Henning Pury Asanti-Fst PDF
Henning Pury Asanti-Fst PDF
PENGOLAHAN BUAH
(Studi Kasus: CV.Winner Perkasa Indonesia Unggul,
Sawangan, Depok, Jawa Barat)
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pertanian Pada Program Studi Agribisnis
Menyetujui,
Penguji I Penguji II
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
Dekan Ketua
Fakultas Sains dan Teknologi Program Studi Agribisnis
PENDIDIKAN
1992 – 1998 : SD Negeri Lempuyang Wangi III Yogyakarta
1998 – 2001 : SLTP Negeri 1 Ende, NTT
2001 – 2004 : SMA Negeri 58 Jakarta
2005 – 2011 : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
ORGANISASI
2006 – 2007 : Manager Accounting Lembaga Semi Otonom
Campus Interpreneur Community
2007 – 2008 : Staf Dana Usaha BEM Jurusan Agribisnis
KEPANITIAAN
2007 : Sekretaris pada acara Workshop Kewirausahaan
2007 : Koordinator Konsumsi pada acara Diskusi Panel &
Munas IX POPMASEPI
2007 : Koordinator Acara Pelatihan Jurnalistik pada
rangkaian acara Agri’s Event
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena hanya
dengan Ridha-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul ”Analisis
Kelayakan Finansial Usaha Pengolahan Buah (Studi Kasus : CV. Winner Perkasa
Indonesia Unggul, Sawangan, Depok, Jawa Barat”. Shalawat serta salam penulis
haturkan kepada Nabi Muhammad SAW, para sahabat dan keluarga beliau serta
untuk semua kaum muslimin semoga kita mendapatkan kebahagiaan dunia dan
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak dapat terselesaikan dengan baik
tanpa bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan kali ini, penulis ingin
yang diberikan kepada penulis selama menyusun skripsi ini. Oleh karena itu
1. Kedua orang tua yang tanpa lelah membimbing dan melindungi penulis
selama ini, juga atas semangat yang tiada henti-hentinya diberikan kepada
penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Terima kasih
tak terhingga untuk Bapak dan Ibuku tercinta atas apa yang telah diberikan
2. Adik-adik tersayang Isna, Nimas, Ibnu, dan Ainur yang selalu menemani
4. Ibu Eny Dwiningsih, S.TP, M.Si selaku dosen pembimbing II yang telah
5. Ibu Ir. Lilis Imamah Ichdayati, M.Si selaku penguji I dalam sidang
penulis.
penulis.
8. Bapak Dr. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis selaku Dekan Fakultas Sains
9. Ibu Maria Gigih Sandy selaku pemimpin CV. Winner Perkasa Indonesia
penelitian. Mba Mul, Dian, Bang Dede, Agus, dan Fajar yang telah
11. Teman-teman seperjuangan Agri ’05 yang tidak bisa penulis sebutkan satu
persatu. Hanya satu yang ingin penulis sampaikan, tetaplah kita menjaga
tali persahabatan dan persaudaraan kita, tetap semangat, dan saling
mendoakan. Bersemangat!!
teman hidup, dan sahabat untuk sekarang, nanti, dan selamanya. Terima
kasih selalu menyemangati dan menghibur penulis. Thank you so much for
your love.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan saran dan
kritik yang dapat membangun dari semua pembaca. Semoga skripsi ini dapat
berguna bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Penulis
RINGKASAN
Halaman
DAFTAR ISI........................................................................................................ x
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
Halaman
1. Diagram Alir Pengolahan Sari Buah ................................................................ 10
2. Diagram Alir Pengolahan Sirup Buah ............................................................. 13
3. Kerangka Pemikiran ......................................................................................... 25
4. Struktur Organisasi CV.WPIU .......................................................................... 38
5. Saluran Tataniaga Jus dan Sirup Buah Pada CV.WPIU ................................... 50
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Indonesia merupakan salah satu negara agraris yang memiliki potensi besar
dalam hal perkembangan pertanian. Salah satu sub sektor pertanian yang memiliki
salah satu komoditas hortikultura yang berpotensi untuk dikembangkan dalam hal
Indonesia.
Tahun (ton)
No Jenis Buah
2005 2006 2007 2008 2009
1 Mangga 1.412.884 1.621.997 1.818.619 2.013.121 2.243.440
2 Jeruk 2.214.019 2.565.543 2.625.884 2.311.581 2.131.768
3 Pepaya 548.657 643.451 621.524 653.276 772.844
4 Nanas 925.082 1.427.781 2.237.858 1.272.761 1.558.196
5 Durian 566.205 747.848 594.842 602.694 797.798
6 Manggis 64.711 72.634 112.722 65.133 15.558
7 Belimbing 65.967 70.298 59.984 66.700 72.443
8 Rambutan 657.579 801.077 705.823 851.240 986.841
9 Salak 937.930 861.950 805.879 712.263 829.014
10 Jambu Biji 178.509 196.180 179.474 207.025 220.202
11 Sirsak 75.767 84.373 55.798 49.158 65.359
12 Markisa 82.892 119.683 106.788 135.541 120.796
Sumber : Biro Pusat Statistik, 2010
nanas, belimbing, dan jambu biji cenderung meningkat setiap tahun walaupun
untuk buah nanas pada tahun 2008 mengalami penurunan produksi sebesar
965.097 ton menjadi 1.272.761 ton dari tahun sebelumnya. Produksi buah
belimbing dan jambu biji juga mengalami penurunan di tahun yang sama yaitu
pada tahun 2007, namun jika di lihat secara keseluruhan jumlah produksi buah-
dan mempunyai masa kadaluarsa yang lebih lama dari buah segar. Menurut
Direktorat Jenderal Industri Agro dan Kimia (2010 : 10), permintaan produk
olahan buah seperti sari buah atau jus sebesar 76.565 ton pada tahun 2006 dengan
tahun 2010 mencapai 368.875 ton. Kecenderungan masyarakat yang dewasa ini
minuman sari buah, manisan buah, selai, kripik, dodol, dan produk olahan buah
lainnya. Hal ini yang menyebabkan banyak pelaku usaha bergerak dalam industri
CV. Winner Perkasa Indonesia Unggul merupakan salah satu pelaku usaha
Bermula dari ketersediaan bahan baku yang berlimpah di kota Depok, perusahaan
pertanian kebanggaan kota Depok, yaitu buah belimbing dewa, didampingi buah
lainnya seperti jambu biji merah, wortel dan nanas. Produk yang dihasilkan adalah
jus dan sirup berbahan dasar buah belimbing, jambu biji merah, dan nanas dengan
tambahan wortel. Pengolahan jus dan sirup buah dilakukan dengan menggunakan
sesuai dengan target yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, agar tujuan
perusahaan tersebut layak atau tidak layak untuk dijalankan. Apabila usaha
tersebut layak untuk dijalankan maka akan memberikan keuntungan atau tidak,
penuh ketidakpastian di masa yang akan datang baik resiko yang dapat
hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sebuah acuan untuk perusahaan
perusahaannya dan dapat dijadikan sebuah model yang dapat diadopsi oleh para
petani buah khususnya di daerah sekitar perusahaan dan para petani di daerah
lainnya pada umumnya agar dapat lebih mengoptimalkan hasil panennya untuk
meningkat dari waktu ke waktu. Berdasarkan latar belakang tersebut penulis ingin
Indonesia Unggul?
sebagai berikut:
Indonesia Unggul.
dan sirup buah selama lima tahun. Data-data terakhir yang diambil meliputi aspek
pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek lingkungan, aspek hukum, dan aspek
keuangan berupa data-data keuangan adalah pada akhir tahun 2009. Batasan ini
dilakukan karena keterbatasan yang dimiliki peneliti dalam hal waktu, biaya, dan
tenaga.
1. Bagi penulis
2. Bagi perusahaan
3. Bagi pembaca
a. Akademis
selanjutnya.
menjadikan buah dapat diolah menjadi berbagai produk olahan seperti buah dalam
kaleng, minuman sari buah, manisan buah, selai, kripik, dodol, dan produk olahan
buah lainnya. Salah satunya adalah mengolah buah menjadi jus atau sari buah dan
sirup buah.
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, 2000 : 1), jus adalah sari buah encer yang
Jus buah dapat dibedakan menjadi jus jernih (clear juice) dan jus keruh
(cloudy juice). Contoh jus jernih adalah jus apel, anggur, pir, dan peach. Contoh
jus keruh adalah jus nanas, mangga, sirsak, jeruk, dan jambu biji. Jus dapat dibuat
dari satu jenis buah (single fruit juice) ataupun gabungan dari beberapa jenis buah
Perbedaan pengertian antara jus buah (fruit juice) serta minuman rasa buah
(fruit drink) adalah jus buah didefinisikan sebagai cairan yang diperoleh dari
memiliki warna, aroma, dan cita rasa yang sama seperti pada buah aslinya. Jus
buah biasanya dijual dalam bentuk 100 persen jus, 70 persen jus, atau 50 persen
jus. Minuman 100 persen jus artinya jus tersebut betul-betul merupakan cairan
hasil perasan dari buah asli dan dikemas tanpa proses pengenceran. Sedangkan
istilah minuman rasa buah berarti minuman tersebut tidak mengandung unsur
buah sama sekali, tetapi dibuat dengan cara menambahkan cita rasa atau flavor
Buah disortasi dan dipilih yang matang serta bebas dari kerusakan (biologis
dikehendaki.
pemotongan bahan menjadi bagian yang lebih kecil dengan ukuran kurang
3. Blanching
Buah yang telah dibelah kemudian di blanching pada suhu kurang lebih 85oC
5. Penyaringan
6. Penjernihan
menambahkan suatu senyawa yang dapat bereaksi dengan komponen sari buah.
yaitu gelatin.
7. Stabilisasi
kerusakan pada sari buah. Pasteurisasi dilakukan pada suhu 80oC selama 20
menit.
