Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH KOMUNIKASI KEPERAWATAN

KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA KELUARGA,


KELOMPOK DAN MASYARAKAT

Dosen Pengampu : Ns. Wieke Widhiantika, S.Kep,. M.kes

Disusun oleh:

Kelompok 6

1. Acem Prasiska 180001001


2. Dani Hardiana 180001005
3. Fitri Komalasari 180001013
4. Gina Tania M 180001014
5. Siti Lina Maulani 180001035

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN


AKPER RS EFARINA PURWAKARTA
Jln. Raya Bungursari No.1 Cibening Purwakarta
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT karena rahmat dan hidayah-
Nya, kami dapat menyelesaikan makalah Komunikasi Keperawatan yang berjudul
“Komunikasi Terapeutik pada Keluarga, Kelompok dan Masyarakat” ini sesuai
dengan rencana. Makalah ini disusun dengan dukungan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada.

1. Ns. Wieke Widhiantika, S.Kep,. M.kes sebagai Dosen mata kuliah


Komunikasi Keperawatan, yang telah memberikan penjelasan kepada kami
mengenai tata cara melakukan dan menyusun makalah.
2. Orang tua kami yang telah memberikan dukungan moriil maupun materiil.
3. Rekan – rekan yang telah berbagi informasi.
4. Dan semua pihak yang telah membantu kelancaran kegiatan ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk
itu, kritik dan saran membangun dari pembaca sangat diharapkan demi perbaikan
karya kami selanjutnya.

Purwakarta, 4 Maret 2019

Penulis,
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................

DAFTAR ISI............................................................................................................

A. BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.................................................................................................

B. Rumusan Masalah ...........................................................................................

C. Tujuan ..............................................................................................................

B. BAB II PEMBAHASAN

A. Komunikasi pada Keluarga ............................................................................

B. Komunikasi pada Kelompok ..........................................................................

C. Komunikasi pada Keluarga Masyarakat .........................................................

C. BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ......................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan keseharian kita tidak akan pernah terlepas dari kegiatan
komunikasi bahkan hampir seluruh waktu yang kita habiskan adalah untuk
berkomunikasi dengan orang lain.
Manusia sebagai pribadi maupun makhluk social akan saling berkomunikasi dan
saling mempengaruhi satu sama lain dalam hubungan yang beraneka ragam, dengan
gaya dan cara yang berbeda pula. Komunikasi merupakan dasar dari seluruh interaksi
antar manusia.Interaksi manusia baik antara perorangan, kelompok maupun
organisasi tidak mungkin terjadi tanpa komunikasi. Begitupun dalam interaksi
keluarga, baik antar pribadi anggota keluarga, orang tua dengan anak maupun dengan
keluarga yang lain sebagai perorangan , kelompok maupun sebagai keluarga itu
sendiri.
Seberapa jauh komunikasi berperan penting dalam kehidupan manusia dan waktu
yang diluangkan dalam proses komunikasi sangat besar, timbul pertanyaan berapa
banyak waktu yang digunakan dalam proses komunikasi di dalam keseharian.
Adapun bentuk kegiatan komunikasi yang digunakan untuk menulis, untuk membaca,
dan untuk berbicara serta untuk mendengarkan orang lain berbicara, Hal tersebut
membuktikan bahwa komunikasi sangat memiliki peran yang penting dalam
kehidupan sosial manusia, dengan kata lain komunikasi telah menjadi jantung dari
kehidupan kita.
Komunikasi amat berperan penting dalam menjelaskan segala sesuatunya,
banyak orang yang salah memahami makna pesan yang di sampaikan akibat pola
komunikasi yang salah. Keluarga adalah lingkungan terkecil dan terdekat bagi
individu. Melalui keluarga seseorang mulai belajar, bersosialisasi, membentuk
karakter, dan mengembangkan nilai-nilai yang telah ditanamkan padanya melalui
suatu pola tertentu.
Komunikasi keluarga adalah komunikasi yang terjadi dalam sebuah keluarga,
yang merupakan cara seorang anggota keluarga untuk berinteraksi dengan anggota
lainnya, sekaligus sebagai wadah dalam membentuk dan mengembangkan nilai-nilai
yang dibutuhkan sebagai pegangan hidup. Agar anak dapat menjalani hidupnya
ketika berada dalam lingkungan masyarakat, apa yang terjadi jika sebuah pola
komunikasi keluarga tidak terjadi secara harmonis tentu akan mempengaruhi
perkembangan anak.
Komunikasi merupakan hal terpenting dalam kehidupan. Komunikasi dibuat
untuk menyebarluaskan pesan kepada publik, mempengaruhi khalayak dan
menggambarkan kebudayaan pada masyarakat. Hal ini membuat media menjadi
bagian dari salah satu institusi yang kuat di masyarakat. Untuk memenuhi kebutuhan
berinteraksi yang bersifat antarpribadi, dipenuhi melalui kegiatan komunikasi
interpersonal atau antarpribadi. Sedangkan kebutuhan untuk berkomunikasi secara
publik dengan orang banyak, dipenuhi melalui aktivitas komunikasi massa.
Dengan demikian komunikasi menjadi unsur penting dalam berlangsungnya
kehidupan suatu masyarakat. Selain merupakan kebutuhan, aktivitas komunikasi
sekaligus merupakan unsur pembentuk suatu masyarakat. Sebab tidak mungkin
manusia hidup di suatu lingkungan tanpa berkomunikasi satu sama lain.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana komunikasi terapeutik pada keluarga ?
2. Bagaimana komunikasi terapeutik pada kelompok ?
3. Bagaimana komunikasi terapeutik pada masyarakat ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui komunikasi terapeutik pada keluarga
2. Untuk mengetahui komunikasi terapeutik pada kelompok
3. Untuk mengetahuni komunikasi terapeutik pada masyarakat
BAB II
PEMBAHASAN

