PENDAHULUAN
berbeda antara pria dan wanita. Sebagai mahluk hidup untuk meneruskan
dan dengan perkawinan itu menimbulkan suatu pristiwa hukum, yaitu suaatu
peristiwa yang di beri akibat-akibat oleh hukum oleh karna itu masalah perkawinan di
Di dalam suatu perkawinan akan terpadu dua kepentingan yaitu lahiriah dan batiniah
sebagai suatau anugrah Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karna itu rumah tangga yang
bahagia dan sejahtera merupakan tujuan yang luhur dari pasangan suami isteri hal ini
tercemin dari Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 yang berbunyi sebagai
berikut : “ Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang
wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk kluarga. Rumah tangga yang
bahagia dan kekal, berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa “, menurut kompilasi
Hukum Islam Perkawinan adalah prnikahan yaitu akad yang sangat kuat atau
ibadah. Sedangkan menurut Hukum Islam Perkawinan adalah suatu perjanjian yang
1
suci antara seorang laki-laki dengan seorang wanita untuk membentuk keluarga
bahagia.
Jadi perkawinan itu adalah suatu akad (perjanjian) yang suci untuk hidup sebagai
suami isteri yang sah, membentuk keluarga bahagia dan kekal.pada asasnya dalam
suatu perkawinan seorang pria hanya boleh mempunyai seorang isteri, hal ini diatur
dalam Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974. Dan dalam hal tersebut
pengadilan dapat memberi izin kepada seorang suami untuk beristeri lebih dari
tersebut menurut Pasal 4 ayat (2) Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 dapat di
b. Isteri mendapat cacat badan Atau penyakit yang tidak dapat di sembuhkan;
Adapun pengajuan permohonan Kepada Pengadilan mengenai izin beristeri lebih dari
seorang harus memenuhi syarat-syarat salah satu syarat tersebut yaitu adanya
Agama no.157/Pdt.G/2006/PA.Tnk.
2
kemudian di tuangkan dalam bentuk skripsi dengan judul. “Analisis Putusan
Pembatalan Perkawinan”.
ini adalah:
3
c. Bagaimana akibat hukum dalam putusan Pengadilan Agama Nomor
157/Pdt.G/2006/PA.Tnk
a. Untuk mengetahui alasan apa yang diajukan penggugat dalam putusan Pengadilan
157/Pdt.G/2006/PA.Tnk
Sesuai dengan tujuan dari penelitian yang diuraikan, maka kegunaan penelitian ini
adalah :
1.Kegunaan teoritis
hukum pada umumnya dan hukum keperdataan, khususnya dalam bidang hukum
acara perdata
4
2.Kegunaan Praktis
Penelitian ini berguna sebagai informasi bagi pembaca agar dapat mengetahui tentang
batalnya suatu perkawinan, di samping sebagai salah satu syarat akademik dalam
rangka penyelesaian studi penulis pada fakultas hukum Universitas Bandar Lampung.
antara konsep-konsep yang merupakan kumpulan dari arti-arti yang berkaitan dengan
lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan
tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan
masing agama dan kepercayaan serta tercatat oleh lembaga yang berwenang menurut
Perkawinan adalah salah satu bentuk ibadah yang kesuciannya perlu dijaga oleh
kedua belah pihak baik suami maupun istri. Perkawinan bertujuan untuk membentuk
5
kematangan dan persiapan fisik dan mental karena menikah / kawin adalah sesuatu
Pembatalan berasal dari kata batal, yaitu menganggap tidak sah, menganggap tidak
pernah ada. Jadi pembatalan perkawinan berarti menganggap perkawinan yang telah
dilakukan sebagai peristiwa yang tidak sah, atau dianggap tidak pernah ada.1
Perkawinan yang sah dinyatakan dalam Pasal 1 UU No.1 Tahun 1974, bahwa
perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai
suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan
Jika suatu akad perkawinan telah memenuhi segala rukun syaratnya secara lengkap
menurut yang telah ditentukan, maka akad perkawinan yang demikian itu dsebut akad
6
2. Tetapnya hak mahar bagi isteri menurut prosedur yang telah ditetapkan.
3. Timbulnya hak dan kewajiban selaku suami istri.
4. Tetapnya nasab anak yang dilahirkan oleh istri bagi suami.
5. Keterbatasan keleluasaan istri.
6. Timbulnya larangan kawin bagi istri yang telah terikat oleh tali perkawinan atau
sebelum beribadah sebelum bercerai atau ditinggal mati oleh suaminya.
Jika suatu akad perkawinan kurang satu atau beberapa rukun atau syarat disebut
perkawinan yang tidak sah. Tidak sahnya suatu akad perkawinan dapat terjadi sebab
tidak dipenuhinya salah satu di antara rukun-rukunnya disebut akad perkawinan
yang batal, dan dapat pula terjadi sebab tidak dipenuhi salah satu syaratnya disebut
akad perkawinan yang fasad.2
Dalam UU No. 1 Tahun 1974 pembatalan perkawinan diatur dalam Bab IV Pasal
22-28, dalam bab ini diterangkan alasan-alasan pembatalan perkawinan, dan para
perkawinan diatur dalam Bab XI, materi rumusannya hampir sama dengan
2
Abdulah Somad, Penormaan Hukum Syariah Dalam Hukum Indonesia, Kencana Edisi
Pertama, Jakarta, 2010, hlm 281
7
Berdasarkan Pasal 14 Kompilasi Hukum Islam, Bagi yang beragama islam, dalam
a. Calon Istri
b. Calon Suami
c. Wali Nikah
d. Dua Orang Saksi
e. Ijab dan Kabul
Para keluarga dalam garis keturunan lurus ke atas dari suami atau istri;
8
memalsukan identitas dirinya Pasal 27 UU No. 1/1974. Identitas palsu misalnya
perkawinan.