Sari buah yang telah dipasteurisasi kemudian dimasukkan ke dalam botol yang
telah disterilkan dengan kapasitas 250 ml. Air buah yang dimasukkan masih
yang terikut. Sebelum dilakukan penutupan botol, sisa udara yang terdapat
10. Penutupan
pembuatan jus atau sari buah yaitu menutup botol yang terisi sari buah. Hal ini
dimaksudkan supaya sari buah tetap higienis dan aman dari pengaruh udara
luar.
Buah
Blanching
Ekstraksi
Penyaringan
Pasteurisasi
Sari buah
Pembotolan
Exhausting
Penutupan
Menurut SNI 0153-1993, sirup adalah larutan gula pekat (Saccharosa high
fruktose syrup dan atau gula inversi lainnya) dengan atau tanpa penambahan
bahan tambahan makanan yang diijinkan (Pujimulyani, 2009 : 128). Sirup yaitu
cairan yang dihasilkan dari pengepresan daging buah dan dilanjutkan dengan
proses pemekatan, baik dengan cara pendidihan biasa maupun dengan cara lain
seperti penguapan dengan hampa udara, dan lain-lain (Deputi Menegristek Bidang
Buah disortasi dan dipilih yang matang serta bebas dari kerusakan (biologis
dikehendaki.
pemotongan bahan menjadi bagian yang lebih kecil dengan ukuran kurang
3. Blanching
Buah yang telah dibelah kemudian di blanching pada suhu 100oC selama 5
5. Penyaringan
Bubur buah hasil ekstraksi kemudian disaring dengan kain saring dan
6. Pasteurisasi
ditambahkan CMC untuk penstabil dan gula pasir untuk pemanis. Pemanasan
Sortasi
Pengupasan
Penghancuran
Bubur buah
Ampas
Pendidihan 20 menit
Sirup buah
panjang memberikan dampak yang cukup besar bagi kelangsungan usaha suatu
investasi terlebih dahulu mengkaji studi kelayakan khususnya aspek finansial dan
ekonomi (Soeharto, 1999 : 109). Langkah selanjutnya yang dilakukan adalah
biaya yang dikeluarkan untuk investasi maupun pemasukan dari pendapatan yang
akan diperoleh atau faktor-faktor lain. Suatu asumsi tidak akan selalu tepat karena
memiliki resiko berbeda atau meleset dari kenyataan, maka untuk mendapatkan
investasi mencoba menentukan proyek atau aset apa saja yang akan dipilih dan
dan dari mana proyek dibiayai, sehingga setelah pemilihan usulan investasi
dianalisis dengan berbagai kriteria (misalnya, NPV atau IRR) maka langkah
penelitian yang dilakukan secara mendalam untuk menentukan apakah usaha yang
akan dijalankan akan memberikan manfaat yang lebih besar dibandingkan dengan
biaya yang akan dikeluarkan sedangkan pengertian bisnis adalah usaha yang
kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang suatu usaha atau bisnis yang
akan dijalankan, dalam rangka menentukan layak atau tidak usaha tersebut.
terhadap rencana bisnis yang tidak hanya menganalisis layak atau tidak layak
bisnis yang dibangun, tetapi juga saat dioperasionalkan secara rutin dalam rangka
perhitungan bunga dan nilai uang, seperti beban bunga, tingkat bunga, nilai uang
(time value money), nilai pinjaman beserta cicilan (kredit), serta perhitungan
berikut:
1. Aspek Teknis
layout serta kesiagaan mesin-mesin yang akan digunakan (Kasmir dan Jakfar,
2008 : 145).
2. Aspek Manajemen
cara pengelolaan dari gagasan usaha atau proyek yang direncanakan secara
efisien. Apabila bentuk dan sistem pengelolaan telah dapat ditentukan secara
teknis (jenis pekerjaan yang diperlukan) dan berdasarkan pada kegiatan usaha,
disusun bentuk struktur organisasi yang cocok dan sesuai untuk menjalankan
3. Aspek Hukum
dibangun dan dioperasikan. Ini berarti bahwa setiap proyek yang akan
didirikan dan dibangun di wilayah tertentu harus memenuhi hukum dan tata
Aspek sosial dan ekonomi terdiri dari dampak positif dan negatif yang
akan dapat dirasakan oleh berbagai pihak, baik bagi pengusaha itu sendiri,
suatu proyek yang akan dijalankan. Arti keberadaan suatu usaha atau proyek
baik dampak rencana usaha dan atau kegiatan terhadap kegiatan-kegiatan yang
sudah ada sebaliknya maupun dampak kumulatif dari rencana usaha dan atau
kegiatan yang sudah ada terhadap lingkungan hidup (Kasmir dan Jakfar,
2008 : 203).
6. Aspek Pasar
Menurut Ibrahim (2003 : 100), faktor utama yang perlu dinilai dalam
a. Jumlah permintaan produk di masa lalu dan masa kini serta kecenderungan
market space (market potensial) yang tersedia di masa yang akan datang.
produksi.
e. Strategi apa saja yang perlu dilakukan dalam meraih market share yang
telah direncanakan.
Pemasaran adalah suatu proses sosial yang melibatkan kegiatan-
apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui pertukaran dengan pihak lain
2004 : 18).
7. Aspek Keuangan
seperti:
investasi.
d. Proyeksi neraca dan laporan laba rugi untuk beberapa periode ke depan.
atau tidak dengan melakukan evaluasi proyek, yaitu dengan cara menghitung
manfaat dan biaya yang diperlukan sepanjang umur proyek dengan menggunakan
present value (nilai saat ini) dan aliran kas bersih operasional atas proyek
2002 : 120). NPV yaitu selisih antara present value dari investasi dengan
maupun aliran kas terminal) di masa yang akan datang (Umar, 2005 : 200).
2008 : 100).
2. Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C)
Net B/C Ratio merupakan perbandingan antara net benefit yang telah
didiskon positif dengan net benefit yang telah didiskon negatif. B/C Ratio
merupakan rasio aktivitas dari jumlah nilai sekarang penerimaan dengan nilai
Net B/C merupakan angka perbandingan antara jumlah present value yang
positif dengan jumlah present value yang negatif (Gray, 2005 : 74).
digunakan untuk mencari tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang dari
arus kas yang diharapkan di masa datang, atau penerimaan kas dengan
pengeluaran investasi awal (Umar, 2005 : 198). IRR merupakan alat untuk
mengukur tingkat pengembalian hasil intern (Kasmir dan Jakfar, 2008 : 102).
rasio yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan
dalam perusahaan atau suatu ukuran tentang efisiensi manajemen (Kasmir dan
waktu (periode) pengembalian investasi suatu proyek atau usaha (Kasmir dan
lain pada keadaan ini perusahaan tidak mendapat laba maupun rugi (Fatah,
1994 : 45). Analisis pulang pokok adalah suatu alat analisis yang digunakan
7. Analisis Sensitivitas
2004 : 8).
Usaha Pengolahan Puree Mangga di CV. Promindo Utama, Cirebon, Jawa Barat.
pengolahan puree mangga telah layak untuk dilaksanakan. Ditinjau dari aspek
pasar, potensi pasar puree mangga dinilai telah memadai yaitu pangsa pasar
berupa industri hilir. Ditinjau dari aspek teknis, pemilihan lokasi unit pengolahan
puree mangga dinilai sangat tepat. Ditinjau dari aspek manajemen, pelaksanaan
kegiatan unit pengolahan diharapkan akan terorganisasi dengan baik. Dari aspek
pendapatan petani serta membuka lapangan kerja bagi penduduk sekitar dan dari
mangga ini layak untuk dijalankan jika menggunakan bahan baku mangga
Harumanis grade C. Nilai NPV yang diperoleh unit pengolahan selama 10 tahun
yaitu sebesar Rp. 346.825.522,- dengan kapasitas mesin sebesar 78.000 kg selama
5 bulan masa produksi per tahunnya, nilai IRR sebesar 87,26 persen, nilai Net B/C
Jawa Barat. Ditinjau dari aspek pasar, telah memiliki peluang pasar yang cukup
baik karena besarnya permintaan pasar. Dari aspek teknis, usaha ini layak
produksi bahan baku, ketersediaan tenaga kerja yang cukup berpengalaman serta
sarana dan prasarana yang dimiliki cukup memadai. Ditinjau dari aspek sosial
pendapatan petani.
pengolahan jagung ini layak untuk dijalankan karena memberikan nilai NPV
positif, Net B/C lebih besar dari satu, IRR lebih besar dari tingkat suku bunga
yang berlaku di pasaran, dan Payback Period kurang dari umur ekonomis proyek.
Jika dilihat dari analisis sensitivitasnya, kelayakan finansial untuk proyek ini tidak
layak untuk dijalankan ketika terjadi penurunan produksi sebesar 15,38% dan
penurunan harga jual sebesar 23,33%. Untuk kelayakan ekonominya tidak layak
masyarakat.
2.3. Kerangka Pemikiran
yang pertama adalah dengan melakukan observasi dan wawancara langsung untuk
dengan kelayakan usaha, seperti aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen,
aspek hukum, aspek sosial dan ekonomi, aspek lingungan, serta berkaitan dengan
Kebutuhan dan sumber dana terdiri dari modal reinvestasi dan modal kerja
berupa biaya tetap dan biaya tidak tetap. Untuk mengetahui apakah perusahaan
tersebut secara keuangan dapat dikatakan layak dari data biaya dan pendapatan
maka dilakukan beberapa pengukuran kriteria penilaian kelayakan yaitu NPV, Net
B/C, IRR, ROI, Payback Period, dan BEP. Untuk mengestimasi adanya perubahan
harga di masa yang akan datang maka dilakukan analisis sensitivitas. Kemudian
didapatkan hasil data yang diperlukan. Setelah mendapatkan hasil tentang studi
tersebut layak atau tidak. Apabila usaha dikatakan layak maka usaha tersebut
perusahaan tersebut harus mengadakan evaluasi dan perbaikan dalam usaha dan
Aspek Keuangan
Jl. Sawangan Raya No. 16, Depok, Jawa Barat 16511. Waktu penelitian
dilaksanakan pada bulan Maret sampai Mei 2010. Tempat penelitian ini dipilih
atas dasar pertimbangan bahwa perusahaan ini merupakan salah satu perusahaan
pengolahan buah yang memiliki kapasitas produksi paling besar dan melakukan
diversifikasi produk diantara perusahaan lain yang terdapat di wilayah yang sama.
