Anda di halaman 1dari 6

Kerangka Karangan

Topik : Anemia pada ibu hamil

Tujuan : Menjelaskan bagaimana pengaruh anemia pada ibu hamil dengan

kejadian bayi berat lahir rendah (BBLR)

Tesis : Dalam rangka mengurangi angka kejadian BBLR, anemia pada

ibu hamil harus diatasi

Judul : Pengaruh Anemia pada Ibu Hamil dengan Kejadian Bayi Berat

Lahir Rendah (BBLR)

1. Pengertian

1.1 Pengertian Anemia

Anemia adalah keadaan saat jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin

yang terkandung di dalam sel darah merah berada di bawah normal. Sel darah

merah mengandung hemoglobin yang berfungsi untuk membawa oksigen dari

jantung yang diperoleh dari paru-paru untuk didistribusikan ke seluruh bagian

tubuh. Kejadian yang menyebabkan terjadinya anemia adalah perdarahan yang

berlebihan, rusaknya sel darah merah secara berlebihan hemolisis atau kekurangan

pembentukan sel darah merah akibat hematopoiesis yang tidak efektif.

1.2 Pengertian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang berat badan

2500 gram atau lebih rendah tanpa mempertimbangkan masa gestasi. Dalam

definisi ini tidak termasuk bayi-bayi dengan berat badan kurang dari1000 gram.
Karena bayi dengan berat lahir kurang dari 1000 gram tergolong kepada berat

lahir sangat rendah. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 jam

setelah lahir.Selain memiliki berat badan lahir yang lebih rendah dari bayi normal,

bayi BBLR juga akan terlihat lebih kurus, memiliki lemak tubuh yang lebih

sedikit, dan memiliki ukuran kepala yang besar dibanding ukuran tubuh lainnya.

2. Penyebab Anemia pada Ibu Hamil

2.1 Defisiensi Zat Besi

Defisiensi zat besi merupakan penyebab yang paling banyak ditemui pada

kejadian anemia pada ibu hamil. Zat Besi merupakan mineral yang ditemukan

dalam hemoglobin yang terdapat pada sel darah merah dan digunakan untuk

membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh bagian tubuh. Ketika asupan zat besi

tidak mencukupi, maka kadar hemoglobin darah akan menurun dan menyebabkan

terjadinyaanemia. Defisiensi zat besi dapat terjadi karena kurang mengonsumsi

makanan yang kaya akan zat besi atau bisa juga disebabkan karena rendahnya

kemampuan tubuh dalam menyerap zat besi dari makanan yang dikonsumsi.

Kebutuhan akan zat besi yang meningkat pada saatkehamilan. Karena selain

untuk produksi sel-sel darah merah ibu, zat besi juga diperlukan untuk

pembentukan sel darah merah janin. Karena hal inilah ibu hamil rentan mengalami

anemia.

2.2 Defisiensi Asam Folat

Selain zat besi, tubuh juga membutuhkan asam folat untuk membuat sel darah

merah. Kekurangan asam folat juga dapat menyebabkan anemia. Asam folat

perberan dalam proses pembentukan dan pematangan dari sel darah merah. Asam

folat dapat ditemukan dalam makanan seperti sereal, sayuran berdaun hijau,
pisang, melon, dan kacang-kacangan. Defisiensi asam folat dapat terjadi karena

kurang mengonsumsi makanan yang kaya akan asam folat atau bisa juga

disebabkan karena rendahnya kemampuan tubuh dalam menyerap asam folat dari

makanan yang dikonsumsi. Di samping itu, pengolahan makanan yang terlalu

matang juga dapat menghancurkan vitamin ini.

2.3 Defisiensi Vitamin B12

Selain zat besi dan asam folat, komponen lain yang ikut terlibat dalam proses

pembentukan sel darah merah adalah vitamin B12. Vitamin B12 berfungsi untuk

mengubah asam folat menjadi bentuk aktif.Vitamin ini terdapat dalam daging,

telur, atau susu. Defisiensi vitamin B12 dapat terjadi karena kurang mengonsumsi

makanan yang mengandung vitamin B12 atau dapat juga terjadi karena

kekurangan faktor intrinsik yang dikeluarkan lambung untuk mengikat vitamin

B12 agar bisa diserap usus halus. Jika tidak ada faktor intrinsik, maka vitamin

B12 tidak dapat diserap oleh tubuh dan akan langsung dibuang.

3. Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Anemia pada Ibu Hamil

3.1 Umur ibu

Umur ibu yang ideal untuk menjalani masa kehamilanialah pada kelompok umur

20-35 tahun karena pada umur tersebut ibu berisiko rendah untuk mengalami

komplikasi kehamilan. Pada kelompok umur kurang dari 20 tahun berisiko

anemia sebab pada usia ini sering terjadi kekurangan gizi. Hal ini muncul karena

usia remaja menginginkan tubuh yang ideal sehingga terdorong untuk melakukan

diet yang ketat tanpa memperhatikan keseimbangan gizi Pada kelompok usia lebih

dari 35 tahun merupakan kehamilan yang berisiko tinggi. Wanita hamil dengan

umur diatas 35 tahun juga akan rentan anemia. Pada kelompok usia ini daya tahun
tubuh mulai menurun dan mudah terkena berbagai infeksi selama masa

kehamilan.