A. Komunikasi pada Keluarga


1. Pengertian
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian ide,perasaan dan pikiran antara
dua orang atau lebih sehingga terjadi perubahan sikap dan tingkah laku bagi semua
yang saling berkomunikasi.
Keluarga merupakan kelompok sosial pertama dalam kehidupan manusia dimana
ia belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial, dalam interaksi dengan
kelompoknya.
Pada dasaranya keluarga itu adalah sebuah komunitas dalam “satu atap”.
Kesadaran untuk hidup bersama dalam satu atap sebagai suami istri dan saling
interaksi dan berpotensi punya anak akhirnya membentuk komunikasi baru yang
disebut keluarga. Karenanya keluargapun dapat diberi batasan sebagai sebuah group
yang terbentuk dari perhubungan laki-laki dan wanita perhubungan mana sedikit
banyak bertahan lama untuk menciptakan dan membesarkan anak-anak.
Pengertian keluarga menurut Noor (1983) adalah suatu unit atau lingkungan
masyarakat yang paling kecil atau merupakan masyarakat yang paling bawah dari
satu lingkungan negara. Posisi keluarga atau rumah tangga ini sangat sentral seperti
diungkapkan oleh Aristoteles (dalam Noor, 1983) bahwa keluarga rumah tangga
adalah dasar pembinaan negara. Dari beberapa keluarga rumah tangga berdirilah
suatu kampung kemudian berdiri suatu kota. Dari beberapa kota berdiri daru propinsi,
dan dari beberapa propinsi berdiridatu negara.
Menurut Rae Sedwig (1985), Komunikasi Keluarga adalah suatu
pengorganisasian yang menggunakan kata-kata, sikap tubuh (gesture), intonasi suara,
tindakan untuk menciptakan harapan image, ungkapan perasaan serta saling membagi
pengertian.
Komunikasi dalam keluarga juga dapat diartikan sebagai kesiapan membicarakan
dengan terbuka setiap hal dalam keluarga baik yang menyenangkan maupun yang
tidak menyenangkan, juga siap menyelesaikan masalah-masalah dalam keluarga
dengan pembicaraan yang dijalani dalam kesabaran dan kejujuran serta keterbukaan.
2. Ciri-Ciri Komunikasi Keluarga
Menurut Kumar (Wijaya,1987) ciri-ciri komunikasi dalam keluarga adalah sebagai
berikut:
a. Keterbukaan (openess)
Keterbukaan adalah sejauh mana individu memiliki keinginan untuk
terbuka dengan orang lain dalam berinteraksi. Keterbukaan yang terjadi dalam
komunikasi memungkinkan perilakunya dapat memberikan tanggapan secara
jelas terhadap segala pikiran dan perasaan yang diungkapkannya.
b. Empati (Empathy)
Empaty adalah suatu perasaan individu yang merasakan sama seperti
yang dirasakan orang lain, tanpa harus secara nyata terlibat dalam perasaan
ataupun tanggapan orang tersebut.
c. Dukungan
Adanya dukungan dapat membantu seseorang lebih bersemangat dalam
melakukan aktivitas serta meraih tujuan yang diinginkan. Dukungan ini lebih
diharapkan dari orang terdekat yaitu, keluarga.
d. Perasaan Positif (Positiveness)
Perasaan yaitu dimana individu mempunyai perasaan positif terhadap apa
yang sudah dikatakan orang lain terhadap dirinya
e. Kesamaan (Equality)
Kesamaan disini dimaksudkan individu mempunyai kesamaan dengan
orang lain dalam hal berbicara dan mendengarkan.

3. Bentuk-Bentuk Komunikasi dalam Keluarga


a. Komunikasi orang tua yaitu suami-istri
Komunikasi orang tua yaitu suami istri disini lebih menekankan pada
peran penting suami istri sebagai penentu suasana dalam keluarga. Keluarga
dengan anggota keluarga (ayah, ibu, anak).
b. Komunikasi orang tua dan anak
Komunikasi yang terjalin antara orang tua dan anak dalam satu ikatan
keluarga di mana orang tua bertanggung jawab dalam mendidik anaknya.
Hubungan yang terjalin antara orang tua dan anak di sini bersifat dua arah,
disertai dengan pemahaman bersama terhadap sesuatu hal di mana antara orang
tua dan anak berhak menyampaikan pendapat, pikiran, informasi atau nasehat.
Hubungan komunikasi yang efektif ini terjalin karena adanya rasa keterbukaan,
empati, dukungan, perasaan positif, kesamaan antara orang tua dan anak.
c. Komunikasi ayah dan anak
Komunikasi disini mengarah pada perlindungan ayah terhadap anak.
Peran ayah dalam memberi informasi dan mengarahkan pada hal pengambilan
keputusan pada anak yang peran komunikasinya cenderung meminta dan
menerima. Misal, memilih sekolah. Komunikasi ibu dan anak Lebih bersifat
pengasuhan kecenderungan anak untuk berhubungan dengan ibu jika anak
merasa kurang sehat, sedih, maka peran ibu lebih menonjol.
d. Komunikasi anak dan anak yang lainnya
Komunikasi ini terjadi antara anak 1 dengan anak yang lain. Dimana
anak yang lebih tua lebih berperan sebagai pembimbing pada anak yang masih
muda. Biasanya dipengaruhi oleh tingkatan usia atau faktor kelahiran.

4. Pola Komunikasi dan Interaksi dalam Keluarga


Komunikasi merupakan suatu kegiatan yang pasti terjadi dalam kehidupan
keluarga. Tanpa komunikasi, sepilah kehidupan keluarga dari kegiatan berbicara,
berdialog, bertukar pikiran dan sebagainya. Akibatnya kerawanan hubungan antara
anggota – anggota keluarga pun sukar untuk dihindari.Beberapa pola komunikasi
yang dilakukan dalam Interaksi keluarga :
a. Model stimulus – respons (S-R)
Pola ini menunjukkan komunikasi sebagai suatu proses “aksi – reaksi”
yang sangat sederhana. Pola S-R mengasumsikan bahwa kata-kata verbal (lisan –
tulisan) isyarat-isyarat nonversal, gambar-gambar dantindakan-tindakan tertentu
akan merangsang orang lain untuk memberikan respons dengan cara tertentu.
Oleh karena itu, proses ini dianggap sebagai pertukaran atau pemindahan
informasi atau gagasan, proses ini bersifat timbal balik dan mempunyai banyak
efek.
b. Model Interaksional
Model Interaksional ini berlawanan dengan model S-R. Sementara model
S-R mengasumsikan manusia adalah pasif, model interaksional menganggap
manusia jauh lebih aktif. Komunikasi di sini digambarkan sebagai pembentukan
makna yaitu penafsiran atas pesan atau perilaku orang lain oleh para peserta
komunikasi. Berapa konsep penting yang digunakan adalah diri sendiri, diri
orang lain, simbol, makna, penafsiran, dan tindakan.
c. Hubungan antar peran
Komunikasi dalam keluarga dapat pula dipengaruhi oleh pola hubungan
antar peran hal ini, disebabkan masing-masing peran yang ada dalam keluarga
dilaksanakan melalui komunikasi.
d. Model ABX
Pola komunikasi lainnya yang juga sering terjadi dalam komunikasi
antara anggota keluarga adalah model ABX yang dikemukakan oleh Newcomb
dari perspektif psikologi-sosial. Newcomb menggambarkan bahwa seseorang (A)
menyampaikan informasi kepada seseorang lainnya (B) mengenai sesuatu (X).