Selain itu perusahaan ini juga memiliki potensi perkembangan yang baik pada
masa yang akan datang dan adanya transparansi data-data yang dapat
Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data
sekunder. Data primer yang diperoleh berupa data langsung dari perusahaan yang
berupa observasi dan wawancara dengan pimpinan CV. Winner Perkasa Indonesia
Unggul, dan karyawan di bidang pengolahan. Hal ini dilakukan antara lain untuk
finansial.
Data sekunder diperoleh dari laporan manajemen perusahaan dan instansi
yang terkait. Data sekunder juga diperoleh melalui proses membaca, mempelajari,
sumber data lainnya yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas.
beberapa cara, yaitu observasi, wawancara, dan studi literatur. Observasi adalah
secara langsung sehingga dapat diperoleh gambaran yang nyata dari keadaan
produksi.
keuangan. Studi literatur adalah pengumpulan data dengan studi literatur berupa
aspek teknis atau operasi, aspek manajemen, aspek hukum, aspek ekonomi dan
sosial, aspek lingkungan, dan aspek pasar yang terdapat pada perusahaan tersebut.
seluruh total tagihan kepada pelanggan atas barang yang dijual, baik secara tunai
dari bukan usaha pokok perusahaan (diluar pokok usaha). Menurut Soemarso
kewajiban yang timbul dari penyerahan barang atau jasa atau aktivitas usaha
lainnya dalam suatu periode. Analisis pendapatan usaha dilakukan terhadap biaya
kegiatan produksi dari awal pembuatan hingga pengemasan yang dilakukan dalam
yang diperoleh CV. Winner Perkasa Indonesia Unggul. Terlebih dahulu dilakukan
Total biaya = BT + BV
3.4.2. Penyusutan
dasarnya bertitik tolak pda harga perolehan (cost) sampai dengan modal tersebut
dapat memberikan manfaat bagi suatu usaha. Salah satu cara yang dapat
penelitian ini adalah metode garis lurus. Rumus yang digunakan sebagai berikut:
NPV yaitu selisih antara present value dari investasi dengan present value
dari penerimaan-penerimaan kas bersih (aliran kas operasional maupun aliran kas
terminal) di masa yang akan datang (Umar, 2005: 200). Rumus NPV adalah
sebagai berikut:
n CFt
NPV = ∑ I0
t=1 ( 1 + K)t
b. NPV negatif berarti bahwa proyek tersebut berada dalam kerugian dan proyek
Net B/C merupakan angka perbandingan antara jumlah present value yang
positif dengan jumlah present value yang negatif (Gray, 2005 : 74). Rumus Net
n Bt - Ct
∑ ( untuk Bt – Ct > 0 )
t
t=0 (1 + i)
Net B/C =
n Ct - Bt
∑ ( untuk Bt – Ct < 0 )
t=0 (1 + i)t
t = tahun ke
i = discount rate
Kriteria penilaiannya adalah:
berupa penerimaan yang didapat dari volume penjualan yang dikalikan dengan
harga produk, dalam kasus ini tidak menghitung manfaat tidak langsung dari
perusahaan berupa nilai kepercayaan konsumen dan nilai-nilai lain yang memiliki
nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan di masa datang, atau penerimaan kas
dengan pengeluaran investasi awal (Umar, 2005: 198). Rumus IRR adalah sebagai
berikut:
n CFt
I0 = ∑
t=1 ( 1 + IRR )t
dimana : t = tahun ke
n = jumlah tahun
Kriteria penilaiannya adalah jika IRR yang didapat ternyata lebih besar dari
profitabilitas suatu investasi (Soeharto, 2002 : 95). ROI merupakan rasio yang
menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan
atau suatu ukuran tentang efisiensi manajemen (Kasmir dan Jakfar, 2008 : 206).
Nilai investasi
Payback Period = x 1 tahun
Kas Masuk Bersih
Kriteria penilaiannya adalah jika payback period lebih pendek waktunya dari
Break Event Point (BEP) merupakan suatu keadaan atau penjualan usaha
dengan kata lain pada keadaan ini perusahaan tidak mendapat laba maupun rugi
Total biaya
BEP Harga =
Total produksi
proyek yang telah dilakukan. Tujuan analisis sensitivitas adalah untuk mengkaji
sejauh mana perubahan unsur-unsur dalam aspek finansial terhadap apa yang
harga bahan baku, perubahan harga bahan kemasan, dan perubahan penerimaan.
Hal tersebut karena dapat mempengaruhi kondisi kelayakan usaha dari nilai NPV,
Net B/C, IRR, ROI, dan Payback Period setelah terjadi perubahan akibat variabel-
variabel diatas. Kenaikan harga bahan bakar, bahan baku, dan bahan kemasan
sebesar 9% didapat dari rata-rata inflasi nasional periode 2004 – 2009 yang dapat
suku bunga yang digunakan dalam analisis sensitivitas adalah 14% yang
merupakan tingkat suku bunga rata-rata kredit investasi bank umum periode
adalah:
1. Peningkatan harga bahan bakar sebesar 9% pada harga bahan bakar gas untuk
2. Peningkatan harga bahan baku sebesar 9% pada harga bahan baku buah
(belimbing, jambu biji merah, nanas, dan wortel) dan harga bahan baku
tambahan (gula pasir, CMC, dan bahan tambahan makanan (natrium benzoat,
3. Peningkatan harga bahan kemasan sebesar 9% pada kemasan botol (plastik dan
panjang.
3. Perhitungan penyusutan dengan menghitung nilai sisa sebesar 10% dari harga
awal pembelian.
4. Biaya Tetap adalah biaya yang jumlahnya tetap, tidak tergantung pada
6. Total biaya adalah jumlah dari modal kerja dan biaya penyusutan yang
7. Tingkat suku bunga yang digunakan adalah tingkat suku bunga yang
berlangsung sekarang yaitu sebesar 14% yang didapat dari rata-rata suku
kenaikan harga bahan bakar, harga bahan baku, dan harga bahan kemasan.
10. Sumber modal CV. Winner Perkasa Indonesia Unggul untuk reinvestasi
11. Perhitungan analisis kelayakan terdiri dari modal sendiri, modal pinjaman
dengan jumlah pinjaman sebesar 50%, dan modal pinjaman dengan jumlah
12. Perhitungan analisis kelayakan tahun 2009 dianggap sebagai tahun pertama
pelaku usaha yang bergerak di bidang pengolahan minuman yang berbahan dasar
buah. Perusahaan ini berdiri pada bulan September 2005 dengan pemiliknya
adalah Ibu Maria Gigih Sandy. Pada awal berdirinya, perusahaan ini bernaung di
bawah satu kesatuan kelompok kerja yaitu Babakan Agro Andalan Desa yang
bergerak pada bidang pengolahan buah menjadi aneka macam produk olahan
seperti jus, sirup, selai, dan instan. Seiring berjalannya waktu, kelompok kerja
tersebut memisahkan diri untuk mendirikan usaha sendiri dengan nama sesuai
memisahkan diri tersebut adalah CV. WPIU dengan membawa komitmen bahwa
masing-masing kelompok memproduksi salah satu jenis hasil olahan buah sebagai
produk utamanya, namun jika ingin memproduksi hasil olahan yang lain
diperbolehkan seperti sirup, selai, dan dodol tetap diproduksi sesuai pesanan.
Merek dagang Winner Perkasa Indonesia Unggul dipilih adalah agar kelak
penamaan merek dagang supaya bangsa Indonesia tidak selalu dilecehkan oleh
perusahaan ke depan adalah memenuhi kebutuhan pasar lokal secara optimal dan
memiliki struktur organisasi yang sederhana yaitu organisasi garis atau lini yang
dipimpin oleh Ibu Maria Gigih Sandy sebagai pemilik sekaligus pemimpin
(komanditer) dan merangkap juga sebagai manajer tunggal. Jika Ibu Maria sedang
ada keperluan di luar perusahaan maka tugas tersebut dialihkan kepada anaknya
yang juga mempunyai saham pada perusahaan ini. Ibu Maria sebagai manajer
berikut.
Perusahaan yang beroperasi sejak tahun 2006 ini dari tahun ke tahun
3 tahun hingga tahun 2009 dan masih bersifat fluktuatif. Tahun 2009 perusahaan
ini melakukan reinvestasi dengan tujuan meningkatkan jumlah produksi dan saat
ini (2011) peningkatan jumlah produksi mencapai kapasitas 1500 liter per hari.
Hal ini bertujuan untuk mencapai target pasar khususnya lokal. Produk ini telah
dikenal oleh berbagai lapisan sosial masyarakat dan dengan cita rasa khas buah
yang sama (jus dan sirup buah) dan penjual minuman dengan produk berbeda (es
pendistribusian yang kontinyu setiap harinya. Usaha pembuatan jus dan sirup
buah ini memiliki potensi dan prospek yang baik ke depan terlihat dari
menjadi penyalur tetap produk-produknya. Saat ini CV. WPIU mendapat tawaran
untuk memasok produknya ke beberapa supermarket dan hingga saat ini masih
dalam proses. Berdasarkan produk, jus dan sirup buah yang dihasilkan merupakan
minuman instan yang memiliki nilai gizi dan atribut yang lengkap. Informasi ini
setiap kemasan jus maupun sirup buah. Produk yang dihasilkan CV. WPIU sudah
memiliki kelengkapan baik dari segi produksi yang selalu tersedia maupun
kandungan gizi sehingga produk ini dapat diterima di supermarket dan pasar
swalayan lainnya. Pengembangan pemasaran produk jus dan sirup buahnya juga
telah sampai ke luar pulau Jawa seperti Riau dan sedang dalam proses
koperasi.
