Anda di halaman 1dari 19

BAB II

PEMBAHASAN

ARUS DAN TEGANGAN BOLAK BALIK

Arus dan tegangan bolak-balik adalah arus dan tegangan yang nilainya selalu berubah terhadap
waktu secara periodik. Besaran seperti ini disebut arus dan tegangan bolak-balik atau AC
(Alternating Current). Apabila pada arus searah Anda dapat mengetahui nilai dan tegangannya
yang selalu tetap. Maka, pada arus bolak-balik Anda akan dapat mengetahui nilai maksimum
yang dihasilkan dan frekuensi osilasi yang dihasilkan oleh sumbernya. Arus dan tegangan listrik
bolak-balik berbentuk sinusoida seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 1.3 berikut.

Secara matematis, arus dan tegangan listrik bolak-balik tersebut dapat dinyatakan sebagai
berikut:

Dimana:
V =tegangasesaat(V)
I =arussesaat(A)
Vm =teganganmaksimum(V)
Im =arusmaksimum(A)
f =frekuensi(Hz)
T =periode(s)
t =waktu(s)
ωt = sudut fase (radian atau derajat)

Hubungan amplitudo tegangan atau arus bolak-balik dengan sudut fase dapat dinyatakan secara
grafik dalam diagram fasor. Fasor adalah suatu vektor yang berputar berlawanan arah putaran
jarum jam terhadap titik asal dengan kecepatan sudut ω. Fasor suatu besaran dilukiskan sebagai
suatu vektor yang besar sudut putarnya terhadap sumbu horizontal (sumbu x) sama dengan sudut
fasenya. Nilai maksimum besaran tersebut adalah sama dengan panjang fasor, sedangkan nilai
sesaatnya adalah proyeksi fasor pada sumbu vertikal (sumbu y). Berikut adalah gambar diagram
fasor untuk arus dan tegangan yang sudut fasenya sama (sefase) serta gambar fungsi waktu dari
arus dan tegangan tersebut.

Sesungguhnya arus dan tegangan bolak-balik bukanlah besaran vektor, melainkan besaran skalar.
Penggambaran arus dan tegangan bolak-balik sebagai fasor adalah untuk mempermudah analisis
rangkaian arus bolak-balik yang lebih rumit.

NILAI RATA-RATA DAN NILAI EFEKTIF


Nilai rata-rata arus bolak-balik adalah kuat arus bolak-balik yang nilainya setara dengan kuat
arus searah untuk memindahkan sejumlah muatan listrik yang sama dalam waktu yang sama.
Arus rata-rata dinyatakan dengan:

Sedangkan tegangan rata-rata dinyatakan dengan:

Nilai efektif arus dan tegangan bolak-balik ialah arus dan tegangan bolak-balik yang setara
dengan arus dan tegangan searah untuk menghasilkan jumlah kalor yang sama ketika melalui
suatu resistor dalam waktu yang sama. Secara matematis, hubungan antara arus dan tegangan
efektif dengan arus dan tegangan maksimum dinyatakan dengan:

Contoh Soal

Jala-jala listrik di rumah mempunyai tegangan 220 volt. Sebuah alat listrik dengan hambatan 50
ohm di pasang pada jala-jala tersebut .Hitunglah:
Nilai efektifdanmaksimumtegangan
Nilaiefektifdanmaksimumaruslistrikyangmengalir
Penyelesaian:
Tegangan hasil pengukuran adalah nilai efektif, jadi Vef = 220 volt dan R = 50 Ω
Vef = 220 volt
Vmax = V_ef √2=220√2 volt

GunakanhukumOhmuntukmenentukankuatarus.
I_ef=V_ef/R=220/50=4,4 A
I_m=V_m/R=(220√2)/50=22/5 √2 A

Sebuah generator AC menghasilkan tegangan sebagai fungsi waktu sebagai berikut: V=200√2
sin⁡〖50t volt.〗

Hitunglah:
Tegangan maksimum
Tegangan puncak kepuncak
Tegangan efektif
Frekuensi angular
Periode
Frekuensi
Tegangan pada saat 0,01π sekon
Penyelesaian:
Bandingkan persamaan umum tegangan dengan persamaan yang diketahui:
V=V_m sin⁡ωt volt
V=200√2 sin⁡〖50t volt〗
V_m=200√2 volt
Tegangan puncak ke puncak sama dengan dua kali tegangan maksimum
Vpp = 2Vm = 2 . 200√2 volt = 400√2 volt
V_ef=V_m/√2=(200√2)/√2=200 volt
ω=50 rad/s
ω=2π/T → T=2π/ω=2π/50=π/25 s
f=1/T=1/(π⁄25)=25/π Hz
V pada t = 0,01 π sekon:
V=200√2 sin⁡50t=200√2 sin⁡〖50 (0,01π)〗
V=200√2 sin⁡〖0,5π=200√2 sin⁡〖〖90〗^o=〗 〗 200√2 volt

