Anda di halaman 1dari 62

PENGARUH PENGGUNAAN MIKROORGANISME LOKAL

CANGKANG UDANG DAN KEONG MAS TERHADAP PERTUMBUHAN


DAN HASIL TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.)

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Mencapai Derajat Sarjana S1
Jurusan Agronomi

Diajukan Oleh :
Diva Asih Raudya Tuzzahra
NIM. 201510200311135

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


JURUSAN AGRONOMI
FAKULTAS PERTANIAN - PETERNAKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2019
HALAMAN PERSETUJUAN

PENGARUH PENGGUNAAN MIKROORGANISME LOKAL


CANGKANG UDANG DAN KEONG MAS TERHADAP PERTUMBUHAN
DAN HASIL TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.)

Oleh:
Diva Asih Raudya Tuzzahra
NIM : 201510200311135

Disetujui Oleh:

Pembimbing Utama Tanggal, 12 Juli 2019

Dr. Ir. Dian Indratmi, MP.


NIP. 196608051992032002

Pembimbing Pendamping Tanggal, 12 Juli 2019

Ir. Sufianto, MM.


NIP. 196208171989021001

Malang, 12 Juli 2019


Menyetujui :

A.n Dekan
Wakil Dekan I Ketua Jurusan

Dr. Ir. Aris Winaya, MM., M.Si Dr. Ir. Ali Ikhwan, MP.
NIP. 196405141990031002 NIP. 196410201991011001

ii
SKRIPSI
PENGARUH PENGGUNAAN MIKROORGANISME LOKAL
CANGKANG UDANG DAN KEONG MAS TERHADAP PERTUMBUHAN
DAN HASIL TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.)

Oleh:

Diva Asih Raudya Tuzzahra


NIM : 201510200311135

Disusun berdasarkan Surat Keputusan Dekan


Fakultas Pertanian Peternakan Universitas Muhammadiyah Malang
Nomor :…………………………………… dan rekomendasi Komisi Skripsi
Fakultas Pertanian Peternakan UMM pada tanggal :………………………………
dan keputusan Ujian Sidang yang dilaksanakan pada tanggal 8/12 Juli 2019.

Dewan Penguji :
Ketua dewan penguji/ Anggota dewan penguji I/
Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Dr. Ir. Dian Indratmi, MP. Ir. Sufianto, MM.


NIP. 196608051992032002 NIP. 196208171989021001
Anggota dewan penguji II Anggota dewan penguji III

Ir. Hartawati, MS. Dr. Ir. Ali Ikhwan, MP.


NIP. 195601101986032001 NIP. 196410201991011001
Malang, 12 Juli 2019
Mengesahkan:
Dekan, Ketua Jurusan/Prodi
Agroteknologi,

Dr. Ir. David Hermawan, MP., IPM Dr. Ir. Ali Ikhwan, MP.
NIP. 196405261990031003 NIP. 196410201991011001

i
SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

NAMA : DIVA ASIH RAUDYA TUZZAHRA


NIM : 201510200311135
JURUSAN/PRODI : AGRONOMI/AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS : PERTANIAN PETERNAKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Pengaruh Penggunaan


Mikroorganisme Lokal Cangkang Udang Dan Keong Mas Terhadap
Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.)
adalah bukan karya orang lain, baik sebagian maupun keseluruhan kecuali dalam
bentuk kutipan yang diacu dalam naskah ini dan telah disebut sumbernya.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila


pernyataan ini tidak benar maka saya bersedia mendapatkan sanksi akademik.

Malang, 12 Juli 2019


Mengetahui Yang menyatakan,
Pembimbing utama,

Dr. Ir. Dian Indratmi, MP Diva Asih Raudya Tuzzahra

iii
PENGARUH PENGGUNAAN MIKROORGANISME LOKAL
CANGKANG UDANG DAN KEONG MAS TERHADAP PERTUMUHAN
DAN HASIL TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.)

DIVA ASIH RAUDYA TUZZAHRA- NIM. 201510200311135


Dibimbing oleh: Dr. Ir Dian Indratmi, MP. dan Ir. Sufianto, MM

ABSTRAK

Tanaman bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan salah satu


komoditas sayuran rempah yang dimanfaatkan umbinya untuk dikonsumsi
manusia. Potensi pengembangan bawang merah masih terbuka lebar karena
kebutuhan bawang merah cenderung meningkat dari tahun ke tahun seiring
dengan pertumbuhan jumlah penduduk Indonesia. Selain untuk memenuhi
kebutuhan bawang merah dalam negeri tetapi juga luar negeri. Pupuk kimia sering
digunakan oleh petani, namun hal ini menjadi ancaman bagi pertanian jangka
panjang. Oleh karenanya perlu adanya alternatif pengganti pupuk kimia yang
ramah lingkungan. Salah satunya adalah MOL cangkang udang yang terdiri dari
kepala dan kulit udang yang mengandung nutrisi cukup tinggi, seperti protein 25-
40%, kalsium karbonat 45-50%, dan kitin 15-20%. Selain itu keong mas cukup
potensial sebagai sumber protein hewani. Keong memiliki kandungan gizi lain
yakni kalori dan karbohidrat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
pemberian MOL cangkang udang dan MOL keong mas terhadap pertumbuhan
dan hasil tanaman bawang merah (Allium ascalonicum L.)dan untuk mengetahui
dosis yang paling efektif terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman bawang merah
(Allium ascalonicum L.). Percobaan yang dilakukan menggunakan Rancangan
Acak Kelompok (RAK) sederhana dengan 8 perlakuan dan 4 ulangan yang terdiri
dari M0 : tanpa mikroorganisme lokal (kontrol), M1 : pupuk NPK 1,2 g/tan, M2 :
mikroorganisme lokalcangkang udang 250ml, M3 : mikroorganisme lokal
cangkang udang 300ml, M4 : mikroorganisme lokal cangkang udang 350ml, M5 :
mikroorganisme lokal keong mas 250 ml, M6 : mikroorganisme lokal keong mas
300 ml, M7 : mikroorganisme lokal keong mas 350ml. Hasil penelitian
menunjukkan penggunaan mikroorganisme lokal cangkang udang dan keong mas
pada parameter yang menunjukkan pengaruh yang nyata dari pemberian MOL
cangkang udang dan MOL keong mas terjadi pada semua parameter pengamatan
yaitu tinggi tanaman, jumlah daun, klorofil daun, jumlah umbi per tanaman, berat
segar umbi per tanaman, diameter umbi per tanaman, dan berat kering umbi per
tanaman. Dengan perlakuan terbaik yaitu dosis 250 ml untuk MOL cangkang
udang dan 300 ml untuk MOL keong mas.

Kata kunci: Bawang Merah, MOL, Cangkang Udang, Keong Mas.

iv
PENGARUH PENGGUNAAN MIKROORGANISME LOKAL
CANGKANG UDANG DAN KEONG MAS TERHADAP PERTUMUHAN
DAN HASIL TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.)

DIVA ASIH RAUDYA TUZZAHRA- NIM. 201510200311135


Dibimbing oleh: Dr. Ir Dian Indratmi, MP. dan Ir. Sufianto, MM

ABSTRAK

Tanaman bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan salah satu


komoditas sayuran rempah yang dimanfaatkan umbinya untuk dikonsumsi
manusia. Potensi pengembangan bawang merah masih terbuka lebar karena
kebutuhan bawang merah cenderung meningkat dari tahun ke tahun seiring
dengan pertumbuhan jumlah penduduk Indonesia. Selain untuk memenuhi
kebutuhan bawang merah dalam negeri tetapi juga luar negeri. Pupuk kimia sering
digunakan oleh petani, namun hal ini menjadi ancaman bagi pertanian jangka
panjang. Oleh karenanya perlu adanya alternatif pengganti pupuk kimia yang
ramah lingkungan. Salah satunya adalah MOL cangkang udang yang terdiri dari
kepala dan kulit udang yang mengandung nutrisi cukup tinggi, seperti protein 25-
40%, kalsium karbonat 45-50%, dan kitin 15-20%. Selain itu keong mas cukup
potensial sebagai sumber protein hewani. Keong memiliki kandungan gizi lain
yakni kalori dan karbohidrat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
pemberian MOL cangkang udang dan MOL keong mas terhadap pertumbuhan
dan hasil tanaman bawang merah (Allium ascalonicum L.)dan untuk mengetahui
dosis yang paling efektif terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman bawang merah
(Allium ascalonicum L.). Percobaan yang dilakukan menggunakan Rancangan
Acak Kelompok (RAK) sederhana dengan 8 perlakuan dan 4 ulangan yang terdiri
dari M0 : tanpa mikroorganisme lokal (kontrol), M1 : pupuk NPK 1,2 g/tan, M2 :
mikroorganisme lokalcangkang udang 250ml, M3 : mikroorganisme lokal
cangkang udang 300ml, M4 : mikroorganisme lokal cangkang udang 350ml, M5 :
mikroorganisme lokal keong mas 250 ml, M6 : mikroorganisme lokal keong mas
300 ml, M7 : mikroorganisme lokal keong mas 350ml. Hasil penelitian
menunjukkan penggunaan mikroorganisme lokal cangkang udang dan keong mas
pada parameter yang menunjukkan pengaruh yang nyata dari pemberian MOL
cangkang udang dan MOL keong mas terjadi pada semua parameter pengamatan
yaitu tinggi tanaman, jumlah daun, klorofil daun, jumlah umbi per tanaman, berat
segar umbi per tanaman, diameter umbi per tanaman, dan berat kering umbi per
tanaman. Dengan perlakuan terbaik yaitu dosis 250 ml untuk MOL cangkang
udang dan 300 ml untuk MOL keong mas.

Kata kunci: Bawang Merah, MOL, Cangkang Udang, Keong Mas.

v
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .......................................................................................................... 6


DAFTAR TABEL ................................................................................................. v
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ vi
BAB I. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ 4
1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................................... 3
1.4 Hipotesis ....................................................................................................... 4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 5
2.1 Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicumL.)....................................... 5
2.2 Pertumbuhan Tanaman ................................................................................. 6
2.3 Syarat Tumbuh ............................................................................................. 7
2.4 Mikroorganisme Lokal ................................................................................. 8
2.4.1 Cangkang Udang .................................................................................. 11
2.4.2 Keong Mas ........................................................................................... 11
2.5 Cara Pembuatan Mikroorganisme Lokal (MOL) ....................................... 13
2.5.1 Cangkang Udang .................................................................................. 13
2.5.2 Keong Mas ........................................................................................... 13
BAB III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN .......................................... 14
3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan............................................................... 118
3.2 Alat dan Bahan ........................................................................................... 14
3.3 Rancangan Penelitian ................................................................................. 14
3.4 Tahapan Penelitian ..................................................................................... 16
3.4.1 Pembuatan Mikroorganisme Lokal ...................................................... 16
3.4.2 Penyiapan Media Tanam ...................................................................... 17
3.4.3 Penanaman ........................................................................................... 17
3.4.4 Pengaplikasian Mikroorganisme Lokal................................................ 18
3.4.5 Perawatan ............................................................................................. 18
3.5 Pengamatan ................................................................................................ 18
3.6 Analisis Data .............................................................................................. 24
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 25
4.1. Hasil........................................................................................................... 25
4.1.1 Tinggi Tanaman ................................................................................. 251
4.1.2 Jumlah Daun ........................................................................................ 27
4.1.3 Klorofil Daun ....................................................................................... 29
4.1.4 Jumlah Umbi per Tanaman ................................................................ 297
4.1.5 Berat Basah Umbi Per Tanaman ........................................................ 308
4.1.6 Diameter Umbi Per Tanaman............................................................... 28
4.1.7 Berat Kering Umbi Per Tanaman ......................................................... 32
4.2. Pembahasan ............................................................................................... 30
4.2.1 Tinggi Tanaman Bawang Merah .......................................................... 30
4.2.2 Jumlah Daun Bawang Merah .............................................................. 31
4.2.3 Klorofil Daun ....................................................................................... 35
4.2.4 Jumlah Umbi Bawang Merah............................................................... 33
4.2.5 Berat Segar Umbi Per Tanaman ........................................................... 34
4.2.6 Diameter Umbi Per Tanaman............................................................... 34
4.2.7 Berat Kering Umbi Per Tanaman ......................................................... 35
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 37
5.1 Kesimpulan ................................................................................................. 37
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 38
LAMPIRAN ......................................................................................................... 40
DAFTAR TABEL

