Oleh
ZUHRONIAH
Nama : Zuhroniah
NPM : 1404122070
Jurusan : Agroteknologi
MENYETUJUI
MENGETAHUI
Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Lampung
Alhamdulillah, segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah serta inayah-Nya sehingga penulis mampu
melaksanakan Praktik Kerja Lapang dan menyusun laporan ini tepat pada
waktunya. Penulis juga mengucapkan terimakasih yang tulus pada semua pihak
yang telah membantu dan membimbing hingga selesainya penyusun laporan ini
1. Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si. selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Lampung
2. Prof. Dr. Ir. Sri Yusnaini, M.Si. selaku Ketua Jurusan Agroteknologi
4. Kepada ibu Septiana S.P., M.Si. diucapkan terima kasih banyak karena sudah
5. Manajer PTPN VII Unit Usaha Tulungbuyut, para Sinder, Mandor Besar,
Mandor dan seluruh staf PTPN VII Unit Tulungbuyut yang telah mendidik
dan memberikan pengalaman serta wawasan yang luas selama penulis
Universitas Lampung.
9. Kepada Cik Elfiani dan Cik Maulinda wati beserta keluarga penulis
10. Buat mamas, mbak dan adek Terimakasih yang senatiasa memotivasi dan
menyemangatiku.
11. Untuk Anggrio Arto terimaksih atas segala bantuan dan kerja samanya
Ferinanto, Fahri Azhar, Joko Sumarwan, Untung Budiyanto dan Alfa Rezi,
yang selalu memberikan bantuan dan dorongan semangat satu sama lain.
laporan PKL.
Penulis,
Zuhroniah
DAFTAR ISI
Halaman
COVER .................................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................... ii
SANWACANA ........................................................................................ iii
DAFTAR ISI............................................................................................ vi
DAFTAR TABEL ................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR............................................................................... x
1. PENDAHULUAN.............................................................................. 1
Tabel Halaman
Gambar Halaman
7. Kegiatan menyanggul........................................................................... 17
yang diekspor, sumber devisa negara, sumber bahan baku industri, sumber
pelestarian fungsi lingkungan hidup. Tanaman karet berasal dari negara Brazil,
Indonesia merupakan negara dengan perkebunan karet terluas didunia yaitu 3,4
pertama dunia yang hanya memiliki luas lahan penanaman 2,4 juta hektar. Akan
tetapi tingkat produktivitas tanaman rata-rata di Indonesia pada tahun 2007 baru
Indonesia ini masih lebih rendah dibandingkan Thailand yaitu 1675 kg/ha/tahun.
Menurut data Statistik Perkebunan Indonesia, luas areal Perkebunan Karet di
meningkat, yaitu 1,60 juta ton pada tahun 2001 meningkat menjadi 2,76 juta ton
pada tahun 2007 dan pada tahun 2008 diperkirakan meningkat menjadi 2,83 juta
ton. Sekitar 79% produksi berasal dari perkebunan rakyat, 10% dari perkenunan
Anggaran 2014. Praktik Kerja Lapang merupakan mata kuliah wajib bagi
praktik).
(Persero) Unit Tulung Buyut yang bergerak dalam bidang perkebunan dengan
(Persero) Unit Tulung Buyut sebagai lokasi PKL karena di instansi ini masih
dengan baik.
1.2 .Tujuan
Adapun tujuan dari praktik kerja lapang ini secara umum adalah:
2. Mengetahui teknik perawatan tanaman karet dengan baik sesuai dengan teori
Magang merupakan kegiatan turun lapang dan menjadi kegiatan utama dalam
2. Wawancara
3. Studi Pustaka
Metode ini dilakukan dengan cara membandingkan teori yang kami dapatkan
Konsultasi dan diskusi kami lakukan untuk mendapatkan kelengkapan data dan
5. Penulisan Laporan
Penulisan laporan kami ilakukan untuk membuat karya tulis ilmiah berdasarkan
dari hasil kegiatan selama praktik kerja lapangan (PKL) yang telah dilakukan
maupun informasi yang telah diperoleh sebagai tugas akhir dari kegiatan PKL.