Alat Ukur Tegangan dan Arus Bolak-Balik

Tegangan dan arus listrik bolak-balik diukur dengan voltmeter AC dan amperemeter AC (seperti
terlihat pada gambar 1.5). Dengan menggunakan alat ukur voltmeter atau amperemeter AC
besaran yang terukur adalah nilai rms (root mean squere) = akar rata-rata kuadrat arus = ; = rata-
rata dari atau nilai efektif dari tegangan atau arus. Secara umum hasil pengukuran tegangn (V)
dan arus (I) dapat ditulis sebagai berikut:
I=(Penunjukan jarum)/(Skala maksimum)×Batas ukur maksimum

V=(Penunjukan jarum)/(Skala maksimum)×Batas ukur maksimum

Contoh Soal

Sebuah amperemeter AC digunakan untuk mengukur kuat arus bolak-balik sehingga jarum
amperemeter menunjukkan angka seperti pada gambar di samping. Tentukanlah:
Nilai efektif
Nilai maksimum
Nilai rata-rata arus bolak-balik

Penyelesaian:
Kawat rangkaian listrik dihubungkan dengan terminal arus 0 A dan 10 A, artinya batas ukur
maksimum amperemeter 10 A. Skala amperemeter adalah 0 sampai dengan 50, sehingga jika
jarum amperemeter menunjukkan angka 50 maka hasil pengukuran adalah maksimum, 10 A.
Penunjukkan amperemeter adalah nilai efektif sehingga:
I_ef=40/50×10=8 A
Nilai maksimum I_m=I_ef √2=8√2 A
Nilai rata-rata I_r=(2I_m)/π=(2×8√2)/π=16/π √2 A

Untuk melihat bentuk tegangan atau arus sinusoidal yang dihasilkan oleh sumber bolak-balik
dapat digunakan alat ukur osiloskop (Lihat gambar 1.6). Sumbu vertikal menunjukkan nilai
tegangan atau arus yang dihasilkan oleh sumber bolak-balik dan sumbu horizontalnya
menunjukkan waktu. Dari monitor osiloskop dapat ditentukan nilai maksimum dari tegangan
atau arus listriknya dan dari sumbu horizontal dapat ditentukan periode atau frekuensi dari
sumber bolak-baliknya. Monitor dari sebuah osiloskop terbagi-bagi menjadi baris-baris dan
kolom-kolom sehingga membentuk sebuah kotak.
Perhatikan gambar berikut!
Jika sumbu vertikal diatur pada tegangan 2 V/cm, waktu dalam arah horizontal menunjukkan 10
ms/cm dan tiap kotak memiliki ukuran 1 cm × 1 cm. Tentukanlah:
a. tegangan maksimum sumber AC;
b. frekuensi sumber AC.
Penyelesaian:
a. Dari gambar dapat dilihat tegangan dari puncak ke puncak

Jadi, tegangan maksimumnya 4 volt.

b. Periode dari gelombang sinusoidal yang dihasilkan adalah:

Frekuensi getarnya

Jadi besar frekuens sumber AC tersebut adalah 25 Hz.

RESISTOR, INDUKTOR DAN KAPASITOR DALAM RANGKAIAN AC

GEJALA PERALIHAN PADA INDUKTOR

Tinjau rangkaian RL–seri yang dihubungkan dengan baterei ε melalui sakelar S, seperti dalam
Gambar 2 (a). Gambar 2 (b) menggambarkan beberapa contoh induktor dalam berbagai bentuk
dan ukuran yang tersedia di pasaran. Induktor berperilaku mirip massa yang selalu menghambat
gerakan, maka induktor juga selalu melawan perubahan tegangan. Pada saat sakelar
disambungkan maka dalam rangkaian terjadi perubahan tegangan, di sinilah perlawanan induktor
akan teramati. Perilakunya berbeda dengan resistor. Hubungkan sakelar S ke a, berarti rangkaian
RL–seri tersambung dengan baterei ε, sehingga arus mengalir dalam rangkaian dan memenuhi
hukum kedua Kirchhoff:
ε= V_L+ V_R=L di/dt+iR
L di/dt= ε-iR

