33.39 cd 32,71 b 32,41 c
(M2)
MOL cangkang
udang 300 ml 17.73 c 25.62 bc 30.02 c 31.34 c 37,38 c 32,84 c 33.59 cd 32,78 b 33,56 c
(M3)
MOL cangkang
udang 350 ml 21.26 cd 24.56 bc 29.53 bc 29.46 bc 35,54 c 33,01 c 33.93 cd 30,12 b 32,63 c
(M4)
MOL keong mas
19.63 cd 26.82 c 29.90 c 29.57 bc 34,08 bc 32,35 c 32.53 bc 31,57 b 31,13 bc
250 ml (M5)
MOL keong mas
21.04 cd 26.84 c 28.72 bc 31.82 c 34,02 bc 31,47 bc 34.88 d 31,60 b 32,89 c
300 ml (M6)
MOL keong mas
20.76 cd 26.34 c 28.73 bc 33.70 c 35,81 c 32,22 c 32.96 bcd 31,04 b 30,61 bc
350 ml (M7)
Keterangan: Angka- angka yang didampingi huruf yang sama pada
kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada uji DMRT
taraf 5 %.
26
4.1.2 Jumlah Daun
terhadap pemberian MOL cangkang udang dan MOL keong mas menunjukan
hasil yang berbeda sangat nyata pada pengamatan minggu ke-1, ke-2, ke-3, ke-4,
ke-5, ke- 6, dan ke-7 setelah aplikasi. Pada minggu ke-8 dan ke- 9 setelah aplikasi
lainnya, terlihat pada minggu ke- 1, ke- 3, ke- 4, ke- 5, ke- 6, ke- 7, dan ke- 8
nilai rerata tertinggi pada minggu ke- 2 dan ke- 9 setelah aplikasi.
cangkang udang dan mikroorganisme lokal keong mas disajikan pada Tabel 3
sebagai berikut:
27
Tabel 3. Rerata Jumlah DaunSetelah Aplikasi MOL Cangkang Udang dan MOL Keong Mas(helai)
Perlakuan Jumlah Daun Minggu ke- (MSA)
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kontrol (M0)
5.08 a 7.46 a 10.42 a 10.17 a 13,13 a 12,12 a 13.42 a 11,17 a 7,88 a
Pupuk NPK (M1)
6.88 ab 9.17 a 11.59 ab 12.59 ab 16,58 ab 15,25 ab 15.29 ab 14,88 ab 9,96 ab
28
4.1.3 Klorofil Daun
terhadap pemberian MOL cangkang udang dan MOL keong mas menunjukkan
hasil yang berbeda nyata, baik pada daun tua maupun daun muda. (Lampiran 4).
Rerata kandungan klorofil daun tua setelah aplikasi MOL cangkang udang
cangkang udang dan MOL keong mas terhadap kandungan klorofil daun bawang
menunjukan hasil yang berbeda sangat nyata Hal tersebut dapat dilihat pada
29
(Lampiran 5). Rerata jumlah umbi per tanaman setelah pemberian MOL cangkang
udang dan MOL keong mas disajikan berdasarkan pada tabel 6, sebagai berikut:
udang dan MOL keong mas terhadap jumlah umbi bawang merah menunjukkan
dipanen yaitu pada usia 87 HST. Berdasarkan sidik ragam, respon berat segar
umbi bawang merah terhadap pemberian MOL cangkang udang dan MOL keong
mas menunjukkan hasil yang berbeda sangat nyata. Hal tersebut dapat dilihat pada
(Lampiran 6).
30
Rerata berat basah umbi bawang merah setelah aplikasi MOL cangkang
udang dan MOL keong mas disajikan pada tabel 6, sebagai berikut :
merah terhadap pemberian mikroorganisme lokal cangkang udang dan keong mas
Variabel diameter umbi per tanaman diukur setelah pengukuran berat basah
umbi atau setelah panen. Berdasarkan sidik ragam, diketahui bahwa diameter
umbi per tanaman bawang merah menunjukkan hasil yang berbeda sangat nyata.
Rerata diameter umbi per tanaman bawang merah setelah aplikasi MOL
cangkang udang dan MOL keong mas disajikan pada tabel 7, sebagai berikut :
31
Tabel 7.Rerata Diameter Umbi Per Tanaman (cm).