Selama penulisan laporan ini kami didampingi dosen pembimbing PKL agar
Pada awalnya PTP Nusantara VII (persero) Unit Tulung Buyut merupakan
perkebunan milik Belanda. Perkebunan ini di bangun pada tahun 1930 oleh
nasionalisasi, terdiri dari tanaman karet dan hasil olah karet konvensional RSS
Sejalan dengan perkembangan areal dan standar Bapedal dan pada tahun 1989
sudah dapat diproduksi karet remah (SIR). Meningkatnya produksi, pada tahun
1988 dan 1994 dibangunnya pabrik pengolahan karet remah dengan kapasitas
PT Perkebunan Nusantara VII (persero) Unit Tulung Buyut membuka pabrik SIR
berkapasitas 40 ton kk/hari, dilengkapi juga dengan unit pengolahan limbah yang
PT Nusantara VII (Persero) Unit Tulung Buyut terletak pada ± 60 km arah timur
dari Ibukota Kabupaten Way Kanan dan ± 160 km dari Ibukota Provinsi
Kanan.
bergelombang.
Merah Kuning”
Jenis tanah pada PT Perkebunan Nusantara VII (Persero) Unit Tulung Buyut
adalah “Podsolik Merah Kuning” dengan bahan induk Tufa asam, latosol dan
sebagian kecil aluvial. Type iklim B dengan rata-rata curah hujan bulanan lebih
dari 200 mm sepanjang tahun, sehingga dalam keadaan musim yang normal
daerah ini tidak mengalami musim kering yang berkepanjangan (Gambar 3.).
a. Visi Perusahaan
b. Misi Perusahaan
pemasok, dan mitra usaha untuk bersama-sama mewujudkan daya saing guna
menumbuhkembangkan perusahaan.
PT Perkebunan Nusantara VII (Persero) Unit Tulung Buyut bergerak dalam dua
jenis klon karet antara lain BPM 24, BPM 1, GT 1, RRIC 100,TM 8, RRIM 600,
POLYKLONE, MIX, PB 260,TM 2, dan WR 261. Dari segi potensi dan pola hasil
lateks dan kayu, klon-klon unggul yang tersedia dapat dikelompokkkan dalam
beberapa tipe yaitu (1) klon penghasil lateks cepat (quick starter), (2) klon
penghasil lateks lambat (slow starter), dan (3) klon penghasil lateks dan kayu
(timber latex clones). PB 260 dan RRIC 100 merupakan klon unggul penghasil
PT Perkebunan Nusantara VII (Persero) Unit Tulung Buyut, salah satu klon yaitu
klon GT memiliki produksi yang cukup stabil baik pada bulan basah ataupun
bulan kering, sedangkan klon-klon yang lain mampu berproduksi tinggi hanya
pada bulan basah tetapi pada bulan kering tidak mampu berproduksi. Namun
Pada Praktik Kerja Lapang (PKL) yang dilakukan di PTPN VII Unit Usaha
Tulung Buyut yang dimulai pada tanggal 12 Januari sampai 12 Februari 2016.
pada fase TBM (Gambar 4.) yang dilakukan penulis yaitu meliputi pengendalian
pada TBM meliputi weeding, wipping, rambet, bokor, strip barisan. Hal ini dapat
Weeding adalah pengendalian gulma yang mengganggu tanaman pokok pada fase
Pengendalian gulma bertujuan agar pada tanaman karet tidak terjadi perebutan
unsur hara antara gulma dengan tanaman karet, agar tanaman karet dapat tumbuh
gulma yang berada di dekat tanaman karet dengan jarak 1 m dari tanaman.
alat manual seperti sabit dan cangkul. Pengendalian secara teknis dilakukan
dengan cara mencabut gulma yang berada di dekat tanaman karet dengan jarak
dalam sebulan.
dengan menggunakan kain yang telah dicelupkan ke dalam larutan herbisida, dari
pangkal hingga ujung daun, kemudian ujungnya dipotong sebagai tanda bahwa
menyingkirkan tanaman LCC yang melilit batang tanaman karet secara manual
dengan cara mengoret atau menyingkirkan semua tumbuhan liar yang tumbuh di
piringan tanaman. Bokor dikerjakan pada TBM I radius 100 cm dan TBM II-IV
radius 150 cm, dengan 10 rotasi pada TBM I, 12 rotasi pada TBM II dan 6 rotasi
Strip barisan ini dilakukan dengan menggunakan bahan kimiawi berupa herbisida.