No. Tabel Hal


1. Pengacakan Kombinasi Perlakuan 15
2. Rerata Tinggi Tanaman Setelah Aplikasi MOL Cangkang Udang dan 22
MOL Keong Mas (cm)
3. Rerata Jumlah Daun Setelah Aplikasi MOL Cangkang Udang dan 24
MOL Keong Mas (helai)
4. Rerata Klorofil Daun Tua 25
5. Rerata Klorofil Daun Muda 26
6. Rerata Jumlah Umbi Per Tanaman 27
7. Rerata Berat SegarUmbi Per Tanaman (gram) 28
8. Rerata Diameter Umbi Per Tanaman (cm) 29
9. Rerata Berat Kering Umbi Per Tanaman (gram) 30
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman
1. Hasil Uji Kandungan Unsur Hara MOL Cangkang Udang dan
Keong Mas. .....................................................................................40
2. Analisis Ragam Tinggi Tanaman pada Tanaman Bawang Merah
(MSA) .............................................................................................41
3. Analisis Ragam Jumlah Daun pada Tanaman Bawang Merah
(MSA). ............................................................................................42
4. Analisis Ragam Klorofil Daun padaTanaman Bawang Merah. ......43
5. Analisis Ragam Jumlah Umbi Per Tanaman pada Tanaman
Bawang Merah. ...............................................................................43
6. Analisis Ragam Berat Segar Umbi Per Tanaman pada Tanaman
Bawang Merah. ...............................................................................44
7. Analisis Ragam Diameter Umbi Per Tanaman pada Bawang
Merah. .............................................................................................44
8. Analisis Ragam Berat Kering Umbi Per Tanaman pada Tanaman
Bawang Merah. ...............................................................................45
9. Dokumentasi Kegiatan Penelitian. ..................................................46
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanaman bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan salah satu

komoditas sayuran rempah yang dimanfaatkan umbinya untuk dikonsumsi

manusia. Data Badan Pusat Statistik (2018) menunjukkan produktivitas bawang

merah nasional terus mengalami peningkatan dari 1,011 juta ton pada tahun 2013

hingga 1,470 juta ton pada tahun 2017, tetapi pada tahun 2015 mengalami

penurunan produktivitas dari 1,234 juta ton pada tahun 2014 menjadi 1,229 juta

ton. Hal tersebut membuktikan bahwa produktivitas bawang merah nasional

masih belum stabil (Wibowo, dkk, 2017).Potensi pengembangan bawang merah

masih terbuka lebar karena kebutuhan bawang merah cenderung meningkat dari

tahun ke tahun seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk Indonesia. Selain

untuk memenuhi kebutuhan bawang merah dalam negeri tetapi juga luar negeri,

sehingga perlu diimbangi produktivitasnya dengan memperbaiki kualitas dan

nutrisi tanaman (Permana, dkk, 2018)

Salah satu upaya meningkatkan produktivitas tanaman bawang merah yaitu

melalui pemupukan. Pemupukan memegang peranan penting untuk menyediakan

dan menggantikan unsur hara yang habis terpakai dalam proses pertumbuhan,

perkembangan dan produksi suatu tanaman serta memperbaiki struktur tanah yang

mengalami kerusakan (Mulyani, 2010). Alternatif lain untuk meningkatkan

produksi tanaman yaitu dengan penggunaan pupuk yang tepat. Pengurangan

pupuk anorganik perlu dilakukan untuk mengurangi kerusakan tanah. Untuk

mengatasi masalah tersebut diperlukannya pupuk organik yang dapat

1
mengembalikan struktur tanah dan zat hara tanah. Pemupukan yang ramah

lingkungan dan murah yaitu pemupukan dengan pupuk organik dari

mikroorganisme lokal (MOL). Pupuk organik merupakan pupuk yang terbuat dari

bahan-bahan organik yang telah melapuk. Pupuk organik mempunyai kelebihan

antara lain meningkatkan kesuburan kimia, fisik, dan biologi tanah, serta

mengandung zat pengatur tumbuh yang penting untuk pertumbuhan tanaman

(Marsono dan Sigit, 2000). Dalam hal ini penggunaan MOL (Mikroorganisme

Lokal) sangat dibutuhkan. MOL adalah larutan dari hasil fermentasi yang berasal

dari sisa-sisa pembusukan yang mudah terurai. Larutan MOL dapat digunakan

sebagai dekomposer karena larutan MOL mengandung bakteri yang berpotensi

merombak bahan organik dan meningkatkan pertumbuhan tanaman. MOL juga

mengandung unsur hara mikro dan unsur hara makro. Dengan adanya MOL, maka

akan memudahkan petani dalam menggunakan pupuk cair yang bersifat organik

dan murah sehingga penggunaan pupuk kimia akan berkurang (Anam, dkk, 2018).

Mikroorganisme lokal (MOL) adalah mikroorganisme yang terbuat dari

bahan bahan alami sebagai medium berkembangnya mikroorganisme yang

berguna untuk mempercepat penghancuran bahan organik (proses dekomposisi

menjadi kompos/ pupuk organik). Disamping itu juga dapat berfungsi sebagai

tambahan nutrisi bagi tanaman, yang dikembangkan dari mikroorganisme yang

berada di tempat tersebut (Panudju, 2011). Menurut Suhastyo dan Setiawan

(2017) pemanfaatan MOL diyakini mampu memelihara kesuburan tanah,

meningkatkan populasi mikroba tanah, menjaga kelestarian lingkungan sekaligus

dapat mempertahankan serta meningkatkan produktivitas tanah.

2
Ekspor udang merupakan penyumbang devisa tertinggi dari sektor

perikanan. Meningkatnya produksi udang juga akan menghasilkan limbah yang

berupa kepala, kulit, ekor dan kaki sebanyak sekitar 35%-50% dari berat awal.

Limbah tersebut dihasilkan dari pabrik pengolahan udang yaitu pembekuan

udang, pengalengan udang, dan krupuk udang berkisar antara 30%-75% dari

berat udang. Peningkatan jumlah limbah udang menyebabkan pencemaran

lingkungan seperti bau yang menyengat dan estetika lingkungan yang kurang

bagus (Swastawati, dkk, 2008).

Pemanfaatan cangkang udang menjadi mikroorganisme lokal merupakan

salah satu upaya dalam mengurangi limbah udang yang dihasilkan dari pabrik

pengolahan udang. Sebagian besar limbah udang yang dihasilkan oleh usaha

pengolahan udang berasal dari kepala, kulit dan ekornya. Kulit udang

mengandung protein (25%-40%), kitin (15%-20%), kalsium karbonat (45%-50%)

(Marganof, 2003).

Salah satu hama yang berbahaya bagi petani adalah keong mas. Dinamakan

keong mas karena warna cangkangnya yang kuning keemasan. Keong ini juga

sering disebut keong murbey karena telurnya yang bergerombol merah seperti

buah arbey/murbey. Keong ini berbahaya karena memakan batang padi, terutama

yang masih muda. Padi yang baru ditanam bisa dihabiskan dalam waktu singkat

(Nisa, dkk, 2016). MOL keong mas merupakan pupuk organik cair karena terbuat

dari bahan dasar organik seperti keong mas, air beras, dan air kelapa. Memiliki

kandungan protein, karbohidrat, kalori dan mineral seperti Na, Ca, K, P, Mg, Zn

dan Fe. Selain itu, MOL keong mas juga mengandung vitamin yang berperan

3
dalam proses pembentukan hormon dan berfungsi sebagai koenzim (Roesmawaty,

2018).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka diperoleh rumusan masalah


sebagai berikut:
1. Apakah penggunaan MOL cangkang udang berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman bawang merah?
2. Apakah penggunaan MOLkeong mas berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
hasil tanaman bawang merah?
3. Berapa dosis yang paling efektif terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman
bawang merah?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:


1. Mengetahui pengaruhMOL cangkang udang terhadap pertumbuhan dan hasil
tanaman bawang merah.
2. Mengetahui pengaruh MOL keong mas terhadap pertumbuhan dan hasil
tanaman bawang merah
3. Mengetahui dosisyang paling efektif terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman
bawang merah.

1.4 Hipotesis

Hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Didugapenggunaan MOLcangkang udang berpengaruhterhadappertumbuhan

dan hasil tanaman bawang merah.

2. Diduga penggunaan MOL keong mas berpengaruh terhadap pertumbuhan dan

hasil tanaman bawang merah.

4
3. Diduga dosis berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman

bawang merah.

5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicumL.)

Tanaman bawang merah termasuk tanaman berumbi atau spermatophyta,

memiliki biji tunggal dan memiliki cirri akar serabut. Tanaman bawang merah

memiliki nama latin Allium ascalonicum L. Berikut ini disajikan taksonomi

tanaman bawang merah :Divisio Spermatophyta, Sub – division Angiospermae,

Kelas Monocotyledoneae, Ordo Lilialaes (Liliaflorae), Famili Liliales, Genus

Allium, Spesies Allium ascalonicum L. Umumnya bawang merah di dataran

rendah memiliki umur hingga 60 - 80 hari setelah tanam (HST). Sedangkan untuk

bawang merah yang ditanam di dataran tinggi memiliki umur yang lebih lama

yaitu 90-110 HST (Firmansyah dan Anton, 2013).

Tanaman bawang merah atau brambang menghendaki temperature udara

antara 25oC - 32oC. Pada suhu tersebut udara terasa agak panas, sedangkan suhu

rata-rata per tahun yang dikehendaki oleh tanaman bawang merah adalah 30oC.

Selain itu, iklim yang agak kering serta kondisi tempat yang terbuka sangat

membantu proses pertumbuhan tanaman dan proses produksi. Pada suhu yang

lebih rendah daripada suhu yang dikehendaki tanaman bawang merah,

pembentukan umbi akan terganggu atau umbi terbentuk dengan tidak sempurna.

Dataran rendah cocok untuk membudidayakan tanaman bawang merah atau

brambang (shallot). Ketinggian tempat terbaik untuk tanaman brambang adalah di

bawah 800 m di atas permukaan laut (dpl). Namun sampai ketinggian 1.100 mdpl

tanaman bawang merah (shallot) masih dapat tumbuh (AAK, 2004).

6
Pemanfaatan bawang merah sebagai bahan pangan terdukung oleh zat gizi

yang terkandung di dalamnya. Menurut catatan Departemen Kesehatan Republik

Indonesia, kandungan gizi dalam setiap 100 g umbi bawang merah meliputi 39

kalori; 1,5 g protein; 0,3 g lemak; 0,2 g karbohidrat; 36 mg kalsium; 40 mg fosfor;

0,8 mg zat besi; 0,03 mg vitamin B-1; 2 mg vitamin C; dan 88 g air (Pitojo, 2003).