6. Sistematika Penulisan
Dalam upaya memudahkan dari penelitian ini, serta dapat dipahami, penulis membuat
sistematika penulisan yang membuat uraian secara garis besar ke dalam V (lima) Bab
Bab I : Pendahuluan, Bab ini merupakan yang mengemukakan apa yang menjadi
latar belakang penelitian yang kemudian dilanjutkan dengan permasalahan dan ruang
9
lingkup penelitian, tujuan dan kegunaan, kerangka konsepsional dan diakhiri dengan
sistematika penulisan.
Bab II : Tinjauan Pustaka, Bab ini merupakan tinjauan pustaka yang berisikan
peradilan, kekuasaan peradilan agama, sumber hukum peradilan agama dan produk
pengadilan agama.
Bab III : Metode Penelitian, Merupakan bab yang menjelaskan metode yang
digunakan untuk memperoleh data yang akurat. Adapun metode yang digunakan
terdiri dari pendekatan masalah, sumber dan prosedur pengolahan data, dan analisis
data.
pada data primer dan sekunder terutama terhadap permasalahan Alasan diajaukannya
157/Pdt.G/2006/PA.Tnk
10
Bab V : Penutup, Dalam hal ini berisikan kesimpulan yang berupa jawaban
masalah dan perbaikan yang dianggap perlu dimasa yang akan datang khususnya
hukum perdata.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a. Pengertian Perkawinan
Nikah (kawin) menurut arti majaji (mathaporic) atau arti hukum ialah akad
(perjanjian) yang menjadikan halal hubungan seksual sebagai suami istri antara
Nikah artinya perkawinan sedangkan aqad artinya perjanjian, jadi akad nikah berarti
perjanjian suci untuk mengikatkan diri dalam perkawinan antara seorang wanita
dengan seorang pria membentuk keluarga yang bahagia dan kekal (abadi).3
Menurut Pasal 1 Undang-Undang No.1 tahun 1974 Perkawinan ialah ikatan lahir
batin antara seeorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan
adalah Pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau miitsaaqan gholiidhan untuk
3
http://www.google/tentang perkawinan.com diakses tanggal 15 november 2011
12
Jadi perkawinan itu adalah suatu akad (perjanjian) yang suci untuk hidup sebagai
suami istri yang sah, membentuk keluarga bahagia dan kekal, yang unsur-unsurnya
warohmah).
3. Kebahagiaan yang kekal abadi penuh kesempurnaan baik moral materil maupun
spiritual.
.
b. Azas Perkawinan
1. Azas Monogami
(1) Pada azasnya dalam suatu perkawinan seorang pria hanya boleh mempunyai
(2) Pengadilan dapat memberi izin kepada seorang suami untuk beristeri lebih
13
2. Azas Monogami terbuka (Poligami)
(1) Dalam hal seorang suami akan beristeri lebih dri seorang, sebagaimana tersebut
dalam Pasal 3 ayat (2) Undang-Undang ini, maka ia wajib mengajukan
permohonan kepada Pengadilan di daerah tempat tinggalnya.
(2) Pengadilan dimaksud dalam ayat (1) pasal ini hanya memberikan izin kepada
seorang suami yang akan beristeri lebih dari seorang apabila :
a. Isteri tidak dapat menjalankan kewajiban sebagai isteri;
b. mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan ;
c. Isteri tidak dapat melahirkan keturunan.
sebagai berikut :
(2) Persetujuan yang dimaksud pada ayat (1) huruf a pasal ini tidak diperlukan bagi
seorang suami apabila isteri.isteri tidak mungkin dimintai persetujuan dan tidak
dapat menjadi pihak dalam perjanjian,atau apabila tidak ada kabar dari isterinya
14
Berdasarkan uraian pengertian perkawinan dan azas perkawinan tersebut,
Perkawinan adalah suatu akad yang suci untuk hidup sebagai suami istri yang sah.