0,5l/Ha dilihat dari keadaan gulma yang ada pada lapangan, dan rata-rata dosis
optimal tanaman memerlukan makanan dan unsur hara yang cukup, perlu
pemupukan curah hujan minimal 50 mm/decade dan kondisi strip barisan atau
bokoran bersih. Pemupukan dilakukan dengan cara sebagai berikut pada TBM I
(umur 1 – 12 bst) ditabur melingkar di bawah tajuk tanaman; TBM II-V (umur >
13 bst) ditabur dengan jarak penaburan 1-1,5 meter dari batang dan TM di poket
15 cm) dengan rotasi 6 kali pada TBM I, 5 kali pada TBM II dan 4 kali pada TBM
yaitu tepat jenis, tepat dosis, tepat waktu, tepat cara dan tepat jumlah. Jenis
pupuk yang digunakan adalah pupuk tunggal dan dosis pupuk menunggu
dilakukan adalah pada TBM I dilakukan 2 kali pemupukan yaitu dengan cara
pupuk ditabur kemudian bokor dan pada TBM II-TBM IV pemupukan dilakukan
dengan cara membuat lubang di sekitar tanaman selebar tajuk sebanyak 4 poket
lubang dengan kedalaman poket ±15 cm dan pupuk ditanam dalam poket lubang
tersebut.
3.1.3. Penyulaman
Penyulaman adalah kegiatan mengganti tanaman yang mati atau tanaman yang
yaitu pada TBM I-TBM 2, karena pada kondisi ini jarak umur tanaman tidak
Tanaman matang sadap apabila tanaman karet sudah mampu diambil lateksnya
ditentukan dengan umur tanaman 4 tahun, lilit batang ≥ 45 cm dan ketebalan kulit
≥ 6mm. Dalam penentuan matang sadap dilakukan dengan sensus matang sadap
yaitu memberi totol merah pada tanaman karet dengan ketinggian 150 cm dari
39 - 41 cm
42 - 44 cm
> 45 cm
Lalu dihitung persentase dari totol tersebut, jika batang yang bertotol 3 masih di
bawah 60% maka bisa dikatakan tanaman karet belum matang sadap (Gambar 6.).
Gambar 6. Kegiatan memberi totol pada tanaman karet.
daun payung teratas pada ketinggian 270 cm dari tanah dengan kondisi daun
payung teratas berwarna hijau tua (Gambar 7.). Pemeriksaan dilakukan setelah 2
simetris. Kegiatan ini dilakukan pada TBM I dan TBM II dengan rotasi 12 kali
dalam setahun. Apabila ada tanaman yang tingginya sudah lebih dari 300 cm dari
(pemotongan).
ke samping akibat terpaan angin. skur dilakukan menggunakan tali strip yang
Pengendalian hama pada fase TBM ini harus dilakukan, karena akan menentukan
keuntungan jangka panjang. Hama yang menyerang TBM adalah kerbau dan
rayap, sedangkan penyakit yang menyerang fase TBM adalah penyakit jamur akar
putih (TBM).
regu jaga hama dan pembuatan pagar pada jalur masuk kerbau. Dan juga
Penyakit yang menyerang TBM karet adalah penyakit jamur akar putih (JAP).
Jamur akar putih disebabkan oleh jamur Rigidhoporus lignosus. Penyakit ini
menyerang akar tanaman sehingga tanaman tidak dapat tumbuh dengan optimal
dan tanaman karet juga akan tumbang karena akar yang terserang akan lapuk dan
membusuk. Penyakit jamur akar putih dapat dilihat gejalanya pohon bewarna
Pengendalian jamur ini yaitu dengan cara menggali tanah di sekitar pohon yang
tanaman dapat dibersihkan secara manual dengan dicabut dengan tangan, atau
Strip barisan yaitu kegiatan pembersihan lahan dari gulma yang mengganggu
dilakukan di sekitar tanaman yaitu 3 m dari batang tanaman atau 1,5 m dari sisi
kiri dan kanan tanaman dan setelah selesai lalu diberi tanda dengan cara mengikat
pohon pada bagian terahir dilakukan strip barisan untuk mengetahui batas akhir
dilakukan penyetripan.
3.2.2. Rorak
menampung hara yang akan habis akibat terbawa arus air atau erosi pembuatan
rorak seperti trapesium yang dibuat tanggul. Pembuatan rorak ini biasa dilakukan
tanggul.