5. Aneka Komunikasi dalam Keluarga


a. Komunikasi verbal
Komunikasi verbal adalah suatu kegiatan komunikasi antara individu
atau kelompok yang mempergunakan bahasa sebagai alat perhubungan efektif
tidaknya suatu kegiatan komunikasi bergantung dari ketepatan kata-kata atau
kalimat dalam mengungkapkan sesuatu. Kegiatan komunikasi verbal menempati
frekuensi terbanyak dalam keluarga setiap hari orang tua selalu ingin berbincang-
bincang kepada anaknya., canda dan tawa menyertai dialog antara orang tua dan
anak.
b. Komunikasi non verbal
Komunikasi yang berlangsung dalam keluarga tidak hanya dalam bentuk
verbal, tetapi juga dalam bentuk nonverbal. Walaupun begitu, komunikasi
nonverbal suatu ketika bisa berfungsi sebagai penguat komunikasi verbal. Fungsi
komunikasi verbal sangat terasa jika, komunikasi yang dilakukan secara verbal
tidak mampu mengungkapkan sesuatu secara jelas.
c. Komunikasi Individual
Komunikasi individual atau komunikasi interpersonal adalah komunikasi
yang sering terjadi dalam keluarga. Komunikasi yang terjadi berlangsung dalam
sebuah interaksi antarpribadi, antara suami dan istri, antara ayah dan anak, antara
ibu dan anak, antar anak dan anak.
d. Komunikasi kelompok
Hubungan akrab antara orang tua dan anak sangat penting untuk dibina
dalam keluarga keakraban hubungan itu dapat dilihat dari frekuensi pertemuan
antara orang tua dan anak dalam suatu waktu dan kesempatan. Sudah waktunya
orang tua meluangkan waktu dan kesempatan untuk duduk bersama dengan anak-
anak, berbicara, berdialog dalam suasana santai.

6. Tahap-Tahap Perkembangan Komunikasi Keluarga


a. Keluarga dengan anak – anak prasekolah
Pada tahap ini dari lahir hingga usia 6 tahun, anak – anak ada pada tahun
puncak untuk mempelajari bahasa. Kemampuan berbahasa terutama diperoleh
dari keluarga khususnya dari interaksi anatara anak dan pengasuh utama, ibunya.
Anak – anak memulai kemampuan berbahasa dengan menggunakan kata – kata
tunggal. Anatara usia 18 – 24 bulan, ungkapan – ungkapan dua kata muncul.
Menjelangn usia 3 tahun anak- anak menguasai kira – kira seribu kata, dan mulai
usia 4-5 tahun mereka memperoleh kira-kira 50 kata setiap bulan.
b. Keluarga dengan anak – anak usia sekolah
Anak – anak semakin mengalami kebebasan sejalan dengan pertambahan
usia. Mereka memperoleh pengaruh tidak hanya lewat komunikasi keluarga yang
masih merupakan kekuatan dominan, tapi juga lewat komunikasi dengan pihak –
pihak di luar keluarga. Dua dimensi komunikasi orang tua-anak menjadi penting ;
penerimaan – penolakan dan kontrol otonomi.
c. Keluarga dengan anak – anak remaja
Tahap ini cenderung ditandai dengan bertambahnya konflik sehubungan
dengan bertambahya kebebasan anak – anak. Masalah – masalah otonomi dan
kontrol menjadi sangat tajam pada tahun –tahun ini. Anak – anak remaja mulai
mengalihkan komunikasi dari komunikasi keluarga kepada komunikasi dengan
teman- teman sebaya. Karena perubahan – perubahan fisiologis dan psikologis
yang dialami remaja, topik –topik tertentu menjadi perhatian mereka. Pendeknya,
usia remaja merupakan tantangan terbesar bagi komunikasi keluarga. Bila orang
tua dan anak dapat mengatasi badai, komunikasi selanjutnya akan lebih lancar.
Selanjutnya dapat disimpulkan dengan pertambahan usia, hubungan kita dengan
saudara- saudara kandung tetap penting.

7. Teknik Komunikasi Efektif dalam Keluarga


Ada lima hal yang harus diperhatikan agar komunikasi di dalam keluarga tercipta
secara efektif,yaitu:
1. Respek
Komunikasi harus diawali dengan sikap saling menghargai (respectfull
attitude). Adanya penghargaan biasanya akan menimbulkan kesan serupa (timbal
balik) dari si lawan diskusi. Orangtua akan sukses berkomunikasi dengan anak
bila ia melakukannya dengan penuh respek. Bila ini dilakukan maka anak pun
akan melakukan hal yang sama ketika berkomunikasi dengan orangtua atau orang
di sekitanya.
2. Empati
Empati adalah kemampuan untuk menempatkan diri kita pada situasi dan
kondisi yang dihadapi orang lain. Syarat utama dari sikap empati adalah
kemampuan untuk mendengar dan mengerti orang lain, sebelum didengar dan
dimengerti orang lain. Orangtua yang baik tidak akan menuntut anaknya untuk
mengerti keinginannya, tapi ia akan berusaha memahami anak atau pasangannya
terlebih dulu. Ia akan membuka dialog dengan mereka, mendengar keluhan dan
harapannya. Mendengarkan di sini tidak hanya melibatkan indra saja, tapi
melibatkan pula mata hati dan perasaan. Cara seperti ini dapat memunculkan rasa
saling percaya dan keterbukaan dalam keluarga.
3. Audibel
Audibel berarti “dapat didengarkan” atau bisa dimengerti dengan baik.
Sebuah pesan harus dapat disampaikan dengan cara atau sikap yang bisa diterima
oleh si penerima pesan. Raut muka yang cerah, bahasa tubuh yang baik, kata-kata
yang sopan, atau cara menunjuk, termasuk ke dalam komunikasi yang audibel ini.
4. Jelas
Pesan yang disampaikan harus jelas maknanya dan tidak menimbulkan
banyak pemahaman, selain harus terbuka dan transparan. Ketika berkomunikasi
dengan anak, orangtua harus berusaha agar pesan yang disampaikan bisa jelas
maknanya. Salah satu caranya adalah berbicara sesuai bahasa yang mereka
pahami (melihat tingkatan usia).
5. Tepat
Dalam membahas suatu masalah hendaknya proporsi yang diberikan
tepat baik waktunya, tema maupun sasarannya. Waktu yang tepat untuk
membicarakan masalah anak misalnya pada waktu makan malam. Pada waktu
sarapan pagi, karena ketergesaan maka yang dibicarakan umumnya masalah yang
ringan saja.
6. Rendah Hati
Sikap rendah hati dapat diungkapkan melalui perlakuan yang ramah,
saling menghargai, tidak memandang diri sendiri lebih unggul ataupun lebih tahu,
lemah lembut, sopan, dan penuh pengendalian diri. Dengan sikap rendah hati ini
maka laaawaaan diskusi kita memjadi lebih terbuka, sehingga banyak hal yang
dapat diungkapkan dari diskusi tersebut.