2.2 Pertumbuhan Tanaman

Tanaman mengalami pertumbuhan untuk melangsungkan hidupnya.

Pertumbuhan tanaman merupakan bertambahnya volume dan jumlah selyang

mengakibatkan organisme bertambah besar. Pembelahan mitosis mengakibatkan

pertambahan sel pada tanaman. Tanaman yang sudah mengalami pertumbuhan

tidak akan bisa kembali kebentuk semula atau ireversiabel (Syamsuri,

2003).Tanaman mengalami pertumbuhan dibedakan atas pertumbuhan primer dan

pertumbuhan sekunder. Pertumbuhan primer disebabkan oleh aktifitas meristem

apikal yang berada pada ujung akar dan pucuk tunas, menghasilkan sel-sel pada

tanaman untuk tumbuh memanjang. Pertumbuhan primer terbagi atas tiga sistem

jaringan, yaitu jaringan pembuluh, jaringan dermal, dan jaringan dasar.

Pertumbuhan primer akan memacu akar dalam menembus tanah. Ujung akar

tanaman terdapat tiga zona, yaitu zona pembelahan sel, zona pemanjangan, dan

zona pematangan (Champbell,2003).

Aktivitas kambium mengakibatkan pertumbuhan sekunder, yaitu

bertambahnya besar batang dan akar tanaman. Pertumbuhan sekunder diakibatkan

aktivitas meristem leteral, silinder-silinder yang berbentuk dari sel-sel yang

membelah kesamping disepanjang tunas. Pertumbuhan sekunder menuju dalam

7
akan membentuk xilem dan pertumbuhan menuju luar akan membentuk floem.

Pertumbuhan sekunder akan mengakibatkan terjadinya aktifitas penebalan secara

progresif (Champbell, 2002).

Tanaman hijauan tumbuh karena dipengaruhi oleh beberapa faktor dalam

pertumbuhannya, faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman hijauan

meliputi tanah, iklim, air, spesies, dan teknis budidaya. Tanaman hijauan akan

tumbuh dan berkembang dengan baik ketika keasaman tanah dalam keadaan

normal, pada umumnya keasaman tanah optimal pada Ph 6,5 (Hasan, 2012).

2.3 Syarat Tumbuh

Menurut Pracaya (2007), Supaya hidup subur, bawang merah harus ditanam

di tempat yang memenuhi syarat tumbuh. Syarat tumbuh yang penting meliputi

iklim dan kesuburan tanah.

A. Iklim

Pada umumnya, bawang merah tumbuh baik di dataran rendah karena untuk

membentuk umbi memerlukan suhu yang tinggi. Suhu yang ideal sekitar 23o - 32o

C. Di bawah suhu 23o C, tanaman bawang merah menghasilkan sedikit umbi,

bahkan dapat tidak terbentuk umbi.

Kebutuhan sinar matahari untuk pertumbuhan bawang merah 100%, artinya

tanaman tidak terlindung. Penyinaran yang semakin lama akan semakin baik

untuk pertumbuhan. Maksudnya lama penyinaran 15 jam lebih baik dibanding

lama penyinaran yang hanya 10 jam.

8
Waktu penanaman sebaiknya dilakukan pada musim kemarau. Penanaman

pada musim hujan dikhawatirkan tanah akan tergenang sehingga umbi busuk dan

tanaman mudah terserang penyakit.

B. Kesuburan Tanah

Tanah yang cocok untuk tanaman bawang merah adalah tanah lempung

berpasir, geluh (loam) berpasir, remah, tidak mudah tergenang air, gembur, subur.

Derajat keasaman tanah yang baik sekitar pH 6,0 – 7,0. Bila pH tanah < 6,0, perlu

dilakukan pengapuran untuk menaikkan pH tersebut. Bila pH terlalu tinggi, perlu

dilakukan pengasaman dengan pemberian pupuk kandang yang cukup dan ditabur

tepung belerang atau kieserit (MgSO4H2O).

2.4 Mikroorganisme Lokal

Pupuk organik cair (POC) merupakan salah satu jenis pupuk organik yang

dapat digunakan dalam sistem pertanian organik. POC adalah larutan dari

pembusukan bahan-bahan organik yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan,

dan manusia yang kandungan unsur haranya lebih dari satu unsur. Kelebihan dari

pupuk organik cair adalah dapat secara cepat mengatasi defesiensi hara dan

mampu menyediakan hara secara cepat. Dapat dikatakan bahwa pupuk organik

cair merupakan salah satu bahan yang sangat penting dalam upaya memperbaiki

kesuburan tanah. Salah satu pupuk organik cair adalah Mikroorganisme Lokal

(MOL) (Arifin dan Indra, 2018).

Mikro Organisme Lokal (MOL) merupakan pupuk organik yang

mengandalkan organisme lokal. MOL juga sering disebut Pupuk Organik Cair

(POC). MOL dapat menjadi alternative lain sebagai usaha dalam membebaskan

9
tanaman dari pengaruh tidak baik yaitu residu kimia yang selama ini digunakan

oleh masyarakat untuk menyuburkan tanaman (Nisa, dkk, 2016). Membuat larutan

Mikroorganisme Lokal membutuhkan 3 bahan utama, yaitu ;

1. Karbohidrat

Karbohidrat merpakan bahan yang dibutuhkan oleh bakteri atau

mikroorganisme sebagai sumber energi. Penyedia karbohidrat bagi

mikroorganisme bisa diperoleh dari air cucian beras, nasi bekas, singkong,

kentang, gandum, bekatul dan lain-lain.

2. Glukosa

Glukosa merupakan bahan yang mengandung banyak sumber energi bagi

mikroorganisme yang bersifat mudah dimakan. Glukosa bisa didapatkan dari gula

pasir, gula merah, molase, air gula, air kelapa, dan lain-lain.

3. Sumber Bakteri

Bahan yang mengandung banyak mikrooganisme yang bermanfaat bagi

tanaman anatara lain: buah-buahan yang busuk, sayur-sayuran busuk, keong mas,

nasi, rebung bambu, bonggol pisang, urin kelinci, pucuk daun labu, tape singkong,

dan buah maja. Larutan mikroorganisme lokal tidak hanya mengandung satu jenis

mikroorganisme akan tetapi ada beberapa mikroorganisme didalamnya atara lain

seperti Rhizobium sp., Azosprillium sp., Azotobacter sp., Pseudomonas sp.,

Bacilus sp., dan bakteri pelarut fosfat (Lindung, 2015).

Mikroorganisme merupakan jasad hidup yang mempunyai ukuran sangat

kecil. Setiap sel tunggal mikroorganisme memiliki kemampuan untuk

melangsungkan aktivitas kehidupan antara lain dapatmengalami pertumbuhan,

10
menghasilkan energi dan bereproduksi dengan sendirinya. Larutan MOL adalah

larutan hasil fermentasi yang berbahan dasar dari berbagai sumber daya yang

tersedia setempat baik dari tumbuhan maupun hewan. Larutan MOL mengandung

unsur hara mikro dan makro dan juga mengandung bakteri yang berpotensi

sebagai perombak bahan organik dalam tanah, perangsang pertumbuhan pada

tanaman, dan sebagai agens pengendali (Kurniawan, 2018).

Pupuk organik yaitu pupuk yang terbuat dari bahan-bahan organik yang

telah melapuk mempunyai kelebihan antara lain meningkatkan kesuburan kimia,

fisik, dan biologi tanah, serta mengandung zat pengatur tumbuh yang penting

untuk pertumbuhan tanaman (Marsono dan Sigit, 2000). Penggunaan pupuk cair

dengan memanfaatkan jenis Mikroorganisme Lokal (MOL) menjadi alternatif

penunjang kebutuhan unsur hara dalam tanah. Larutan MOL mengandung unsur

hara makro, mikro, dan mengandung mikroorganisme yang berpotensi sebagai

perombak bahan organik, perangsang pertumbuhan, dan agen pengendali hama

dan penyakit tanaman sehingga baik digunakan sebagai dekomposer, pupuk

hayati, dan pestisida organik (Purwasasmita, 2009). Pengelolaan Mikro

Organisme Lokal (MOL) ini selain dapat digunakan sebagai dekomposer juga

sebagai pupuk organik cair. Menurut Purwasasmita dan Kunia (2009), larutan

MOL adalah larutan hasil fermentasi yang berbahan dasar dari berbagai

sumberdaya yang tersedia setempat. MOL berperan sebagai pengurai selulotik,

dapat memperkuat tanaman dari infeksi penyakit, dan berpotensi sebagai

fungisida hayati. Pemanfaatan pupuk cair MOL lebih murah, ramah lingkungan,

dan menjaga kesimbangan alam (Fitriani, 2015).

11
2.4.1 Cangkang Udang

Cangkang udang merupakan limbah dari pabrik pengolahan/pengupasan

kulit udang yang terdiri dari bagian kepala, kulit/cangkang dan udang udang kecil,

yang sangat potensial untuk digunakan sebagai bahan pakan sumber protein dan

kalsium (Haryanto, 1991). Limbah perikanan berpotensi sebagai sumber hara

seperti limbah udang yang merupakan limbah industri pengolahan udang beku.

Sebagian besar limbah udang yang dihasilkan oleh usaha pengolahan udang

berasal dari kepala, kulit dan ekornya. Limbah udang mengandung protien 41,9%,

khitin 17,0%, dan lemak 4,5% bahan kering (Prasetya, 2016).

Pemberian pupuk dari kulit udang dapat menambah unsur hara makro dan

mikro yang ada di dalam tanah. Unsur hara makro yang terdapat pada pupuk

kompos dari kulit udang basah Nitrogen (20%), Phospat (20%), Kalium (10%)

dan Magnesium (lengkap) (Prasetya, 2016).

Menurut Marunti (2014), hasil uji laboratorium sifat kimia pada kulit udang

setelah difermentasi selama 13 hari, sebagai berikut :

Tabel 1. Sifat Kimia Pupuk Organik Cair Kulit Udang

Variabel
No Satuan Hasil
Pengamataan
1 N % 4,475
2 P % 0,048
3 K % 0,0216
4 C % 1,790
5 Fe Ppm 99,02
6 pH - 6,24
Sumber : Laboratorium Tanah dan Air Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.
2013

12
2.4.2 Keong Mas

Keong mas merupakan salah satu organisme pengganggu tanaman (OPT)

yang menyerang areal persawahan khususnya tanaman padi. Hal ini disebabkan

oleh perkembangan keong mas di persawahan yang tergolong cepat dan mampu

merusak tanaman padi dalam kurun waktu yang singkat dan menyebabkan

kerusakan. Daging dan cangkang keong mas memiliki kandungan seperti protein,

lemak, karbohidrat, Na, K, riboflavin, Niacin, Mn, C, Cu, Zn dan Ca

(Prasetyo,2012). Selain itu, keong mas mengandung berbagai jenis asam amino

dengan komposisi: arginin 18,9%, histidin 2,8%, Isoleusin 9,2%, leusin 10%,

lysine 17,5%, methionin 2%, phenilalamin 7,6%, threonin 8,8%, triptofan 1,2%,

dan valin 8,7% (Damayanti, 2015) dimana senyawa asam amino triptofan ini

merupakan senyawa prekursor pembentuk ZPT Indole Acetic Acid (IAA)

sehingga dapat dipakai sebagai zat pengatur tumbuh. Mikroorganisme Lokal

(MOL) keong mas dibuat dengan fermentasi. MOLyang berasal dari keong mas

dapat memulihkan serta meningkatkan kesuburan tanah, sehingga lebih subur dan

lebih gembur, terdapat perkembangn cacing dan mikroorganisme yang lebih

banyak, Menigkatakan produksi tanaman, Kandungan unsur hara yang terdapat

dalam MOL keong mas dapat cepat diserap oleh tanaman. (Andriani, 2018).