3.2.3. Pemupukan
yang hilang dalam tanah. Pemupukan pada TM dilakukan dengan rotasi 1 tahun 2
kali pemupukan diawal musim hujan dan di akhir musim hujan. Sebelum
pemupukan dilakukan analisis daun dan tanah yang disebut LSU (Leaf Sampling
Unit) pada pemupukan berjalan penentuan proses yang didasari yaitu hasil
analisis daun dan tanah yang dilakukan oleh balai penelitian enam bulan berlaku.
Di PTPN VII Unit Tulung Buyut yang diaplikasikan pada TM adalah pupuk
sistem pocket atau pupuk dibenamkan pada lubang yang dibuat sedalam 10-15 cm
Stimulasi merupakan kegiatan pemberian zat pengatur tumbuh (ZPT) yang dari
golongan etilen yang berfungsi merangsang pembuluh lateks untuk lebih lama
terbuka, sehingga jumlah lateks yang keluar lebih banyak. Stimulansia yang
ethephone. Ada dua jenis stimulan yang digunakan, yakni GEA (Grove Ethrel
Air) digunakan untuk sadap bawah dan SEM (Scrapping Ethrel Minyak) yang
Pengaplikasian dilakukan pada saat pagi hari, kondisi tidak hujan, tanaman tidak
pada saat gugur daun (trek), dan tanaman yang terserang penyakit BB atau KAS.
Jika pada saat hujan pengaplikasian stimulan tetap dilakukan dapat merangsang
terjadinya penyakit kering alur sadap (KAS). Tanaman yang diberi stimulan
harus dilakukan pemupukan dengan teratur agar dapat tumbuh dan berproduksi
dengan baik.
Karet full merupakan pemberian vitamin pada tanaman karet berupa cairan kental
yang berfungsi untuk memberi vitamin dan mengobati tanaman karet. Cara
aplikasi karet full yaitu pada bidang sadap yang akan diaplikasi harus bersih dari
scrap maupun kotoran yang menempel di irisan sadap, kemudian celupkan kuas
berukuran 8 mm kedalam botol karet full lalu oleskan pada bidang sadapan.
Tanaman menghasilkan karet yang berumur 1-2 tahun diaplikasikan dengan dosis
Hama dan penyakit perlu dikendalikan karena akan mempengaruhi populasi dan
produksi yang akan dihasilkan. Hama yang menyerang pada TM adalah kerbau.
adalah jamur akar putih (JAP), jamur upas (JUP), mouldyrot, dan kering alur
a. Kerbau
Hama kerbau merupakan salah satu yang paling banyak terdapat pada areal atau
lahan perkebunan karet di PTPN VII UNIT TUBU, hama kerbau tidak hanya
terdapat pada tanaman menghasilkan saja akan tetapi ada pula pada tanaman
belum menghasilkan, hama kerbau banyak memakan daun tanaman pada TBM
tanaman yang masih muda banyak yang mati akibat terinjak oleh kerbau, pada
memakan kulit tanaman dan melukai batang tanaman akibat terkena serangan
pemilik kerbau agar tidak mengganggu di wilayah perkebunan karet di PTPN VII
UNIT TUBU.
Penyakit Jamur Akar Putih merupakan penyakit yang sangat merugikan bagi
tanaman karet, terutama pada bagian akar karena jamur akar putih menyerang
membusuk dan lama kelamaan tanaman akan mati, ciri ciri serangan jamur akar
putih daun tanaman berbentuk cekung, dan berwarna kekuningan dan memucat,
tajuk tanaman menipis dan daun muda pada tanaman banyak yang mati. Pada
Cara pengendalian jamur akar putih : dapat dilakukan dengan cara menggali
bagian akar tanaman yang terserang jamur dan tanah galian yang digali tidak
tersebut dapat menginfeksi tanaman yang tidak terserang melainkan tanah galian
harus di letakan didekat batang yang terserang. Setelah itu akar tanaman disiram
dengan cairan fungisida berbahan aktif bayleton, digunakan untuk tanaman yang
terserang jamur tidak terlalu parah, jika tanaman sudah terserang sangat parah
maka pengendalian dapat dilakukan dengan cara isolasi atau membuat parit
sedalam 40 cm dan kemudian siram dengan cairan fungisida bayleton yang
disarankan lalu pembuangan tanah diletakan kedalam tanah yang terserang JAP
c. Jamur Upas
Jamur upas merupakan jamur yang menyerang pada bagian batang tanaman karet
getah berwarna hitam, dan lama-kelamaan cabang akan rapuh dan patah.