Sesuaikan ruas kiri hingga mendapatkan bentuk integral dx/x. Kemudian lakukan integral dengan
batas waktu saat t = 0 adalah saat sakelar ditutup dan nilai arus i(0) = 0. Sedangkan saat t detik
dari saat sakelar ditutup nilai arus listrik pada rangkaian adalah i(t).
ln⁡〖((ε-iR)/ε)= -R/L t〗
Ambil nilai eksponesial dipangkatkan dengan nilai masing masing ruas persamaan tersebut yaitu:
e^(ln⁡((ε-iR)/ε) )= ((ε-iR)/ε)=1-iR/ε=e^(-Rt/L)
i(t)= ε/R (1-e^(-Rt/L) )

Jika persamaan diatas digambarkan dalam bentuk grafik arus terhadap waktu, diperoleh Gambar
3. Persamaan 1 menggambarkan arus pada rangkaian RL–seri sebagai fungsi waktu yaitu
merupakan proses penyimpanan energi baterei ε menjadi energi magnetik dalam induktor, dari
persamaan tersebut terlihat bahwa nilai maksimum arus dalam rangkaian i(t) = ε/R dicapai pada t
= ∞.
Nilai arus i(t) memerlukan waktu τ = L/R bertepatan dengan nilai arus [1– (1/e)] dari nilai arus
saat dimulainya proses (t = 0). Sedangkan nilai maksimum arus pada rangkaian yaitu I = ε/R,
dapat tercapai dalam waktu t » τ, seperti pada Gambar 3. Jika sakelar S pada gambar 2 dipindah
ke titik b, berarti baterei dilepas dari rangkaian RL–seri, persamaan hukum kedua Kirchhoff
menjadi:
V_L+V_R=0
L di/dt+iR=0
di/t=-R/L dt

Integralkan persamaan tersebut dengan batas awal t = 0 sesuai dengan i(0) = ε/R sampai dengan
saat t detik dengan arus pada induktor i(t), diperoleh :
ln[(i(t))/(ε⁄R)]=-R/L t
Ambil nilai eksponesial dipangkatkan dengan nilai masing masing ruas persamaan:
e^ln[(i(t))/(ε⁄R)] =(i(t))/[ε⁄R] =e^(-R/L t)
i(t)=ε/R e^(-Rt/L)

Persamaan 4 menggambarkan arus pada induktor berubah terhadap waktu bila baterei dilepas
dari rangkaian RL dari kondisi arus awal pada induktor adalah arus maksimum i(0) = ε/R. Nilai
arus pada induktor akan terus menurun secara ekponensial, dari persamaan tersebut terlihat
bahwa i(t) = 0 dicapai pada t = ∞.

GEJALA TRANSIEN PADA KAPASITOR

Biasanya pengertian kapasitor adalah dua bahan logam yang berbentuk identik yang kedua luas
permukaannya dapat berhadapan secara simetris mengikuti arah medan listrik, sehingga
memiliki kemampuan untuk menyimpan muatan listrik. Namun kenyataanya konduktor
tunggalpun memiliki kapasitansi yang merupakan ukuran daya tampung muatan. Artinya
konduktor tunggal pun mampu menampung muatan listrik. Contoh benda berbentuk bola dapat
diberi muatan karena bentuk simetri lainnya dianggap berada di tak hingga. Kapasitor yang
tersedia di pasar dapat ditunjukkan dalam berbagai jenis dan ukuran seperti gambar di atas.
Simbol untuk kapasitor digambarkan seperti gambar berikut.

Kapasitansi didefinisikan sebagai:


C=Q/∆V

Artinya, daya tampung muatan pada suatu kapasitor bergantung pada beda potensial diantara
kedua keping yang berhadapan secara simetris. Nilai beda potensial ini bergantung pada bentuk
fisik dan ukuran serta jarak antara kedua keping. Hampir semua komponen dalam rangkaian
listrik memiliki kapasitansi, misal kabel, kawat maupun resistor. Satuan SI untuk menyatakan
kapasitansi adalah F (farad), namun karena satuan ini terlalu besar untuk keperluan sehari hari
digunakan mikrofarad (ditulis μF = 10–6F), nanofarad (ditulis nF = 10–9F) dan pikofarad (ditulis
pF = 10–12F).