dan Pada azasnya dalam suatu perkawinan seorang pria hanya boleh mempunyai
dapat memberi izin kepada seorang suami untuk beristeri lebih seorang apabila
Ditentukan bahwa hukum acara yang berlaku dalam Pengadilan dalam lingkungan
Peradilan Agama adalah hukum acara perdata yang berlaku dalam lingkungan
Peradilan Umum, kecuali yang diatur secara khusus dalam Undang-Undang ini yaitu :
15
7. Kompilasi Hukum Islam di Indonsia Tahun 1991.4
1. Putusan
Putusan atau (al qada’u ) yaitu peroduk Pengadilan agama karena adanya dua pihak
yang berlawana dalam perkara, yaitu penggugat dan tergugat. Peroduk Pengadilan
Agama semacam ini biasa disebut dengan produk peradilan agama yang
Putusan Peradilan Agama selalu memuat perintah dari Pengadilan kepada pihak yang
kalah untuk melakukan sesuatu atau untuk berbuat sesuatu, atau untuk melepaskan
Jadi dicantum putusan selalu bersifat condemnatoir artinya menciptakan dan perintah
dari Pengadilan ini jika tidak dipatuhi dengan sukarela maka dapat diperintahkan
Bentuk dan isi dari putusan secara keseluruhan secara singkat adalah sebagai berikut :
4
Roihan A Rasyid, Hukum Acara Peradilan Agama, Pt. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007,
hlm 21
5
Ibid hlm 28
16
g. Diktum atau amar putusan
h. Bagian kaki putusan
i. Tandatangan hakim dan panitera serta perincian6
2.Penetapan
Penetapan disebut al lasbat atau beschiking yaitu peroduk Pengadilan Agama dalam
Penetapan ini muncul sebagai produk Pengadilan atas permohonan pemohon yang
tidak berlawanan maka diktum penetapan tidak akan pernah berbunyi menghukum
Bentuk isi penetapan hampir sama dengan isi putusan walaupun ada sedikit
perbedaan yaitu :
6
Ratna Nurul Afiah, Perapradilan Dan Ruang Lingkupnya, Cv. Akademika Pressindo, Jakarta,
1986, hlm 97
7
Roihan A Rasyid, Hukum Acara Peradilan Agama, Pt. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007,
hlm 29
17
g. Dalam penetapan tidak mungkin ada reconventie atau interventie atau
vrijwaring.8
pengadilan kepada pihak yang kalah untuk melakukan sesuatu dan berbuat sesuatu,
dan selalu bersifat condemnatoir artinya menciptakan dan perintah dari Pengadilan
ini jika tidak dipatuhi dengan sukarela maka dapat diperintahkan untuk dilaksanakan
1. Alasan pembatalan
suami atau isteri dapat mengajukan permohonan pembatalan perkawinan apabila pada
waktu berlangsungnya perkawinan terjadi salah sangka mengenai diri suami atau
8
Ibid hlm 31
18
isteri. Menurut Pasal 23 Undang-Undang No.1 Tahun 1974 yang dapat mengajukan
1. Para keluarga dalam garis keturunan lurus keatas dari suami atau istri
4. Pejabat yang ditunjuk tersebut ayat 2 Pasal 16 Undang-undang ini dan setiap orang
dan berlaku sejak saat berlangsungnya perkawinan. Keputusan tidak berlaku surut
terhadap :
2. Suami atau istri yang bertindak dengan itikad baik, kecuali terhadap harta
lebih dahulu.
19
3. Orang-orang ketiga lainnya tidak termasuk dalam angka 1 dan 2 sepanjang
Berdasarkan uraian diatas, perkawinan dapat dibatalkan apabila para pihak tidak
dilangsungkan di bawah ancaman yang melanggar hukum dan suami atau istri dapat
Peradilan adalah kewenangan suatu lembaga untuk menyelesaikan perkara untuk dan
atas nama hukum demi tegaknya hukum dan keadilan. Pengadilan bertugas dan
berdasarkan Pasal 10 ayat (2) Undang-undang No. 4 tahun 2004 tentang kekuasaan
1. Peradilan Umum
20
2. Peradlan Agama
3. Peradailan Militer dan
4. Peradilan Tata Usaha Negara.
Sedangkan menurut Undang-undang No. 7 tahun 1989 jo. Undang-undang No. 3
dalam kaitannya dengan hukum acara perdata, yang mana terdapat dua hal, yaitu :
1. Kekuasaan Relatif
Kekuasaan relatif adalah kekuasaan Pengadilan yang satu jenis atau satu
tingkatan, dan dalam perbedaanya dengan kekuasaan Pengadilan yang sama jenis
Dalam penjelasannya Pasal 4 ayat (1) Undang-undang No.7 tahun 1989 jo.
2. Kekuasaan absolute
Artinya kekuasaan pengadilan yang berhubungan dengan jenis prkara atau jenis
21
misalnya : perkara perkawinan bagi mereka yang beragama islam maka
keberatannya yang di sebut ekspesi, ini boleh diajukan kapan aja, bahkan sampai
Undang-undang No. 7 tahun 1989 jo. Undang-undang no. 3 tahun 2006 yang
b. Bidang perkawinan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat 1 huruf a ialah hal-
hal yang diatur dalam atau berdasarkan undang-undang mengenai perkwinan yang
berlaku.
22
c. Bidang kewarisan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 huruf b ialah penentuan
peninggalan tersebut.
23
BAB III
Metode Penelitian
Merupakan hasrat ingin tau manusian dalam taraf ke ilmuan. Metode ilmiah
suatu penelitian guna dapat mengelolah dan menyimpulkan data serta dapat
yuridis empiris gun untuk mendapatkan suatu hasil penelitian yang benar dan
objektif.10
9
Bambang Sugono, Metode Penelitian Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta 2002, hlm 46.
10
Bambang waluyo, Penelitian Hukum Dalam Praktek, Sinar Grafika, Jakarta, 2002, Hlm 13
24
perundang-undangan, teori-teori, literature-literatur hukum serta bahan-bahan yang
primer yang diperoleh secara langsung melalui penelitian terhadap objek penelitian,11
Dalam penulisan skripsi ini, memerlukan bahan atau keterangan yang terkait dengan
permasalahan yang berupa data, data yang dipergunakan dalam penelitian ini berasal
dari:
A. Data sekunder
Data sekunder yaitu data yang dipergunakan untuk menjawab permasalahan yang ada
dalam penelitian ini bersumber dari studi kepustakaan dengan cara membaca,
11
Ibid, hlm 16
25
a. Undang-Undang Dasar 1945
Indonesia
hukum primer berupa buku-buku, karya-karya ilmiah dan hasil teori-teori penelitian
para pakar.