Pengendalian Jamur Upas yaitu dilakukan dengan cara mengeruk bagian batang
tanaman terserang lalu dioleskan dengan cairan fungisida Antico 96 yang dapat
d. Mouldy Root
Mouldy root merupakan penyakit pada bidang sadap yang ditandai dengan
Antico 96 pada bagian bidang sadapan yang terserang penyakit Mouldy Root.
e. Kering Alur Sadap (KAS)
Kering Alur Sadap merupakan penyakit pada bidang sadapan yaitu pada bidang
bidang sadap terserang KAS atau dapat beralih ke bidang sadap yang tidak
terserang KAS.
a. Double CAT
Penyadapan yang dilakuan pada dua bidang sadap yaitu bidang sadap bawah dan
bidang sadap atas. Akan tetapi pada sadapan bagian atas hanya menggunakan
kulit seperempat spiral dengan ketebalan irisan yang berbeda dengan irisan bagian
b. Losses
seperti keterlambatan penyadap, ketebalan irisan sadap yang tidak sesuai dengan
kulit, kerterlambatan dalam pemungutan lateks karena jika terlambat maka lateks
dapat membeku dan produksi tidak mencapai target yang diinginkan pabrik,
pecurian lateks maupun lump oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.
c. Kalibrasi
Kegiatan pengambilan sampel KKK atau kadar karet kering dari masing masing
masing penyadap untuk mengetahui kadar karet kering yang didapat dari masing
masing penyadap. Setiap penyadap diambil sample 100 cc, kemudian dibekukan
ditempel label atau nama, setelah itu dibawa ke pabrik pengolahan. Setelah itu
digiling selama 12 kali giling aagar dapat diketahui KKK nya. Kegiatan ini juga
LSU yaitu kegiatan pengambilan sample daun tanaman yang diambil 45 pohon
dari satu blok dan 2 cabang pohon dari setiap pohon dan masing masing cabang
pohon diambil 3 sampel daun (Gambar 12.). Dan ditambah lagi 45 pohon dalam
satu blok yang berbeda jadi total dari satu afdeling diambil 2 blok untuk sample
dan masing masing satu blok diambil 180 lembar daun dari 45 pohon,
pengambilan sample daun tidak boleh jatuh mengenai tanah agar tidak
kontaminasi. Selanjutnya yaitu pengambilan sample tanah yang diambil dari blok
afdeling untuk dibersihkan dengan cara dilap menggunakan kain bersih agar
disiapkan lalu dibawa ke kantor induk untuk disetorkan ke balai besar penelitian
yang kemudian hasil dari penelitian akan dijadikan sebagai acuan untuk
3.3. Panen
Panen merupakan pemungutan hasil lateks dari tanaman karet yang dilakukan
mulai dari penyadapan hingga pengiriman ke pabrik karet untuk menjadi bahan
adalah:
3.3.1. Penentuan Matang Sadap
karet yang akan disadap. Cara menentukan kesiapan atau kematangan adalah
dengan melihat umur dan mengukur lilit batangnya. Kebun karet memiliki
tingakat pertumbuhan normal siap disadap pada umur lima tahun dengan masa
produksi selama 25-30 tahun. Namun, hal ini dianggap tidak tepat karena adanya
tidak bisa dikontrol oleh manusia. Seandainya memungkinkan, pohon karet yang
masih berumur dibawah lima tahun pun sudah dapat disadap. Akan tetapi, hampir
patokan mutlak. Artinya umur menjadi dasar untuk melihat kematangan pohon
Pengukuran lilit batang merupakan cara yang dianggap paling efektif umtuk
menentukan matang sadap. Pohon karet siap sadap adalah pohon karet yang
diukur dari ketinggian 100 cm diatas permukaan tanah lingkar batang atau lilit
batang 45 cm atau lebih. Kebun karet mulai disadap bila 60% pohonnya dalam
satu areal sudah menunjukan matang sadap. Jika belum mencapai 60% maka
kemiringan sadapan.
2. Pisau sadap Pisau sadap ada dua macam yaitu pisau sadap
sadap biasa.
3. Talang lateks atau Talang lateks terbuat dari seng dengan lebar 2,5
talang lateks.
(Gambar 13.).
Untuk memperoleh hasil sadap yang baik dan banyak, penggambaran bidang
sadap ini adalah penentuan arah sadap yang benar, dan penentuan panjang irisan
sadap. Tinggi bidang sadap berpengaruh langsung pada jumlah pembuluh lateks.