8. Faktor –Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Keluarga


Berkomunikasi itu tidak mudah. Terkadang seseorang dapat berkomunikasi
dengan baik kepada orang lain. Dilain waktu seseorang mengeluh tidak dapat
berkomunikasi dengan baik kepada orang lain.
Ada sejumlah faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi dalam keluarga,
seperti yang akan di uraikan berikut ini :
a. Citra diri dan citra orang lain
Setiap orang mempunyai gambaran – gambaran tertentu mengenai
dirinya statusnya, kelebihan dan kekurangannya. Gambaran itulah yang
menentukan apa dan bagaimana ia berbicara, menjadi menjaring bagi apa yang
dilihatnya, didengarnya, bagaimana penilaiannya terhadap segala yang
berlangsung disekitarnya. Dengan kata lain, citra diri menentukan ekspresi dan
persepsi orang.
Tidak hanya citra diri, citra orang lain juga mempengaruhi cara dan
kemampuan orang berkomunikasi. Orang lain mempunyai gambaran khas bagi
dirinya. Jika seorang ayah mencitrakan anaknya sebagai manusia yang lemah,
ingusan, tak tahu apa-apa, harus di atur, maka ia berbicara secara otoriter.
Akhirnya, citra diri dan citra orang lain harus saling berkaitan, saling lengkap-
melengkapai. Perpaduan kedua citra itu menentukan gaya dancara komunikasi.
b. Suasana Psikologis
Suasana Psikologis di akui mempengaruhi komunikasi. Komunikasi sulit
berlangsung bila seseorang dalam keadaan sedih, bingung, marah, merasa
kecewa, merasa irihati, diliputi prasangka, dan suasana psikologis lainnya.
c. Lingkungan Fisik
Komunikasi dapat berlangsung dimana saja dan kapan saja, dengan gaya,
dan cara yang berbeda. Komunikasi yang berlangsung dalam keluarga berbeda
dengan yang terjadi di sekolah. Karena memang kedua lingkungan ini berbeda.
Suasana di rumah bersifat informal, sedangkan suasana di sekolah bersifat
formal. Demikian juga komunikasi yang berlangsung dalam masyarakat. Karena
setiap masyarakat memiliki norma yang harus diataati, maka komunikasi yang
berlangsungpun harus taat norma.
d. Kepemimpinan
Dalam keluarga seorang pemimpin mempunyai peranan yang sangat
penting dan strategis. Dinamika hubungan dalam keluarga dipengaruhi oleh pola
kepemimpinan. Karakteristik seorang pemimpin akan menentukan pola
komunikasi bagaimana yang akan berproses dalam kehidupan yang membentuk
hubungan-hubungan tersebut.
e. Bahasa
Dalam komunikasi verbal orang tua atau anak pasti menggunakan bahasa
sebagai alat untuk mengekspresikan sesuatu. Pada suatu kesempatan bahasa yang
dipergunakan oleh orang tua ketika secara kepada anaknya dapat mewakili suatu
objek yang dibicarakan secara tepat. Tetapi dilain kesempatan, bahasa yang
digunakan itu tidak mampu mewakili suatu objek yang dibicarakan secara tepat.
Maka dari itu dalam berkomunikasi dituntut untuk menggunakan bahasa yang
mudah dimengerti antara komunikator dan komunikasi.
f. Perbedaan Usia
Komunikasi dipengaruhi oleh usia. Itu berarti setiap orang tidak bisa
berbicara sekehendak hati tanpa memperhatikan siapa yang diajak bicara.
Berbicara kepada anak kecil berbeda ketika berbicara kepada remaja. Mereka
mempunyai dunia masing-masing yang harus dipahami.

9. Hambatan Komunikasi dalam Keluarga


Problem komunikasi biasanya merupakan suatu gejala bahwa ada sesuatu
yang tidak beres.Hambatan komunikasi ada yang berasal dari pengirim, transmisi dan
penerima. Berbagai hambatan yang timbul dalam komunikasi, yaitu :
a. Kebisingan
b. Keadaan psikologis komunikan
c. Kekurangan komunikator atau komunikan
d. Kesalahan penilaian oleh komunikator
e. Keterbatasan pengetahuan komunikator atau komunikan
f. Bahasa
g. Isi pesan berlebihan
h. Bersifat satu arah
i. Faktor teknis
j. Kepentingan atau interes
k. Prasangka
l. Cara penyajian yang verbalistis

Untuk mengatasi hambatan tersebut di atas, dapat ditanggulangi dengan cara sebagai
berikut :
a. Mengecek arti dan maksud yang dikatakan
b. Meminta penjelasan lebih lanjut
c. Mengecek umpan balik atau hasil
d. Mengulang pesan yang disampaikan
e. Memperkuat dengan bahasa isyarat
f. Mengakrabkan pengirim dan penerima
g. Membuat pesan selalu singkat
h. Mengurangi banyaknya mata rantai
i. Menggunakan orientasi penerima

10. Peran Perawat dalam Memberikan Asuahan Perawatan Keluarga


Dalam memberikan asuhan perawatan keluarga, ada beberapa peranan yang dapat
dilakukan oleh perawat antara lain:
a. Pemberian asuhan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit
b. Pengenal atau pengamat masalah kebutuhan kesehatan keluarga
c. Koordinator pelayanan kesehatan dan keperawatan kesehatan keluarga
d. Fasilitator, menjadikan pelayanan kesehatan itu mudah dijangkau dan perawat
mudah dapat menampung permasalahan yang dihadapi keluarga dan membantu
mencarikan jalan pemecahannya
e. Pendidikan kesehatan, perawat dapat berperan sebagai pendidik untuk merubah
perilaku keluarga dari perilaku tidak sehat menjadi perilaku yang sehat.

B. Komunikasi pada Kelompok


1. Pengertian Komunikasi Kelompok.
Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama yang
berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama
lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut (Deddy
Mulyana, 2005). Kelompok ini misalnya adalah keluarga, kelompok diskusi,
kelompok pemecahan masalah, atau suatu komite yang tengah berapat untuk
mengambil suatu keputusan. Dalam komunikasi kelompok, juga melibatkan
komunikasi antarpribadi. Karena itu kebanyakan teori komunikasi antarpribadi
berlaku juga bagi komunikasi kelompok.
Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang berlangsung antara beberapa
orang dalam suatu kelompok “kecil” seperti dalam rapat, pertemuan, konperensi dan
sebagainya (Anwar Arifin, 1984). Michael Burgoon (dalam Wiryanto, 2005)
mendefinisikan komunikasi kelompok sebagai interaksi secara tatap muka antara tiga
orang atau lebih, dengan tujuan yang telah diketahui, seperti berbagi informasi,
menjaga diri, pemecahan masalah, yang mana anggota-anggotanya dapat mengingat
karakteristik pribadi anggota-anggota yang lain secara tepat. Kedua definisi
komunikasi kelompok di atas mempunyai kesamaan, yakni adanya komunikasi tatap
muka, peserta komunikasi lebih dari dua orang, dan memiliki susunan rencana kerja
tertentu untuk mencapai tujuan kelompok.
Dan B. Curtis, James J.Floyd, dan Jerril L. Winsor (2005, h. 149) menyatakan
komunikasi kelompok terjani ketika tiga orang atau lebih bertatap muka, biasanya di
bawah pengarahan seorang pemimpin untuk mencapai tujuan atau sasaran bersama
dan mempengaruhi satu sama lain. Lebih mendalam ketiga ilmuwan tersebut
menjabarkan sifat-sifat komunikasi kelompok sebagai berikut:
a. Kelompok berkomunikasi melalui tatap muka;
b. Kelompok memiliki sedikit partisipan;
c. Kelompok bekerja di bawah arahan seseorang pemimpin;
d. Kelompok membagi tujuan atau sasaran bersama;
e. Anggota kelompok memiliki pengaruh atas satu sama lain.