MOL keong mas merupakan pupuk organik cair berbahan dasar organik

seperti : hama keong mas, air beras, air kelapa, MOLase dan activator (Hasibuan,

2014). POC dapat dibuat dari molusca air tawar berupa keong mas (Pomaceae

canaliculata lammarck) yang juga dikenal sebagai hama tanaman padi. Hal ini

13
karena keong mas mempunyai kandungan protein yang sangat tinggi 57,67% atau

setara dengan 9,23% N (Saga, dkk, 2018 ).

Pembuatan MOL ini memanfaatkan bakteri yang ada di lingkungan kita.

Pada dasarnya MOL membutuhkan tiga bahan pokok yaitu: karbohidrat, glukosa,

sumber bakteri (Mikro Organisme Lokal). Waktu pembuatan MOL relatif lebih

singkat dibandingkan dengan pembuatan pupuk kompos. Selain itu MOL cair

mengandung mikroba yang kompleks dan bermanfaat untuk menyuburkan

tanaman. Satu liter MOL buatan rumah dapat dicampur dengan 20 liter air

sebelum diaplikasikan pada tanaman, sehingga meminimalisi biaya perawatan

yang digunakan untuk membeli penyubur tanaman (Nisa, dkk, 2016).

Menurut Suhastyo, dkk (2013), kandungan unsur hara MOL keong mas

adalah sebagai berikut :

Kandungan Unsur Hara Hasil Satuan


NO3 - 37051 ppm
NH4 + 2241 ppm
P2O5 683 ppm
K2O 1782 ppm
Ca 5600 ppm
Mg 2600 ppm
Cu 64,7 ppm
Zn 132,6 ppm
Mn 84,1 ppm
Fe 0,12 ppm
C-org 0,93 %
C/N 2,5 %

14
Keong mas mengandung nitrogen, fosfor, kalium dan berbagai macam asam
amino yaitu arginin, histidine, Isoleusin, leusin, lysine, methionine, phenilalanin,
threonine, triftofan, dan valin. Senyawa asam amino triptofan ini merupakan
senyawa prekursor pembentuk ZPT Indole Acetic Acid (IAA) sehingga dapat
dipakai sebagai zat pengatur tumbuh. Pupuk cair keong mas termasuk kedalam
pupuk yang memiliki kandungan NPK yang tinggi dan baik untuk pertumbuhan
tanaman. NPK berfungsi mendukung pertumbuhan dan hasil suatu tanaman.
Daging keong mas mengandung protein kasar 52,7%, sedangkan pada cangkang
keong mas sebesar 2,94%. Kandungan protein pada keong mas akan mengalami
proses fiksasi nitrogen, dimana degradasi menjadi asam amino, dilanjutkan
dengan proses katabolisme asam amino dengan menghasilkan ammonia (NH3),
kemudian di konversi menjadi nitrit (NO2 - ), kemudian di konversi menjadi nitrat
(NO3 - ). Nitrat yang berada didalam tanah belum dapat dimanfaatkan oleh semua
tanaman, sehinnga nitrat mengalami proses amonifikasi menjadi amonium (NH4 -
) yang dapat dimanfaatkan langsung oleh tumbuhan. Tetapi tumbuhan
memanfaatkan amonium dalam jumlah sedikit, sehingga ammonium mengalami
proses nitrifikasi, dimana amonium akan diubah menjadi nitrit (NO2 - ) dengan
bantuan bakteri Nitrosomonas, nitrit akan menjadi nitrat oleh bakteri Nitrobacter.
Nitrat ini yang akan diserap oleh tanaman untuk membantu kesuburan tanaman.
Nitrat sangat dibutuhkan tanaman dalam sintesis klorofil, dengan adanya nitrat
yang cukup maka klorofil akan terbentuk dengan sempurna sehingga proses
fotosintesis berjalan dengan baik. Pertumbuhan jumlah daun, lebar daun dan
jumlah daun pada selada tumbuh dengan subur, hal tersebut membuktikan bahwa
persediaan nitrat mencukupi kebutuhan tanaman, sehingga fotosisntesis berjalan
optimal. Fosfor pada keong mas dalam bentuk fosfat organik. Tanaman tidak akan
memanfaatkan fosfat organik secara langsung, sehingga adanya proses
mineralisasi untuk dapat diserap tanaman (Rosmarkam and Yuwono, 2002).
Kalium diserap oleh tumbuhan dalam bentuk K+ . unsur ini terdapat dalam sel
penjagayang berperan dalam menutup dan membukanya stomata. Terbukanya
stomata terjadi apabila sel penjaga memiliki kandungan kalium yang cukup,
karbohidrat akan ditangkap saat stomata terbuka (Andriani, 2018).

15
2.5 Cara Pembuatan Mikroorganisme Lokal (MOL)

2.5.1 Cangkang Udang

Menurut Marunti (2014), Sebelum membuat POC terlebih dahulu membuat

larutan gula merah, 1 kg gula merah dilarutkan dengan 2 l air sampai mendidih,

kemudian didinginkan. Setelah itu, 1 l air dimasukkan ke dalam gelas beaker dan

ditambah dengan bioaktivator EM4 sebanyak 10 ml. Pembuatan larutan EM4

diulang sebanyak 18 kali karena ada 18 l air. Kemudian dalam larutan tersebut

ditambahkan lagi bioaktivator EM4 sebanyak 20 ml karena akan ditambahkan

larutan gula merah sebanyak 2 l. Kemudian semuanya dimasukkan ke dalam

ember yang berukuran 30 l dan diaduk secara merata

2.5.2 Keong Mas

Keunggulan penggunaan larutan MOL yang paling utama adalah murah.

Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan MOL ada disekitar kita seperti

buah-buahan busuk, bonggol pisang, rebung, daun gamal, keong mas, urin sapi,

urin kelinci serta sisa makanan. Bahan-bahan tersebut dimasukkan ke dalam drum

yang kemudian dicampur dengan larutan yang mengandung glukosa seperti air

nira, air kelapa atau air gula. Kemudian drum ditutup dan difermentasi sampai

beberapa hari. Setelah itu MOL dapat dipakai untuk menutrisi tanaman dengan

terlebih dahulu diencerkan (Suhastyo dan Setiawan, 2017)

Hancurkan 2 kg keong mas dengan cara menumbuknya hingga halus.

Masukkan ke dalam ember plastik berkapasitas 20 liter. Masukkan 500 g gula

merah atau molase dan 5 liter air kelapa, lalu aduk rata. Tutup ember dengan

plastik, lalu buat lubang di bagian atas dengan slang berdiameter 0,5 cm.

16
Hubungkan slang tersebut ke dalam botol berisi air. Biarkan terfermentasi selama

15 hari (Mulyono, 2016).

17
BAB III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan

Penelitian dilaksanakan di jalan Diponegoro gang IV no 42Dawuhan,

Situbondo, Jawa Timur. Penelitian dilakukan mulai bulan Oktober hingga

Februari 2019.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang diperlukan dalam penelitian ini adalahpolybag, gelas ukur, alat

tumbuk, blender, klorofil meter, TDS meter, pH meter, timbangan, cangkul,

penggaris,jangka sorong,ember plastik, alat tulis, dan kamera.

Bahan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah bibit tanaman bawang

merah varietas bauji, air, mikroorganisme lokal cangkang udang, mikroorganisme

lokal keong mas, pupuk NPK (16-16-16), media tanam (tanah dan kompos).

3.3 Rancangan Penelitian

Percobaan dilaksanakan menggunakan Rancangan Acak Kelompok

sederhana dengan 8 perlakuan dan 4 ulangan yang terdiri dari M0 : tanpa

mikroorganisme lokal (kontrol),M1 : pupukNPK 1,2 g/tan, M2 : mikroorganisme

lokalcangkang udang 250ml, M3 : mikroorganisme lokalcangkang udang 300ml,

M4 : mikroorganisme lokalcangkang udang 350ml, M5 : mikroorganisme

lokalkeong mas 250 ml, M6 : mikroorganisme lokalkeong mas 300 ml, M7 :

mikroorganisme lokalkeong mas 350ml. Maka pada percobaannya didapatkan 96

kombinasi perlakuan, diantaranya sebagai berikut :

18
Tabel 1. Pengacakan Kombinasi Perlakuan
Kelompok 2
M6 M0 M2 M7 M3 M5 M1 M4
M6 M0 M2 M7 M3 M5 M1 M4
M6 M0 M2 M7 M3 M5 M1 M4

Kelompok 4
M1 M3 M7 M5 M2 M6 M4 M0
M1 M3 M7 M5 M2 M6 M4 M0
M1 M3 M7 M5 M2 M6 M4 M0

Kelompok 1
M3 M5 M0 M4 M6 M2 M7 M1
M3 M5 M0 M4 M6 M2 M7 M1
M3 M5 M0 M4 M6 M2 M7 M1

Kelompok 3
M7 M3 M5 M1 M4 M2 M0 M6
M7 M3 M5 M1 M4 M2 M0 M6
M7 M3 M5 M1 M4 M2 M0 M6

19
Keterangan:
M0 = Perlakuan Kontrol
M1 = Perlakuan Pupuk NPK
M2 = Perlakuan MOL Cangkang Udang 250 ml
M3 = Perlakuan MOL Cangkang Udang 300 ml
M4 = Perlakuan MOL Cangkang Udang 350 ml
M5 = Perlakuan MOL Keong Mas 250 ml
M6 = Perlakuan MOL Keong Mas 300 ml
M7 = Perlakuan MOL Keong Mas 350 ml

3.5 Tahapan Penelitian

3.5.1 Pembuatan Mikroorganisme Lokal

a. Cangkang Udang
Pembuatan mikroorganisme lokal cangkang udang, dibutuhkan 4 kg

cangkang udang sebagai sumber mikroorganisme dan sumber nutrisi, 1 Kg gula

merah dan 4 L air kelapa sebagai sumber glukosa, air 2 L untuk melarutkan gula

merah, dan 4 L air cucian beras sebagai sumber karbohidrat. Cangkang udang

yang telah ditimbang, dihaluskan menggunakan blender. Setelah halus, cangkang

udang ditimbang lagi dan dimasukkan kedalam ember. Campurkan dengan gula

merah yang telah dilarutkan dengan air, air cucian beras dan air kelapa, kemudian

aduk semua bahan hingga tercampur rata. Tutup rapat ember plastik, kemudian

biarkan bahan terfermentasi hingga pH MOL stabil(netral). Setelah pH MOL

sudah stail (netral), MOL kemudian dipanen dengan cara memindahkan ke dalam

botol bersih dan disaring untuk diambil airnya saja. Sebelum diaplikasikan MOL

diencerkan bersama air dengan perbandingan 1 : 10.

b. Keong Mas
MOL keong mas terbuat dari bahan keong mas segar/hidup sebanyak 4 kg,

air 2 L, gula merah 1 Kg, air cucian beras 4 L dan air kelapa 4 L. Setelah semua

bahan siap, keong mas yang terdiri dari cangkang dan daging tersebut

20
dihancurkan dengan cara ditumbuk dan diblender hingga halus, kemudian keong

mas yang telah halus ditimbang kembalisebelum dimasukkan kedalam ember.