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
Aspek teknik yang diteliti pada CV. Winner Perkasa Indonesia Unggul
(WPIU) meliputi lokasi usaha, teknologi, proses produksi, dan layout. Perusahaan
ini beralamatkan di Jl. Sawangan Raya No. 16, Depok, Jawa Barat 16511. Lokasi
pabrik terletak di tengah-tengah perumahan yang berada agak jauh dari jalan raya
yaitu sekitar satu kilometer. Transportasi menuju jalan raya tidak sulit karena
jalan perumahan dilewati oleh angkutan umum. Perusahaan ini berada tidak jauh
dari perkebunan buah milik kelompok tani daerah setempat yaitu sekitar
Produk jus dan sirup buah yang dihasilkan perusahaan ini menggunakan
3 bahan dasar buah yaitu belimbing, jambu biji merah, dan nanas yang di campur
dengan wortel (mixed fruit). Jus buah dikemas dalam botol berbahan dasar plastik
dengan ukuran isi 250 ml dan sirup buah dikemas dalam botol kaca berukuran isi
620 ml dengan diberi label masing-masing rasa. Setiap bulan perusahaan ini
memproduksi 1.092 karton atau 26.208 buah botol jus buah dengan kapasitas
perbotol 250 ml dan 157 karton atau 1.256 buah botol sirup buah dengan kapasitas
perbotol 620 ml dengan asumsi produk rusak (reject) sebesar 2% per bulan
produksi dan asumsi produk tidak terjual sebesar 2% per bulan produksi.
dewa atau petani belimbing yang berada di sekitar perusahaan, buah jambu biji
merah dibeli dari petani jambu biji merah yang juga berada di sekitar perusahaan
dan membeli buah nanas serta wortel di pasar tradisional. Bahan tambahan
makanan yang digunakan sebagai bahan baku tambahan dibeli dari toko
langganan yang menjual bahan-bahan makanan pembuatan kue yang aman untuk
dikonsumsi. Kemasan botol plastik untuk jus dibeli dari toko khusus yang
menyediakan kemasan plastik makanan dan botol kaca didapat dari pasokan agen
khusus. Karton pak untuk jus dan sirup dipesan secara khusus pada percetakan
Hal ini dapat dilihat dari peralatan yang digunakan dalam proses produksi hingga
tenaga manusia secara langsung. Alat dan perlengkapan yang digunakan dalam
kegiatan produksi dan finishing termasuk alat-alat yang sederhana dan biasa
1. Keranjang plastik
2. Timbangan
Timbangan adalah alat yang digunakan dalam proses penerimaan bahan baku
diinginkan.
4. Blender
dan pencucian.
6. Alat penyaringan
penghancuran buah. Alat ini juga digunakan untuk menyaring hasil akhir
pengolahan jus dan sirup buah agar dihasilkan jus dan sirup buah yang jernih.
7. Kompor Gas
Kompor gas adalah alat yang digunakan sebagai pemanas selama proses
pemasakan dan pencampuran bahan baku buah dan bahan baku tambahan.
Panci stainless steel digunakan sebagai wadah atau tempat pemasakan dan
pencampuran semua bahan baku yang dibutuhkan dalam pengolahan jus dan
sirup buah.
9. Pengaduk kayu
Pengaduk adalah alat yang digunakan untuk mengaduk semua bahan baku yang
telah dicampur dalam panci stainless steel selama proses pemasakan diatas
kompor gas.
Pengemas water dispenser adalah suatu alat yang berupa wadah tertutup yang
digunakan sebagai alat untuk mengemas hasil olahan jus dan sirup ke dalam
Krat botol digunakan untuk menempatkan kemasan jus dan sirup buah yang
telah selesai dikemas dalam botol kemasan. Jus dan sirup buah tersebut
disusun dalam krat botol untuk didinginkan dengan menggunakan air dingin.
Alat ini digunakan untuk melarutkan CMC dengan air sebagai bahan untuk
Alat ini digunakan untuk melakukan sterilisasi botol kaca untuk kemasan sirup
buah dengan merendam botol kaca ke dalam air yang telah dididihkan.
Alat ini digunakan untuk merekatkan tutup botol berbahan stainless steel ke
menyimpan produk akhir jus dan sirup buah yang telah selesai dikemas.
Biasanya lemari pendingin hanya digunakan untuk menyimpan jus buah yang
tidak lolos uji visual yaitu kemasan botol plastik berkerut yang disebabkan jus
Proses pengolahan mulai dari awal yaitu sortasi buah, penimbangan buah
stainless steel yang seluruhnya dilakukan oleh tenaga kerja bagian produksi.
manual oleh tenaga kerja. Proses pengemasan juga masih dilakukan oleh tenaga
kerja sampai proses pengepakan. Adapun bagan proses produksi jus buah
sebuah pintu. Bangunan pabrik ini didalamnya terdapat satu ruang kantor
berukuran 2x2 m2, satu ruang kamar mandi berukuran 1x2 m2, dan selebihnya
ruangan dibuat tanpa sekat yang memiliki satu pintu untuk keluar masuk
gentong air yang berisi air bersih khusus untuk pemasakan dan bahan baku CMC
yang ditempatkan disamping tempat pemasakan. Terdapat juga saluran air untuk
Lampiran 58.
tetangga yang berdomisili di daerah yang sama dengan perusahaan. CV. WPIU
memperkerjakan 6 orang tenaga kerja tidak tetap dan 3 orang anggota keluarga
sebagai tenaga kerja tetap. Perusahaan belum dapat menambah jumlah tenaga
kerja dikarenakan beberapa faktor alasan tertentu dari pemiliknya, namun Ibu
tingkat pendidikan. Tingkat pendidikan tenaga kerja tidak tetap rata-rata adalah
SD, SMP dan SMA. Dari 6 orang tenaga kerja tidak tetap, terdapat 1 orang yang
yaitu Ibu Maria dan dibantu oleh anggota keluarga sebanyak 3 orang sebagai
Setiap hari tenaga kerja mulai datang dan bekerja dari pukul 08.00-16.00
WIB dan dengan waktu istirahat selama satu jam dari pukul 12.00-13.00 WIB dan
Kemudian proses pengolahan jus dan sirup buah dilanjutkan pada malam harinya
oleh Ibu Maria dan keluarga untuk memenuhi pesanan. Kemudian pada saat
waktu-waktu tertentu misalnya saat bulan Ramadhan tiba dan permintaan jus dan
sirup buah meningkat sangat tajam, perusahaan ini dapat merekrut tenaga kerja
harian hingga 18 orang dalam satu hari dengan sistem shift yaitu pembagian kerja
Sistem penggajian untuk tenaga kerja tidak tetap dari masyarakat sekitar
berjumlah 6 orang sebesar Rp. 600.000,- perorang sedangkan untuk tenaga kerja
tetap terdiri dari 3 orang anggota keluarga sebesar Rp. 1.200.000,- perorang dan
gaji manajer Rp. 4.480.000,- untuk Ibu Maria selaku manajer tunggal.
(CV) dengan nama CV. Winner Perkasa Indonesia Unggul yang secara hukum
dan telah memiliki Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) sejak tahun 2006. Usaha
ini juga telah mendapatkan Surat Izin Usaha Industri (SIUI) dan Izin domisili atau
lokasi proyek dari Pemerintah Daerah serta memiliki Izin Mendirikan Bangunan
(IMB). Produk-produk perusahaan ini juga telah mendapat izin dari Dinas
Kesehatan dan label halal dari MUI sehingga layak untuk dipasarkan dan
dikonsumsi oleh masyarakat luas. Pajak yang dikeluarkan oleh perusahaan ini
adalah pajak penghasilan (PPh) yang dibayarkan setiap tahun melalui Bank
Mandiri.
Dampak positif juga dapat secara langsung dirasakan oleh petani yang berada di
hal pasokan bahan baku buah sehingga perusahaan memiliki ikatan baik dengan
para petani. Bentuk kerjasama perusahaan dengan petani adalah ketika pasokan
buah untuk diolah telah habis maka perusahaan ini menghubungi petani lewat
langsung saat buah telah diterima. Buah yang dipasok oleh petani adalah buah
dengan kualitas grade C dengan ketentuan buah yang tidak layak dijual sebagai
untuk diolah, seperti bentuk buah tidak utuh sempurna atau bengkok, ukuran buah
kecil, dan warna buah tidak menarik atau pudar. Perusahaan ini telah memberikan
sebuah gambaran contoh dan model untuk para petani dalam meningkatkan nilai
tambah buah sehingga akan memberikan keuntungan yang lebih besar bagi para
petani.
Limbah yang dihasilkan pada usaha pengolahan jus dan sirup buah ini
adalah limbah padat dan limbah cair. Penanganan limbah dari sisa hasil
pengolahan berupa limbah padat yaitu ampas hasil ekstraksi dari buah-buahan
kemudian diolah menjadi pupuk organik. Penanganan limbah cair yaitu air sisa
pembersihan buah saat sortasi sampai pencucian alat-alat produksi dan sisa hasil
ramah lingkungan.
produk yaitu jus buah dan sirup buah yang berkualitas, menawarkan harga yang
Produk yang dihasilkan adalah jus buah dan sirup buah dengan merek dagang
Winner yang terjaga kualitasnya. Terjaga kualitasnya karena produk jus dan sirup
Tambahan Makanan yang dapat dilihat pada Lampiran 60. Merek dagang Winner
diambil dari nama perusahaannya agar memberikan arti yang positif yaitu menjadi
pemenang di antara perusahaan yang berbidang sama. Selain itu merek dagang ini
juga mempunyai maksud untuk menarik perhatian dengan nama merek yang
mudah diingat.
Pokok Produksi (HPP) yang akhirnya ditetapkan harga jual untuk jus buah sebesar
Rp. 2.750,- per botol dan sirup buah Rp. 12.000,- per botol. Harga ini ditetapkan
untuk harga grosir yaitu pembelian dalam jumlah besar minimal 1 pak karton
dengan kapasitas 24 botol untuk jus buah dan 12 botol untuk sirup buah. Hal ini
yaitu dengan menyalurkan produk jus buah dan sirup buah melalui agen-agen,
agen, 10% disalurkan ke koperasi, dan 20% disalurkan kepada konsumen yang
datang sendiri melakukan pesanan. Agen-agen tersebut berupa outlet-outlet yang
berada di Cinere, Pondok Labu, dan Cimanggis dengan sistem titip jual sehingga
produk tersebut dengan sistem jual putus dan resiko ditanggung oleh konsumen
Pemerintahan yang berada di kota Depok dengan sistem jual putus dan resiko
ditanggung oleh konsumen. Pasar yang dituju pun begitu beragam mulai dari ibu-
ibu PKK, pekerja kantoran sampai anak-anak sekolah, bahkan tidak jarang ada
permintaan dari luar pulau seperti Riau yang juga menggunakan sistem jual putus
Gambar 5. Saluran Tata Niaga Jus dan Sirup Buah Pada CV.WPIU
pameran, alat promosi lain yang digunakan adalah dari mulut ke mulut yaitu
tertarik untuk membeli produk-produk yang telah dihasilkan dan ditawarkan oleh
perusahaan ini.