Perlakuan Diameter Umbi Per Tanaman
Kontrol (M0) 1,43 a
Pupuk NPK (M1) 1,64 b
MOL cangkang udang 250 ml (M2) 2,02 cd
MOL cangkang udang 300 ml (M3) 2,03 cd
MOL cangkang udang 350 ml (M4) 2,07 d
MOL keong mas 250 ml (M5) 1,83 bc
MOL keong mas 300 ml (M6) 1,94 cd
MOL keong mas 350 ml (M7) 1,93 cd
Keterangan: Angka- angka yang didampingi huruf yang sama pada kolom yang
sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada uji DMRT taraf 5 %.
Berdasarkan sidik ragam diameter umbi per tanaman bawang merah yang
merah yang telah dipanen dikering anginkan selama ±5 hari. Berdasarkan sidik
ragam, respon berat kering umbi bawang merah terhadap pemberian MOL
cangkang udang dan MOL keong mas menunjukkan hasil yang berbeda sangat
nyata.
Rerata berat keringumbi per tanaman bawang merah setelah aplikasi MOL
cangkang udang dan MOL keong mas disajikan pada tabel 8, sebagai berikut :
32
Tabel 8. Rerata Berat Kering Umbi Per Tanaman (gram).
Perlakuan Berat Kering Umbi Per Tanaman
Kontrol (M0) 9,21 a
Pupuk NPK (M1) 12,75 ab
MOL cangkang udang 250 ml (M2) 22,08 cd
MOL cangkang udang 300 ml (M3) 23,50 cd
MOL cangkang udang 350 ml (M4) 27,33 cd
MOL keong mas 250 ml (M5) 21,21 bc
MOL keong mas 300 ml (M6) 31,21 d
MOL keong mas 350 ml (M7) 27,50 cd
Keterangan: Angka- angka yang didampingi huruf yang sama pada kolom yang
sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada uji DMRT taraf 5 %.
Berdasarkan sidik ragam pada Tabel 8, respon parameter berat kering umbi
keong mas menunjukkan hasil dari perlakuan M6 yang paling baik dibandingkan
4.2. Pembahasan
tinggi. Namun, perlakuan M4 berbeda tidak nyata dengan perlakuan M2, M3, M5,
M6 dan M7. Sehingga dapat disimpulkan bahwa perlakuan yang paling efektif
yaitu perlakuan M2 dan M5 karena dengan dosis yang paling rendah sudah dapat
33
mempengaruhi tinggi tanaman bawang merah, dimana M2 merupakan MOL
cangkang udang 250 ml dan M5 merupakan MOL keong mas 250 ml.
Hal tersebut disebabkan oleh kandungan unsur NPK yang tinggi pada MOL
cangkang udang dan MOL keong mas, dimana unsur nitrogen sangat berperan
dalam pertumbuhan tinggi tanaman. Sesuai dengan pendapat Rina (2015) yang
menyatakan bahwa dengan adanya unsur N, tanaman akan lebih hijau, tanaman
lebih cepat pertumbuhannya (tinggi tanaman, jumlah anakan, jumlah cabang) dan
pada pertumbuhan tanaman selada dan pemberian pupuk keong mas memberikan
pertumbuhan dan hasil yang optimal pada parameter pertumbuhan yaitu dengan
Berdasarkan hasil sidik ragam, pada parameter jumlah daun pada tanaman
dan MOL keong mas berpengaruh sangat nyata pada minggu ke- 4, hingga
minggu ke- 9 setelah aplikasi, dengan perlakuan M4 (MOL cangkang udang 350
ml) yang memiliki nilai rerata tertinggi. Dengan pengaruh yang berbeda tidak
nyata antara M4 dengan M2 dan M6, maka perlakuan M2 (MOL cangkang udang
250 ml)dan M6 (MOL keong mas 300 ml) merupakan perlakuan terbaik
dibandingkan perlakuan lainnya, dimana dengan dosis yang lebih rendah dari M4
34
Diduga tersedianya unsur hara makro dan mikro yang terdapat di dalam
MOL cangkang udangdan MOL keong mas yang mensintesis dan mengubah
pertumbuhan vegetasi seperti daun, batang dan akar yang mempunyai peranan
klorofil, fotosintat yang aktif dalam mentransfer energi di dalam sel tanaman dan
pembelahan sel dan diferensiasi sel, dimana pembelahan sel erat hubungannya
oleh jumlah dan ukuran sel, juga dipengaruhi jumlah unsur hara yang diserap oleh
cangkang udang dan MOL keong mas berpengaruh nyata terhadap kandungan
klorofil daun muda dan daun tua bawang merah. Pada tabel 4, diketahui bahwa
M2 merupakan perlakuan paling baik, dengan nilai kandungan klorofil daun tua
tertinggi, namun pengaruhnya berbeda tidak nyata dengan M2, M4, M5, M6 dan
35
M7. Hal tersebut menunjukkan bahwa perlakuan M2 dan M5 merupakan