Gambar 1.10 menunjukkan hubungan antara bentuk fisik dan arah medan listrik pada kapasitor
berbentuk keping.
RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK

Pada dasarnya, komponen-komponen rangkaian listrik menunjukkan karakteristik yang berbeda


ketika dihubungkan dengan sumber tegangan searah dan ketika dihubungkan dengan sumber
tegangan bolak-balik. Karena itu, karakteristik rangkaian arus searah berbeda dengan
karakteristik rangkaian arus bolak-balik dan salah satu perbedaan tersebut berkaitan dengan fase
antara tegangan dan arus.
Pada umumnya, semua rangkaian listrik mempunyai hambatan, kapasitas, dan induktansi
meskipun pada rangkaian tersebut tidak terdapat resistor, kapasitor, dan induktor. Akan tetapi
nilai hambatan, kapasitas, dan induktansi tersebut tergantung pada jenis komponen yang terdapat
dalam rangkaian, dan mungkin pada keadaan tertentu nilai hambatan, kapasitas, dan induktansi
tersebut dapat diabaikan, sedangkan pada keadaan lain mungkin tidak dapat diabaikan. Secara
teoritis dapat dianggap bahwa rangkaian listrik terdiri dari rangkaian resistif, rangkaian induktif,
dan rangkaian kapasitif

RANGKAIAN RESISTIF
Rangkaian resistif merupakan rangkaian yang hanya terdiri dari sumber tegangan (V) dengan
resistor yang mempunyai hambatan R dan nilai kapasitas (C) maupun induktansi (L) rangkaian
tersebut diabaikan. Perhatikan sebuah rangkaian arus bolak-balik yang terdiri dari sebuah resistor
dan generator AC seperti gambar berikut ini:

Tegangan pada resistor VR sama dengan tegangan generator sehingga untuk rangkaian resistif
dapat ditulis:

V_R=V_m sin⁡ωt

I_R=V_m/R sin⁡ωt= I_m sin⁡ωt

Dengan demikian akan berlaku juga hubungan sebagai berikut:

I_m=V_m/R

I_ef=V_ef/R

Karena rangkaian resistif dianggap tidak mempunyai induktansi dan kapasitas, maka rangkaian
resistif tidak dipengaruhi oleh perubahan medan magnet di sekitarnya. Berdasarkan hal tersebut,
maka pada rangkaian resistif, arus dan tegangan bolak-balik mempunyai fase yang sama atau
beda fasenya nol.

RANGKAIAN INDUKTIF
Rangkaian induktif merupakan rangkaian yang hanya terdiri dari sumber tegangan (V) dengan
induktor yang mempunyai induktansi L dan nilai-nilai hambatan (R) maupun kapasitas (C)
rangkaian tersebut diabaikan, seperti ditunjukkan gambar berikut:
Arus yang mengalir pada rangkaian induktif murni berubah terhadap waktu yang memenuhi
persamaan I=I_m sin⁡〖ωt,〗 sehingga pada induktor terinduksi gaya gerak listrik yang memenuhi
persamaan:

ε_ind=-L dI/dt=-L d(I_m sin⁡ωt )/dt

Karena pada rangkaian induktif, hambatan rangkaian (R) dan kapasitasnya (C) diabaikan, maka
tidak ada penurunan potensial (IR) pada induktor, sehingga tegangan sumber V sama dengan
gaya gerak listrik induksi 〖-ε〗_ind= V_L, yaitu:

V=-ε_ind atau V = VL

V_m sin⁡ωt= L dI/dt → dI=V_m/L sin⁡〖ωt dt〗

∫▒〖dI= ∫▒〖V_m/L sin⁡〖ωt dt〗 〗〗

I=-V_m/ωL cos⁡〖ωt, dimana cos ωt= -〖sin(〗⁡〖ωt-π/2)〗 〗


I=V_m/ωL sin (ωt-π/2)= I_m 〖 sin〗⁡(ωt-π/2)

Jadi pada rangkaian induktif arus listrik mempunyai fase yang berbeda dengan tegangan. Sesuai
dengan persamaan I dan V di atas, maka beda fase antara arus dan tegangan pada rangkaian
induktif adalah ∅=π/2. Dalam hal ini, pada rangkaian induktif, tegangan (V) mendahului arus (I)
dengan beda fase sebesar π/2 atau 90o.
Meskipun pada rangkaian induktif tidak terdapat resistor, tetapi pada rangkaian ini terdapat
sebuah besaran yang mempunyai sifat yang sama dengan hambatan listrik, yaitu reaktansi
induktif, yang besarnya dapat ditentukan sebagai berikut:

X_L=ωL=2πfL
Dengan:
X_L = reaktansi induktif (Ω)
ω = kecepatan sudut (rad/s)
f = frekuensi sumber AC (Hz)
L = induktansi induktor (H)

RANGKAIAN KAPASITIF
Rangkaian kapasitif adalah rangkaian yang hanya terdiri dari sumber tegangan (V) dengan
kapasitor yang mempunyai kapasitas C dan nilai-nilai hambatan (R) dan induktansi (L)
rangkaian tersebut diabaikan, seperti ditunjukkan gambar berikut ini:

Pada rangkaian kapasitif murni, tegangan yang dipasang pada kapasitor berubah terhadap waktu
sesuai dengan persamaan V=V_m sin⁡〖ωt,〗 sehingga muatan yang tersimpan pada kapasitor
memenuhi persamaan berikut:

Q=CV=C(V_m sin⁡ωt )=CV_m sin⁡ωt

Sehingga arus listrik pada kapasitor ditentukan sebagai berikut:


I=dQ/dt=d(CV_m sin⁡ωt )/dt

I=ωC V_m cos⁡ωt

I=ωC V_m sin⁡〖(ωt+π/2)= I_m 〗 sin⁡(ωt+π/2)

Sesuai dengan persamaan I dan V di atas, maka pada rangkaian kapasitif, arus mempunyai beda
fase sebesar ∅=π/2 dengan tegangan. Dalam hal ini, arus mendahului tegangan dengan beda fase
sebesar π/2 atau 90o.
Seperti juga pada rangkaian induktif, maka pada rangkaian kapasitif terdapat sebuah besaran
reaktansi yang disebut reaktansi kapasitif dan besarnya dapat ditentukan sebagai berikut:

X_C=1/ωC=1/2πfC
Dengan:
X_C = reaktansi kapasitif (Ω)
C = kapasitas kapasitor (F)

Contoh Soal

Sebuah rangkaian arus bolak-balik yang bersifat induktif murni terdiri dari induktor dengan
induktansi L = 25 mH dan sumber tegangan AC dengan tegangan efektif 150 V. berapakah:
Reaktansi induktifnya
Kuat arus efektif rangkaian jika frekuensi sumber 50 Hz.

Penyelesaian:
X_L=ωL=2πfL=2π(50)(25×〖10〗^(-3) )=7,85 Ω
I_ef=V_ef/X_L =150/7,85=19,1 A

Sebuah kapasitor 8 μF dihubungkan dengan sebuah sumber tegangan AC yang tegangan


efektifnya 150 V dan frekuensinya f = 50 Hz. Berapakah:
Reaktansi kapasitif
Arus efektif di dalam rangkaian

Penyelesaian:
X_C=1/ωC=1/2πfC=1/(2π(50)(8×〖10〗^(-6)))=397,89 Ω
I_ef=V_ef/X_C =150/397,89=0,38 A

RANGKAIAN SERI R-L-C

Pada kegiatan belajar sebelumnya telah dibahas bagaimana pengaruh resistor, induktor, dan
kapasitor yang dihubungkan secara terpisah dengan sebuah sumber arus bolak-balik I=I_m
sin⁡ωt. Sekarang akan ditinjau, apa yang akan terjadi jika ketiga elemen tersebut dihubungkan
secara seri, yang sering disebut rangkaian seri RLC seperti gambar di atas.

HUBUNGAN VR, VL, VC, DAN V PADA RANGKAIAN SERI RLC


Untuk menentukan hubungan VR, VL, dan VC digunakan diagram fasor. Perhatikan bahwa
karena ketiga elemen berhubungan seri, maka arus yang mengalir melalui semua elemen sama
besar, yaitu I=I_m sin⁡ωt. Dengan kata lain arus bolak-balik di semua titik pada rangkaian seri
RLC memiliki nilai maksimum dan fase yang sama. Akan tetapi tegangan pada masing-masing
elemen akan memiliki nilai dan fase yang berbeda. Tegangan pada resistor VR sefase dengan
arus I, tegangan pada induktor VL mendahului arus π/2 rad atau 90o, dan tegangan pada
kapasitor tertinggal dari arus π/2 rad atau 90o. Dengan demikian dapat ditulis:
V_R=I_m R sin⁡ωt= V_mR sin⁡ωt
V_L=I_m X_L 〖sin 〗⁡〖(ωt〗+〖90〗^o)= V_mL sin⁡〖 (ωt〗+〖90〗^o)
V_C=I_m X_C sin⁡〖 (ωt〗-〖90〗^o)= V_mC sin⁡〖 (ωt〗-〖90〗^o)

Jika ditetapkan sudut ωt pada sumbu x, maka diagram fasor untuk arus I, tegangan VR, VL, dan
VC akan tampak seperti gambar berikut.