2. Klasifikasi Kelompok dan Karakteristik Komunikasinya


Telah banyak klasifikasi kelompok yang dilahirkan oleh para ilmuwan sosiologi,
namun dalam kesempatan ini kita sampaikan hanya tiga klasifikasi kelompok.
a. Kelompok primer dan sekunder.
Charles Horton Cooley pada tahun 1909 (dalam Jalaluddin Rakhmat,
1994) mengatakan bahwa kelompok primer adalah suatu kelompok yang
anggota-anggotanya berhubungan akrab, personal, dan menyentuh hati dalam
asosiasi dan kerja sama. Sedangkan kelompok sekunder adalah kelompok yang
anggota-anggotanya berhubungan tidak akrab, tidak personal, dan tidak
menyentuh hati kita.
Jalaludin Rakhmat membedakan kelompok ini berdasarkan karakteristik
komunikasinya, sebagai berikut:

1) Kualitas komunikasi pada kelompok primer bersifat dalam dan meluas.


Dalam, artinya menembus kepribadian kita yang paling tersembunyi,
menyingkap unsur-unsur backstage (perilaku yang kita tampakkan dalam
suasana privat saja). Meluas, artinya sedikit sekali kendala yang menentukan
rentangan dan cara berkomunikasi. Pada kelompok sekunder komunikasi
bersifat dangkal dan terbatas.
2) Komunikasi pada kelompok primer bersifat personal, sedangkan kelompok
sekunder nonpersonal.
3) Komunikasi kelompok primer lebih menekankan aspek hubungan daripada
aspek isi, sedangkan kelompok sekunder adalah sebaliknya.
4) Komunikasi kelompok primer cenderung ekspresif, sedangkan kelompok
sekunder instrumental.
5) Komunikasi kelompok primer cenderung informal, sedangkan kelompok
sekunder formal.

b. Kelompok keanggotaan dan kelompok rujukan.


Theodore Newcomb (1930) melahirkan istilah kelompok keanggotaan
(membership group) dan kelompok rujukan (reference group). Kelompok
keanggotaan adalah kelompok yang anggota-anggotanya secara administratif dan
fisik menjadi anggota kelompok itu. Sedangkan kelompok rujukan adalah
kelompok yang digunakan sebagai alat ukur (standard) untuk menilai diri sendiri
atau untuk membentuk sikap.
Menurut teori, kelompok rujukan mempunyai tiga fungsi: fungsi
komparatif, fungsi normatif, dan fungsi perspektif. Saya menjadikan Islam
sebagai kelompok rujukan saya, untuk mengukur dan menilai keadaan dan status
saya sekarang (fungsi komparatif. Islam juga memberikan kepada saya norma-
norma dan sejumlah sikap yang harus saya miliki-kerangka rujukan untuk
membimbing perilaku saya, sekaligus menunjukkan apa yang harus saya capai
(fungsi normatif). Selain itu, Islam juga memberikan kepada saya cara
memandang dunia ini-cara mendefinisikan situasi, mengorganisasikan
pengalaman, dan memberikan makna pada berbagai objek, peristiwa, dan orang
yang saya temui (fungsi perspektif). Namun Islam bukan satu-satunya kelompok
rujukan saya. Dalam bidang ilmu, Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia (ISKI)
adalah kelompok rujukan saya, di samping menjadi kelompok keanggotaan saya.
Apapun kelompok rujukan itu, perilaku saya sangat dipengaruhi, termasuk
perilaku saya dalam berkomunikasi.
c. Kelompok deskriptif dan kelompok preskriptif
John F. Cragan dan David W. Wright (1980) membagi kelompok
menjadi dua: deskriptif dan peskriptif. Kategori deskriptif menunjukkan
klasifikasi kelompok dengan melihat proses pembentukannya secara alamiah.
Berdasarkan tujuan, ukuran, dan pola komunikasi, kelompok deskriptif
dibedakan menjadi tiga: a. kelompok tugas; b. kelompok pertemuan; dan c.
kelompok penyadar. Kelompok tugas bertujuan memecahkan masalah, misalnya
transplantasi jantung, atau merancang kampanye politik. Kelompok pertemuan
adalah kelompok orang yang menjadikan diri mereka sebagai acara pokok.
Melalui diskusi, setiap anggota berusaha belajar lebih banyak tentang dirinya.
Kelompok terapi di rumah sakit jiwa adalah contoh kelompok pertemuan.
Kelompok penyadar mempunyai tugas utama menciptakan identitas sosial politik
yang baru. Kelompok revolusioner radikal; (di AS) pada tahun 1960-an
menggunakan proses ini dengan cukup banyak.
Kelompok preskriptif, mengacu pada langkah-langkah yang harus
ditempuh anggota kelompok dalam mencapai tujuan kelompok. Cragan dan
Wright mengkategorikan enam format kelompok preskriptif, yaitu: diskusi meja
bundar, simposium, diskusi panel, forum, kolokium, dan prosedur parlementer.