perlakuan terbaik pada parameter pengamatan klorofil daun, yaitu perlakuan MOL
pada kadar klorofil tanaman selada dan pemberian pupuk keong mas memberikan
hasil yang optimal pada parameter kandungan klorofil adalah dengan perlakuan
(Nitrogen) yang tinggi pada MOL cangkang udang dan MOL keong mas yang
pada pupuk cair bermanfaat bagi pertumbuhan serta perkembangan pada fase
vegetatif tanaman seperti batang, daun serta akar. Nitogen berperan penting dalam
penelitian menunjukan bahwa pada perlakuan M3 memiliki hasil yang lebih tinggi
tidak nyata dengan perlakuan M2, M4, M5, M6 dan M7, maka dapat dikatakan
36
bahwa perlakuan M2 (MOL cangkang Udang 250 ml) dan M5 (MOL keong mas
250 ml) yang lebih baik dibandingkan perlakuan lainnya, karena dengan dosis
yang paling rendah mampu meningkatkan jumlah umbi tanaman bawang merah.
cangkang udang dan MOL keong mas yang cukup tinggi. Unsur tersebut juga
jumlah anakan, mempengaruhi lebar dan panjang daun, membuat buah menjadi
besar, menambahkan kadar protein dan lemak bagi tanaman (Agustina dan
Syamsiah, 2018)
Berat segar umbi per tanaman ditimbang setelah umbi dipanen dan
dibersihkan dari tanah dan daunnya telah dipotong. Pada tabel 7, diketahui bahwa
yang memiliki rerata berat segar umbi tertinggi diperoleh dari perlakuan M6 yaitu
MOL keong mas 300 ml. MOL keong mas mengandung mikroorganisme, jamur
pertumbuhan dan sebagai agen hayati. Selain itu, beberapa bakteri MOL keong
mas juga mampu mengikat N2 bebas dari udara serta mengubahnya menjadi
dalam tanah tetap terjaga dan penyerapan posfor meningkat (Rosmawaty, 2018).
MOL keong mas sebanyak 300 ml dengan hasil rerata tertinggi baik pada
37
Namun, hasil dari perlakuan M6 berbeda tidak nyata dengan hasil dari
perlakuan M2, M3, M4, M5 dan M7. Sehingga dapat dikatakan bahwa perlakuan
yang paling efektif adalah dengan dosis yang lebih rendah mampu mempengaruhi
berat segar umbi per tanaman bawang merah yaitu pada perlakuan M2 (Mol
cangkang udang 250 ml) dan M5 (MOL keong mas 250 ml).
hasil tertinggi, namun berbeda tidak nyata dengan perlakuan M2, M3, M6 dan
M7. Sehingga dapat dikatakan perlakuan yang paling efektif yaitu perlakuan M2
(MOL cangkang udang 250 ml) dan M6 (MOL keong mas 300 ml), dimana
dengan dosis yang lebih rendah dari M4 sudah dapat berpengaruh terhadap
Hal ini dapat disebabkan karena kandungan unsur hara yang dimiliki MOL
cangkang udang dan MOL keong mas mampu menambah unsur hara ke dalam
Berat kering umbi per tanaman diperoleh dari hasil penimbangan umbi
bawang merah yang telah dipanen dan dikering anginkan selama ±5 hari. Hasilnya
tidak jauh berbeda dari berat segar umbi per tanaman, yang memiliki rerata hasil
yang paling tinggi yaitu perlakuan M6 dengan MOL keong mas 300 ml. Dan bila
dibandingkan dengan hasil dari perlakuan M2, M3, M4 dan M7 berbeda tidak
38
(MOL cangkang udang 250 ml) juga memperoleh rerata hasil yang baik dalam
pupuk NPK dan mikroorganisme lokal yang diduga mampu meningkatkan hasil
dari parameter berat kering umbi per tanaman.Sesuai denga pendapat Rosmawaty,
dkk (2018) yang menyatakan bahwa pemberian pupuk organik dan anorganik
Hal ini juga dapat diduga karena faktor jumlah daun, dimana pada
M2. Pernyataan ini juga terdapat dalam jurnal Wibowo (2017) yang menyatakan
bahwa daun merupakan organ utama untuk menyerap radiasi matahari dan
39
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
40
DAFTAR PUSTAKA
Anam, Choirul, dkk. Kajian Macam Cara Tanam dan Pemberian Mikroorganisme
Lokal Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Padi (Oryza sativa
L.). Universitas Islam Darul ‘Ulum. Lamongan. Agroradix Vol. 2 No.1
Desember (2018)
Andriani, Vivin. 2018. Aplikasi Cangkang Dan Daging Keong Mas (Pomacea
canaliculata L.) Sebagai Zat Pengatur Tumbuh Organik Terhadap
Pertumbuhan Tanaman Selada (Lactuca sativa L.). Universitas PGRI Adi
Buana. Surabaya.