Sesuai dengan hukum Kirchoff, tegangan antara ujung-ujung rangkaian seri RLC, yaitu VAB =
V adalah jumlah fasor antara VR, VL, dan VC. penjumlahan fasor tersebut menghasilkan besar
tegangan total, yaitu:

V=√(V_R^2+(V_L-V_C )^2 )

Tampak jelas pada gambar bahwa beda sudut fase antara arus dan tegangan θ memenuhi
hubungan:

tan⁡〖θ=(V_L-V_C)/V_R 〗

IMPEDANSI RANGKAIAN SERI R-L-C

Pada rangkaian DC umumnya hanya akan ditemukan satu macam hambatan yaitu resistor murni
R, nilai hambatan total dari beberapa resistor yang terhubung secara seri adalah penjumlahan
secara aljabar (skalar) masing-masing hambatan tersebut.
Pada rangkaian AC, terdapat resistor, induktor, dan kapasitor dalam rangkaian. Efek hambatan
total yang dihasilkan oleh R, XL, dan XC dalam rangkaian AC disebut impedansi (Z). Nilai Z
tidak dapat dihitung dengan penjumlahan aljabar (skalar) seperti pada arus searah. Untuk
menentukan nilai Z digunakan persamaan berikut:
V=√(V_R^2+(V_L-V_C )^2 )
IZ=√((IR)_^2+(〖IX〗_L-〖IX〗_C )^2 )
IZ=I√((R)_^2+(X_L-X_C )^2 )
Z=√((R)_^2+(X_L-X_C )^2 )

Beda sudut fase antara kuat arus I dengan tegangan V adalah:

tan⁡〖θ=(V_L-V_C)/V_R 〗=(〖IX〗_L-〖IX〗_C)/IR

tan⁡〖θ=(X_L-X_C)/R〗
Dengan menggunakan kedua persamaan di atas dapat dibuat diagram fasor untuk impedansi
seperti tampak pada gambar berikut.

Contoh Soal

Rangkaian R-L-C seri dengan R = 80 ohm, XL = 100 ohm, dan Xc =40 ohm. Rangkaian ini
dihubungkan dengan tegangan bolak-balik dengan tegangan efektif 220 V. Tentukanlah:
a.impedansi rangkaian ;
b. arus efektif yang mengalir pada rangkaian. ;
c. tegangan efektif antara ujung-ujung induktor.

Penyelesaian:
Impedansi rangkaian

Arus efektif pada seluruh rangkaian

Tegangan efektif antara ujung-ujung induktor

RESONANSI PADA RANGKAIAN R-L-C

Resonansi pada rangkaian seri R-L-C terjadi ketika XL = XC. Keadaan ini menyebabkan
impedansi rangkaian Z memiliki harga minimum yang bernilai sama dengan hambatan murni R.
Adapun arus dalam rangkaian menjadi maksimum. Garis singgung antara kurva Z dan garis
linear R merupakan titik terjadinya frekuensi resonansi. Di titik tersebut besaran Z bernilai
minimum. Perhatikan gambar berikut.

Saat terjadinya resonansi,

Oleh karena , maka diperoleh frekuensi resonansi

Rangkaian resonansi dapat dijumpai pada rangkaian penala, caranya dengan mengubah-ubah
frekeunsi melalui kondensator variabel. Jika frekuensinya sesuai, frekuensi gelombang radio
akan di tangkap.

Contoh Soal
Pada frekuensi berapakah sebuah rangkaian R-L-C seri yang dihubungkan bertegangan bolak-
balik akan beresonansi. Apabila R = 80 ohm, L = 1 F?henry, dan C = 1
Penyelesaian:
Diketahui
R = 80 ohm
L = 1 henry
F = 10-6 FC = 1
Ditanyakan: f = …?
Jawab:
Frekuensi resonansi terjadi jika:
Oleh karena , maka diperoleh frekuensi resonansi

Jadi besar frekuensi resonansinya adalah Hz.

DAYA PADA ARUS LISTRIK BOLAK-BALIK

Induktor dan kapasitor yang terpasang pada rangkaian arus bolak-balik membutuhkan tambahan
energi listrik. Daya yang diserap dalam rangkaian resistif (Z) besarnya adalah

Dan dalam rangkaian R-L-C seri adalah


c
Persamaan di atas disebut juga sebagai daya semu. Adapun daya yang sesungguhnya atau daya
rata-rata adalah

Keterangan
= beda fase antara arus dan tegangan
= faktor dayaCos

Contoh Soal
FSebuah rangkaian seri R–L-C dengan R = 30 Ω, L = 0,6 H dan C = 500 dihubungkan dengan
sumber tegangan bolak-balik yang memiliki V = 300 sin 100t Volt. Tentukan:
Impedansi rangkaian
Daya rata-rata yang diserap rangkaian

Penyelesaian:
Diketahui:
R=30Ω
L=0,6H
F=500x10-6F=5x10-4FC=500
V=300sin100tVolt
Ditanyakan:
Z=…?
P=…?
Jawab:
DariteganganV=300sin100tVolt,didapatkan:
Vm=300=100
Beda sudut fase

Impedansi rangkaian
.L = 100 . 0,6 = 60 ΩXL =

Sehingga:

Daya rata-rata yang diserap rangkaian adalah

Sehingga:
Jadi besar daya rata-rata yang diserap adalah 540 W.