Semakin tinggi bidang sadap, semakin kurang pembuluh lateksnya sehingga
Untuk sadapan bawah bukaan sadapan pertama pada bidang sadap pertama
dilakukan pada ketinggian 130 cm di atas sampai titik terendah irisan sadapan.
Untuk sadapan atas, bidang sadap dilakukan pada ketinggian sekitar bidang 260
cm dari permukaan tanah pada sisi yang berseberangan dengan sadapan bawah.
Penyadapan dilakukan terus hingga titik terendah sadapan atas dengan jarak
spiral dari kiri atas kekanan bawah yang berbentuk sudut 30-40 derajat terhadap
garis horizontal. Pembuatan bidang sadap yang miring dibantu dengan mal sadap.
Arah sadap yang benar akan memotong pembuluh lateks lebih banyak
dibandingkan arah sadap yang terbalik. Kemiringan lebih besar dari 40 derajat
lateks, kemiringan bidang sadap berpengaruh pada kecepatan aliran lateks. Lebih
cepat lateks mengalir berarti akan mengurangi jumlah lateks yang mengering pada
bidang irisan.
kulit karet yang akan disadap harus dibersihkan terlebih dahulu supaya
Lateks akan mengalir keluar jika kulit batang diiris, aliran lateks ini semula cepat,
tetapi lambat laun akan menjadi lambat dan akhirnya berhenti sama sekali. Lateks
Jenis klon berpengaruh pada cepat lambatnya penyumbatan pada pembuluh lateks.
Klon karet ada 2 macam yaitu quick stater dan slow starter. Quick starter
diantaranya PB 260 dan IRR 118, dan slow starter diantaranya GT1, BPM 24 dan
RRIC 100. Untuk mengalirkan lateks kembali, pembuluh lateks harus dibuka
Pengirisan kulit karet tidak perlu tebal. Pemborosan dalam pengirisan kulit berarti
akan mempercepat habisnya kulit batang karet yang produktif sehingga masa
produksinya menjadi singkat. Tebal irisan sadap yang diajurkan adalah 1,5 cm
untuk ½ S d4, dan 1,2 cm untuk ½ S d3. Konsumsi kulit per bulan atau pertahun
ditentukan oleh rumus sadap ½ S, d/2, 100% , ½ S, d/4, 100%, atau ½ S, d/3,
lingkaran batang pohon, d/2 artinya pohon disadap setiap 2 hari sekali, dan 100%
untuk itensitas sadapan. Bila disadap 2 hari sekali maka kulit karet yang terpakai
2,5 cm/bulan atau 10 cm/kuartal atau 30 cm/tahun. Agar lebih mudah dikontrol
maka pada batang sadap atau kulit pohon karet biasanya diberi tanda-tanda
konsumsi per 2 bulan dengan jumlah tanda 2-3 buah (Gambar 14.).
Gambar 13. Kegiatan pengukuran konsumsi ketebalan irisan sadap
Jika tebal irisan berpengaruh pada banyaknya kulit yang dikonsumsi pada saat
berkas pembuluh lateks yang terpotong. Ketebalan kulit hingga 7 mm dari lapisan
kambium. Bagian ini harus disisakan untuk menutupi lapisan kambium. Jika
dalam penyadapan lapisan kambium tersentuh maka kulit pulihan akan rusak dan
c. Waktu Penyadapan
Dalam tinjauan waktu, prinsip yang harus dipedomani adalah : semakin siang
transpirasi. Ini berarti, pada saat suhu dan intensitas matahari tinggi, tanaman
jaringannya. Dalam konteks sel, terjadi perubahan turgor yang memberi dampak
pelambatan aliran cairan sel. Bersamaan dengan itu, stomata daun pun menutup
sehingga air dapat dihemat pelepasannya. Mekanisme ini berlangsung pada siang
hari dan sejalan dengan turunnya suhu serta rendahnya intensitas matahari, sel-sel
percobaan sehubungan dengan hal ini sudah dilakukan dan membuktikan bahwa
penyadapan di siang hari adalah pekerjaan sia-sia dan hanya akan merusak pohon.
selesai tidak lebih dari jam 10.00 WIB atau saat terang tanah dan terang pohon
pohon) dilakukan pada jam 5.00 – 6.30 WIB, dilanjutkan dengan setengah hanca
berikutnya (270–275 pohon) pada jam 6.30–8.00 WIB. Kontrol waktu ini
Pengambilan lateks dilakukan 3 jam setelah penyadapan batang karet terakhir, hal
ini dilakukan untuk mendapatkan lateks yang maksimal dari awal penyadapan
pohon pertama.