Bahan hukum tersier yaitu meliputi bahan-bahan yang dapat menunjang bahan
B. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari lapangan terutama dari
orang-orang yang berkaitan dengan masalah yang diteliti dalam penulisan skripsi.
Data primer ini diambil dari praktisi hukum, yaitu Pengadilan Agama Tanjung
Karang.
26
3.3 Prosedur Pengumpulan Data dan Pengelolahan Data
1. Data Sekunder
Dalam hal untuk mendapatkan data sekunder, penulis melakukan studi kepustakaan
undangan dan bahan yang berkaitan dengan masalah yang ada dalam penulisan ini.
2. Data Primer
Adalah data yang diperoleh dari hasil penelitian dilapangan (fielf research) melalui
a. Pengamatan (observasi)
Dilakukan dengan menggunakan teknik observasi suatu usaha yang dilakukan untuk
sehingga dapat diperoleh gambaran yang jelas dari permasalahan yang diteliti.
27
b. Wawancara (interview)
Pengumpulan data dengan wawancara (interview) secara langsung dengan alat bantu
Jumlah : 1 Orang
Pengolahan data yaitu kegiatan merapikan dan menganalisa data tersebut, kegiatan
ini meliputi kegiatan seleksi dengan cara memeriksa data yang diperoleh mengenai
a.Seleksi Data
Adalah memeriksa dan memilih data sesuai dengan objek penelitian yang akan
dibahas, juga dengan mempelajari dan menelaah data yang diperoleh dari hasil
penelitian.
28
b.Klasifikasi Data
Adalah data yang telah selesai diseleksi, selanjutnya dikelompokkan menurut pokok
bahasan sehingga sesuai dengan jenis dan berhubungan dengan pokok bahasan.
c.Sistematika Penulisan
Adalah data yang teleh diklasifikasikan kemudian ditempatkan sesuai dengan posisi
Setelah semua data dikumpulkan dan diolah kemudian dianalisis secara kualitatif,
yaitu analisis terhadap isi putusa pengadilan agama tentang pembatalan perkawinan,
kemudian dilakukan pembahasan yang pada akhirnya dapat ditarik suatu kesimpulan
29
BAB IV
PERKAWINAN
Bahwa tergugat berdasarkan gugatannya pada tanggal 02 Mei 2006 yang terdaftar di
1. Bahwa Penggugat dan Tergugat adalah suami istri yang sah baik ditinjau dari
hukum agama maupun hukum Negara. hal ini sesuai dengan Kutipan Akta Nikah
No 1070/650II/93 (akan penggugat ajukan sebagai alat bukti pada saat pembuktian
nantinya)
2. Bahwa selama dalam ikatan perkawinan antara Penggugat dan Tergugat I telah
b. Cahya Intan Meylasari, lahir pada tanggal 12 Mei 1997 di Pekan Baru Propinsi
Riau
30
c. Amanda Maritza amalina, lahir pada tanggal 4 Desember 2004 di Bandar
dengan harmonis serta Penggugat masih dalam kondisi sehat wal afiat tanpa
kurang sesuatu apapun sehingga masih mampu memenuhi segala kebutuhan suami
(Tergugat I) dan juga siap dalam mendidik anak-anak namun tanpa setahu dan
tanpa seizin Penggugat ternyata pada bulan April 2005 Tergugat I telah
tersebut di atas.
4. Bahwa sesuai dengan hukum yang berlaku sebagaimana diatur dalam Undang-
undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan yang tepatnya dalam Pasal 5
ayat (1) yang intinya menyatakan “Untuk dapat mengajukan pemohonan kepada
Pengadilan untuk beristri lebih dari seorang harus ada persetujuan dari istri yang
sah”. Oleh karena demikian, maka perkawinan yang telah dilakukan antar
Tergugat I dan Tergugat II adalah perkawinan yang tidak sah secara hukum.
dibawah tangan dan selanjutnya (katanya) dilakukan nikah lagi secara resmi dan
ada buku nikah, namun sayang sekali buku nikah tersebut telah disembunyikan
oleh Tergugat II, apapun namanya kedua kali nikah tersebut yang telah dilakukan
31
antara Tergugat I dan Tergugat II sama sekali tanpa setahu dan tidak seizin
Penggugat dan hingga saat ini Penggugat tidak ridho terhadap pernikahan tersebut
6. Bahwa bila dihubungkan dengan pasal 22 dari Undang-Undang No.1 Tahun 1974
tersebut yang menyatakan “ perkawinan dapt dibatalkan apabila para pihak tidak
dimaksud.
7. Bahwa sehubungan dengan hal tersebut Permohonan menderita lahir dan batin,
tidak sanggup lagi meneruskan rumah tangga dengan Termohon dan oleh
Berdasarkan penjelasan dan uraian di atas bersama ini penggugat memohon Majelis
Hakim yang mengadili perkara ini kiranya berkenan memanggilkan kami para pihak
yang bersangkutan perkara ini untuk dapat hadir dalam persidangan pada tanggal dan
hari yang Bapak tentukan, selanjutnya mohon Majelis Hakim yang mulia dapat
3. Menyatakan Penggugat dan Tergugat I adalah benar suami istri yang sesuai
tidak sah.
32
5. Membatalkan perkawinan Tergugat I dan Tergugat II
7. Menyatakan putusan ini dapat dijalankan terlebih dahulu meskipun Tergugat I dan
8. Bila Majelis Hakim berpendapat lain, mohon kiranya dapat memberikan putusan
yang seadil-adilnya.