Agustina, Tuti dan Syamsiah . 2018. Aplikasi Lama Perendaman Benih Dengan
Mol (Mikroorganisme Lokal)Dari Akar Putri Malu Dalam Memacu
Pertumbuhan Bibit Padi Pandanwangi. Agrosience Vol 8 No 1.
BPS. 2018. Produksi Tanaman Sayuran Bawang Merah Indonesia Tahun 2012-
2017.
Fitriani, Miranti Sari. 2015. Uji Efektifitas Beberapa Mikro Organisme Lokal
Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Sawi Hijau (Brassica juncea
L.). Universitas Jambi. Volume 17, Nomor 2, Hal. 68-74.
Hasan, S. 2012. Hijauan Pakan Tropik. Bogor: IPB Press.
41
Nisa, Khalimatu, dkk. 2016. Memproduksi Kompos dan Mikro Organisme Lokal
(MOL). Bibit Publisher. Jakarta Timur.
Prasetya, Dody Darmawan. 2016. Pengaruh Pupuk Kompos Kulit Udang Pada
Pertumbuhan Bibit Tanaman Kakao (Theobroma cacao L.). Politeknik
Negeri Samarinda. Samarinda.
Rina, D. 2015. Manfaat Unsur N, P, K Bagi Tanaman. Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian. Kalimantan Timur.
Rosmawaty, T, dkk. 2018. Aplikasi MOL Keong Mas dan TSP dalam
Meningkatkan Produksi Tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogeae L.).
Universitas Islam Riau. Riau.
Suhastyo, Arum Asriyanti dan Setiawan, Bondan Harry. Aplikasi Pupuk Cair Mol
Pada Tanaman Padi Metode Sri (System Of Rice Intensification). Polittenik
Banjarnegara. AGRITECH : Vol. XIX No. 1 Juni 2017 : 26-34.
42
Uke, H,Y, Kalwia, dkk. 2015. Pengaruh Ukuran Umbi Dan Dosis Kalium
Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Produksi Bawang Merah (Allium
ascalonicum L.) Varietas Lembah Palu. Agrotekbis 3 (6) : 665-661.
Wibowo, Arik Mohamad, dkk. 2017. Pengaruh Macam Pupuk Organik Dan Dosis
NPK Pada Hasil Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.). Jurnal
Produksi Tanaman. Malang.
43
LAMPIRAN
44
Lampiran 2. Analisis Ragam Tinggi Tanaman Pada Tanaman Bawang Merah (MSA)
Sumber dB KT Tinggi Tanaman Minggu ke- (MSA) F. Tabel
Keragaman 1 2 3 4 5 6 7 8 9 5% 1%
Kelompok 3 296,68 ** 72,57 ** 35,64 * 20,10 ns 10,81 ns 8,56 * 9,42 * 7,73 ns 4,79 ns 3,07 4,87
Perlakuan 7 118,34 ** 47,32 ** 29,41 * 33,19 ** 43,97 ** 12,47 ** 9,49 ** 42,34 ** 35,73 ** 2,32 3,28
Galat 21 16,78 9,58 8,97 8,11 8,08 2,08 2,12 10,67 6,73
Total 31
KK 2,82 1,62 1,35 1,19 1,06 0,57 0,55 1,36 1,06
Keterangan:
MSA = Minggu Setelah Aplikasi.
ns = berpengarut tidak nyata, jika nilai F hitung < F tabel 5%.
* = berpengaruh nyata, jika nilai F hitung > F tabel 5%.