3.2 Paritas

Paritas adalah jumlah anak yang dilahirkan oleh seorang ibu baik lahir hidup

maupun mati.Salah satu faktor risiko seorang ibu hamil mengalami anemia adalah

angka paritas yang tinggi. Seorang ibu yang sering melahirkan memiliki resiko

mengalami anemia pada kehamilan berikutnya apabila tidak memperhatikan

kebutuhan nutrisi. Karena selama hamil zat-zat gizi akan terbagi untuk ibu dan

janin yang dikandung. Anemia dipengaruhi oleh kehamilan dan persalinan yang

sering, semakin sering seorang wanita mengalami kehamilan dan persalinan akan

semakin banyak kehilangan zat besi dan semakin anemis. Semakinsering wanita

mengalami kehamilan dan persalinan, semakin berisiko mengalami anemia karena

kehilangan zat besi yang diakibatkan kehamilan dan persalinan sebelumnya.

3.3 Frekuensi Kunjungan Antenatal Care (ANC)

Antenatal Care adalah pelayanan yang diberikan oleh petugas kesehatan

kepada ibu hamil dalam memelihara kehamilannya. Hal ini bertujuan untukdapat

mengidentifikasi dan mengatahui masalah yang timbul selama masa kehamilan

sehingga kesehatan ibu dan bayi yang dikandung akan sehat sampai

persalinan.Standar pelayanan kunjungan ibu hamil paling sedikit 4 kali dengan

distribusi 1 kali pada triwulan pertama, 1 kali pada triwulan kedua dan2 kali pada

triwulan ketiga. Kegiatan yang ada di pelayanan Antenatal Care (ANC) untuk ibu

hamilsalah satunya ialah pemberian penyuluhan tentang informasi kehamilan

seperti informasi gizi selama hamil dan pemberian tablet tambah darah secara

gratis serta diberikan informasi mengenai manfaat tablet tambahdarah tersebut.


3.4 Infeksi dan Penyakit

Seseorang dapat terkena anemia karena meningkatnya kebutuhan tubuh

akibat kondidi fisiologis seperti adanya penyakit kronis atau infeksi (infeksi

cacing tambang, malaria, TBC). Ibu yang sedang hamil sangat mudah untuk

terinfeksi dan terkena penyakit menular. Beberapa di antaranya meskipun tidak

mengancam nyawa ibu, tetapi dapat menimbulkan dampak negatif bagi janin.

Diantaranya, dapat mengakibatkan abortus, pertumbuhanjanin terhambat, bayi

mati dalam kandungan, serta cacat bawaan. Penyakit infeksi yang di derita ibu

hamil biasanya tidak diketahui saat kehamilan. Hal itu baru diketahui setelah bayi

lahir dengan kecacatan.

3.5 Jarak Kehamilan

Jarak kehamilan yang terlalu dekat menyebabkan ibu tidak mempunyai waktu

yang cukup untuk memulihkan kondisi tubuhnya. Pada ibu hamil dengan jarak

yang terlalu dekat berisiko tinggi untuk mengalami anemia. Karena cadangan zat

besi ibu belum sepenuhnya pulih. Sehingga sulit bagi ibu untuk memenuhi

kebutuhan zat besi untuk dirinya sendiri maupun janin yang dikandungnya.

3.6 Pendidikan

Ibu hamil yang berisiko tinggi untuk mengalami anemia adalah ibu yang

berpendidikan rendah. Pendidikan yang rendah akan mempengaruhi pemahaman

dan kesadaran seseorang tentang kesehatan. Pendidikan yang rendah membuat ibu

hamil tidak dapat memahami tentang pentingnya tablet tambah darah serta bahaya

yang akan ditimbulkan jika ibu tidak mematuhi untuk mengkonsumsi tablet

tambah darah selama kehamilan.

3. Usaha Mengatasi Anemia pada Ibu Hamil


Usaha mengatasi anemia pada ibu hamil telah dilakukan dengan berbagai

cara. Penyuluhan yang dilakukan oleh petugas kesehatan dan pemberian suplemen

tablet besi-folat atau tablet tambah darah telah dilakukan oleh pemerintah sejak

tahun 1974. Program ini dilaksanakan dengan pemberian tablet tambah darah (90

tablet) selama kehamilan yang bertujuan untuk mengatasi anemia pada masa

kehamilan secara gratis. Pemberian tablet tambah darah ini harus diiringi dengan

edukasi mengenai pentingnya keteraturan dan kepatuhan ibu dalam mengonsumsi

tablet tersebut.

Dalam rangka mencegah terjadinya anemia pada masa kehamilan, ibu hamil

juga disarankan untuk mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin C.

karena vitamin C dapat meningkatkan dan mempercepat proses absorpsi zat besi

sehingga kerja dari tablet tambah darah menjadi lebih efektif. Ibu hamil sangat

dianjurkan untuk menghindari minuman seperti kopi dan teh karena akan

menghambat proses penyerapan zat besi. Hal ini terjadi karena kopi dan teh

mengandung tanin dan pitat yang dapat menghambat penyerapan zat besi. Selain

dari pemberian tablet tambah darah, upaya yang telah dilakukan pemerintah dalam

mengatasi anemia pada kehamilan saat ini dapat dilihat dari berbagai kebijakan

dan program-program yang ada seperti Upaya Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK),

Keluarga Sadar Gizi (Kadarsi), pemberian makanan tambahan bagi anak sekolah

dan lainnya.

Anda mungkin juga menyukai