Larutkan gula merah dengan air hingga mencair, tambahkan air cucian beras dan

air kelapa sebelum dimasukkan kedalam ember yang berisi keong mas. Setelah

semua bahan dimasukkan kedalam ember, kemudian diadukhingga semua bahan

tercampur. Tutup rapat ember plastik dan biarkan bahan terfermentasi hingga pH

stabil (netral). Setelah pH MOL sudah stail (netral), MOL kemudian dipanen

dengan cara memindahkan ke dalam botol bersih dan disaring untuk diambil

airnya saja.Sebelum diaplikasikan MOL diencerkan bersama air dengan

perbandingan 1 : 10.

3.5.2 Penyiapan Media Tanam

Media tanam yang digunakan yaitu campuran antara tanah dan kompos

dengan perbandingan 2 : 1. Media tanam yang sudah siap selanjutnya dimasukkan

kedalam polybag ukuran17x35 cm. Penanaman dengan menggunakan 3 sampel

tanaman pada setiap perlakuan, jadi untuk 8 perlakuan dan 4 ulangan

membutuhkan 96bibit tanaman bawang merah.

3.5.3 Penanaman

Penanaman bibit bawang merah dilakukan dengan menggunakan bibit

varietas bauji yang telah melalui masa simpan kurang lebih 3 bulan, sebelum

dilakukan penanaman media tanam disiram dan umbi dipotong 1/3 bagian ujung

yang bertujuan untuk mematahkan dormansi sehingga pertumbuhan dapat

seragam, penanaman dilakukan pada sore hari.

21
3.5.4 Pengaplikasian Mikroorganisme Lokal

Pengaplikasian mikroorganisme lokal dilakukan ketika bibit tanaman

bawang merah sudah berusia 14 hari setelah tanam. Pengaplikasian dilakukan

dengan cara disiramkan pada tanah di sekitartanaman dengan interval waktu 7 hari

sekali, sesuai perlakuan pada masing masing tanaman.

3.5.5 Perawatan

Perawatan yang dilakukan selama penelitian yaitu melakukan penyiraman 2

kali sehari yaitu diwaktu pagi dan sore hari selama 7 hari. Untuk hari berikutnya

dilakukan 1 kali penyiraman dalam sehari yaitu di waktu pagi atau sore hari.

Gulma yang tumbuh disekitar bibit tanaman bawang merah dibersihkan agar tidak

terjadi persaingan dalam penyerapan nutrisi.

3.6 Pengamatan

a. Tinggi Tanaman

Pengamatan yang dilakukan pada tinggi tanaman bawang merah dengan

menggunakan penggaris yang diukur dari pangkal batang tanaman hingga ujung

atas tanaman, dilakukan pada sampel yang diamati. Pengamatan dilakukan pada

tanaman bawang merah usia 21, 28, 35, 42, 49, 56, 63, 70 dan 77 HST.

b. Jumlah Daun

Pengamatan jumlah daun dilakukan dengan menghitung jumlah daun

tanaman bawang merah pada sampel yang diamati. Pengamatan dilakukan pada

tanaman bawang merah usia 21, 28, 35, 42, 49, 56, 63, 70 dan 77 HST.

22
c. Klorofil Daun

Pengamatan yang dilakukan untuk mengetahui jumlah kandungan klorofil

dalam daun tua dan daun muda tanaman bawang merah menggunakan klorofil

meter pada 3 titik yang berbeda. Pengamatan dilakukan pada tanaman bawang

merah usia 56HST

d. Jumlah Umbi Per Tanaman

Pengamatan jumlah umbi per tanaman bawang merah dilakukan dengan

menghitung jumlah umbi yang terbentuk padatanaman bawang merah pada

sampel yang diamati. Pengamatan dilakukan setelah proses pemanenan dilakukan

yaitu pada saat usia tanaman 87 HST.

e. Berat Segar Umbi Per Tanaman

Pengamatan berat segarumbitanaman bawang merah dilakukan saat 50%

tanaman telah roboh dan menguning atau telah siap panen. Pengamatan berat

segar dilakukan dengan mencabut umbitanaman bawang merah dari media

tumbuhnya, kemudian dipotong daun dan akarnya dan dibersihkan dari tanah yang

masih melekat padaumbitanaman bawang merah, setelah itu umbi ditimbang

menggunakan timbangan sesuai dengan sampel pengamatan jumlah daun, tinggi

tanaman, dan jumlah umbi.

f. Diameter Umbi Per Tanaman

Pengamatan yang dilakukan pada diameter umbiper tanaman pada setiap

sampeltanaman bawang merah dengan menggunakan jangka sorong, dilakukan

pada sampel yang diamati. Pengamatan dilakukan setelah umbi ditimbang berat

segarnya.

23
g. Berat Kering Umbi Per Tanaman

Selanjutnya dilakukan pengamatan berat kering umbi tanaman bawang

merah dilakukan setelah pengamatan diameter umbi selesai dikerjakan.

Pengamatan berat kering dilakukan dengan menimbang sampel umbi tanaman

bawang merah yang mana sebelumnya telah dikering anginkan selama 5 hari.

3.7Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisa dengan uji F (anova). Perbedaan diantara

rerata perlakuan dilakukan dengan menggunakan Uji Jarak Berganda Duncan

(DMRT) dengan taraf 5%, dan data disajikan dalam bentuk tabel.

24
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

4.1.1 Tinggi Tanaman

Berdasarkan sidik ragam, respon tinggi tanaman bawang merah terhadap

pemberian mikroorganisme lokal cangkang udang dan mikroorganisme lokal

keong mas menunjukan hasil yang berbeda sangat nyata pada pengamatan minggu

ke-1, ke-2, ke-4, ke-5, ke-6, ke- 7, ke- 8 dan ke-9 setelah aplikasi. Dan pada

minggu ke-3 setelah aplikasi menunjukkan hasil yang berbeda nyata.(Lampiran 2)

Berdasarkan Tabel 1, diketahui bahwa perlakuan pemberian MOL cangkang

udang memperoleh nilai rerata tertinggi pada minggu ke- 1, ke- 3, ke- 5, ke- 6, ke-

8 dan ke- 9 setelah aplikasi. Sedangkan pada minggu ke- 2, ke- 4 dan ke- 7 setelah

aplikasi menunjukkan bahwa perlakuan pemberian MOL keong mas memperoleh

hasil yang lebih baik dibandingkan perlakuan lainnya.

Rerata tinggi tanaman bawang merah setelah aplikasi mikroorganisme lokal

cangkang udang dan mikroorganisme lokal keong mas disajikan pada Tabel 2

sebagai berikut:

25
Tabel 2.Rerata Tinggi Tanaman Setelah Aplikasi MOL Cangkang Udang
dan MOL Keong Mas(cm)
Tinggi Tanaman Minggu ke- (MSA)
Perlakuan
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kontrol (M0) 8.60 a 17.00 a 22.27 a 25.11 a 27,19 a 28,18 a 30.12 a 22,92 a 24,84 a

Pupuk NPK (M1) 11.36 a 20.99 ab 25.22 ab 26.52 ab 30,08 ab 29,68 ab 31.14 ab 28,31 b 27,81 ab

MOL cangkang
udang 250 ml 24.67 d 23.45 bc 27.28 bc 31.68 c 33,98 bc 32,98 c 33.39 cd 32,71 b 32,41 c
(M2)
MOL cangkang
udang 300 ml 17.73 c 25.62 bc 30.02 c 31.34 c 37,38 c 32,84 c 33.59 cd 32,78 b 33,56 c
(M3)
MOL cangkang
udang 350 ml 21.26 cd 24.56 bc 29.53 bc 29.46 bc 35,54 c 33,01 c 33.93 cd 30,12 b 32,63 c
(M4)
MOL keong mas
19.63 cd 26.82 c 29.90 c 29.57 bc 34,08 bc 32,35 c 32.53 bc 31,57 b 31,13 bc
250 ml (M5)
MOL keong mas
21.04 cd 26.84 c 28.72 bc 31.82 c 34,02 bc 31,47 bc 34.88 d 31,60 b 32,89 c
300 ml (M6)
MOL keong mas
20.76 cd 26.34 c 28.73 bc 33.70 c 35,81 c 32,22 c 32.96 bcd 31,04 b 30,61 bc
350 ml (M7)
Keterangan: Angka- angka yang didampingi huruf yang sama pada
kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada uji DMRT
taraf 5 %.

26
4.1.2 Jumlah Daun

Berdasarkan sidik ragam, respon jumlah daun tanaman bawang merah

terhadap pemberian MOL cangkang udang dan MOL keong mas menunjukan

hasil yang berbeda sangat nyata pada pengamatan minggu ke-1, ke-2, ke-3, ke-4,

ke-5, ke- 6, dan ke-7 setelah aplikasi. Pada minggu ke-8 dan ke- 9 setelah aplikasi

menunjukkan hasil yang berbeda nyata. (Lampiran 3).

Berdasarkan Tabel 3, menunjukan bahwa perlakuan pemberian MOL

cangkang udang memberikan hasil yang paling baik dibandingkan perlakuan

lainnya, terlihat pada minggu ke- 1, ke- 3, ke- 4, ke- 5, ke- 6, ke- 7, dan ke- 8

setelah aplikasi. Sedangkan perlakuan pemberian MOL keong mas memperoleh

nilai rerata tertinggi pada minggu ke- 2 dan ke- 9 setelah aplikasi.

Rerata jumlah daun bawang merah setelah aplikasi mikroorganisme lokal

cangkang udang dan mikroorganisme lokal keong mas disajikan pada Tabel 3

sebagai berikut:

27
Tabel 3. Rerata Jumlah DaunSetelah Aplikasi MOL Cangkang Udang dan MOL Keong Mas(helai)
Perlakuan Jumlah Daun Minggu ke- (MSA)

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Kontrol (M0)
5.08 a 7.46 a 10.42 a 10.17 a 13,13 a 12,12 a 13.42 a 11,17 a 7,88 a
Pupuk NPK (M1)
6.88 ab 9.17 a 11.59 ab 12.59 ab 16,58 ab 15,25 ab 15.29 ab 14,88 ab 9,96 ab

MOL cangkang udang 250 ml (M2)


10.08bc 14.59 c 14.84 abc 20.92 d 24,33 bc 25,58 c 23.75 cf 20,21 bc 22,25 c
MOL cangkang udang 300 ml (M3)
10.17 bc 11.50 ac 21.17 d 17.04 cd 23,21 c 20,42 bc 20.13 abc 21,96 bc 19,29 abc
MOL cangkang udang 350 ml (M4)
11.29 c 15.00 c 16.17 bcd 15.83 bc 25,08 c 21,50 c 30.50 f 24,83 c 24,42 c
MOL keong mas 250 ml (M5)
10.83 c 13.83 c 17.88 cd 18.79 cd 21,59 bc 20,17 bc 20.59 bc 21,75 bc 25,88 c

MOL keong mas 300 ml (M6)


10.71 c 15.67 c 18.04 cd 19.54 cd 23,25 c 21,25 bc 23.50 cf 20,34 bc 20,50 bc
MOL keong mas 350 ml (M7)
10.75 c 14.63 c 18.04 cd 17.58 cd 21,38 bc 18,75 bc 21.96 bc 20,88 bc 17,75 abc
Keterangan: Angka- angka yang didampingi huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada uji
DMRT taraf 5 %.