3. Pengaruh Kelompok pada Perilaku Komunikasi


a. Konformitas.
Konformitas adalah perubahan perilaku atau kepercayaan menuju
(norma) kelompok sebagai akibat tekanan kelompok-yang real atau dibayangkan.
Bila sejumlah orang dalam kelompok mengatakan atau melakukan sesuatu, ada
kecenderungan para anggota untuk mengatakan dan melakukan hal yang sama.
Jadi, kalau anda merencanakan untuk menjadi ketua kelompok,aturlah rekan-
rekan anda untuk menyebar dalam kelompok. Ketika anda meminta persetujuan
anggota, usahakan rekan-rekan anda secara persetujuan mereka. Tumbuhkan
seakan-akan seluruh anggota kelompok sudah setuju. Besar kemungkinan
anggota-anggota berikutnya untuk setuju juga.
b. Fasilitasi sosial.
Fasilitasi (dari kata Prancis facile, artinya mudah) menunjukkan
kelancaran atau peningkatan kualitas kerja karena ditonton kelompok. Kelompok
mempengaruhi pekerjaan sehingga menjadi lebih mudah. Robert Zajonz (1965)
menjelaskan bahwa kehadiran orang lain-dianggap-menimbulkan efek
pembangkit energi pada perilaku individu. Efek ini terjadi pada berbagai situasi
sosial, bukan hanya didepan orang yang menggairahkan kita. Energi yang
meningkat akan mempertingi kemungkinan dikeluarkannya respon yang
dominan. Respon dominan adalah perilaku yang kita kuasai. Bila respon yang
dominan itu adalah yang benar, terjadi peningkatan prestasi. Bila respon dominan
itu adalah yang salah, terjadi penurunan prestasi. Untuk pekerjaan yang mudah,
respon yang dominan adalah respon yang banar; karena itu, peneliti-peneliti
melihat melihat kelompok mempertinggi kualitas kerja individu.
c. Polarisasi.
Polarisasi adalah kecenderungan ke arah posisi yang ekstrem. Bila
sebelum diskusi kelompok para anggota mempunyai sikap agak mendukung
tindakan tertentu, setelah diskusi mereka akan lebih kuat lagi mendukung
tindakan itu. Sebaliknya, bila sebelum diskusi para anggota kelompok agak
menentang tindakan tertentu, setelah diskusi mereka akan menentang lebih keras.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi keefektifan kelompok


Anggota-anggota kelompok bekerja sama untuk mencapai dua tujuan: a.
melaksanakan tugas kelompok, dan b. memelihara moral anggota-anggotanya.
Tujuan pertama diukur dari hasil kerja kelompok-disebut prestasi (performance)
tujuan kedua diketahui dari tingkat kepuasan (satisfacation). Jadi, bila kelompok
dimaksudkan untuk saling berbagi informasi (misalnya kelompok belajar), maka
keefektifannya dapat dilihat dari beberapa banyak informasi yang diperoleh anggota
kelompok dan sejauh mana anggota dapat memuaskan kebutuhannya dalam kegiatan
kelompok.
Jalaluddin Rakhmat (2004) meyakini bahwa faktor-faktor keefektifan kelompok
dapat dilacak pada karakteristik kelompok, yaitu:
a. Faktor situasional karakteristik kelompok:
1) Ukuran kelompok.
Hubungan antara ukuran kelompok dengan prestasi krja kelompok
bergantung pada jenis tugas yang harus diselesaikan oleh kelompok. Tugas
kelompok dapat dibedakan dua macam, yaitu tugas koaktif dan interaktif.
Pada tugas koaktif, masing-masing anggota bekerja sejajar dengan yang lain,
tetapi tidak berinteraksi. Pada tugas interaktif, anggota-anggota kelompok
berinteraksi secara teroganisasi untuk menghasilkan suatu produk, keputusan,
atau penilaian tunggal. Pada kelompok tugas koatif, jumlah anggota
berkorelasi positif dengan pelaksanaan tugas. Yakni, makin banyak anggota
makin besar jumlah pekerjaan yang diselesaikan. Misal satu orang dapat
memindahkan tong minyak ke satu bak truk dalam 10 jam, maka sepuluh
orang dapat memindahkan pekerjaan tersebut dalam satu jam. Tetapi, bila
mereka sudah mulai berinteraksi, keluaran secara keseluruhan akan
berkurang.
Faktor lain yang mempengaruhi hubungan antara prestasi dan ukuran
kelompok adalah tujuan kelompok. Bila tujuan kelompok memelukan
kegiatan konvergen (mencapai suatu pemecahan yang benar), hanya
diperlukan kelompok kecil supaya produktif, terutama bila tugas yang
dilakukan hanya membutuhkan sumber, keterampilan, dan kemampuan yang
terbatas. Bila tugas memerlukan kegiatan yang divergen (seperti
memhasilkan gagasan berbagai gagasan kreatif), diperlukan jumlah anggota
kelompok yang lebih besar.
Dalam hubungan dengan kepuasan, Hare dan Slater (dalam Rakmat,
2004) menunjukkan bahwa makin besar ukuran kelompok makin berkurang
kepuasan anggota-anggotanya. Slater menyarankan lima orang sebagai batas
optimal untuk mengatasi masalah hubungan manusia. Kelompok yang lebih
dari lima orang cenderung dianggap kacau, dan kegiatannya dianggap
menghambur-hamburkan waktu oleh anggota-anggota kelompok.
2) Jaringan komunikasi.
Terdapat beberapa tipe jaringan komunikasi, diantaranya adalah sebagai
berikut: roda, rantai, Y, lingkaran, dan bintang. Dalam hubungan dengan
prestasi kelompok, tipe roda menghasilkan produk kelompok tercepat dan
terorganisir.
3) Kohesi kelompok.
Kohesi kelompok didefinisikan sebagai kekuatan yang mendorong
anggota kelompok untuk tetap tinggal dalam kelompok, dan mencegahnya
meninggalkan kelompok. McDavid dan Harari (dalam Jalaluddin Rakmat,
2004) menyarankam bahwa kohesi diukur dari beberapa faktor sebagai
berikut: ketertarikan anggota secara interpersonal pada satu sama lain;
ketertarikan anggota pada kegiatan dan fungsi kelompok; sejauh mana
anggota tertarik pada kelompok sebagai alat untuk memuaskan kebutuhan
personal
Kohesi kelompok erat hubungannya dengan kepuasan anggota kelompok,
makin kohesif kelompok makin besar tingkat kepuasan anggota kelompok.
Dalam kelompok yang kohesif, anggota merasa aman dan terlindungi,
sehingga komunikasi menjadi bebas, lebih terbuka, dan lebih sering. Pada
kelompok yang kohesifitasnya tinggi, para anggota terikat kuat dengan
kelompoknya, maka mereka makin mudah melakukan konformitas. Makin
kohesif kelompok, makin mudah anggota-anggotanya tunduk pada norma
kelompok, dan makin tidak toleran pada anggota yang devian.
4) Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah komunikasi yang secara positif mempengaruhi
kelompok untuk bergerak ke arah tujuan kelompok. Kepemimpinan adalah
faktor yang paling menentukan kefektifan komunikasi kelompok. Klasifikasi
gaya kepemimpinan yang klasik dilakukan oleh White danLippit (1960).
Mereka mengklasifikasikan tiga gaya kepemimpinan: otoriter; demokratis;
dan laissez faire. Kepemimpinan otoriter ditandai dengan keputusan dan
kebijakan yang seluruhnya ditentukan oleh pemimpin. Kepemimpinan
demokratis menampilkan pemimpin yang mendorong dan membantu anggota
kelompok untuk membicarakan dan memutuskan semua kebijakan.
Kepemimpinan laissez faire memberikan kebebasan penuh bagi kelompok
untuk mengambil keputusan individual dengan partisipasi dengan partisipasi
pemimpin yang minimal.
b. Faktor personal karakteristik kelompok:
1) Kebutuhan interpersonal
William C. Schultz (1966) merumuskan Teori FIRO (Fundamental
Interpersonal Relations Orientatation), menurutnya orang menjadi anggota
kelompok karena didorong oleh tiga kebutuhan intepersonal sebagai berikut:
a) Ingin masuk menjadi bagian kelompok (inclusion).
b) Ingin mengendalikan orang lain dalam tatanan hierakis (control).
c) Ingin memperoleh keakraban emosional dari anggota kelompok yang
lain.
2) Tindak komunikasi
Mana kala kelompok bertemu, terjadilah pertukaran informasi. Setiap
anggota berusaha menyampaiakan atau menerima informasi (secara verbal
maupun nonverbal). Robert Bales (1950) mengembangkan sistem kategori
untuk menganalisis tindak komunikasi, yang kemudian dikenal sebagai
Interaction Process Analysis (IPA).
3) Peranan
Seperti tindak komunikasi, peranan yang dimainkan oleh anggota
kelompok dapat membantu penyelesaian tugas kelompok, memelihara
suasana emosional yang lebih baik, atau hanya menampilkan kepentingan
individu saja (yang tidak jarang menghambat kemajuan kelompok). Beal,
Bohlen, dan audabaugh (dalam Rakhmat, 2004: 171) meyakini peranan-
peranan anggota-anggota kelompok terkategorikan sebagai berikut:
a) Peranan Tugas Kelompok. Tugas kelompok adalah memecahkan masalah
atau melahirkan gagasan-gagasan baru. Peranan tugas berhubungan dengan
upaya memudahkan dan mengkoordinasi kegiatan yang menunjang
tercapainya tujuan kelompok.
b) Peranan Pemiliharaan Kelompok. Pemeliharaan kelompok berkenaan
dengan usaha-usaha untuk memelihara emosional anggota-anggota
kelompok.
c) Peranan individual, berkenaan dengan usahan anggota kelompokuntuk
memuaskan kebutuhan individual yang tidak relevan dengantugas
kelompok

