Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Ilmu Dan Teknologi Kesehatan

Vol 6, No 2, Maret 2019,


ISSN: 2338-9095 (Print)
ISSN: 2338-9109 (online)

Self Efficacy Meningkatkan Perilaku Pasien Dalam Latihan Mobilisasi Post


Operasi ORIF Pada Ekstremitas Bawah

Ace Sudrajat, Wartonah, Eska Riyanti, Suzana


Poltekkes Kemenkes Jakarta III
Email: ace_drajat@yahoo.co.id

Artikel history
th
Dikirim, Jan 12 , 2019
Ditinjau, Feb 14th, 2019
Diterima, Mar 4th, 2019

ABSTRACT
Surgery for bone repositioning through internal fixation (Open Reduction Internal Fixation) is a
medical action to improve the position of the fractured bone. The purpose of the ORIF action is
to restore the function of bone movement and stabilization so that patients are expected to
mobilize early after surgery. One of the treatment focuses on postoperative patients with ORIF is
gradual exercise and activity. The purpose of the study was to determine the effect of self-
efficacy of postoperative patients with ORIF in the exercise of lower extremity mobilization. The
cross sectional research method that involving 80 respondents who had been carried out ORIF
installation surgery in the orthopedic surgical treatment room. Data analysis using linear
regression test, the results showing that there is a positive and significant effect of the patient's
self-efficacy on lower limb mobilization exercises at p-value = 0.005 with the R square value =
0.495 which means that the effect of self-efficacy is moderate on post ORIF patient mobilization
exercises. So in general it can be concluded that the effect of increasing patient efficacy will
increase the behavior of lower limb mobilization exercises in lower limb patients.
Keywords: Self Efficacy; Post ORIF Operations; Mobilization Exercises

ABSTRAK
Tindakan bedah untuk mereposisi tulang melalui fiksasi internal (Open Reduction Internal
Fixation) adalah tindakan medis untuk mengembalikan posisi tulang yang patah. Tujuan dari
tindakan ORIF adalah untuk mengembalikan fungsi pergerakan tulang dan stabilisasi sehingga
pasien diharapkan untuk memobilisasi lebih awal setelah operasi. Salah satu perawatan yang
berfokus pada pasien pasca operasi dengan ORIF adalah olahraga dan aktivitas yang bertahap.
Seringkali pasien mengalami kecemasan untuk melakukan latihan dan pasien kurang
termotivasi untuk memulai gerakan yang menghasilkan peningkatan lama perawatan. Tujuan
Ace S., Wartonah, Eska R., Suzana, Self Efficacy Meningkatkan Perilaku Pasien Dalam 176
Latihan Mobilisasi Post Operasi ORIF Pada Ekstremitas Bawah

dari penelitian ini adalah untuk menentukan efek self-efficacy pasien pasca operasi dengan
ORIF dalam latihan mobilisasi ekstremitas bawah. Metode penelitian cross sectional yang
melibatkan 80 responden yang telah dilakukan operasi pemasangan ORIF di ruang perawatan
bedah ortopedi. Analisis data menggunakan uji regresi linier, dengan hasil yang menunjukkan
bahwa ada pengaruh positif dan signifikan dari self-efficacy pasien pada latihan mobilisasi
ekstremitas bawah pada p-value = 0,005 dengan nilai R square = 0,495 yang berarti bahwa
pengaruh self-Efisiensi cukup pada latihan mobilisasi pasien pasca ORIF. Jadi secara umum
dapat disimpulkan bahwa efek peningkatan kemanjuran pasien akan meningkatkan perilaku
latihan mobilisasi ekstremitas bawah pada pasien ekstremitas bawah.
Kata Kunci : Self-Efficacy; Post Op ORIF; Latihan Mobilisasi