Berdasarkan dari isi gugatan di atas menunjukkan bahwa perkawinan antara Tergugat
yang tepatnya dalam Pasal 5 ayat 1 yang intinya menyatakan : “Untuk dapat
mengajukan permohonan kepada pengadilan untuk beristri lebih lebih dari seorang
harus ada persetujuan isteri yang sah” dan bila dihubungkan dengan Pasal 22
33
(suami) dan tergugat II tanpa izin dan Penggugat (isteri) sehingga perkawinan
Permohonan gugatan Penggugat itu dapat diperinci menjadi dua macam yaitu
dimungkinkan Hakim dapat memberikan putusan yang lain dari yang dimohonkan
Tergugat, dalam hal ini kepada Pengadilan Agama Tanjungkarang dan dialamatkan
kepada Ketua Pengadilan Agama Tanjungkarang, ini berarti sesuai dengan ketentuan
Pasal 118 ayat (1) HIR dan Pasal 142 ayat (1) RBg yang menentukan bahwa surat
Karang pada tanggal 2 Mei 2006, setelah memenuhi persyaratan administrasi maka
34
Ketua Pengadilan Agama. Selanjutnya Ketua Pengadilan Agama menunjuk Majelis
Setelah mempelajari berkas perkara Ketua Majelis hakim yang telah ditunjuk
menentukan hari dan tanggal sidang pertama, dalam hal ini Majelis Hakim akan
syarat perundang-undangan
Bahwa pada hari persidangan yang telah ditetapkan Penggugat serta kuasa hukumnya
Majelis Hakim telah berupaya mendamaikan penggugat dan Tergugat I dan Tergugat
II melalui kuasa hukum masing-masing agar mengakhiri sengketa akan tetapi usaha
Bahwa pada sidang kedua tanggal 29 Juni 2006, gugatan Penggugat dibacakan yang
isinya ada perubahan, yaitu pada posita angka 3 (tiga) pernikahan antara Tergugat I
dan tergugat II terjadi pada tanggal 22 april 2005 dan pada petitum angka 4 (empat)
tanggal 22 April 2005 adalah tanggal pernikahan Tergugat I dan Tergugat II. Bahwa
35
pada persidangan tanggal 20 Juli 2006 Tergugat I dan Tergugat II mengajukan
1. Bahwa benar penggugat adalah isteri sah Tergugat I sebagaimana disebut dalam
2. Bahwa benar dari perkawinan antara penggugat dan Tergugat I telah dikaruniai
tiga orang anak seperti disebut dalam gugatan posita poin ke 2 yang mana tiga
3. Bahwa sejak perkawinan antara Tergugat I dengan Penggugat selalu hidup dalam
satu rumah tangga dan Tergugat I sebagai suami dari Penggugat selalu memenuhi
kewajiban lahir batin terhadap penggugat dan tetap memelihara hubungan kasih
sayang layaknya terhadap isteri dan hingga saat ini Tergugat I dan Penggugat
4. Bahwa demikian juga Tergugat I sebagai ayah tiga orang anak perempuan yang
memberi nafkah lahir, kasih sayang, dan pendidikan terhadap ketiga orang anak
tersebut dan tidak perrnah Tergugat I melalaikan kewajibannya selaku orang tua
apalagi menelantarkannya.
perkawinan siri, dimana hal ini secara lisan Tergugat I telah menyampaikan
36
kepada Penggugat selaku isteri untuk mengizinkan perkawinan antara Tergugat I
6. Bahwa Tergugat telah memohon kepada Penggugat untuk meridhoi dan merestui
beserta ketiga orang anaknya dan berusaha untuk selalu berlaku adil.
7. Bahwa meskipun Penggugat secara lisan mengatakn tidak meridhoi tetapi tidak
perkawinan antara Tergugat I dan tergugat II, sehingga Tergugat I tetap dengan
8. Bahwa perkawinan antara tergugat I dan Tergugat II adalah atas dasar suka sama
suka dimana pada saat itu Tergugat II berstatus sebagai janda dengan satu orang
pada tanggal 22 April 2005 dilakukan menurut Hukum sebagai agama yang dianut
oleh Tergugat I dan Tergugat II dan telah dicatat oleh Petugas Pencatat Nikah di
Bandar Lampung.
37
Beberapa alasan tergugat I mengawini Tergugat II adalah :
c. Penggugat pernah pergi dari rumah tanpa izin Tergugat I sebagai suami untuk
9. Bahwa dengan demikian perkawinan antara Tergugat I dan tergugat II yang telah
sebagaimana diatur dalam Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974,
10. Bahwa tergugat I telah menyatakan kepada penggugat akan pendirian Tergugat I
yang tetap ingin bersatu dengan penggugat dan juga tidak bersedia untuk
11. Bahwa tergugat I sangat terkejut saat menrima gugatan Pembatalan Perkawinan
sebagi suami yang masih hidup bersama penggugat, sehinnga timbul pertanyaan
diperkarakan berarti membuka aib keluarga sendiri dan tergugat I sebagai suami
tidak meridhoinya.