** = berpengaruh sangat nyata, jika nilai F hitung > F tabel 5%.
45
Lampiran 3. Analisis Ragam Jumlah Daun Pada Tanaman Bawang Merah (MSA)
Sumber dB KT Daun Tanaman Minggu ke- (MSA) F. Tabel
Keragaman 1 2 3 4 5 6 7 8 9 5% 1%
Kelompok 3 2,95 ns 16,36 ns 38,44 * 35,56 ** 94,20 ** 83,73 ** 67,25 ns 99,19 * 141,81 ns 3,07 4,87
Perlakuan 7 20,14 ** 36,58 ** 51,75 ** 52,19 ** 68,39 ** 67,58 ** 111,90 ** 76,26 * 168,30 * 2,32 3,28
Galat 21 5,96 7,59 10,95 6,18 15,80 16,19 23,12 26,76 62,88
Total 31
KK 3,22 2,70 2,58 1,88 2,36 2,59 2,84 3,32 5,36
Keterangan:
MSA = Minggu Setelah Aplikasi.
ns = berpengarut tidak nyata, jika nilai F hitung < F tabel 5%.
* = berpengaruh nyata, jika nilai F hitung > F tabel 5%.
** = berpengaruh sangat nyata, jika nilai F hitung > F tabel 5%.
46
Lampiran 4. Analisis Ragam Klorofil Daun Pada Tanaman Bawang Merah (MSA)
Sumber KT Klorofil F. Tabel
dB
Keragaman Daun 5% 1%
Kelompok 3 118,45 ** 3,07 4,87
Perlakuan 7 91,62 ** 2,32 3,28
Total 21 19,74
KK 5,33
Keterangan:
ns = berpengarut tidak nyata, jika nilai F hitung < F tabel 5%.
* = berpengaruh nyata, jika nilai F hitung > F tabel 5%.
** = berpengaruh sangat nyata, jika nilai F hitung > F tabel 5%.
Sumber F. Tabel
dB KT Jumlah Umbi
Keragaman
5% 1%
Kelompok 3 16,93 ** 3,07 4,87
Perlakuan 7 11,09 ** 2,32 3,28
Galat 21 3,30
Total 31
KK 3,03
Keterangan:
ns = berpengarut tidak nyata, jika nilai F hitung < F tabel 5%.
* = berpengaruh nyata, jika nilai F hitung > F tabel 5%.
** = berpengaruh sangat nyata, jika nilai F hitung > F tabel 5%.
Lampiran 6. Analisis Ragam Berat Segar Umbi Per Tanaman Bawang Merah
Sumber F. Tabel
dB KT Berat Segar
Keragaman 5% 1%
Kelompok 3 271,94 ** 3,07 4,87
Perlakuan 7 241,13 ** 2,32 3,28
Galat 21 37,31
Total 31
KK 3,15
Keterangan:
ns = berpengarut tidak nyata, jika nilai F hitung < F tabel 5%.
* = berpengaruh nyata, jika nilai F hitung > F tabel 5%.
** = berpengaruh sangat nyata, jika nilai F hitung > F tabel 5%.
47
Lampiran 7. Analisis Ragam Diameter Umbi Per Tanaman Bawang Merah
F. Tabel
Sumber Keragaman dB KT Diameter Umbi
5% 1%
Kelompok 3 0,002 ns 3,07 4,87
Perlakuan 7 0,198 ** 2,32 3,28
Galat 21 0,018
Total 31
KK 4,01
Keterangan:
ns = berpengarut tidak nyata, jika nilai F hitung < F tabel 5%.
* = berpengaruh nyata, jika nilai F hitung > F tabel 5%.
** = berpengaruh sangat nyata, jika nilai F hitung > F tabel 5%.
Lampiran 8. Analisis Ragam Berat Kering Umbi Per Tanaman Bawang Merah
F. Tabel
Sumber Keragaman dB KT Berat Kering
5% 1%
Kelompok 3 218,09 ** 3,07 4,87
Perlakuan 7 225,93 ** 2,32 3,28
Galat 21 34,16
Total 31
KK 3,34
Keterangan:
ns = berpengarut tidak nyata, jika nilai F hitung < F tabel 5%.
* = berpengaruh nyata, jika nilai F hitung > F tabel 5%.
** = berpengaruh sangat nyata, jika nilai F hitung > F tabel 5%.
48
Lampiran9. Dokumentasi kegiatan penelitian
49
Gambar 4. Gambar 5. Gambar 6.
Memasukkan bahan Menambahkan air Menambahkan gula
yang telah kelapa kedalam merah kedalam
dihaluskan kedalam ember plastik ember plastik
ember plastik
50
d. Pengaplikasian MOL