PENDAHULUAN
Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang IGD RSUD Kota Bekasi, Feb 2017). Khusus
atau tulang rawan baik yang bersifat total fraktur ektremitas bagian bawah yang harus
maupun parsial (Rasjad 2007). Fraktur dapat dirawat 11 pasien (Ka. Ruangan IGD
terjadi pada semua bagian tulang, baik RSUD Kota Bekasi, Feb 2017). Menurut
ekstremitas atas dari sendi bahu sampai ke Ka. Ruang Rawat Tulip RSUD Kota Bekasi
jari tangan, maupun ekstremitas bawah dari (Februari 2017), jumlah pasien yang harus
sendi panggul sampai kaki. Menurut dirawat dan mendapat tindakan operasi
Halstead (2012) fraktur pada ekstremitas ektremitas bawah pada bulan Januari 2017
bawah, sering mengenai tulang panjang sebanyak 43 pasien.
yang meliputi femur, tibia dan fibula.
Menurut Maher, Salmond, dan Pellino
Trauma merupakan faktor utama penyebab
(2012) fraktur memberikan dampak buruk
fraktur salah satunya adalah fraktur pada
yang signifikan terhadap perubahan kualitas
ektremitas bawah. Kejadian trauma lebih
hidup seseorang diantaranya individu
dari 58 juta orang tiap tahunnya, 30% nya
menjadi restriksi terhadap aktivitas,
(17.4 juta) adalah trauma yang disertai
ketidakmampuan mobilitas, cacat fisik,
dengan fraktur tibia fibula terbuka (Maher,
perburukan kondisi dan kehilangan
A. B., Salmond, S. W., & Pellino 2002). Di
penghasilan. Fraktur ektremitas bawah dapat
UGD RSUD Kota Bekasi, jumlah pasien
juga mengakibatkan pasien harus dirawat
yang masuk setiap bulannya 1500-2000
dirumah sakit, mengalami gangguan
orang, bulan Januari 2017 saja tercatat 1.559
mobilisasi, ketidakmampuan,
pasien, dirawat 1025 orang, (Ka. Ruangan
177 Jurnal Ilmu Teknologi Kesehatan, Vol. 6, Nomor 2, Maret 2019, hlm:175-183

ketidakmandirian, dan bahkan lebih fatal komplikasi. Perawat harus menjadwalkan


sampai meninggal dunia. Tindakan intervensi keperawatan yang dapat
perawatan dan pengobatan pada pasien mencegah komplikasi antara lain dengan
fraktur tulang ektremitas bawah ini mengganti balutan secara teratur.
ditentukan setelah diketahui diagnosis dan Selanjutnya salah satu komplikasi yang
prognosis fraktur yang akan terjadi bila tidak paling serius dan dapat berkembang adalah
dilakukan operasi (Rasjad, 2007). Teknik gangguan neurovaskular karena edema
perawatan dan pengobatan fraktur (Marek, 2007). Fokus ketiga asuhan
ekstremitas bawah dapat juga tidak keperawatan pasien fraktur tulang panjang
dilakukan pembedahan bila tidak ini adalah rehabilitasi pasien. Perawat harus
membahayakan kehidupan pasien, tetapi mendesain rencana intervensi keperawatan
yang terbaik adalah dilakukan pembedahan yang dapat memaksimalkan kemampuan
(Price, M. L., Jones, E. W., & MacDonald pasien pada komponen kesehatan fisik,
1987). sosial, spiritual, dan psikologi. Pada tahap
rehabilitasi ini, pasien fraktur ekstremitas
Asuhan keperawatan pasien dengan fraktur
bawah diusahakan mampu berjalan secara
ektremitas bawah harus diprioritaskan dan
optimal sehingga dapat mengembalikan
difokuskan pada pemberian rasa nyaman,
fungsi otot, tidak terjadi kekakuan otot,
pencegahan komplikasi, dan pencapaian
meningkatkan kekuatan otot dan
rehabilitasi yang optimal (Halstead, 2012).
mengembalikan aktivitas fungsional
Pada fase akut trauma, mengontrol nyeri
semaksimal mungkin. Pelaksanaan
adalah target utama. Perawat harus
berpindah dan ambulasi sebaiknya dimulai
menjadwalkan monitoring nyeri terhadap
pada saat preoperasi, ketika fraktur telah
pasien fraktur tulang panjang dengan skala
distabilisasi dan terjadi keterlambatan
nyeri guna menentukan level nyeri pasien
jadwal pembedahan (Williamson, 2013).
(Ustalar Ozgen et al. 2014). Perawat harus
Saat pasien sanggup mentolerir duduk dan
menjadwalkan pemberian obat analgesik
berdiri, mereka siap untuk belajar teknik
sesuai program pengobatan, bisa berupa
berpindah (Williamson, 2013).
analgesik narkotik atau nonnarkotik. Fokus
kedua asuhan keperawatan pada pasien Masalah fisik pada pasien dengan fraktur
fraktur ektremitas bawah adalah mencegah ekstremitas bawah yaitu rasa nyeri akut jika
Ace S., Wartonah, Eska R., Suzana, Self Efficacy Meningkatkan Perilaku Pasien Dalam 178
Latihan Mobilisasi Post Operasi ORIF Pada Ekstremitas Bawah