28
4.1.3 Klorofil Daun

Berdasarkan sidik ragam, respon kandungan klorofil daun bawang merah

terhadap pemberian MOL cangkang udang dan MOL keong mas menunjukkan

hasil yang berbeda nyata, baik pada daun tua maupun daun muda. (Lampiran 4).

Rerata kandungan klorofil daun tua setelah aplikasi MOL cangkang udang

dan MOL keong mas pada Tabel 4 sebagai berikut:

Tabel 4.Rerata Klorofil Daun Tua


Perlakuan Kandungan klorofil daun tua
Kontrol (M0) 9,96 a
Pupuk NPK (M1) 12,09 ab
MOL cangkang udang 250 ml (M2) 23,61 c
MOL cangkang udang 300 ml (M3) 22,69 c
MOL cangkang udang 350 ml (M4) 20,28 c
MOL keong mas 250 ml (M5) 18,29 bc
MOL keong mas 300 ml (M6) 18,19 c
MOL keong mas 350 ml (M7) 19,42 c
Keterangan: Angka- angka yang didampingi huruf yang sama pada kolom yang
sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada uji DMRT taraf 5 %.

Berdasarkan Tabel 4, menunjukkan bahwa perlakuan pemberian MOL

cangkang udang dan MOL keong mas terhadap kandungan klorofil daun bawang

merah, menunjukkan hasil yang paling baik pada perlakuan M2 dibandingkan

dengan perlakuan lainnya, dimana perlakuan tersebut menggunakan MOL

cangkang udang 250 ml.

4.1.4 Jumlah Umbi per Tanaman

Berdasarkan sidik ragam jumlah umbiper tanaman bawang merah

menunjukan hasil yang berbeda sangat nyata Hal tersebut dapat dilihat pada

29
(Lampiran 5). Rerata jumlah umbi per tanaman setelah pemberian MOL cangkang

udang dan MOL keong mas disajikan berdasarkan pada tabel 6, sebagai berikut:

Tabel 5. Rerata Jumlah Umbi Per Tanaman

Perlakuan Jumlah Umbi


Kontrol (M0) 4,63 a
Pupuk NPK (M1) 5,25 ab
MOL cangkang udang 250 ml (M2) 8,83 bc
MOL cangkang udang 300 ml (M3) 9,08 bc
MOL cangkang udang 350 ml (M4) 8,12 bc
MOL keong mas 250 ml (M5) 8,63 bc
MOL keong mas 300 ml (M6) 7,83 bc
MOL keong mas 350 ml (M7) 7,67 bc
Keterangan: Angka- angka yang didampingi huruf yang sama pada kolom yang
sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada uji DMRT taraf 5 %.

Berdasarkan Tabel 5, diketahui bahwa perlakuan pemberian MOL cangkang

udang dan MOL keong mas terhadap jumlah umbi bawang merah menunjukkan

hasil dari perlakuan M3 menunjukkan yang paling baik, dibandingkan dengan

perlakuan lainnya, dimana perlakuan tersebut menggunakan MOL cangkang

udang 300 ml.

4.1.5 Berat Segar UmbiPer Tanaman

Variabel pengamatan berat segar dilakukan setelah tanaman bawang merah

dipanen yaitu pada usia 87 HST. Berdasarkan sidik ragam, respon berat segar

umbi bawang merah terhadap pemberian MOL cangkang udang dan MOL keong

mas menunjukkan hasil yang berbeda sangat nyata. Hal tersebut dapat dilihat pada

(Lampiran 6).

30
Rerata berat basah umbi bawang merah setelah aplikasi MOL cangkang

udang dan MOL keong mas disajikan pada tabel 6, sebagai berikut :

Tabel 6.Rerata Berat Segar Umbi Per Tanaman(gram)

Perlakuan Berat Basah Umbi


Kontrol (M0) 11,67 a
Pupuk NPK (M1) 15,13 ab
MOL cangkang udang 250 ml (M2) 24,04 bcd
MOL cangkang udang 300 ml (M3) 24,92 bcd
MOL cangkang udang 350 ml (M4) 30,83 bcd
MOL keong mas 250 ml (M5) 23,29 bc
MOL keong mas 300 ml (M6) 33,63 cd
MOL keong mas 350 ml (M7) 30,17 bcd
Keterangan: Angka- angka yang didampingi huruf yang sama pada kolom yang
sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada uji DMRT taraf 5 %.

Berdasarkan sidik ragam, respon parameter berat basah umbi bawang

merah terhadap pemberian mikroorganisme lokal cangkang udang dan keong mas

menunjukkan hasil dari perlakuan M6yang paling baik dibandingkan perlakuan

lainnya, dimana perlakuan menggunakan MOL keong mas 300ml.

4.1.6 Diameter Umbi Per Tanaman

Variabel diameter umbi per tanaman diukur setelah pengukuran berat basah

umbi atau setelah panen. Berdasarkan sidik ragam, diketahui bahwa diameter

umbi per tanaman bawang merah menunjukkan hasil yang berbeda sangat nyata.

Rerata diameter umbi per tanaman bawang merah setelah aplikasi MOL

cangkang udang dan MOL keong mas disajikan pada tabel 7, sebagai berikut :

31
Tabel 7.Rerata Diameter Umbi Per Tanaman (cm).
Perlakuan Diameter Umbi Per Tanaman
Kontrol (M0) 1,43 a
Pupuk NPK (M1) 1,64 b
MOL cangkang udang 250 ml (M2) 2,02 cd
MOL cangkang udang 300 ml (M3) 2,03 cd
MOL cangkang udang 350 ml (M4) 2,07 d
MOL keong mas 250 ml (M5) 1,83 bc
MOL keong mas 300 ml (M6) 1,94 cd
MOL keong mas 350 ml (M7) 1,93 cd
Keterangan: Angka- angka yang didampingi huruf yang sama pada kolom yang
sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada uji DMRT taraf 5 %.

Berdasarkan sidik ragam diameter umbi per tanaman bawang merah yang

disajikan pada Tabel 7, menunjukkan bahwa perlakuan pemberian MOL cangkang

udang 350 ml (M4) merupakan perlakuan paling baik dibandingkan perlakuan

yang lainnya dengan hasil rerata tertinggi.

4.1.7 Berat Kering Umbi Per Tanaman

Variabel pengamatan berat kering dilakukan setelah umbi tanaman bawang

merah yang telah dipanen dikering anginkan selama ±5 hari. Berdasarkan sidik

ragam, respon berat kering umbi bawang merah terhadap pemberian MOL

cangkang udang dan MOL keong mas menunjukkan hasil yang berbeda sangat

nyata.

Rerata berat keringumbi per tanaman bawang merah setelah aplikasi MOL

cangkang udang dan MOL keong mas disajikan pada tabel 8, sebagai berikut :

32
Tabel 8. Rerata Berat Kering Umbi Per Tanaman (gram).
Perlakuan Berat Kering Umbi Per Tanaman
Kontrol (M0) 9,21 a
Pupuk NPK (M1) 12,75 ab
MOL cangkang udang 250 ml (M2) 22,08 cd
MOL cangkang udang 300 ml (M3) 23,50 cd
MOL cangkang udang 350 ml (M4) 27,33 cd
MOL keong mas 250 ml (M5) 21,21 bc
MOL keong mas 300 ml (M6) 31,21 d
MOL keong mas 350 ml (M7) 27,50 cd
Keterangan: Angka- angka yang didampingi huruf yang sama pada kolom yang
sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada uji DMRT taraf 5 %.

Berdasarkan sidik ragam pada Tabel 8, respon parameter berat kering umbi

bawang merah terhadap pemberian mikroorganisme lokal cangkang udang dan

keong mas menunjukkan hasil dari perlakuan M6 yang paling baik dibandingkan

perlakuan lainnya, dimana perlakuan menggunakan MOL keong mas 300ml.

4.2. Pembahasan

4.2.1 Tinggi Tanaman

Berdasarkan hasil penelitian dan sidik ragam pengaplikasian MOL

cangkang udang dan MOL keong masmenunjukan bahwa pemberian perlakuan

M4 berpengaruh paling baik terhadap tinggi tanaman bawang merah

dibandingkan dengan perlakuan lainnya, karena memiliki nilai rerata paling

tinggi. Namun, perlakuan M4 berbeda tidak nyata dengan perlakuan M2, M3, M5,

M6 dan M7. Sehingga dapat disimpulkan bahwa perlakuan yang paling efektif

yaitu perlakuan M2 dan M5 karena dengan dosis yang paling rendah sudah dapat

33
mempengaruhi tinggi tanaman bawang merah, dimana M2 merupakan MOL

cangkang udang 250 ml dan M5 merupakan MOL keong mas 250 ml.

Hal tersebut disebabkan oleh kandungan unsur NPK yang tinggi pada MOL

cangkang udang dan MOL keong mas, dimana unsur nitrogen sangat berperan

dalam pertumbuhan tinggi tanaman. Sesuai dengan pendapat Rina (2015) yang

menyatakan bahwa dengan adanya unsur N, tanaman akan lebih hijau, tanaman

lebih cepat pertumbuhannya (tinggi tanaman, jumlah anakan, jumlah cabang) dan

kandungan protein hasil panen bertambah.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Andriani (2018),

menunjukkan bahwa pemberian pupuk cair keong mas berpengaruh signifikan

pada pertumbuhan tanaman selada dan pemberian pupuk keong mas memberikan

pertumbuhan dan hasil yang optimal pada parameter pertumbuhan yaitu dengan

perlakuan daging dan cangkang keong mas 15%.

4.2.2 Jumlah Daun

Berdasarkan hasil sidik ragam, pada parameter jumlah daun pada tanaman

bawang merah menunjukkan bahwa perlakuan pemberian MOL cangkang udang

dan MOL keong mas berpengaruh sangat nyata pada minggu ke- 4, hingga

minggu ke- 9 setelah aplikasi, dengan perlakuan M4 (MOL cangkang udang 350

ml) yang memiliki nilai rerata tertinggi. Dengan pengaruh yang berbeda tidak

nyata antara M4 dengan M2 dan M6, maka perlakuan M2 (MOL cangkang udang

250 ml)dan M6 (MOL keong mas 300 ml) merupakan perlakuan terbaik

dibandingkan perlakuan lainnya, dimana dengan dosis yang lebih rendah dari M4

dapat meningkatkan jumlah daun pada tanaman bawang merah.

34
Diduga tersedianya unsur hara makro dan mikro yang terdapat di dalam

MOL cangkang udangdan MOL keong mas yang mensintesis dan mengubah

konsentrasi berbagai fitohormon pemicu pertumbuhan jumlah daun, seperti unsur

nitrogen dapat mempercepat pertumbuhan dan memberikan hasil bagus dalam

pertumbuhan vegetasi seperti daun, batang dan akar yang mempunyai peranan

penting di dalam tanaman (Agustina dan Syamsiah, 2018).

Unsur nitrogen yang berfungsi sebagai penyusun enzim, molekul enzim

sintesa protein maupun metabolisme karbohidrat, fosfor berperan klorofil dan

membantu translokasi fosfor dalam tanaman. Dengan meningkatnya jumlah

klorofil, fotosintat yang aktif dalam mentransfer energi di dalam sel tanaman dan

magnesium sebagai penyusun terbentuk akan semakin besar dan mendorong

pembelahan sel dan diferensiasi sel, dimana pembelahan sel erat hubungannya

dengan penambahan organ tanaman. Pembentukan jumlah daun sangat ditentukan

oleh jumlah dan ukuran sel, juga dipengaruhi jumlah unsur hara yang diserap oleh

akar untuk dijadikan bahan makanan (Wibowo, 2017).