5.7. Aspek Keuangan
keuangan perusahaan secara keseluruhan. Aspek ini meliputi sumber dana yang
estimasi penerimaan, dan kriteria penilaian investasi. Aspek ini sangat penting
Jumlah dana yang diperlukan adalah sebesar Rp. 204.021.150,- (dua ratus
empat juta dua puluh satu ribu seratus lima puluh rupiah). Dana yang tersedia
tersebut digunakan untuk modal reinvestasi pada awal tahun 2009 sebesar
Rp. 129.000.000,- berupa aktiva tetap dan modal kerja sebesar Rp. 75.021.150,-
untuk kegiatan produksi pada bulan pertama dan biaya penyusutan di tahun 2009.
Sumber dana yang digunakan seluruhnya adalah berasal dari modal sendiri dan
pada kasus perusahaan ini, penerimaannya diasumsikan tetap selama 5 tahun dan
setiap tahun pada harga bahan bakar dan harga bahan baku . Skala usaha ini
Perdagangan) dilihat dari dana yang dibutuhkan yaitu diantara Rp. 50.000.000,-
tujuan meningkatkan jumlah produksi karena permintaan akan produk jus dan
sirup buah semakin meningkat. Modal reinvestasi adalah komponen biaya yang
dikeluarkan pada awal tahun 2009 sebagai aktiva tetap. Modal reinvestasi
perusahaan ini meliputi pembelian tanah sekaligus gedung atau pabrik untuk
inventaris kantor. Umur ekonomis untuk gedung dan sepeda motor adalah 10
tahun. Umur ekonomis untuk alat-alat produksi dan inventaris kantor adalah 5
tahun.
perusahaan selama 3 tahun yaitu dari tahun 2006 hingga 2009 ditambah dengan
dana yang berasal dari uang pribadi. Khusus untuk pembelian gedung, perusahaan
ini membeli tanah terlebih dahulu pada tahun 2008, selanjutnya mendirikan
gedung untuk kegiatan produksi. Pada awal tahun 2009 pabrik telah berdiri dan
siap untuk digunakan sebagai tempat melakukan kegiatan produksi. Untuk lebih
Keterangan: *) tanah sekaligus gedung yang berlokasi di Sawangan dengan harga yang tidak
terlalu mahal karena di daerah ini harga jual tanahnya masih terjangkau
berlangsung. Modal kerja terdiri dari biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap
(variable cost). Biaya tetap adalah biaya yang tidak dipengaruhi oleh naik
turunnya produksi yang dihasilkan. Biaya tetap perusahaan ini dikeluarkan setiap
melakukan produksi per bulan terdiri dari gaji tenaga kerja tetap, biaya perawatan
Tabel 3. Biaya tetap yang dikeluarkan per bulan dalam melaksanakan produksi
tahun 2009 s/d 2013
Biaya tidak tetap adalah biaya yang dipengaruhi oleh naik turunnya
produksi. Biaya yang dikeluarkan perusahaan ini terdiri dari biaya gaji tenaga
kerja tidak tetap, pembelian bahan bakar (bensin untuk motor dan gas), pembelian
bahan baku yaitu bahan baku utama buah-buahan segar (belimbing, jambu biji
merah, nanas, dan wortel) dan bahan baku tambahan (gula pasir, CMC, dan bahan
tambahan makanan), bahan bakar gas, pembelian bahan kemasan (kemasan botol
plastik untuk jus dan botol kaca untuk sirup, karton pak), biaya administrasi, biaya
listrik dan air, biaya promosi, biaya telepon, dan biaya sewa mobil. Biaya ini
diasumsikan mengalami kenaikan 5% per tahun pada harga bahan bakar dan
bahan baku. Biaya tidak tetap yang dikeluarkan untuk proses produksi dan
Tabel 4. Biaya tidak tetap yang dikeluarkan per bulan dalam melaksanakan
produksi selama tahun 2009
Keterangan: *) pembelian bahan bakar dan bahan baku diasumsikan mengalami kenaikan 5%
setiap tahunnya
Total biaya merupakan jumlah keseluruhan modal kerja yang terdiri dari
biaya tetap dan biaya tidak tetap yang dikeluarkan setiap memulai kegiatan
produksi per bulan ditambah biaya penyusutan gedung dan peralatan per bulan.
Biaya penyusutan untuk tahun 2009 sebesar Rp. 14.697.000,- sehingga biaya
penyusutan yang dibebankan sebesar Rp. 1.224.750,- per bulan selama tahun 2009
dan untuk biaya penyusutan di tahun berikutnya sebesar Rp. 13.410.000,- per
tahun. Perhitungan ini dapat dilihat pada Lampiran 6 dan Lampiran 9. Perbedaan
peralatan produksi pada investasi tahun 2006 yang masih memiliki umur
produksi tersebut masih digunakan namun sudah tidak memiliki umur ekonomis.
Total biaya pengolahan buah dikeluarkan per bulan yang dapat ditunjukkan pada
Tabel 5 berikut.
Tabel 5. Total biaya yang dikeluarkan per bulan dalam melaksanakan produksi
selama tahun 2009
No Komponen Jumlah
1 Biaya tetap Rp. 9.852.000
2 Biaya tidak tetap Rp. 63.944.400
Total Modal Kerja Rp. 73.796.400
3 Biaya penyusutan gedung dan peralatan Rp. 1.224.750
Total Biaya Rp. 75.021.150
Sumber : Data Primer, diolah 2011
Penerimaan perusahaan berasal dari penjualan produk jus dan sirup buah
belimbing, jambu biji merah, dan wornas (wortel nanas) setiap bulannya. Sumber
unit, jus jambu biji merah sebanyak 8.390 unit, jus wornas sebanyak 4.194 unit
dengan harga Rp. 2.750,- per unit. Selain itu, penerimaan didapat dari penjualan
sirup belimbing sebanyak 599 unit, sirup jambu biji merah sebanyak 400 unit, dan
sirup wornas sebanyak 208 unit dengan harga Rp. 12.000,- per unit sehingga total
penerimaan yang di dapat adalah sebesar Rp. 83.698.750,- selama satu bulan.
Tabel 6.
perhitungan total penerimaan Rp. 83.698.750,- per bulan. Harga jual produk yang
Unggul (CV. WPIU) meliputi kriteria Net Present Value, Internal Rate of Return,
Net Benefit-Cost Ratio, Return On Investment, Payback Period, dan Break Event
Point. Perhitungan kelayakan finansial usaha ini diperoleh dari data hasil
14% yang didapat dari perhitungan rata-rata tingkat suku bunga investasi periode
2004 - 2009. Hasil perhitungan kelayakan finansial CV. WPIU dengan 100%
akan diperoleh nilai Net Present Value (NPV) sebesar 147.726.588 yang berarti
5 tahun menurut nilai waktu uang sekarang. Kemudian nilai Internal Rate of
Return (IRR) sebesar 62,89% dan lebih besar dari tingkat suku yang berlaku
(14%) yang berarti bahwa usaha ini akan memberikan keuntungan yang lebih
bunga yang berlaku. Nilai Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) sebesar 2,15 yang
berarti bahwa setiap Rp. 1,- biaya yang dikeluarkan akan memberikan keuntungan
sebesar Rp. 1,15,- dan hasil analisis Payback Period (PP) menunjukkan bahwa
untuk mengembalikan nilai reinvestasi sebesar Rp. 129.000.000,- memerlukan
yang ditunjukkan dengan nilai NPV positif, nilai IRR yang lebih besar dari tingkat
suku bunga yang berlaku (14%), dan nilai Net B/C yang lebih besar dari satu.
cukup singkat yaitu 1 tahun 3 bulan dalam masa proyek lima tahun sehingga arus
perpuratan kas lebih cepat. Perhitungan ini untuk lebih jelasnya ditunjukkan pada
Lampiran 10.
Analisis Break Event Point (BEP) merupakan suatu keadaan yang dalam
hubungan dengan produk, usaha ini tidak memperoleh laba dan tidak mengalami
kerugian atau tingkat keuntungan usaha ini sama dengan nol. BEP ditentukan
biaya yang dikeluarkan. Perhitungan BEP usaha ini ditinjau berdasarkan harga
Tabel 8. Analisis Break Event Point Jus dan Sirup Buah CV. WPIU Tahun ke-1
(Tahun 2009)
Berdasarkan hasil analisis Break Event Point bahwa usaha ini akan
mengalami pulang pokok pada saat volume produksi jus dan sirup buah mencapai
278.260 botol dan 11.253 botol dengan BEP harga jual jus buah per botol sebesar
Rp. 2.433,- dan Rp. 8.960,- untuk sirup buah per botol. Apabila jumlah produksi
jus dan sirup buah kurang dari 278.260 botol dan 11.253 botol per tahun maka
akan mengalami kerugian, dan sebaliknya apabila lebih besar maka akan
modal investasi dimana besarnya manfaat bersih setelah pajak yang dicapai dibagi
Tabel 9.
Tabel 9. Analisis Return On Investment CV. WPIU dengan 100% Modal Sendiri
No Uraian Tahun 1
1 Manfaat bersih sesudah pajak (Rp) 88.511.520
2 Biaya investasi (Rp) 129.000.000
3 ROI (%) 68,6
Sumber : Data Primer, diolah 2011
sebesar Rp. 1000,- maka pengembalian investasi diperoleh sebesar Rp. 1.686,-
untuk tahun ke-1. ROI untuk tahun ke-2 sebesar 59,9%, tahun ke-3 sebesar
49,9%, tahun ke-4 sebesar 39,4%, dan tahun ke-5 sebesar 28,3%. Jika dilihat dari
Perhitungan ini untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 10.