bergerak karena kerusakan tulang, telah menunjukkan bahwa pasien dengan


pembengkakan jaringan lunak, injury, dan Kepercayaan Self-efficacy tinggi
spasme otot serta kondisi pada tulang mempunyai fisik dan psikologis yang lebih
membuat pasien tidak mau beraktivitas baik dan berhasil melakukan latihan positif
(Halstead, 2012). Sedangkan masalah mobilisasi setelah pembedahan (Moon &
psikologis pasien berhubungan dengan Backer, 2016).
terjadinya cedera yang tiba- tiba dan hal ini
Upaya peningkatan self-efficacy dapat
sangat tidak diharapkan oleh pasien. Faktor
dilakukan melalui pemberian edukasi.
psikologis sangat berperan dalam proses
Edukasi merupakan proses interaktif yang
ambulasi dan kontrol nyeri karena
mendorong terjadinya pembelajaran, dan
menyangkut fungsi kognisi. Beberapa hal
pembelajaran merupakan upaya penambahan
yang penting dalam kognisi ini adalah
pengetahuan baru melalui penguatan praktik
tingkat self-efficacy (keyakinan diri)
dan pengalaman tertentu (Smeltzer &dan
terhadap kemampuannya untuk
Bare, 2008; Potter & Perry, 2016). Edukasi
melaksanakan tugas tertentu
merupakan suatu upaya untuk memberikan
(Handrimurtjahyo & Ariani, 2007).
informasi yang diharapkan meningkatkan
Self-efficacy adalah keyakinan dalam self efficacy pasien sehingga dapat merubah
kemampuan seseorang untuk mengatur dan perilaku positif klien dalam mempercepat
melaksanakan program tindakan yang penyembuhan penyakitnya. Selanjutnya
diperlukan untuk mengelola situasi yang dengan self efficacy tinggi akan mampu
akan terjadi (Bandura, 1995). Self-efficacy meningkatkan aktifitas latihan positif pasien
dinilai mampu memprediksi perilaku positif post operasi.
yang akan ditampakkan seseorang. Menurut
Edukasi yang baik akan mampu
Moon dan Becker (2016) self efficacy
meningkatkan kemampuan pasien
merupakan prediktor yang signifikan untuk
melakukan ambulasi lebih awal, serta
menentukan perilaku positif latihan
mampu mempersingkat waktu rawat (Potter
mobilisasi post operasi pasien dengan
dan Perry, 2016). Di rumah sakit Indonesia
pembedahan ektremitas bawah. Penelitian
umumnya edukasi preoperasi belum
179 Jurnal Ilmu Teknologi Kesehatan, Vol. 6, Nomor 2, Maret 2019, hlm:175-183

