Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Hiperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi pada awal kehamilan sampai umur
kehamilan 20 minggu. Keluhan muntah kadang-kadang begitu hebat dimana segala apa yang
dimakan dan diminum dimuntahkansehingga dapat mempengaruhi keadaan umum dan
mengganggu pekerjaan sehari-hari, berat badan menurun, dehidrasi, dan terdapat aseton
dalam urin bahkan seperti gejala penyakit apendisitis, pielititis, dan sebagainya. Mual dan
muntah adalah gejala yang umum dan wajar terjadi pada usia kehamilan trimester I. Mual
biasanya terjadi pada pagi hari, akan tetapi dapat juga timbul setiap saat dan pada malam hari.
Epidemiologi
Mual dan muntah terjadi pada 60-80% primi gravida dan 40-60% multigravida Mual dan
muntah yang berkaitan dengan kehamilan biasanya dimulai pada usia kehamilan 9 - 10
minggu, puncaknya pada usia kehamilan 11-13 minggu, dan sembuh pada kebanyakan kasus
pada umur kehamilan 12-14 minggu. Dalam 1-10% dari kehamilan, gejala-gejala dapat
berlanjut melampaui 20-22 minggu. Kejadian hiperemesis dapat berulang pada wanita hamil.
Etiologi
Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Berdasarkan hasil penelitian
yang dilakukan pada 1.301 kasus hiperemesis gravidarum di Canada diketahui beberapa hal
yang menjadi faktor risiko terjadinya hiperemesis gravidarum diantaranya komplikasi dari
kelainan hipertiroid, gangguan psikiatri, kelainan gastrointestinal, dan diabetes
pregestasional. Tidak ada bukti bahwa penyakit ini disebabkan oleh faktor toksik, juga tidak
ditemukan kelainan biokimia. Beberapa faktor predisposisi dan faktor lain yang telah
ditemukan adalah sebagai berikut:
1. Primigravida, mola hidatidosa, dan kehamilan ganda. Pada mola hidatidosa dan
kehamilan ganda, faktor hormon memegang peranan dimana hormon khorionik
gonadotropin dibentuk berlebihan.
2. Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik akibat
hamil serta resistensi yang menurun dari pihak ibu terhadap perubahan tersebut.
3. Alergi, sebagai salah satu respons dari jaringan ibu terhadap anak.
4. Faktor psikologis
Faktor psikologis seperti depresi, gangguan psikiatri, rumah tangga yang retak,
kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap
tanggung jawab sebagai ibu, tidak siap untuk menerima kehamilan memegang
peranan yang cukup penting dalam menimbulkan hiperemesis gravidarum.
Patofisiologi
Muntah adalah suatu cara dimana saluran cerna bagian atas membuang isinya bila terjadi
iritasi, rangsangan atau tegangan yang berlebihan pada usus. Muntah merupakan refleks
terintegrasi yang kompleks terdiri atas tiga komponen utama yaitu detektor muntah,
mekanisme integratif dan efektor yang bersifat otonom somatik. Rangsangan pada saluran
cerna dihantarkan melalui saraf vagus dan aferen simpatis menuju pusat muntah. Pusat
muntah juga menerima rangsangan dari pusat-pusat yang lebih tinggi pada sereberal, dari
chemoreceptor trigger zone (CTZ) pada area postrema dan dari aparatus vestibular via
serebelum. Beberapa signal perifer mem-bypass trigger zone mencapai pusat muntah melalui
nukleus traktus solitarius. Pusat muntah sendiri berada pada dorsolateral daerah formasi
retikularis dari medula oblongata. Pusat muntah ini berdekatan dengan pusat pernapasan dan
pusat vasomotor. Rangsang aferen dari pusat muntah dihantarkan melalui saraf kranial V,
VII, X, XII ke saluran cerna bagian atas dan melalui saraf spinal ke diapragma, otot iga dan
otot abdomen.
1. Tingkat I.
Muntah yang terus menerus, timbul intoleransi terhadap makanan dan minuman,
berat-badan menurun, nyeri epigastrium, muntah pertama keluar makanan, lendir dan
sedikit cairan empedeu, dan yang terakhir keluar darah. Nadi meningkat sampai 100
kali permenit dan tekanan darah sistolik menurun. Mata cekung dan lidah kering,
turgor kulit berkurang, dan urin sedikit tetapi masih normal.
2. Tingkat II.
Gejala lebih berat, segala yang dimakan dan diminum dimuntahkan, haus hebat,
subfebril, nadi cepat dan lebih dari 100-140kali permenit, tekanan darah sistolik
kurang dari 80mmHg, apatis, kulit pucat, lidah kotor, kadang ikterus, aseton, bilirubin
dalam urin dan berat badan cepat menurun.
3. Tingkat III.
Walaupun kondisi tingkat III sangat jarang, yang memulai terjadi adalah gangguan
kesadaran (delirium-koma), muntah berkurang atau berhenti, tetapi dapat terjadi
ikterus, sianosis, nistagmus, gangguan jantung, bilirubin dan protein dalam urin.
Diagnosis
a. Anamnesis
Dari anamnesis didapatkan amenorea yang disertai muntah hebat, tanda kehamilan
muda, mual, dan muntah.Kemudian diperdalam lagi apakah mual dan muntah terjadi
terus menerus, dirangsang oleh jenis makanan tertentu, dan mengganggu aktivitas
pasien sehari hari. Selain itu dari anamnesis juga dapat diperoleh informasi mengenai
hal-hal yang berhubungan dengan terjadinya hiperemesis gravidarum seperti stres,
lingkungan sosial pasien, asupan nutrisi dan riwayat penyakit sebelumnya
(hipertiroid, gastritis, penyakit hati, diabetes mellitus, dan tumor serebri).
b. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik perhatikan keadaan umum pasien, tanda-tanda vital, tanda
dehidrasi, dan besarnya kehamilan. Tanda – tanda vital yang mengalami perubahan
anatara lain nadi meningkat 100x permenit, tekanan darah menurun pada keadaan
berat, subfebril, dan gangguan kesadaran. Pada pemeriksaan fisik yang dapat
dilakukan adalah adanya tanda dehidrasi, kulit pucat, ikterus, sianosis, berat badan
menurun, pada vaginal toucheruterus besar sesuai besarnya kehamilan, konsistensi
lunak pada pemeriksaan inspekulo serviks berwarna biru (livide)
c. Pemeriksaan Penunjang
Risiko
- Maternal
Akibat defisiensi tiamin (B1) akan menyebabkan terjadinya diplopia, palsi nervus ke
6, nistagmus, ataksia, dan kejang. Jika hal ini tidak ditangani, akan terjadi psikosis
korsakoff (amnesia, menurunnya kemampuan untuk beraktivitas) ataupun kematian.
Oleh karena itu, untuk hiperemis tingkat III perlu di pertimbangkan terminasi
kehamilannya
- Fetal
Penurunan berat badan yang kronis akan meningkatkan kejadian gangguan
pertumbuhan janin dalam rahim.(IUGR)
Tatalaksana
Untuk keluhan hiperemis yang berat pasien dianjurkan untuk dirawat dirumah sakit dan
membatasi kunjungan
Referensi
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas
Kesehatan Dasar dan Rujukan, edisi 1. Jakarta; 2013