3.3.6. Pengangkutan
lateks dan diberi cairan amoniak dengan takaran 6:1 (6 liter air dan 1 liter
amoniak) untuk 1000 kg lateks basah (Gambar 15.). Setelah itu lateks diangkut
menuju pengolahan.
Setelah penyadapan selesai maka lateks yang sudah terkumpul dibawa ke pabrik
untuk diolah menjadi RSS (Ribbed Smoke Sheet) dan SIR Bokar (Bahan Olahan
Karet) yang didapat dari masyarakat sekitar PTPN VII UU Tulung Buyut.
3.4.1 Pengolahan RSS (Ribbed Smoked Sheet)
Ribbed Smoked Sheet (RSS) adalah salah satu jenis lateks yang diolah secara
mekanis dan ramah lingkungan dengan cara pengasapan dan hasilnya memenuhi
standar The Green Book dan konsisten. Cara pengolahan karet ini adalah
dan pengasapan. Beberapa faktor yang memenuhi mutu adalah pembekuan yang
baik sesuai yang diinginkan seperti pengasapan dan pengeringan. Karet lembaran
asap (RSS) digunakan untuk pembuatan ban kendaraan mobil dan motor, jenis
Tahap awal dalam pengolahan karet lembaran asap bergaris adalah penerimaan
lateks kebun dari pohon karet yang disadap. Lateks pada mangkuk kemudian
tangki dan dibawa ke pabrik untuk dialirkan ke dalam bak koagulasi (Gambar 16.)
yang bersih dan tidak mengandung logam maupun kotoran lainnya, pH air antara
5.8-8.0, kesadahan air maksimal 6º serta kadar bikarbonat tidak melebihi 0.03 %.
alumunium.
c. Pembekuan
Pembekuan lateks dilakukan dalam bak koagulasi dengan menambahkan zat yang
bersifat asam. Asam yang digunakan adalah asam formiat/asam semut atau asam
asetat/asam cuka dengan konsentrasi 1-2% ke dalam lateks 4 ml/kg karet kering.
Jumlah dapat diperbesar apabila lateks ditambahkan zat anti koagulan terlebih
ion H+ akan bereaksi dengan ion OH- sehingga terjadi koagulan pada lateks.
Lateks akan membeku selama 40 menit setelah pemberian asam semut dan
pengadukan 7-11 kali maju dan mundur secara perlahan agar tidak terjadi
dan lembaran yang seragam. Setelah 40 menit lateks membeku dan plat atau
d. Penggilingan
yang digiling untuk mengeluarkan kadar air dan kotoran yang terkandung dalam
pabrik, tujuan pencucian agar koagulan tidak lengket saat ditiriskan dipenjemuran
dan terhindar dari sinar matahari secara langsung karena penjemuran diruang
terbuka dan tidak mendapat sinar matahari secara langsung selama 1-2 jam.
Penirisan atau penjemuran tidak boleh terlalu lama menghindari cacat maupun
jamur.