5.7.4. Analisis Kelayakan Finansial Pengolahan Buah CV. Winner Perkasa
Indonesia Unggul dengan Menggunakan Pinjaman
Pada usaha pengolahan jus dan sirup buah di CV. WPIU ini akan
dilakukan simulasi penggunaan modal pinjaman dari Bank yaitu dengan asumsi
modal 50% pinjaman dan 100% pinjaman dengan tujuan mengetahui keadaan
Tabel 10. Hasil Analisis Kelayakan Finansial dengan 50% Modal Pinjaman
akan diperoleh nilai Net Present Value (NPV) sebesar 88.201.735 yang berarti
bahwa dengan tingkat bunga pengembalian 14% usaha ini akan memberikan
keuntungan sebesar Rp. 88.201.735,- selama umur proyek 5 tahun menurut nilai
waktu uang sekarang. Kemudian nilai Internal Rate of Return (IRR) sebesar
45,35% dan lebih besar dari tingkat suku yang berlaku (14%) yang berarti bahwa
dengan melaksanakan usaha ini akan memberikan keuntungan yang lebih besar
bahwa setiap Rp. 1,- biaya yang dikeluarkan akan memberikan keuntungan
sebesar Rp. 0,68,- dan hasil analisis Payback Period (PP) menunjukkan bahwa
ditunjukkan dengan nilai NPV positif, nilai IRR yang lebih besar dari tingkat suku
bunga yang berlaku (14%), dan nilai Net B/C yang lebih besar dari satu. Nilai PP
bulan dalam masa proyek lima tahun sehingga arus kas dapat berputar lebih cepat.
modal investasi dimana besarnya manfaat bersih setelah pajak yang dicapai dibagi
Tabel 11.
Tabel 11. Analisis Return On Investment CV. WPIU dengan 50% Modal
Pinjaman
No Uraian Tahun 1
1 Manfaat bersih sesudah pajak (Rp) 59.035.882
2 Biaya investasi (Rp) 129.000.000
3 ROI (%) 45,8
Sumber : Data Primer, diolah 2011
investasi sebesar Rp. 1000,- maka pengembalian investasi diperoleh sebesar Rp.
1.458,- untuk tahun ke-1. ROI untuk tahun ke-2 sebesar 37,1%, tahun ke-3
sebesar 27,1%, tahun ke-4 sebesar 16,5%, dan tahun ke-5 sebesar 5,4%. Jika
dilihat dari analisis tersebut maka perusahaan ini harus melakukan reinvestasi
kerugian. Perhitungan ini untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 11.
Tabel 12. Hasil Analisis Kelayakan Finansial dengan 100% Modal Pinjaman
akan diperoleh nilai Net Present Value (NPV) sebesar 25.764.214 yang berarti
tahun menurut nilai waktu uang sekarang. Kemudian nilai Internal Rate of Return
(IRR) sebesar 24,48% dan lebih besar dari tingkat suku yang berlaku (14%) yang
berarti bahwa usaha ini akan memberikan keuntungan yang lebih besar
yang berlaku. Nilai Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) sebesar 1,20 yang berarti
bahwa setiap Rp. 1,- biaya yang dikeluarkan akan memberikan keuntungan
sebesar Rp. 0,20,- dan hasil analisis Payback Period (PP) menunjukkan bahwa
untuk mengembalikan nilai investasi sebesar Rp. 129.000.000,- memerlukan
yang ditunjukkan dengan nilai NPV positif, nilai IRR yang lebih besar dari tingkat
suku bunga yang berlaku (14%), dan nilai Net B/C yang lebih besar dari satu.
cukup singkat yaitu 2 tahun 1 bulan dalam masa proyek lima tahun sehingga arus
perpuratan kas lebih cepat. Perhitungan ini untuk lebih jelasnya ditunjukkan pada
Lampiran 12.
modal investasi dimana besarnya manfaat bersih setelah pajak yang dicapai dibagi
Tabel 13.
Tabel 13. Analisis Return On Investment CV. WPIU dengan 100% Modal
Pinjaman
No Uraian Tahun 1
1 Manfaat bersih sesudah pajak (Rp) 29.560.245
2 Biaya investasi (Rp) 129.000.000
3 ROI (%) 22,9
Sumber : Data Primer, diolah 2011
investasi sebesar Rp. 1000,- maka pengembalian investasi diperoleh sebesar Rp.
1.229,- untuk tahun ke-1. ROI untuk tahun ke-2 sebesar 14,2%, dan tahun ke-3
sebesar 4,2%. Pada tahun ke-4 dan tahun ke-5 perusahaan ini dalam keadaan
merugi dilihat dari arus kas. Jika dilihat dari analisis tersebut maka perusahaan ini
harus melakukan reinvestasi dengan peningkatan produksi di tahun ke-3 agar
perusahaan tidak mengalami kerugian. Perhitungan ini untuk lebih jelasnya dapat
tambahan, dan bahan bakar sebesar 9% per tahun dengan pertimbangan bahwa
pendapatan 10% per tahun. Penentuan kenaikan harga bahan baku 9% per tahun
diperoleh dari rata-rata inflasi nasional periode tahun 2004 – 2009 (Lampiran 2)
dengan harga jual tetap, diketahui bahwa nilai NPV positif pada tingkat diskonto
14% yang memberikan keuntungan Rp. 138.785.652 selama 5 tahun umur proyek,
nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga (14%) yaitu 60,43% yang artinya
mendepositokannya ke Bank, dan nilai Net B/C yang diperoleh adalah 2,08 yang
berarti setiap Rp. 1,- yang dikeluarkan akan mendapatkan Rp. 1,08,- sebagai
Tabel 15. Hasil Analisis Sensitivitas Harga Bahan Baku Naik 9%, harga jual
tetap dengan 100% Modal Sendiri
Berdasarkan hasil analisis untuk asumsi harga bahan baku naik 9% dengan
harga jual tetap, dapat diketahui bahwa nilai NPV positif pada tingkat diskonto
proyek, nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga (14%) yaitu sebesar 41,20%
yang artinya lebih menguntungkan menanamkan modal pada usaha ini daripada
mendepositokannya ke Bank, dan nilai Net B/C yang diperoleh adalah 1,57 yang
berarti setiap Rp. 1,- yang dikeluarkan akan mendapatkan Rp. 0,57,- sebagai
Tabel 16. Hasil Analisis Sensitivitas Harga Bahan Kemasan Naik 9%, harga jual
tetap dengan 100% Modal Sendiri
dengan harga jual tetap, dapat diketahui bahwa nilai NPV lebih besar dari 0 pada
5 tahun umur proyek, nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga (14%) yaitu
usaha ini daripada mendepositokannya ke Bank, dan nilai Net B/C yang diperoleh
adalah 1,42 yang berarti setiap Rp. 1,- yang dikeluarkan akan mendapatkan
Rp. 0,42,- sebagai keuntungannya. Hasil analisis PP diatas dapat dijelaskan bahwa
harga jual tetap, dapat diketahui bahwa nilai NPV negatif pada tingkat diskonto
14% yang akan memberikan kerugian, nilai IRR lebih kecil dari tingkat suku
daripada menanamkan dananya ke perusahaan, dan nilai Net B/C yang diperoleh
adalah lebih kecil dari satu. Hasil analisis PP diatas dapat dijelaskan bahwa masa
pengembalian investasinya dalam waktu > 5 tahun. Untuk lebih jelasnya dapat
Tabel 18. Hasil Analisis Sensitivitas Harga Bahan Bakar dan Bahan Baku Naik
9%, harga jual tetap dengan 100% Modal Sendiri
Berdasarkan hasil analisis untuk asumsi harga bahan bakar dan bahan baku
naik 9% dengan harga jual tetap, dapat diketahui bahwa nilai NPV positif pada
5 tahun umur proyek, nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga (14%) yaitu
sebesar 38,33% yang artinya lebih menguntungkan menanamkan modal pada
usaha ini daripada mendepositokannya ke Bank, dan nilai Net B/C yang diperoleh
adalah 1,50 yang berarti setiap Rp. 1,- yang dikeluarkan akan mendapatkan Rp.
Tabel 19. Hasil Analisis Sensitivitas Harga Bahan Bakar dan Bahan Kemasan
Naik 9%, harga jual tetap dengan 100% Modal Sendiri
Berdasarkan hasil analisis untuk asumsi harga bahan bakar dan bahan
kemasan naik 9% dengan harga jual tetap, dapat diketahui bahwa nilai NPV
positif pada tingkat diskonto 14% yang memberikan keuntungan Rp. 44.594.729,-
selama 5 tahun umur proyek, nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga (14%)
pada usaha ini daripada mendepositokannya ke Bank, dan nilai Net B/C yang
diperoleh adalah 1,35 yang berarti setiap Rp. 1,- yang dikeluarkan akan
waktu 1 tahun 6 bulan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 18.