4.2.3 Klorofil Daun

Berdasarkan sidik ragam, diketahui bahwa perlakuan pemberian MOL

cangkang udang dan MOL keong mas berpengaruh nyata terhadap kandungan

klorofil daun muda dan daun tua bawang merah. Pada tabel 4, diketahui bahwa

M2 merupakan perlakuan paling baik, dengan nilai kandungan klorofil daun tua

tertinggi dbandingkan yang lainnya. Sedangkan pada tabel 5, diketahui bahwa

perlakuan M3 merupakan perlakuan dengan rerata kandungan klorofil daun muda

tertinggi, namun pengaruhnya berbeda tidak nyata dengan M2, M4, M5, M6 dan

35
M7. Hal tersebut menunjukkan bahwa perlakuan M2 dan M5 merupakan

perlakuan terbaik pada parameter pengamatan klorofil daun, yaitu perlakuan MOL

cangkang udang 250 ml dan MOL keong mas 250 ml.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Andriani (2018),

menunjukkan bahwa pemberian pupuk cair keong mas berpengaruh signifikan

pada kadar klorofil tanaman selada dan pemberian pupuk keong mas memberikan

hasil yang optimal pada parameter kandungan klorofil adalah dengan perlakuan

daging keong mas 25%.

Hal tersebut dapat disebabkan karena terdapat kandungan unsur N

(Nitrogen) yang tinggi pada MOL cangkang udang dan MOL keong mas yang

telah diuji di Laboratorium Tanah, Universitas Brawijaya terdapat pada Lampiran

1. Sesuai dengan pendapat Andriani (2018), yang menyatakan bahwa nitrogen

pada pupuk cair bermanfaat bagi pertumbuhan serta perkembangan pada fase

vegetatif tanaman seperti batang, daun serta akar. Nitogen berperan penting dalam

proses pembentukan klorofil yang digunakan dalam fotosintesis. Proses

fotosintesis pada tanaman berfungsi dalam memperoleh nutrisi dan energi,

sedangkan kandungan klorofil yang cukup dapat memicu pertumbuhan tanaman

terutama pertumbuhan organ vegetatif.

4.2.4 Jumlah Umbi Per Tanaman

Munculnya umbi merupakan fase generatif pada suatu tanaman. Hasil

penelitian menunjukan bahwa pada perlakuan M3 memiliki hasil yang lebih tinggi

dibandingkan dengan perlakuan lainnya.Namun, hasil dari perlakuan M3 berbeda

tidak nyata dengan perlakuan M2, M4, M5, M6 dan M7, maka dapat dikatakan

36
bahwa perlakuan M2 (MOL cangkang Udang 250 ml) dan M5 (MOL keong mas

250 ml) yang lebih baik dibandingkan perlakuan lainnya, karena dengan dosis

yang paling rendah mampu meningkatkan jumlah umbi tanaman bawang merah.

Diduga jumlah umbi dipengaruhi oleh ketersediaan unsur N pada MOL

cangkang udang dan MOL keong mas yang cukup tinggi. Unsur tersebut juga

bermanfaat untuk mempercepat pertumbuhan tinggi tanaman, memperbanyak

jumlah anakan, mempengaruhi lebar dan panjang daun, membuat buah menjadi

besar, menambahkan kadar protein dan lemak bagi tanaman (Agustina dan

Syamsiah, 2018)

4.2.5 Berat Segar Umbi Per Tanaman

Berat segar umbi per tanaman ditimbang setelah umbi dipanen dan

dibersihkan dari tanah dan daunnya telah dipotong. Pada tabel 7, diketahui bahwa

yang memiliki rerata berat segar umbi tertinggi diperoleh dari perlakuan M6 yaitu

MOL keong mas 300 ml. MOL keong mas mengandung mikroorganisme, jamur

dan bakteri yang berpotensi sebagai perombak bahan organik, perangsang

pertumbuhan dan sebagai agen hayati. Selain itu, beberapa bakteri MOL keong

mas juga mampu mengikat N2 bebas dari udara serta mengubahnya menjadi

ammonia serta membantu melarutkan unsur posfor sehingga ketersedian nitrogen

dalam tanah tetap terjaga dan penyerapan posfor meningkat (Rosmawaty, 2018).

Menurut hasil penelitian Yuliani (2016) respon pertumbuhan dan produksi

tanaman kedelai edamame terahadap perlakuan yang terbaik adalah pemberian

MOL keong mas sebanyak 300 ml dengan hasil rerata tertinggi baik pada

paremeter tinggi tanaman, jumlah polong, dan berat basah polong.

37
Namun, hasil dari perlakuan M6 berbeda tidak nyata dengan hasil dari

perlakuan M2, M3, M4, M5 dan M7. Sehingga dapat dikatakan bahwa perlakuan

yang paling efektif adalah dengan dosis yang lebih rendah mampu mempengaruhi

berat segar umbi per tanaman bawang merah yaitu pada perlakuan M2 (Mol

cangkang udang 250 ml) dan M5 (MOL keong mas 250 ml).

4.2.6 Diameter Umbi Per Tanaman

Berdasarkan pada Tabel 8, diketahui bahwa perlakuan M4 memiliki rerata

hasil tertinggi, namun berbeda tidak nyata dengan perlakuan M2, M3, M6 dan

M7. Sehingga dapat dikatakan perlakuan yang paling efektif yaitu perlakuan M2

(MOL cangkang udang 250 ml) dan M6 (MOL keong mas 300 ml), dimana

dengan dosis yang lebih rendah dari M4 sudah dapat berpengaruh terhadap

parameter diameter umbi per tanaman bawang merah.

Hal ini dapat disebabkan karena kandungan unsur hara yang dimiliki MOL

cangkang udang dan MOL keong mas mampu menambah unsur hara ke dalam

tanah sehingga dapat diserap oleh tanaman untuk pertumbuhan terutama

penambahan diameter umbi (Prasetya, 2016).

4.2.7 Berat KeringUmbi Per Tanaman

Berat kering umbi per tanaman diperoleh dari hasil penimbangan umbi

bawang merah yang telah dipanen dan dikering anginkan selama ±5 hari. Hasilnya

tidak jauh berbeda dari berat segar umbi per tanaman, yang memiliki rerata hasil

yang paling tinggi yaitu perlakuan M6 dengan MOL keong mas 300 ml. Dan bila

dibandingkan dengan hasil dari perlakuan M2, M3, M4 dan M7 berbeda tidak

nyata. Sehingga dapat dikatakan bahwa selain perlakuan M6, perlakuan M2

38
(MOL cangkang udang 250 ml) juga memperoleh rerata hasil yang baik dalam

berat kering umbi per tanaman bawang merah. Pengaruh pemberianperlakuan

pupuk NPK dan mikroorganisme lokal yang diduga mampu meningkatkan hasil

dari parameter berat kering umbi per tanaman.Sesuai denga pendapat Rosmawaty,

dkk (2018) yang menyatakan bahwa pemberian pupuk organik dan anorganik

dapat meningkatkan produktivitas tanah bagi tanaman sehingga dapat menambah

ketersediaan unsur hara yang cepat bagi tanaman.

Hal ini juga dapat diduga karena faktor jumlah daun, dimana pada

parameter tersebut yang merupakan perlakuan terbaik yaitu perlakuan M6 dan

M2. Pernyataan ini juga terdapat dalam jurnal Wibowo (2017) yang menyatakan

bahwa daun merupakan organ utama untuk menyerap radiasi matahari dan

melakukan fotosintesis pada tanaman, sehingga asimilat yang dihasilkan

mempengaruhi bobot kering total tanaman.

39
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan


beberapa hal sebagai berikut:
1. MOL cangkang udang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil
tanaman bawang merah.
2. MOL keong mas berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil dan
tanaman bawang merah.
3. Dosis MOL berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman
bawang merah. Dengan 250 ml cangkang udang (M2) dan 300 ml MOL
keong mas (M6) dapat meningkatkan tinggi tanaman, jumlah daun,
klorofil daun, jumlah umbi per tanaman, berat segar umbi per tanaman,
diameter umbi per tanaman dan berat kering umbi per tanaman bawang
merah.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, disarankan untuk menggunakan dosis 250


ml MOL cangkang udang atau 300 ml MOL keong mas pada budidaya tanaman
bawang merah. Dan mengamati pengaruh penggunan MOL cangkang udang dan
MOL keong mas apabila dicampur..

40
DAFTAR PUSTAKA

Anam, Choirul, dkk. Kajian Macam Cara Tanam dan Pemberian Mikroorganisme
Lokal Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Padi (Oryza sativa
L.). Universitas Islam Darul ‘Ulum. Lamongan. Agroradix Vol. 2 No.1
Desember (2018)
Andriani, Vivin. 2018. Aplikasi Cangkang Dan Daging Keong Mas (Pomacea
canaliculata L.) Sebagai Zat Pengatur Tumbuh Organik Terhadap
Pertumbuhan Tanaman Selada (Lactuca sativa L.). Universitas PGRI Adi
Buana. Surabaya.
Agustina, Tuti dan Syamsiah . 2018. Aplikasi Lama Perendaman Benih Dengan
Mol (Mikroorganisme Lokal)Dari Akar Putri Malu Dalam Memacu
Pertumbuhan Bibit Padi Pandanwangi. Agrosience Vol 8 No 1.
BPS. 2018. Produksi Tanaman Sayuran Bawang Merah Indonesia Tahun 2012-
2017.
Fitriani, Miranti Sari. 2015. Uji Efektifitas Beberapa Mikro Organisme Lokal
Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Sawi Hijau (Brassica juncea
L.). Universitas Jambi. Volume 17, Nomor 2, Hal. 68-74.
Hasan, S. 2012. Hijauan Pakan Tropik. Bogor: IPB Press.

Hasibuan, S. 2014. Respon pemberian konsentrasi pupuk herbafarm dan POC


keong mas terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman mentimun
(Cucumis sativus L.). Jurnal Penelitian Bernas Fakultas Pertanian
Universitas Asahan. Medan. 9 (2) : 101-118
Irpan, dkk. Uji Kualitas Mol Air Buah Siwalan (Borassus Flabellifer) Dengan
PenambahanBerbagai Jenis Buah Berdasarkan Lama Fermentasi. Jurnal Pendidikan
Teknologi Pertanian Volume 4 Oktober Suplemen (2018) : S232- S241.

Kurniawan, Andri. Produksi MOL (Mikroorganisme Lokal) Dengan Pemanfaatan


Bahan-Bahan Organik Yang Ada Di Sekitar. Sumedang. Jurnal Hexagro
Vol. 2 No. 2 Agustus 2018.

Lindung. 2015. Teknologi Mikroorganisme Em4 dan MOL. Kementrian pertaian.


Balai Pelatihan Pertanian Jambi.
Marsono Dan Sigit, 2000. Pupuk Dan Cara Pemupukan. Jakarta: Bathara Karya
Aksara.
Marunti. 2014. Pembuatan Pupuk Organik Cair Dari Kulit Udang Dengan
Bioaktivator Effective Microorganism4(EM4). Politeknik Pertanian Negeri
Samarinda. Samarinda.

Mulyani, S. M. 2010. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta.