dilaksanakan secara sempurna maksudnya Daerah Kota Bekasi. Penelitian ini


lebih banyak menjelaskan yang dilakukan di ruang rawat penyakit bedah
berhubungan dengan pelaksanaan orthopedik. Responden yang menjadi sampel
operasinya saja, sehingga banyak pasien adalah 80 orang pasien yang mengalami
setelah operasi yang enggan melakukan fraktur ekstremitas bawah yang telah
tindakan yang seharusnya dapat dilakukan menjalani operasi ORIF. Pengumpulan data
seperti belajar berjalan, miring kiri kanan, pada penelitian ini menggunakan kuesioner
teknik mengurangi nyeri dll. Di RSUD Kota dan lember observasi. Kegiatan
Bekasi, pada prinsipnya sudah ada namun pengumpulan data juga melibatkan perawat
belum sempurna sehingga masih ada pasien Ners yang diruang rawat. Analisis data
yang belum berani latihan-latihan yang dalam penelitian ini dengan Analisis Uji
seharusnya karena belum dibekali latihan regresi linier untuk melihat pengaruh self
preoperasi. efikasi terhadap latihan mobilisasi pada
Penelitian bertujuan untuk membuktikan pasien post operasi ORIF.
pengaruh self efikasi terhadap perilaku
latihan positif mobilisasi post operasi. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil analisis menunjukkan responden rata-
METODE
rata usia pada kelompok intervensi yaitu
Metode penelitian yang digunakan adalah
sekitar 37,10 tahun, usia termuda 16 Tahun
Krosseksional atau potong lintang, dimana
dan tertua 79 tahun dan mayoritas berjenis
variabel-variabel yang termasuk faktor
kelamin laki-laki. Untuk lebih rincinya dapat
risiko dan variabel-variabel yang termasuk
dilihat pada tabel berikut;
efek diobservasi sekaligus pada waktu yang
sama. Penelitian ini umumnya dilakukan Tabel.1a. Karakteristik responden
Variabel Mean Median SD Min-Maks
pada hubungan penyebab dan kejadian
penyakit yang relatif pendek. Hal ini lebih Usia 37,10 35 18,11 16-79

efisien untuk merumuskan hipotesis baru


Self Efikasi 72 70 20.28 46-176
namun lebih lemah dalam pengujian
Perilaku latihan 18.65 19.50 8.77 0-40
hipotesis kasual (Hidayat, 2011).
Mobilisasi
Penelitian dilakukan pada bulan Mei s/d
Agustus 2017 di Rumah Sakit Umum Tabel 1b. Karakteristik Responden
Ace S., Wartonah, Eska R., Suzana, Self Efficacy Meningkatkan Perilaku Pasien Dalam 180
Latihan Mobilisasi Post Operasi ORIF Pada Ekstremitas Bawah

No Variabel Rincian Pada penelitian ini ditemukan bahwa


Frekuensi %
1 Jenis Kelamin responden terbanyak mengalami rasa nyeri
- Laki-laki 30 72
- Perempuan 12 28 yang sedang setelah operasi ORIF, hal ini
2 Rasa Nyeri
- Ringan 12 28 dimungkinkan karena rata-rata responden
- Sedang 30 72
yang terlibat dalam penelitian ini merupakan
Berdasarkan pada hasil diatas bahwa rata- pasien post operasi ORIF rata-rata hari ke-3
rata usia reponden adalah 37 tahun atau . Walaupun begitu tidak seluruh pasien
berasal dari kelompok usia dewasa muda, mengalami rasa nyari yang sedang dan
hal ini sejalan dengan hasil penelitian masih terdapat pasien yang mengalami
Djamal dkk (2015) yang menunjukkan rasanyeri ringan. Rasa nyeri yang dialami
bahwa pasien yang menjalani ORIF oleh pasien timbul dikarenakan adanya
terbanyak dari usia dibawah sama dengan 35 trauma jaringan lunak yang terjadi sebelum
tahun sebanyak 85 persen. Angka kejadian operasi disebabkan fraktur dan saat operasi
fraktur ekstremitas bawah berdasarkan disebabkan cedera atau terporongan jaringan
Riskesdas tahun 2013 terjadi pada kelompok selama operasi. Dan rasa nyeri yang dialami
usia dewasa muda yang diakibatkan oleh adalah hal yang wajar terjadi (Wardrope et
kecelakaan lalulintas. Pada penelitian Uun al. 2008).
Nurhuda (2008) diketahui bahwa operasi
ORIF banyak dijalani dari kelompok pasien Selain itu pada penelitian ini dilakukan
berjenis kelamin pria dan berusia antara 18 – analisis uji pengaruh self efikasi terhadap
35 tahun. perilaku latihan mobilisasi pada pasien post
operasi ORIF seperti tabel di bawah ini :