38
12. Bahwa seara jelas dan nyata perkawinan antara Tergugat I dan Tergugat II yang
memenuhi syarat dan rukun secara agama islam dan demikian juga menurut
Hukum Negara Perkawinan telah dicatat sebagaimana mestinya oleh karena itu
tidak dapat dibatalkan. Terlebih lagi dalam hal ini dalam instansi pencatat dan
penerbit akta Nikah tidak ikut digugat sebagai pihak dalam perkara ini, dengan
pada tanggal 22 April 2005 di Bandar lampung yang dilandasi rasa suka sama
suka yang pelaksanaannya berdasarkan syareat adgama islam dan telah dicatat
II kepada orang tua dan keluarga Trgugat II dan dalam pelaksanaan akad nikah
c. Bahwa pada bulan Juni 2005 tergugat I berpindah tugas dari Bandar Lampung ke
berpindah domisili ke kota Medan. Pada tanggal 05 Juni 2005 ayah kandung
39
Tergugat II meninggal dunia di Bandar Lampung akibat sakit yang dideritanya
status tergugat II adalah janda satu orang anak laki-laki berusia 9 tahun dimana
Tergugat II telah menggugat cerai terhadap suami terdahulu karena tidak mampu
menghadapi kekerasan dalam rumah tangga dan telah diputus pada tanggal 10
menerima status Tergugat II dan anak Tergugat II secara utuh adalah merupakan
dilakukan.
Tergugat I yang menyatakan tidak ingin berzina dan tidak ingin menjadikan
secara terang dan resmi menempatkan Tergugat II sebagai istri yang sah, tergugat
II pun telah menyatakan siap untuk berstatus sebagai istri kedua dan akan tahu
40
g. Bahwa keinginan Tergugat I tersebut diunggkapkannya kepada orang tua Tergugat
II dan keluarga Tergugat II, sehingga orang tua dan keluarga Tergugat II dapat
h. Bahwa perkawinan tersebut, Trgugat II tidak menuntut nafkah lahir atau materi
Tergugat I dan Tergugat II tidak ada pembagian jadwal ataupun jatah nafkah
lahir maupun batin dari tergugat I untuk tergugat II yang ditentukan. Bahkan
i. Bahwa Tergugat II sebagai seorang wanita dan seorang ibu hanya mendambkan
status istri dari perkawinan yang tidak sah dan adanya kasih sayang serta
perhatian dari Tergugat I kepada Tergugat II dan anak tergugat II. Sejak
perkawinan layakna suami istri antar tergugat I dan Tergugat II belum tentu bisa
bertemu satu bulan satu kali dan komunikasi antara tergugat 1 dan tergugat II
disebut dakam gugatan posita poin 5 dan perlu disadari penyimpanan buku nikah
41
k. Bahwa secara jelas dan tegas Tergugat II menyatakan perkawinan antara Tergugat
I dan tergugat II pada tanggal 22 April 2005 di Bandar lampung adalah Sah : baik
ditinjau dari segi hukum negara maupun hukum agama. Selain daripda itu sejak
hinggasaat ini mereka masih bersatu secara utuh layaknya suami istri dalam satu
tergugat I dan Trgugat II adalah gugatan yang tidak beriikad baik dan tidak
memiliki alasan yang kuat dan diberikan secara hukum, maka gugatan tersebut
sebagai berikut :
rekonpesi adalah sebagai pihak yang pasif dan hanya menerima dan
42
memenuhi keinginan dan permintaan dari Tergugat I dalam Konpensi yang
dalam rekonpesi. Bahkan pada suatu saat diharapkan antara tergugat II dalam
/tergugat dalam rekonpensi dapat hidup rukun dan damai sebagai istri-istri
belum pernah dan memang tidak saling mengenal serta tidak pernah ada
dalam rekonpensi.
43
5). Bahwa nyata-nyata gugatan penggugat dalam konpensi/tergugat dalam
belum dewasa.
seizin suami dan tanpa upaya musyawarah dan dengan cara membabi buta
hak subjektif orang lain serta kaidah tata susila dan juga bertentangan dengan
azaz kepatutan, teliti dan kehati-hatian yang merupakan unsur dari perbuatan
melawan hukum.
44
8). Bahwa adanya keruggian inmaterial yang diderita oleh Tergugat II dalam
telah diuraikan tersebut di atas, maka mohon kiranya yang Mulia Majelis
konpensi:
antara tergugat I dan tergugat II adalah sah menurut hukum agama islam
Dalam rekonpensi:
45
b).Menyatakan tergugat dalam Rekonpensi telah melakukan perbuatan
dalam Rekonpensi.
Dalam Konpensi dan Rekonpensi, Membebankan segala biaya yang timbul dalam
Apabila yang Mulia Majelis hakim yang memeriksa perkara lain, mohon putusan
yang seadil-adilnya.
Bahwa pada sidang ke 4 (empat) tanggal 31 juli 2006 Penggugat mengajukan Replik
Bahwa pada sidang ke 5 (lima) tanggal 14 Agustus 2006 Tergugat I dan Tergugat II
mengajukan Duplik yang pada pkoknya mempertahan kana dan tetap dalam pendirian
mengajukan alat-alat bukti di persidangan sebagaimana yang diatur dalam Pasal 283-
46
1. Fotokopi kutipan akta nikah atas nama Penggugat dan Tergugat I (telah
2. Fotokopi kutipan Akta Kelahiran anak Penggugat dan Tergugat yang bernama
1993, kemu dian dicocokan dengan aslinya dan ternyata sama lalu diberi kode Pg.