Tabel 20. Hasil Analisis Sensitivitas Pada Variabel Perubahan, harga jual tetap
dengan 100% Modal Sendiri
Alat Analisis
No Variabel Perubahan NPV IRR Net PP Kelayakan
(DF 14%) B/C
1 Bahan baku + bahan kemasan -21.970.013 3,05% 0,83 3 th 1 bln Tidak
naik 9% Layak
2 Bahan bakar + bahan baku + -31.421.610 -2,90% 0,76 3 th 1 bln Tidak
bahan kemasan naik 9% Layak
3 Bahan bakar naik 9% + -167.211.478 - -0,30 > 5 tahun Tidak
penerimaan turun 10% Layak
4 Bahan baku naik 9% + -243.790.498 - -0,89 > 5 tahun Tidak
penerimaan turun 10% Layak
5 Bahan kemasan naik 9% + -267.389.173 - -1,07 > 5 tahun Tidak
penerimaan turun 10% Layak
6 Bahan bakar + bahan baku naik -254.309.246 - -0,97 > 5 tahun Tidak
9% + penerimaan turun 10% Layak
7 Bahan bakar + bahan kemasan -277.907.921 - -1,15 > 5 tahun Tidak
naik 9% + penerimaan turun Layak
10%
8 Bahan baku + bahan kemasan -354.603.348 - -1,75 > 5 tahun Tidak
naik 9% + penerimaan turun Layak
10%
9 Bahan bakar + bahan baku + -365.122.096 - -1,83 > 5 tahun Tidak
bahan kemasan naik 9% + Layak
penerimaan turun 10%
Sumber : Data Primer, diolah 2011
jual tetap, memiliki persamaan yaitu dapat diketahui bahwa nilai NPV negatif
pada tingkat diskonto 14% yang akan memberikan kerugian, nilai IRR lebih kecil
nilai Net B/C yang diperoleh adalah lebih kecil dari satu. Hasil analisis PP diatas
dapat dijelaskan bahwa masa pengembalian investasinya cukup lama yaitu dalam
waktu antara 3 tahun hingga > 5 tahun. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Lampiran 19 – 27.
5.7.5.2.Sumber Dana 50% Modal Pinjaman
Tabel 21. Hasil Analisis Sensitivitas Harga Bahan Bakar Naik 9%, harga jual
tetap dengan 50% Modal Pinjaman
dengan harga jual tetap, diketahui bahwa nilai NPV positif pada tingkat diskonto
proyek, nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga (14%) yaitu 42,60% yang
mendepositokannya ke Bank, dan nilai Net B/C yang diperoleh adalah 1,61 yang
berarti setiap Rp. 1,- yang dikeluarkan akan mendapatkan Rp. 0,61,- sebagai
investasinya cukup singkat yaitu dalam waktu 1 tahun 11 bulan (Lampiran 28).
Tabel 22. Hasil Analisis Sensitivitas Harga Bahan Baku Naik 9%, harga jual
tetap dengan 50% Modal Pinjaman
harga jual tetap, dapat diketahui bahwa nilai NPV positif pada tingkat diskonto
proyek, nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga (14%) yaitu sebesar 19,31%
yang artinya lebih menguntungkan menanamkan modal pada usaha ini daripada
mendepositokannya ke Bank, dan nilai Net B/C yang diperoleh adalah 1,10 yang
berarti setiap Rp. 1,- yang dikeluarkan akan mendapatkan Rp. 0,10,- sebagai
Tabel 23. Hasil Analisis Sensitivitas Harga Bahan Kemasan Naik 9%, harga jual
tetap dengan 50% Modal Pinjaman
dengan harga jual tetap, dapat diketahui bahwa nilai NPV negatif pada tingkat
diskonto 14% yang akan memberikan kerugian, nilai IRR lebih kecil dari tingkat
Bank daripada menanamkan dananya ke perusahaan, dan nilai Net B/C yang
diperoleh adalah lebih kecil dari satu. Hasil analisis PP diatas dapat dijelaskan
bahwa masa pengembalian investasinya dalam waktu 2 tahun 3 bulan. Untuk lebih
Tabel 24. Hasil Analisis Sensitivitas Penerimaan Turun 10%, harga jual tetap
dengan 50% Modal Pinjaman
harga jual tetap, dapat diketahui bahwa nilai NPV negatif pada tingkat diskonto
14% yang akan memberikan kerugian, nilai IRR lebih kecil dari tingkat suku
daripada menanamkan dananya ke perusahaan, dan nilai Net B/C yang diperoleh
adalah lebih kecil dari satu. Hasil analisis PP diatas dapat dijelaskan bahwa masa
pengembalian investasinya dalam waktu > 5 tahun. Untuk lebih jelasnya dapat
Tabel 25. Hasil Analisis Sensitivitas Harga Bahan Bakar dan Bahan Baku Naik
9%, harga jual tetap dengan 50% Modal Pinjaman
Berdasarkan hasil analisis untuk asumsi harga bahan bakar dan bahan baku
naik 9% dengan harga jual tetap, dapat diketahui bahwa nilai NPV positif pada
tingkat diskonto 14% yang memberikan keuntungan Rp. 2.844.461,- selama
5 tahun umur proyek, nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga (14%) yaitu
usaha ini daripada mendepositokannya ke Bank, dan nilai Net B/C yang diperoleh
adalah 1,02 yang berarti setiap Rp. 1,- yang dikeluarkan akan mendapatkan
Rp. 0,02,- sebagai keuntungannya. Hasil analisis PP diatas dapat dijelaskan bahwa
Tabel 26. Hasil Analisis Sensitivitas Pada Variabel Perubahan, harga jual tetap
dengan 50% Modal Pinjaman
Alat Analisis
No Variabel Perubahan NPV IRR Net PP Kelayakan
(DF 14%) B/C
1 Bahan bakar + bahan kemasan -17.997.388 5,38% 0,86 2 th 3 bln Tidak
naik 9% Layak
2 Bahan baku + bahan kemasan -89.000.315 - 0,31 >5 tahun Tidak
naik 9% Layak
3 Bahan bakar + bahan baku + -99.149.590 - 0,23 >5 tahun Tidak
bahan kemasan naik 9% Layak
4 Bahan bakar naik 9% + -244.477.379 - -0,90 > 5 tahun Tidak
penerimaan turun 10% Layak
5 Bahan baku naik 9% + -321.172.807 - -1,49 > 5 tahun Tidak
penerimaan turun 10% Layak
6 Bahan kemasan naik 9% + -344.771.482 - -1,67 > 5 tahun Tidak
penerimaan turun 10% Layak
7 Bahan bakar + bahan baku naik -331.691.555 - -1,57 > 5 tahun Tidak
9% + penerimaan turun 10% Layak
8 Bahan bakar + bahan kemasan -355.290.230 - -1,75 > 5 tahun Tidak
naik 9% + penerimaan turun Layak
10%
9 Bahan baku + bahan kemasan -431.985.657 - -2,35 > 5 tahun Tidak
naik 9% + penerimaan turun Layak
10%
10 Bahan bakar + bahan baku + -442.504.405 - -2,43 > 5 tahun Tidak
bahan kemasan naik 9% + Layak
penerimaan turun 105
Sumber : Data Primer, diolah 2011
Berdasarkan hasil analisis pada beberapa variabel perubahan dengan harga
jual tetap, memiliki persamaan yaitu dapat diketahui bahwa nilai NPV negatif
pada tingkat diskonto 14% yang akan memberikan kerugian, nilai IRR lebih kecil
nilai Net B/C yang diperoleh adalah lebih kecil dari satu. Hasil analisis PP diatas
dapat dijelaskan bahwa masa pengembalian investasinya cukup lama yaitu dalam
waktu antara 2 tahun hingga > 5 tahun. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Lampiran 33 – 42.
Tabel 27. Hasil Analisis Sensitivitas Harga Bahan Bakar Naik 9%, harga jual
tetap dengan 100% Modal Pinjaman
dengan harga jual tetap, dapat diketahui bahwa nilai NPV positif pada tingkat
umur proyek, nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga (14%) yaitu sebesar
20,84% yang artinya lebih menguntungkan menanamkan modal pada usaha ini
daripada mendepositokannya ke Bank, dan nilai Net B/C yang diperoleh adalah
1,13 yang berarti setiap Rp. 1,- yang dikeluarkan akan mendapatkan Rp. 0,13,-
Tabel 28. Hasil Analisis Sensitivitas Pada Variabel Perubahan, harga jual tetap
dengan 100% Modal Pinjaman
Alat Analisis
No Variabel Perubahan NPV IRR Net PP Kelayakan
(DF 14%) B/C
1 Bahan baku naik 9% -55.254.082 - 0,57 >5 tahun Tidak
Layak
2 Bahan kemasan naik 9% -77.669.077 - 0,40 >5 tahun Tidak
Layak
3 Penerimaan turun 10% -311.340.940 - -1,41 >5 tahun Tidak
Layak
4 Bahan bakar + bahan baku naik -65.403.356 - 0,49 >5 tahun Tidak
9% Layak
5 Bahan bakar + bahan kemasan -87.818.351 - 0,32 >5 tahun Tidak
naik 9% Layak
6 Bahan baku + bahan kemasan -164.554.463 - -0,28 >5 tahun Tidak
naik 9% Layak
7 Bahan bakar + bahan baku + -175.073.210 - -0,36 >5 tahun Tidak
bahan kemasan naik 9% Layak
8 Bahan bakar naik 9% + -321.859.688 - -1,50 > 5 tahun Tidak
penerimaan turun 10% Layak
9 Bahan baku naik 9% + -398.555.115 - -2,09 > 5 tahun Tidak
penerimaan turun 10% Layak
10 Bahan kemasan naik 9% + -422.153.790 - -2,27 > 5 tahun Tidak
penerimaan turun 10% Layak
11 Bahan bakar + bahan baku naik -409.073.863 - -2,17 > 5 tahun Tidak
9% + penerimaan turun 10% Layak
12 Bahan bakar + bahan kemasan -432.672.538 - -2,35 > 5 tahun Tidak
naik 9% + penerimaan turun Layak
10%
13 Bahan baku + bahan kemasan -509.367.965 - -2,95 > 5 tahun Tidak
naik 9% + penerimaan turun Layak
10%
14 Bahan bakar + bahan baku + -519.886.713 - -3,03 > 5 tahun Tidak
bahan kemasan naik 9% + Layak
penerimaan turun 10%
Sumber : Data Primer, diolah 2011
Berdasarkan hasil analisis pada beberapa variabel perubahan dengan harga
jual tetap, memiliki persamaan yaitu dapat diketahui bahwa nilai NPV negatif
pada tingkat diskonto 14% yang akan memberikan kerugian, nilai IRR lebih kecil
nilai Net B/C yang diperoleh adalah lebih kecil dari satu. Hasil analisis PP diatas
dapat dijelaskan bahwa masa pengembalian investasinya sangat lama yaitu dalam
waktu > 5 tahun. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 44 – 57.
kelayakan terdiri dari Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR),
Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C), Return On Investment (ROI), dan Payback
bahan bakar, harga bahan baku, harga bahan kemasan, dan penurunan penerimaan
dana yang digunakan adalah 100% modal sendiri (sumber dana yang digunakan
pada awal berdirinya CV. WPIU), 50% modal pinjaman, dan 100% modal
pinjaman.