TRANSFORMATOR

Apakah transformator itu? Dalam kehidupan sehari-hari tentunya kamu sering mendengar atau
mungkin telah menggunakan transformator. Transformator adalah alat yang digunakan untuk
mengubah tegangan bolak-balik (AC) dari satu nilai tertentu menjadi nilai yang diinginkan.

Transformator atau trafo terdiri dari pasangan kumparan primer dan sekunder yang terpisah dan
dililitkan pada inti besi lunak. Kumparan primer berfungsi sebagai input dan kumparan sekunder
berfungsi sebagai output. Prinsip dasar cara kerja transformator adalah hukum induksi Faraday.
Kumparan primer dihubungkan ke suatu sumber arus bolak-balik yang besar arus listriknya
senantiasa berubah terhadap waktu. Arus pada kumparan primer ini bekerja seolah-oleh
mengalirkan atau memutuskan arus searah secara berulang-ulang sehingga terjadi perubahan
garis-garis gaya magnet yang memotong kumparan sekunder. Akibatnya, timbul GGL induksi
dalam kumparan sekunder yang berfungsi sebagai output dengan mengalirkan arus listrik
induksi. Dengan menentukan jumlah lilitan yang
sesuai untuk tiap kumparan, dapat dihasilkan GGL kumparan sekunder yang berbeda dengan
GGL pada kumparan primer.
Hubungan antara tegangan dengan jumlah lilitan kumparan pada sebuah transformator dapat
ditulis secara matematis sebagai berikut.

dengan:
Vs = tegangan sekunder (volt)
Vp = tegangan primer (volt)
Ns = lilitan sekunder (lilitan)
Np = lilitan primer (lilitan)

Contoh Soal
Sebuah tarfo step-up kumparan primernya terdiri atas 50 lilitan dan kumparan sekundernya 100
lilitan. Jika tegangan primernya 110 V, berapakah tegangan pada kumparan sekundernya?

Penyelesaian
Diketahui:
Np=50lilitan
Ns=100lilitan
V=110V
Ditanyakan:Vs=?
Jawab:

Jadi, tegangan pada kumparan sekunder adalah 220 V.

Persamaan Trafo untuk Transformator Ideal

Apakah jumlah energi yang masuk sama dengan jumlah energi yang keluar? Menurut hukum
kekekalan energi, apabila transformator itu adalah transformator ideal maka jumlah energi yang
masuk ke dalam sebuah transformator sama dengan jumlah energi yang keluar dari transformator
itu. Akibatnya, daya listrik yang ada pada kumparan primer (Pp) adalah sama dengan daya listrik
yang ada pada kumparan sekunder (Ps). Dengan demikian, secara matematis dapat ditulis:

Pp = Ps

Karena Pp = Vp Ip dan Ps = Vs Is, maka:

Vp Ip = Vs Is

Keterangan:
Pp=daya pada kumaparan primer(watt)
Ps = daya pada kumparan sekunder (watt)
Contoh Soal
Sebuah trafo step-down dihubungakan dengan sumber tegangan 220 V. Trafo ini digunakan
untuk menyalakan lampu bertegangan 10 V. Jika kuat arus listrik yang melalui lampu 4 A,
berapakah kuat arus listrik yang melalui kumparan primer?

Penyelesaian:
Diketahui:
Vp=220V
Vs=10V
Is=4A
Ditanyakan:Ip=…..?
Jawab:
Vp Ip = Vs Is

Jadi, arus listrik yang melewati kumparan primer adalah 0,182 A.