2;
3. Fotokopi Kutipan Akta Kelahiran anak Penggugat dan tergugat yang beranama
juli 1997, kemudian dicocokan dengan aslinya dan ternyata sama lalu diberi kode
Pg. 3;
4. Fotokopi kutipan Akta Kelahiran anak penggugat dan Tergugat yang bernama
47
6. Kutipan Akta Nikah atas nama Tergugat I dan Tergugat II,Nomor :
258/40/IV/2005, kemudian dicocokan dengan aslinya dan ternyata sama lalu diberi
kode Pg. 6.
islam, pekerjaan ibu rumah Kecamatan Tanjung Senang Kota Bandar Lampung.
islam, pekerjaan ibu rumah tangga, bertempat tinggal di jalan Kemuning II Nomor
Lampung.
berikut :
a. Bahwa saksi kenal dengan Penggugat dan tergugat I tapi tidak kenal dengan
Tergugat II.
b. Bahwa Tergugat I telah menikah lagi dengan perempuan lain tanpa sepengetahuan
Penggugat.
Bahwa atas keterangan kedua orang saksi tergugat I mengaku bahwa ia telah
menikah dengan tergugat II pada tahun 2005 sedangkan Buku Nikah disimpan oleh
Tergugat II.
48
Bahwa Tergugat I dan Tergugat II menyatakan tidak akan mengajukan bukti baik
Bahwa Tergugat tidak akan mengajukan bukti lain lagi dan Penggugat dan Tergugat I
Bahwa untuk menyingkat uraian putusan ini menunjuk Kepala Berita acara sidang
dapat dilakukan sesuai dengan peraturan yaitu Pasal 118 ayat (1) HIR dan Pasal 142
ayat (1) RBg yang menentukan bahwa surat permohonan dialamatkan Kepada Ketua
tetapi usaha tersebut tidak berhasil, pada persidangan kedua terjadinya perubahan
posita dan patitum, pada persidangan ketiga tergugat mengajukan jawaban atas
ada juga gugatan penggugat yang di sangkal, setelah tergugat selesai mengajukan
49
Pasal 283-284 RBg dan mengajukan dua orangsaksi. Bahwa Tergugat I dan Tergugat
II menyatakan tidak akan mngajukan bukti baik bukti terulis maupun saksi.
Setiap putusan hakim yang berupa putusan akhir, harus didahului oleh kepala putusan
MAHA ESA “ ini berarti, setiapa hakim yang mengadili dan memutuskan suatu
perkara harus berlaku adil dengan mengingat tanggung jawab diri sendiri, dan
tanggungjawab Kepada Tuhan Yang Maha Esa. Menurut ketentuan Pasal 23 Undang-
undang Nomor 14 Tahun 1970, segala putusan pengadilan selain harus memuat
alasan-alasan dan dasar-dasar putusan itu, sedangkan dasar hukum tak tertulis
permohonan yang dimintakan sampai pada uraian hasil pemeriksaan dan pembuktiaan
di persidangan. Sedangkan dasar putusan, memuat uraian tentang adanya hak atau
hubungan hukum yang menjadi dasar yuridis dari putusan. Uraian itu disebut tentang
hukumnya. Uraian tentang kejadian dan tentang hukum ini disebut considerens
tersebut diatas.
50
Dalam eksepsi , menimbang bahwa gugatan eksepsi Tergugat I dan Tergugat II
dinyatakan di tolak.
Dalam Konpensi :
Menimbang bahwa karena pokok perkara ini menyangkut Pembatalan Nikah Orang
yang beragama islam maka berdasarkan Pasal 49 ayat (1) Undang-Undang Nomor 7
Tahun 1974 jo. Pasal 25 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 jo. Pasal 38 ayat (1)
Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 dan Pasal 7 Kompilasi hukum Islam
Menimbang, bahwa berdasarkan bukti (pg.2) dan keterangan saksi dimuka sidang
terbukti antara penggugat Konpensi dan tergugat konpensi I adalah suami isteri yang
Menimbang, bahwa berdasarkan bukti-bukti Pg.3, Pg.4 dan Pg.5 terbukti selama
keturunan yaitu 3 (tiga) orang anak yang bernama Melinda Rosyita Anjani, Cahya
51
Menimbang, bahwa berdasarkan keterangan saksi dan pengakuan tergugat Konpensi
dirumah keluarga Tergugat konpensi II pada tanggal 22 April 2005 dengan wali ayah
tergugat konpensi I dan tergugat konpensi II tidak ada persetujuan dari penggugat
tujuan menikah dengan tergugat konpensi II adalah untuk tidak melakukan perbuatan
zina.
Menimbang, bahwa dalam bukti Pg.6 terbukti Tergugat Konpensi I adalah melakukan
kebohongan identitas, dengan status duda, padahal tergugt konpensi masih terkait
sebagai suami isteri yang syah dengan Penggugat oleh karenanya bukti tersebut dapat
dibatalkan.