dilakukan selama 120 jam atau lima hari. Setelah lima hari lembaran-lembaran
diturunkan (Gambar 19.). Untuk mencegah pertumbuhan jamur maka suhu yang
f. Sortasi
Dalam penimbangan proses sortasi untuk melihat lembaran yang jamuran dan
RSS 2, RSS 3, RSS 4, RSS 5 dan cutting, cutting merupakan lembaran sheet yang
g. Pengepresan
tekanan 5 ton selama 15 menit kemudian dikunci semalaman agar sheet dapat
berbentuk kotak (Gambar 21.). Bentuk bale kubus ukuran 50x50x50 cm untuk
h. Penyimpanan Bale
Bale yang sudah selesai dikapur dan diberi tanda pengenal produsen disimpan di
Untuk menjaga kualitas RSS kondisi gudang penyimpanan bagian dalam harus
SIR merupakan produk olahan yang dihasilkan oleh PTPN VII Unit Tulung
Buyut. SIR merupakan produk olahan dari bahan baku utama lateks beku atau
cup lump (Cl) yang diperoleh dari hasil pembelian karet rakyat. Perbedan antara
SIR 5, SIR 10, dan SIR 20 adalah kualitasnya yang memenuhi permintaan
pabrik adalah:
Bokar berupa Cl atau slab yang tiba di pabrik ditimbang kemudian dilakuakn
sortasi mutu bokar terutama diterima dari pembelian masyarakat, mutu bokar
yang tidak sesuai standar SNI tidak diterima. Bokar dari kebun inti, plasma dan
pembelian ditempatkan pada lantai semen dan terlindungi dari sinar matahari, dan
terutama slab yang tebal harus dipotong dengan slab cutter untuk memeriksa
BOKAR dicuci sebelum masuk ke slab cutter. Kemudian BOKAR dipecah dalam
pre breaker menjadi ukuran ±3-5 cm, setelah keluar dari pre breaker cacahan
karet masuk dalam bak blending 1 supaya homogen. Cacahan karet dicacah lagi
yang keluar dicampur lagi dalam bak blending II yang berfungsi supaya cacahan
c. Pembuatan Creppe
Cacahan dari bak blending III masuk ke macerator untuk membuat lembaran
awal. Lembaran yang keluar dari macerator digiling dengan crepper I dan II
Setelah 12 hari di pre drying creppe (Gambar 24) diremah dengan menggunakan
shredder. Karet keluar dari dryer didinginkan menggunakan cooling fan hingga
suhu maksimum 40oC dan sebelum dipres diamati dan dihilangkan cacat karet
seperti white spot/virgin rubber , kontaminan dan dideteksi dengan metal detector.
Sebelum dimasukkan ke dalam peti pallet diambil contoh atau sample SIR untuk
analisa di laboratorium, contoh atau sample SIR diambil dengan kelipatan 9 dalam
setiap pallet berisi 36 bale. Bale dikemas dalam pallet (FS) atau shrink wrapped.
e. Penyimpanan
Air yang dibuang dari pabrik ke kolam penampungan tidak semua racun karena
melalui proses dan penyaringan sehingga tidak beracun saat dibuang ke sungai
a. Collecting Reservoir
Air buangan hasil sisa olahan karet langsung dialirkan dan ditampung ke bak
collecting reservoir. Air yang dialirkan ke bak diberi saringan tiap pintunya yang
berguna sebagai pengontrol sludge atau residu asam asetat yang kemudian
mengalir ke bak selanjutnya yang terbebas dari sludge. Air buangan sisa olahan
karet tidak dibuang ke sungai agar tidak mencemari sungai dan lingkungan
sekitarnya.
b. Equalisation Basin
Air buangan collecting reservoir dialirkan ke dalam bak equalization basin untuk
equalisasi basin untuk mengendalikan pH air, mengurangi fluktasi debit air dan
aerasi agar terjadi homogenitas air untuk mencapai Biochemical Oxigen Demand
Air limbah dimasukan bak aerasi lagon untuk menurunkan kadar COD dan BOD
pada air limbah. Bak aerasi terdiri 5 lagon dengan jumlah yang berbeda tiap-tiap
lagon yaitu:
4.1. Kesimpulan
Adapun dari laporan praktik kerja lapang ini dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Proses budidaya tanaman karet yang penulis lakukan saat di PTPN VII Unit
(Pengolahan).
produk olahan setengah jadi, yaitu ribbed smoke sheet (RSS) dan standard
berdasarkan pada teori baku yang sudah ditetapkan, akan tetapi untuk
4.2. Saran
Dari berbagai kegiatan praktik kerja lapang (PKL) yang telah dilakukan
berikut:
1. Untuk pelaksanaan PKL yang akan datang diharapkan untuk memberikan
kegiatan yang ada, sebab ada beberapa kegiatan yang belum kami ketahui .
2. Untuk para karyawan yang bekerja di PTPN VII Unit Tulungbuyut agar
PT Perkebunan Nusantara VII. 2013. Profil PTPN VII Unit Tulung Buyut. PT
Perkebunan Nusantara VII. Way Kanan.
Foto kegiatan diskusi dengan sinder Foto bersama Pak Wahyu sinder
afdeling 1. afdeling 2
Nama : Zuhroniah
NPM : 1404122070
Jurusan : Agroteknologi/D3 Perkebunan
Lokasi : PTPN VII Unit Tulung Buyut
Judul : Teknik Pemeliharaan, Panen dan Pasca Panen Tanaman
Karet (Hevea Brasiliensis) Di PT Perkebunan Nusantara VII
Unit Tulung Buyut Kecamatan Negeri Agung Kabupaten
Way Kanan