Tabel 2. Pengaruh Self Efikasi terhadap perilaku


Latihan mobilisasi
VARIABEL Β T R R-square P-value

Self Efikasi 4.515 3.881 0.495 0.245 0.000


Constata 0.384 5.033 0.000
181 Jurnal Ilmu Teknologi Kesehatan, Vol. 6, Nomor 2, Maret 2019, hlm:175-183

Pada tabel diatas dapat disimpulkan bahwa dengan tidak maksimal motivasi yang akan
pada saat nilai self efikasi 0 maka nilai berdampak pada rendahnya nilai self efikasi
perilaku latihan mobilisasi 0,384. pasien pada tahap action dan maintenance..
Selanjutnya nilai positif 4.515 self efikasi Self-efficacy ditentukan beberapa komponen
menunjukkan pengaruh yang searah, artinya dari personal individu yang terdiri dari
setiap kenaikan satu point self efikasi akan fungsi dari kemauan, perasaan (suatu rasa
diikuti dengan peningkatan nilai perilaku terhadap kapasitas dan efektivitas), nilai, dan
latihan mobilisasi sebesar 4.515 point pada ketertarikan (Peterson et al, 2009).
pasien post operasi ORIF dan signifikan Penelitian yang dilakukan Peterson et al
pada p-value dibawah 0.05 Pada tabel diatas (2009) menjelaskan bahwa self efficacy
juga diketahui bahwa nilai R menunjukkan didasari oleh penerimaan personal penyakit,
0.495 yang artinya hubungan atau pengaruh penerimaan terhadap perubahan kapasitas,
self efikasi terhadap perilaku latihan fokus dalam kontrol, kemampuan belajar
mobilisasi adalah cukup. Selain itu tabel dan melakukan, kewaspadaan, dan tanggung
diatas kita juga dapat melihat nilai R-square jawab personal. Peningkatan komponen
= 0.245 yang artinya self efikasi memiliki dasar self-efficacy ditunjukan pada pasien
pengaruh kontribusi sebesar 24 % terhadap pot operasi ORIF seiring perbaikan kondisi
perilaku latihan mobilisasi pada pasien post umum sehingga meningkatkan efikasi untuk
operasi ORIF. Kesediaan mencari dan mandiri. Penelitian yang dilakukan Arnold
menerima arahan berkaitan dengan & Faulkner (2009) menunjukan bahwa self
kesediaan pasien dalam melakukan latihan efficacy merupakan prediktor yang
mobilisasi. Pemahaman akan kondisi signifikan terhadap keseimbangan.
penyakit dan kurangnya peran individu Keseimbangan dan kontrol pergerakan
berperan terhadap perbedaan motivasi berkontribusi terhadap peningkatan
dengan tindakan yang dilakukan untuk kemampuan mobilisasi pasien dan
mencapai kemandirian (Siegert & Taylor, kemandirian (Piva et al, 2010).
2004). Dampak yang timbul adalah Keseimbangan terdiri dari keadaan statis,
ketidaktertarikan dan ketakutan untuk gagal dinamis dan komponen fungsional yang
sebagai penghambat. Kesiapan untuk berfokus pada center of gravity, base of
meningkatkan latihan mobilisasi berkaitan support, dan centre of pressure (Aggarwal
Ace S., Wartonah, Eska R., Suzana, Self Efficacy Meningkatkan Perilaku Pasien Dalam 182
Latihan Mobilisasi Post Operasi ORIF Pada Ekstremitas Bawah