bahwa Tergugat konpensi I ingin beristeri lebih dari satu orang, tidaklah memenuhi
52
perkawinan antara Tergugat Konpensi I dan Tergugat Konpensi II melanggar
1974 tentang perkawinan jo. Pasal 71 Kompilasi Hukum Islam oleh karenanya
Dalam Rekonpensi :
II yang terjadi pada tanggal 22 April 2005 dibatalkan karena tergugat Rekonpensi I
dipersidangan tidak mengajuka alat bukti, baik bukti tertulis maupun bukti saksi oleh
53
Dalam Konpensi dan Rekonpensi :
Menimbang, bahwa perkara ini termasuk dalam bidang perkawinan berdasarkan Pasal
89 ayat (1) Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 yang telah dirubah dengan
Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006 biaya yang timbul dalam perkara ini
Nomor.1 Tahun 1974 jo Pasal 38 (1) Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 dan
Pasal 7 Kompilasi Hukum Islam karena pokok perkara menyebut pembatalan Nikah
orang yang beragama Islam maka perkara ini termasuk wewenang Pengadilan Agama
Tanjung Karang karena salah satu Tergugat berdomisili dalam wilayah hukum
Mengacu Pasal 5 ayat (1) yang intinya mengatakan “untuk dapat mengajukan
permohonan kepada Pengadilan untuk beristri lebih dari seorang harus ada
persetujuan dari istri yang sah” dan dalam hal ini pihak Tergugat I tidak meminta izin
pada pihak Penggugat. Oleh karna itu maka perkawinan yang telah dilakukan antara
Tergugat I dengan Tergugat II adalah perkawinan yang tidak sah secara hukum.
dengan mengaku status duda padahal antara Penggugat dan Tergugat I masih terikat
54
perkawinan yang sah maka perkawinan yang dilakukan antara Tergugat I dan
Dan karna perkawinan yang dilakukan antara Tergugat I dan Tergugat II tidak
dibatalkan.
pemalsuan identitas oleh Tergugat I dengan status duda, sedangkan Tergugat I masih
mempunyai hubungan suami istri yang sah, dengan penggugat. Selain itu Tergugat I
juga tidak ada persetujuan dari istri yang sah (Penggugat), yang diatur dalam pasal 5
ayat (1).
yang telah di daftarkan gugatannya pada Pengadilan Agama Tanjung Karang, yang
Dalam pernikahan Tergugat I dan Tergugat II, Tergugat II tidak menuntut nafkah
lahir atau materi secara mutlak, sehingga sejak perkawinan berlangsung antara
Tergugat I dan Tergugat II tidak ada pembagian jadwal ataupun jatah nafkah lahir
55
maupun batin dari Tergugat I untuk Tergugat II yang di tentukan. Bahkan Tergugat II
tetap memberi dorongan kepada Tergugat I agar selalu bekerja dengan baik dan terus
dilakukan oleh Penggugat tidak ada pembagian harta benda antara Tergugat I dengan
Tergugat II.
sehingga hakim dapat memberikan suatu keputusan yang tepat dan seadil-adilnya.
Sesuai dengan Pasal 25 ayat (1) Undang-undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang
memuat alasan, dan dasar putusan tersebut memuat pula Pasal tertentu dari peraturan
dijadikan dasar untuk mengadili. Dengan adanya keputusan yang berupa putusan dari
ongkos perkara sebesar Rp. 271.000,-(dua ratus tujuh puluh satu ribu rupiah).
A. Dalam Eksepsi
56
B. Dalam Konpensi
dicatat oleh Kantor Urusan Agama Kecamatan Tanjung Karang Timur tidak
C. Dalam Rekonpensi
biaya perkara ini sebesar Rp. 271.000,-(Dua ratus tujuh puluh satu ribu rupiah).
sesuai dengan Pasal 89 ayat (1) Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 jo. Undang-
undang Nomor 3 Tahun 2006. Sedangkan pada perkara selain perkara perkawinan,
57
pembebanan biaya perkara dibebankan kepada pihak yang dikalahkan, maka dapat
diambil kesimpulan bahwa pertimbangan Hakim dalam perkara tersebut telah sesuai
58
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang dikaitkan dengan pokok bahasan dapat
serta Penggugat masih dalam kondisi sehat wal afiat tanpa kurang sesuatu apapun
sehingga masih mampu memenuhi segala kebutuhan suami (Tergugat I) dan juga
siap dalam mendidik anak-anak namun tanpa setahun dan tanpa seizin Penggugat
masih mempunyai hubungan suami istri yang sah, dengan penggugat. Selain itu
Tergugat I juga tidak ada persetujuan dari istri yang sah (Penggugat), yang diatur
59
dalam pasal 5 ayat (1). Pertimbangan hakim dengan mengabulkan gugatan
258/40/IV/2005 tanggal 25 April 2005 yang dicatat oleh KUA Kecamatan Tanjung
ini sesuai dengan Pasal 89 ayat (1) Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 jo.
5.2 Saran
1. Bagi KUA harus lebih selektif lagi dalam member izin pihak yang ingin menikah
kembali ( Poligami ) karena bila KUA kurang selektif dalam memberi izin, maka
akan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan seperti dalam kasus ini seseorang yang
ingin menikah lagi ternyata orang tersebut sudah mempunyai istri. Seperti dalam
“Untuk dapat beristri lebih dari satu harus ada persetujuan dari istri yang sah.
60
2. Segala Putusan harus memuat alasan-alasan dan dasar-dasar putusan itu, serta
tertulis dijadikan dasar untuk mengadili, jadi setiap Hakim dalam mengambil
Putusan harus adil karna merupakan tanggung jawab hakim dan tanggung jawab
3. Putusan Pengadilan sangat baik dan tepat, karena Hakim sudah memberikan
keputusan yang tepat dan sudah sesuai dengan apa yang diatur dalam Pasal 22
61
DAFTAR PUSTAKA
A.BUKU
Jakarta, 1996.
Ridwan Syahrani, Buku Materi Dasar Hukum Acara Perdata, PT. Citra Aditya Bakti,
Bandung, 2000.
62
e. IndonesiaUndang-Undang No. 48 Tahun 2009 perubahan atas Undang-
Indonesia
C.SUMBER LAIN
Kamus Hukum
63