Efisiensi Transformator

Inti transformator terbuat dari pelat-pelat besi. Ketika suatu tegangan bolak-balik dihubungkan
pada transformator maka akan dihasilkan garis-garis gaya magnet yang selalu berubah. Hal ini
dapat menyebabkan timbulnya arus pusat pada inti tarnsformator. Inti transformator terbuat dari
besi yang bersifat sebagai penghantar yang memiliki hambatan listrik sehingga timbul
kehilangan energi dalam bentuk kalor. Selain itu, kumparan primer dan sekunder yang terbuat
dari kawat tembaga dan bersifat sebagai penghantar dengan nilai hambatan listrik tertentu juga
menimbulkan kehilangan energi dalam bentuk kalor. Dalam transformator selalu timbul kalor
sehingga energi listrik yang keluar dari transformator selalu lebih kecil daripada energi listrik
yang masuk ke transformator. Sebagian energi listrik itu berubah menjadi kalor. Keadaan ini
merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindarkan.
Efisiensi transformator didefinisikan sebagai perbandingan antara daya listrik yang keluar dari
transformator dengan daya listrik yang masuk ke transformator.

Transformator adalah alat atau mesin yang sangat efisien. Efisiensi transformator dapat mencapai
99%.

Contoh Soal
Sebuah tarnsformator memiliki tegangan primer 220 V dan tegangan sekunder 110 V. Apabila
kuat arus yang mengalir melalui tegangan primer sebesar 0,2 A, ternyata kuat arus yang mengalir
pada kumparan sekunder menjadi 0,3 A. Berapakah efisiensi transformator itu?
Jawaban:
Diketahui:
Vp=220V
Vs=110V
Ip=0,2A
Is=0,3A
Ditanyakan:=…..?
Jawab:
Jadi, efisiensi transformator adalah 75%.

ARUS DAN TEGANGAN BOLAK BALIK

Disusun:
Oleh Kelompok 1

 Nama :

Kelas : XII.MIPA.3

 Guru Mata Pelajaran : DRS.SUMANTO

 Tahun ajaran : 2018-2019


MADRASAH ALIYAH NEGERI I BANYUASIN

TAHUN 2018

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat Rahmat
dan Hidayah-Nya kami dari dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Arus dan
Tegangan Bolak balik”.
Makalah ini dibuat dengan maksud dan tujuan agar para pembaca dapat menambah
wawasan tentang arus dan tegangan bolak balik.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak
yang telah menbantu dan mendukung kami dalam pembuatan dan penyusunan karya tulis
ini. Terutama kepada Guru Mata Pelajaran Fisika yaitu bapak DRS.SUMANTO yang
telah membimbing dan memberi arahan kepada kami dalam pembuatan Makalah ini.
Kami selaku penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyajian Maklah ini masih
minim dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami senantiasa mengharapkan
masukan dari para pembaca yang bersifat membangun demi kesempurnaan karya Maklah ini
di masa yang akan datang
.

Pangkalan Balai, November 2018

Penyusun
BAB I
LATAR BELAKANG
Arus dan tegangan bolak-balik adalah arus dan tegangan yang nilainya selalu berubah terhadap
waktu secara periodik. Besaran seperti ini disebut arus dan tegangan bolak-balik atau AC
(Alternating Current). Apabila pada arus searah Anda dapat mengetahui nilai dan tegangannya
yang selalu tetap. Maka, pada arus bolak-balik Anda akan dapat mengetahui nilai maksimum
yang dihasilkan dan frekuensi osilasi yang dihasilkan oleh sumbernya. Arus dan tegangan listrik
bolak-balik berbentuk sinusoida

TUJUAN
Agar siswa mempelajari dan mengetahui serta memahami materi arus bolak balik itu sendiri,serta siswa
dapat mempelajari materi ini secara pribadi Karena di dalam makalah ini terdapat penjelasan dan
pembahasan soal.
Kata pengantar

Daftar isi

Bab I

Pendahuluan

Latar belakang…………………………………………………………………………………………………............................

Tujuan ……………………………………………………………………………………………..............................................

Bab II

Pembahasan materi………………………………………………………………………………………………………………..

BabIII

kesimpulan…………………………………………………………………………………………………………………………………

daftar pustaka…………………………………………………………………………………………………………………………….
BAB III

Kesimpulan
Arus bolak balik dapat di hasilkan dengan induksi magnetic dalam sebuah generator dalam AC .
Generator arus bolak balik atau generator AC merpakan pembangkit tegangan dan arus bolak balik.
Arus dan tegangan bolak-balik adalah arus dan tegangan yang nilainya selalu berubah terhadap
waktu secara periodik. Besaran seperti ini disebut arus dan tegangan bolak-balik atau AC
(Alternating Current). Apabila pada arus searah Anda dapat mengetahui nilai dan tegangannya
yang selalu tetap. Maka, pada arus bolak-balik Anda akan dapat mengetahui nilai maksimum
yang dihasilkan dan frekuensi osilasi yang dihasilkan oleh sumbernya. Arus dan tegangan listrik
bolak-balik berbentuk sinusoida

Anda mungkin juga menyukai