et al, 2010; Adeniyi, Ogwumike and Ariawan, I. 1998. Besar dan Metode Sampel
pada Penelitian Kesehatan.Jakarta:
Osinike, 2014)
Jurusan Biostatistik dan kependudukan
FKM UI.
SIMPULAN
Astuti, P. 2014. Pengaruh edukasi terstruktur
Hasil penelitian membuktikan bahwa self
(dengan teori kognitif social) terhadap
efikasi cukup berpengaruh dan signifikan sefl efficacy dan perilaku latihan post
operasi pada pasien fraktur ekstremitas
terhadap perilaku latihan mobilisasi
bawah dengan pembedahan di
ekstremitas bawah pada pasien post operasi Surabaya. Tesis. Jakarta: Universitas
Indonesia
ORIF. Sehingga dengan meningkatkan
kemampuan self efikasi pasien dengan Berg HE. 1996. Evects of unloading on
skeletal muscle mass and function in
memberikan pengetahuan yang cukup dan
man. arolinska Institutet, ISBN 91–
mendorong motivasi pasien serta 628–1962–3. Stockholm
mendukung pasien selama menjalani tahap
Berg HE, Tesch PA. 1996. Changes in
pemulihan selama di rumah sakit setelah muscle function in response to 10 days
of lower limb unloading in humans.
menjalani operasi ORIF untuk mandiri akan
Acta Physiol Scand 157:63–70
dapat membentuk self efikasi yang baik
Black, J.M. 2009. Medical surgical nursing:
pada pasien dan nantinya akan dapat
clinical management for continuity of
meningkatkan perilaku positif dalam latihan care, 8th ed. Philadephia: W.B.
Saunders Company
mobilisasi ekstremitas bawah.
Hamric, Spross & Hanson. 2009. Ori
Advanced practice nursing : an
DAFTAR RUJUKAN
integrative approach. USA: Saunders
Adeniyi, A.F., Ogwumike, O.O. & Osinike, Elsevier.
C.I., 2014. Physical Activity and
Energy Expenditure : Findings from the Hardjono, J. 2 0 0 5 . Perbedaan Pengaruh
Ibadan Pregnant Women ’ s Survey. Pemberian Latihan Metode De lorme
African Journal of Reproductive Dengan Latihan Metode Oxford
Health, 18(June), pp.117–126. Terhadap Peningkatan Kekuatan Otot
. Quadriceps. Jurnal Fisioterapi
Indonusa. Vol.5 No. 2, Oktober 2005
Alimul, H. 2007. Riset dan Teknik Penulisan
Ilmiah, Edisi Pertama; Salemba Hoeman, S.P. 2011. Rehabilitation Nursing
Medika, Jakarta (Process Application & out comes).
183 Jurnal Ilmu Teknologi Kesehatan, Vol. 6, Nomor 2, Maret 2019, hlm:175-183

(3 th edition. United States of Nurulhuda, U., 2008. Pengeruh edukasi


American : Mosby inc. supportif tersetruktur terhadap
mobilisasi dalam konteks asuhan
Hastono, S.P. 2007. Analisis data kesehatan. keperawatan pasien fraktur dengan
Jakarta. Fakultas Kesehatan fiksasi ektremitas bawah di RSUP
Masyarakat Universitas Indonesia. Fatmawati Jakarta.
Tidak dipublikasikan.
Price, M. L., Jones, E. W., & MacDonald,
Jesudason, C & Stiller, K. 2012. Are bed D.M., 1987. A clinicopathological
exercise necessary following hip study of Flegel’s disease
arthroplasty? Australian Journal of (hyperkeratosis lenticularis perstans).
Physiotherapy, (48). British Journal of Dermatology,
116(5), pp.681–691.
Jogi, P. 2010. Effectiveness Of Balance
Exercises Following Total Hip And Rasjad, C., 2007. Pengantar ilmu bedah
Knee Joint Arthroplasty. Dissertation ortopedi, Pt. Yarsif Watampone.
for the degree of Doctor Philosophy in
Health and Reahabilitation sciences. Ustalar Ozgen, S.Z. et al., 2014. Back pain
The University of Western Ontario after labour under Epidural Analgesia.
London, Canada. Middle East Journal of Anesthesiology,
22(4), pp.429–432.
Maher, A. B., Salmond, S. W., & Pellino,
T.A., 2002. Orthopaedic nursing, Wardrope, J. et al., 2008. Soft tissue
Saunders. injuries: Principles of biomechanics,
physiotherapy and imaging. Emergency
Medicine Journal, 25(3), pp.158–162.

Anda mungkin juga menyukai