41
Nisa, Khalimatu, dkk. 2016. Memproduksi Kompos dan Mikro Organisme Lokal
(MOL). Bibit Publisher. Jakarta Timur.

Pambudi. 2011. Pendugaan biomassa beberapa kelas umur tanaman jenis


Rhisoporaapiculata. Fakultas Kehutanan. IPB Press. Bogor.

Panudju, T. I. 2011. Pedoman Teknis Pengembangan Rumah Kompos Tahun


Anggaran 2011. Direktorat Perluasan Dan Pengelolaan Lahan, Direktorat
Jenderal Prasarana Dan Sarana Pertanian Kementerian Pertanian. Jakarta.

Permana, Jaka, dkk. 2018. Penggunaan Herbisida Oksifluorfen dan


Pendhimethalin Pada Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.).
Jurnal Produksi Tanaman. Malang.

Pitojo, S. 2003. Benih Bawang Merah. Kanisius. Yogyakarta.

Pracaya. 2007. Bertanam Sayur Organik Di Kebun, Pot, Polibag. Penebar


Swadaya. Jakarta.

Prasetya, Dody Darmawan. 2016. Pengaruh Pupuk Kompos Kulit Udang Pada
Pertumbuhan Bibit Tanaman Kakao (Theobroma cacao L.). Politeknik
Negeri Samarinda. Samarinda.
Rina, D. 2015. Manfaat Unsur N, P, K Bagi Tanaman. Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian. Kalimantan Timur.

Rosmawaty, T, dkk. 2018. Aplikasi MOL Keong Mas dan TSP dalam
Meningkatkan Produksi Tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogeae L.).
Universitas Islam Riau. Riau.

Soeleman. 2009. Uji Efektivitas Pupuk Amagro-s terhadap Pertumbuhan dan


Hasil Padi (Oryza sativa L.) pada Tanah Sawah Mineral Masam Lampung
Timur. Jurnal Penelitian Pertanian Terapan. Purbolinggo.

Suktikno, E. 2011. Pembuatan pakan buatan ikan bandeng. Direktorat Jenderal


Perikanan Budidaya Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau
Jepara.

Suhastyo, Arum Asriyanti, dkk. Studi Mikrobiologi Dan Sifat Kimia


MikroorganismeLokal (MOL) Yang Digunakan Pada BudidayaPadi Metode
SRI (System of Rice Intensification). Institut Pertanian Bogor. Sainteks
Volume X No. 2 Oktober 2013.

Suhastyo, Arum Asriyanti dan Setiawan, Bondan Harry. Aplikasi Pupuk Cair Mol
Pada Tanaman Padi Metode Sri (System Of Rice Intensification). Polittenik
Banjarnegara. AGRITECH : Vol. XIX No. 1 Juni 2017 : 26-34.

42
Uke, H,Y, Kalwia, dkk. 2015. Pengaruh Ukuran Umbi Dan Dosis Kalium
Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Produksi Bawang Merah (Allium
ascalonicum L.) Varietas Lembah Palu. Agrotekbis 3 (6) : 665-661.

Wibowo, Arik Mohamad, dkk. 2017. Pengaruh Macam Pupuk Organik Dan Dosis
NPK Pada Hasil Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.). Jurnal
Produksi Tanaman. Malang.

Yuliani. Pemanfaatan Urine Kelinci Dan Mol ( Mikroorganisme Lokal ) Dari


Keong Emas Untuk Peningkatan Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Kedelai
Edamame ( Glycine Max L.). Jurnal Agrosience Volume 6 No.1 : Januari-
Juni 2016.

43
LAMPIRAN

Lampiran1.Hasil Uji Analisis Kandungan Unsur Hara Makro Dari Mikroorganisme


Lokal Cangkang Udang dan Keong Mas.

MOL N total P K Ca Mg S.SO4


HNO3 + HCIO4
Mg/l
Cangkang Udang 6538,34 1193,92 1114,40 56,32 3,17 615,00
Keong Mas 4796,29 397,97 1133,67 70,40 4,22 415,00
Sumber : Laboratorium Tanah Universitas Brawijaya. 2018.

44
Lampiran 2. Analisis Ragam Tinggi Tanaman Pada Tanaman Bawang Merah (MSA)
Sumber dB KT Tinggi Tanaman Minggu ke- (MSA) F. Tabel
Keragaman 1 2 3 4 5 6 7 8 9 5% 1%
Kelompok 3 296,68 ** 72,57 ** 35,64 * 20,10 ns 10,81 ns 8,56 * 9,42 * 7,73 ns 4,79 ns 3,07 4,87
Perlakuan 7 118,34 ** 47,32 ** 29,41 * 33,19 ** 43,97 ** 12,47 ** 9,49 ** 42,34 ** 35,73 ** 2,32 3,28

Galat 21 16,78 9,58 8,97 8,11 8,08 2,08 2,12 10,67 6,73
Total 31
KK 2,82 1,62 1,35 1,19 1,06 0,57 0,55 1,36 1,06
Keterangan:
MSA = Minggu Setelah Aplikasi.
ns = berpengarut tidak nyata, jika nilai F hitung < F tabel 5%.
* = berpengaruh nyata, jika nilai F hitung > F tabel 5%.
** = berpengaruh sangat nyata, jika nilai F hitung > F tabel 5%.

45
Lampiran 3. Analisis Ragam Jumlah Daun Pada Tanaman Bawang Merah (MSA)
Sumber dB KT Daun Tanaman Minggu ke- (MSA) F. Tabel
Keragaman 1 2 3 4 5 6 7 8 9 5% 1%
Kelompok 3 2,95 ns 16,36 ns 38,44 * 35,56 ** 94,20 ** 83,73 ** 67,25 ns 99,19 * 141,81 ns 3,07 4,87

Perlakuan 7 20,14 ** 36,58 ** 51,75 ** 52,19 ** 68,39 ** 67,58 ** 111,90 ** 76,26 * 168,30 * 2,32 3,28

Galat 21 5,96 7,59 10,95 6,18 15,80 16,19 23,12 26,76 62,88
Total 31
KK 3,22 2,70 2,58 1,88 2,36 2,59 2,84 3,32 5,36
Keterangan:
MSA = Minggu Setelah Aplikasi.
ns = berpengarut tidak nyata, jika nilai F hitung < F tabel 5%.
* = berpengaruh nyata, jika nilai F hitung > F tabel 5%.
** = berpengaruh sangat nyata, jika nilai F hitung > F tabel 5%.

46
Lampiran 4. Analisis Ragam Klorofil Daun Pada Tanaman Bawang Merah (MSA)
Sumber KT Klorofil F. Tabel
dB
Keragaman Daun 5% 1%
Kelompok 3 118,45 ** 3,07 4,87
Perlakuan 7 91,62 ** 2,32 3,28
Total 21 19,74
KK 5,33
Keterangan:
ns = berpengarut tidak nyata, jika nilai F hitung < F tabel 5%.
* = berpengaruh nyata, jika nilai F hitung > F tabel 5%.
** = berpengaruh sangat nyata, jika nilai F hitung > F tabel 5%.

Lampiran 5. Analisis Ragam Jumlah Umbi Per Tanaman Bawang Merah

Sumber F. Tabel
dB KT Jumlah Umbi
Keragaman
5% 1%
Kelompok 3 16,93 ** 3,07 4,87
Perlakuan 7 11,09 ** 2,32 3,28
Galat 21 3,30
Total 31
KK 3,03

Keterangan:
ns = berpengarut tidak nyata, jika nilai F hitung < F tabel 5%.
* = berpengaruh nyata, jika nilai F hitung > F tabel 5%.
** = berpengaruh sangat nyata, jika nilai F hitung > F tabel 5%.

Lampiran 6. Analisis Ragam Berat Segar Umbi Per Tanaman Bawang Merah

Sumber F. Tabel
dB KT Berat Segar
Keragaman 5% 1%
Kelompok 3 271,94 ** 3,07 4,87
Perlakuan 7 241,13 ** 2,32 3,28
Galat 21 37,31
Total 31
KK 3,15
Keterangan:
ns = berpengarut tidak nyata, jika nilai F hitung < F tabel 5%.
* = berpengaruh nyata, jika nilai F hitung > F tabel 5%.
** = berpengaruh sangat nyata, jika nilai F hitung > F tabel 5%.

47
Lampiran 7. Analisis Ragam Diameter Umbi Per Tanaman Bawang Merah
F. Tabel
Sumber Keragaman dB KT Diameter Umbi
5% 1%
Kelompok 3 0,002 ns 3,07 4,87
Perlakuan 7 0,198 ** 2,32 3,28
Galat 21 0,018
Total 31
KK 4,01
Keterangan:
ns = berpengarut tidak nyata, jika nilai F hitung < F tabel 5%.
* = berpengaruh nyata, jika nilai F hitung > F tabel 5%.
** = berpengaruh sangat nyata, jika nilai F hitung > F tabel 5%.

Lampiran 8. Analisis Ragam Berat Kering Umbi Per Tanaman Bawang Merah
F. Tabel
Sumber Keragaman dB KT Berat Kering
5% 1%
Kelompok 3 218,09 ** 3,07 4,87
Perlakuan 7 225,93 ** 2,32 3,28
Galat 21 34,16
Total 31
KK 3,34
Keterangan:
ns = berpengarut tidak nyata, jika nilai F hitung < F tabel 5%.
* = berpengaruh nyata, jika nilai F hitung > F tabel 5%.
** = berpengaruh sangat nyata, jika nilai F hitung > F tabel 5%.

48
Lampiran9. Dokumentasi kegiatan penelitian

a. Persiapan penanaman bibit bawang merah

Gambar 1. Gambar 2. Gambar 3.


Menyiapkan alat Memasukkan media Menambahkan
dan bahan tanam kedalam pupuk NPK pada
polybag media tanam

Gambar 4. Memilih Gambar 5. Gambar 6.


bibit bawang merah memotong 1/3 menanam bibit
ujung bibit bawang bawang merah yang
merah telah dipotong

b. Pembuatan MOL cangkang udang

Gambar 1. Gambar 2. Gambar 3.


Menyiapkan alat Menimbang Menghaluskan
dan bahan cangkang udang bahan dengan
yang akan blender
dihaluskan

49
Gambar 4. Gambar 5. Gambar 6.
Memasukkan bahan Menambahkan air Menambahkan gula
yang telah kelapa kedalam merah kedalam
dihaluskan kedalam ember plastik ember plastik
ember plastik

c. Pembuatan MOL keong mas

Gambar 1. Gambar 2. Gambar 3.


Menyiapakan alat Menimbang keong Menimbang gula
dan bahan mas merah

Gambar 4. Gambar 5. Gambar 6.


Menumbuk keong Mencampur semua Menambahkan air
mas hingga halus bahan ke dalam cucian beras ke
ember palstik dalam ember palstik

50
d. Pengaplikasian MOL

Gambar 1. Gambar 2. Gambar 3.


Mengaduk MOL Menyaring MOL Mengencerkan 1 ml
sebelum dipanen yang telah dipanen MOL dengan 10 ml
air

Gambar 4. Gambar 5. Gambar 6.


Mengukur dosis Menyiramkan MOL Menyiram tanaman
MOL yang akan pada tanah di sehari setelah
diaplikasikan sekitar tanaman pemberian MOL

e. Pengukuran variabel pengamatan

Gambar 1. Gambar 2. Gambar 3.


Mengukur tinggi Menghitung jumlah Mengukur klorofil
tanaman daun daun

Gambar 4. Gambar 5. Gambar 6.


Menghitung jumlah Mengukur diameter Menimbang berat
umbi umbi kering umbi
51
52

Anda mungkin juga menyukai