C. Komunikasi Kesehatan Masyarakat


Komunikasi adalah hubungan kontak antar dan antara manusia baik individu
maupun kelompok. Dalam kehidupan sehari-hari disadari atau tidak komunikasi
adalah bagian dari kehidupan manusia itu sendiri. Manusia sejak dilahirkan sudah
berkomunikasi dengan lingkungannya. Gerak dan tangis yang pertama pada saat ia
dilahirkan adalah suatu tanda komunikasi.

1. Hubungan Komunikasi Kesehatan Masyarakat


Hubungan masyarakat (public relations) mempunyai ruang lingkup (scope)
kegiatan yang menyangkut banyak manusia (public, masyarakat, khalayak), baik di
dalam (public intern) dan di luar (publik ekstern). Humas sebagai komunikator
mempunyai fungsi ganda yaitu keluar memberikan informasi kepada khalayak dan ke
dalam menyerap reaksi dari khalayak. Organisasi atau instansi atau lembaga
mempunyai tujuan dan berkehendak untuk mencapai tujuan itu.
Hubungan masyarakat dalam suatu organisasi melaksanakan fungsi manajemen.
Humas merupakan salah satu fungsi sebagai unsur pimpinan. Dengan demikian
fungsinya adalah untuk menumbuhkan hubungan yang baik dan serasi antara publik
intern dan publik ekstern dalam rangka memberikan pengertian, menumbuhkan
motivasi dan partisipasi.