Tabel 29. Perbandingan Hasil Kelayakan Finansial dalam Berbagai Penggunaan
Sumber Dana
Berdasarkan Tabel 29 didapat bahwa nilai NPV, IRR, Net B/C, ROI, dan
PP pada pemakaian sumber dana 100% modal sendiri dinyatakan layak dan hasil
menggunakan pinjaman. Hal ini dikarenakan pada pemakaian sumber dana 100%
modal sendiri tidak dibebankan biaya bunga dan angsuran. Pemakaian sumber
dana yang menggunakan pinjaman yaitu 50% modal pinjaman dan 100% modal
pinjaman juga dinyatakan layak walaupun tidak sebesar hasil perhitungan 100%
sensitivitas dengan kenaikan harga bahan bakar, bahan baku, bahan kemasan, dan
penurunan penerimaan. Pada Tabel 30, 31, dan 32 menunjukkan hasil analisis
sensitivitas pada berbagai alternatif penggunaan sumber dana dan dapat dilihat
tidak layak, kenaikan harga bahan baku yang diikuti dengan kenaikan harga bahan
kemasan juga menjadikan usaha ini tidak layak dikarenakan kebutuhan untuk
bahan kemasan cukup besar. Kenaikan harga bahan bakar, bahan baku, dan bahan
kemasan yang diikuti dengan penurunan penerimaan juga menjadikan usaha ini
biaya untuk pembelian bahan baku dan bahan kemasan cukup besar.
Tabel 31. Hasil Analisis Sensitivitas dengan Sumber Dana 50% Modal Pinjaman
sumber dana 50% modal pinjaman dengan variabel kenaikan harga bahan
kemasan menjadikan usaha ini tidak layak karena kebutuhan untuk bahan
menjadikan usaha ini tidak layak, kenaikan harga bahan bakar dan bahan baku
yang diikuti dengan kenaikan harga bahan kemasan juga menjadikan usaha ini
tidak layak dikarenakan kebutuhan untuk bahan kemasan cukup besar. Kenaikan
harga bahan bakar, bahan baku, dan bahan kemasan yang diikuti dengan
penurunan penerimaan juga menjadikan usaha ini tidak layak karena ketika terjadi
kenaikan harga maka biaya yang dikeluarkan untuk kebutuhan bahan bakar, bahan
baku, dan bahan kemasan menjadi lebih besar sementara penerimaan perusahaan
berkurang dan juga harus mengeluarkan beban bunga dan angsuran. Hal ini
Tabel 32. Hasil Analisis Sensitivitas dengan Sumber Dana 100% Modal
Pinjaman
pinjaman dengan variabel kenaikan harga bahan bakar, bahan baku, dan bahan
kemasan menjadikan usaha ini tidak layak. Kemudian kenaikan harga bahan
bakar, bahan baku, dan bahan kemasan diikuti dengan penurunan penerimaan juga
menjadikan usaha ini tidak layak karena ketika terjadi kenaikan harga maka biaya
yang dikeluarkan untuk kebutuhan bahan bakar, bahan baku, dan bahan kemasan
berkurang dan juga harus mengeluarkan beban bunga dan angsuran yang lebih
besar karena sumber dana yang digunakan merupakan 100% modal pinjaman.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
sumber dana 100% modal sendiri, 50% modal pinjaman, dan 100% modal
pinjaman selama 5 tahun dinyatakan layak yang ditandai dengan nilai NPV pada
DF 14% positif, nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga Bank (14%), dan
bahan bakar, bahan baku, dan bahan kemasan sebesar 9% dinyatakan layak, serta
antara kenaikan harga bahan bakar, bahan baku, dan bahan kemasan naik sebesar
6.2. Saran
besar mengingat citra produk CV. WPIU sudah baik di mata masyarakat.
Namun perlu diwaspadai saat terjadi kenaikan harga bahan bakar, bahan baku,
2. Usaha ini dapat dijadikan contoh dan model yang baik untuk diadopsi oleh
berbagai pihak yang ingin menekuni usaha sejenis, khususnya bagi para petani
Fatah, N. Evaluasi Proyek Finansial pada Proyek Mikro. (Jakarta : CV. Asona,
1994)
Kasmir dan Jakfar. Studi Kelayakan Bisnis, Edisi Kedua. (Jakarta : Kencana
Prenada Media Group, 2008)
Soemarso. Akuntansi Suatu Pengantar, Edisi ke-4. (Jakarta : PT. Rineka Cipta,
2002)
Suratin, Santi. Jangan Terkecoh oleh Minuman Jus Buah. 16 Desember 2007. 13
hal. http://santisuratin053.blogspot.com [27 Januari 2010]. Pukul 14.35
WIB.
KUESIONER PENELITIAN
ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PENGOLAHAN BUAH
CV. WINNER PERKASA INDONESIA UNGGUL
B. Aspek Teknis
1. Apakah pemilihan lokasi perusahaan sudah efisien?
2. Bagaimana perusahaan menentukan layout proses produksi agar
berjalan efisien?
3. Bagaimana perusahaan menentukan teknologi yang tepat dalam proses
produksinya?
4. Berapa biaya investasi yang ditanamkan perusahaan?
5. Berapa biaya pemeliharaan untuk peralatan dan gedung?
6. Bagaimana perusahaan menentukan metode persediaan yang paling
baik untuk dijalankan?
7. Berapa biaya angkut atau penyimpanan?
C. Aspek Manajemen
1. Bagaimana sistem ketenagakerjaan pada perusahaan?
2. Berasal dari mana rata-rata para karyawan?
3. Berapa jumlah karyawan yang terdapat pada perusahaan?
4. Apa rata-rata tingkat pendidikan karyawan?
5. Bagaimana sistem gaji yang diperoleh karyawan?
D. Aspek Hukum
1. Bagaimana proses perizinan pendirian perusahaan?
E. Aspek Lingkungan
1. Bagaimana penanganan limbah yang terdapat pada perusahaan? (baik
limbah padat maupun cair).
2. Apakah perusahaan mencemari lingkungan di sekitar perusahaan?
3. Apa saja penanganan lingkungan yang dilakukan perusahaan?
4. Berapa besar biaya penanganan lingkungan?
F. Aspek Keuangan
1. Berapa modal yang digunakan untuk mendirikan perusahaan?
2. Berapa jumlah biaya-biaya tetap :
a. Pabrik tempat produksi?
b. Motor?
c. Masing-masing harga peralatan :
Blender?
Water Dispenser?
Penyaring/saringan?
Pengaduk kayu?
Bak plastik?
Gentong air?
Timbangan digital?
Timbangan manual?
Pisau?
Panci stainless steel?
Panci stainless steel persegi?
Tabung gas?
Kompor gas?
Krat botol?
Alat pengepres?
Lemari pendingin?
d. Gaji tenaga kerja tetap?
e. Inventaris kantor :
Meja?
Kursi?
Lemari buku?
Komputer?
f. Biaya tidak terduga?
3. Berapa jumlah biaya-biaya tidak tetap :
a. Harga bahan baku:
Buah segar (belimbing, jambu biji merah, nanas, dan
wortel)?
Bahan tambahan makanan (gula pasir, CMC, dan BTM)?
b. Gaji tenaga kerja tidak tetap?
c. Bahan bakar gas?
d. Kemasan botol :
Plastik untuk jus buah?
Kaca untuk sirup buah?
e. Karton pak :
Untuk jus buah?
Untuk sirup buah?
f. Transportasi?
g. Listrik?
h. Telpon?
i. Air?
4. Berapa harga jual jus buah dan sirup buah per botol?
Lampiran 2. Proses Produksi Jus Buah CV. Winner Perkasa Indonesia Unggul
Buah
Sortasi
Penimbangan
Pencucian
Blanching dan penirisan
Ekstraksi
Pelabelan
Pengepakan
Buah
Sortasi
Penimbangan
Pencucian
Blanching dan penirisan
Ekstraksi
Pelabelan
Pengepakan
Lampiran 5. Suku Bunga Kredit Investasi Bank Umum Periode 2004 – 2009
Tahun Nilai
2004 14,05%
2005 15,66%
2006 15,10%
2007 13,01%
2008 14,40%
2009 13,85%
Rata-rata 14,35% dibulatkan 14%
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah 2011
Lampiran 60. SNI 01 – 0222 – 1995, Bahan Tambahan Makanan
Nama Bahan Tambahan
No. Pangan Jenis/Bahan Makanan Batas Maks. Penggunaan
B. Indonesia B. Inggris
Antioksidan (Antioxidant)
1. Butil Tertiary Butyl Lemak dan minyak 200 mg/kg, tunggal atau
Hidrokinon Hydroquinine makan campuran dengan BHA,
Tersier (TBHQ) BHT dan senyawa galat,
tetapi galat tidak boleh
lebih dari 100 mg/kg
2. Butil Butylated Lemak dan minyak 200 mg/kg, tunggal atau
Hidroksitoluen Hydroxytoluene makan; minyak kacang; campuran dengan BHA,
(BHT) minyak kelapa; dan Butil Hidrokinon Tersier
minyak lainnya (TBHQ), atau senyawa
galat, tetapi galat tidak
boleh lebih dari 100 mg/kg
3. Propil Galat Propyl Gallate Lemak dan minyak 100 mg/kg
makan; minyak kacang;
minyak kelapa; dan
minyak lainnya
Pengemulsi, Pemantap, Pengental (Emulsifier, Stabilizer, Thickener)
4. Dekstrin, Pati Dextrins, Kaldu Secukupnya
Gosong, Putih, Roasted Starch Es krim dan sejenisnya 30 g/kg, tunggal atau
dan Kuning campuran dengan pati lain
Sumber: Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen PPHP, Departemen Pertanian, 2006: 45
Lampiran 61. Dokumentasi CV. Winner Perkasa Indonesia Unggul