2. Penerapan Prinsip Komunikasi dalam Bidang Kesehatan Masyarakat


Manusia dalam kehidupannya memiliki tiga fungsi, sebagai makhluk Tuhan,
individu dan sosial budaya. Yang saling berkaitan dimana kepada Tuhan memiliki
kewajiban untuk mengabdi pada Tuhan, sebagai individu harus memenuhi segala
kebutuhan pribadinya dan sebagai makhluk sosial budaya harus hidup berdampingan
dengan orang lain dalam kehidupan selaras dan saling membantu. Dalam menjalani
kehidupan selaras dengan manusia lain, diperlukan adanya komunikasi. Komunikasi
adalah proses penyampaian pesan dari sumber ke penerima melalui saluran atau
media. Sehingga terbentuk interaksi dalam masyarakat yang membentuk suatu sistem
sosial.
Interaksi yang terjadi dalam masyarakat melibatkan berbagai aspek misalnya
pendidikan, kebudayaan, keagamaan, kesehatan dan lain-lain. Aspek yang akan
dibahas di artikel ini adalah aspek kesehatan. Khususnya tindakan pencegahan
terhadap penyakit yang dapat menimbulkan masalah kesehatan di masyarakat.
Masalah kesehatan pada dasarnya merupakan masalah semua manusia. Karena tidak
ada satu manusiapun yang dapat terbebas dari penyakit. Namun, terkadang ada
beberapa orang yang kurang memperhatikan kesehatan sehingga menimbulkan
berbagai masalah kesehatan bagi dirinya maupun orang lain disekitarnya. Masalah
kesehatan juga dapat timbul dari faktor penyakit (agent) yang dapat menyebabkan
seseorang menderita sakit. Oleh karena itu, diperlukan tenaga ahli dalam bidang
kesehatan masyarakat, yang dapat membawa masyarakat ke hidup yang lebih sehat.
Tenaga ahli tersebut salah satunya adalah sarjana kesehatan masyarakat atau biasa
disebut SKM.
Prinsip yang kedua menyatakan bahwa setiap perilaku memiliki potensi
komunikasi. Dalam bidang kesehatan masyarakat, seorang SKM harus paham dengan
apa yang dilakukan masyarakat, karena mereka memiliki body language. Misalnya,
disaat menyampaikan informasi kesehatan, seorang SKM harus dapat melihat respon
mereka. Apakah mereka senyum, atau diam saja, atau malah menunjukkan muka
yang kurang sedap. Dengan demikian dapat diketahui tindakan apa yang dapat
dilakukan. Misalnya jika respon audience hanya diam saja atau menunjukkan respon
yang kurang baik seperti menggerutu, bicara sendiri atau memandang dengan tatapan
sinis, mungkin cara penyampaian informasi harus diubah. Menjadi lebih menarik dan
menyenangkan sehingga penyampaian informasi menjadi lebih efektif.
Prinsip yang selanjutnya menyatakan bahwa komunikasi memiliki dimensi isi
dan hubungan. Hal ini berhubungan dengan bagaimana cara menyampaikan suatu
pesan. Ada kalanya satu pesan artinya sama, namun karena cara menyampaikannya
berbeda, pesan tersebut dimaknakan berbeda pula. Contohnya dalam bidang
kesehatan masyarakat adalah proses penyampaian informasi kesehatan kepada anak
kecil dan orang dewasa. Seorang SKM harus dapat membedakan pesan kepada anak
kecil dan orang dewasa. Misalnya, “adek, jangan buang sampah sembarangan”, akan
berbeda artinya dengan, “bapak, jangan buang sampah sembarangan”. Anak kecil
akan menanggapi perkataan itu mungkin dengan biasa saja dan mengikuti perintah
tersebut yaitu tidak membuang sampah sembarangan. Namun, orang dewasa atau
bapak-bapak akan menanggapi pesan itu mungkin dengan perasaan negatif. Mungkin
merasa dirinya dianggap kurang disiplin dan dianggap seperti anak kecil. Sehingga si
penyampai informasi tersebut atau SKM akan dianggap kurang sopan. Dengan
demikian, seorang SKM harus memperhatikan cara penyampaian pesan. Jangan
sampai menimbulkan salah persepsi pada masyarakat.
Komunikasi juga berlangsung dalam berbagai tingkat kesengajaan. Hal ini juga
termasuk dalam prinsip komunikasi. Kadang seseorang bermaksud untuk tidak
melakukan komunikasi, namun orang lain menganggapnya melakukan komunikasi.
Inilah yang dimaksud komunikasi yang tidak disengaja. Sedangkan komunikasi yang
disengaja, merupakan komunikasi yang real, dimana adanya timbal balik yang jelas
antara komunikator dan komunikan. Prinsip ini juga penting dalam bidang kesehatan
masyarakat. Misalnya, seorang petugas kesehatan sebelum makan selalu mencuci
tangan. Dan hal tersebut diamati oleh seorang masyarakat yang kebetulan memang
memiliki hubungan yang dekat. Pada awalnya, kegiatan mencuci tangan ini
merupakan bentuk rutinitas yang memang sudah biasa dilakukan sang petugas
kesehatan. Namun tanpa sengaja, masyarakat yang mengamatinya menjadi
terpengaruh untuk meniru kegiatan tersebut. Dengan demikian, hendaknya
kesengajaan ini terjadi dalam hal-hal positif yang dapat meningkatkan kesehatan
masyarakat.
Komunikasi bersifat irreversible yang artinya tidak dapat kembali. Maksudnya,
apa yang telah diucapkan tidak akan bisa ditarik lagi dan dianggap ucapan itu tidak
ada. Mungkin memang kadang terjadi seseorang menarik kembali ucapannya.
Namun, ucapan itu tetaplah pernah diucapkan dan tidak dapat lenyap begitu saja.
Sehingga sebagai seorang SKM, dalam menyampaikan informasi kesehatan kepada
masyarakat harus selalu berhati-hati. Jangan sampai informasi-informasi tersebut
disampaikan dengan cara yang kurang sopan atau mungkin menyakiti hati audience.
Sekali hati seseorang terluka, akan sulit untuk mengobatinya. Dengan demikian untuk
mencapai sebuah komunikasi yang efektif, prinsip yang satu ini juga harus
diperhatikan
Komunikasi bukan panasea untuk menyelesaikan berbagai masalah, khususnya
masalah kesehatan. Komunikasi bukan satu-satunya cara untuk menyelesaikan
masalah kesehatan. Memang komunikasi penting dalam menyelesaikan masalah.
Namun komunikasi saja tidak cukup. Perlu adanya tindakan untuk menyelesaikan
masalah. Misalnya, dalam menanggulangi penyakit DBD di masyarakat, tidak cukup
hanya memberikan penyuluhan di puskesmas. Tapi juga harus dilakukan tindakan
seperti melakukan kegiatan 3M secara masal dengan pengawasan dari petugas
kesehatan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Komunikasi keluarga adalah komunikasi yang terjadi dalam sebuah


keluarga, yang merupakan cara seorang anggota keluarga untuk berinteraksi
dengan anggota lainnya, sekaligus sebagai wadah dalam membentuk dan
mengembangkan nilai-nilai yang dibutuhkan sebagai pegangan hidup.
Tujuan komunikasi dalam interaksi keluarga ditinjau dari kepentingan
orang tua adalah untuk memberikan informasi, nasihat,mendidik dan
menyenangkan anak-anak.Sedangkan anak berkomunikasi dengan orang tua
adalah untuk mendapatkan saran, nasihat, masukan atau dalam memberikan
respon dari pertanyaan orang tua.
Komunikasi dalam kesehatan hendaknya selalu mengalami perubahan
seiring perubahan lingkungan dan disesuaikan dengan keadaan masyarakat
dan pelaku atau komunikator hendaknya lebih variatif dan inovatif dalam
penyampaian pesan informasi kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA

Muwarni,anita.(2009). Komunikasi terapeutik panduan bagi keperawatan. Fitramaya:


yogyakarta
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2009/10/komunikasi-dalam-keluarga/
http://blessedday4us.wordpress.com/2010/06/04/komunikasi-dalam-keluarga/
http://prestasikita.com/index.php?option=com_content&task=view&id=47&Itemid=2
Curtis, Dan B., Floyd, James J., Winsor, Jerry L., 2005, Komunikasi Bisnis dan
Profesional, Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Mulyana, Deddy, 2005, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Littlejohn, 1999, Theories of Human Communication, Belmont, California: Wadsworth
Publishing Company.
Wiryanto, 2005, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.
Notoatmodjo, 2005, Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi, Jakarta, Rineka Cipta
Fisher, Augrey, 1986, Theories of Communication (Terjemahan Soejono Trimo),
Bandung, Remaja Karya
ROLE PLAY KOMUNIKASI KEPERAWATAN
KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA KELUARGA

Dalam memberikan asuhan perawatan keluarga, ada beberapa peranan yang dapat
dilakukan oleh perawat antara lain:
f. Pemberian asuhan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit
g. Pengenal atau pengamat masalah kebutuhan kesehatan keluarga
h. Koordinator pelayanan kesehatan dan keperawatan kesehatan keluarga
i. Fasilitator, menjadikan pelayanan kesehatan itu mudah dijangkau dan perawat mudah
dapat menampung permasalahan yang dihadapi keluarga dan membantu mencarikan
jalan pemecahannya
j. Pendidikan kesehatan, perawat dapat berperan sebagai pendidik untuk merubah
perilaku keluarga dari perilaku tidak sehat menjadi perilaku yang sehat.

Peran :
Siti Lina Maulani : Perawat
Gina Tania M : Perawat
Fahd hudiya A.F : Kepala Ruangan
Dani Hardiana : Bapak
Fitri Komalasari : Ibu
Acem Frasiska : Anak

Di suatu hari di sebuah Puskesmas sedang terjadi diskusi tentang penanganan


penyakit Tuberculosis dikarenakan ada data hasil kerja yang menunjukkan bahwa ada
salah satu keluarga yang terjangkit penyakit Tuberculosis.
K.R Hudiya : Apakah benar ada data yang menunjukkan kejadian
tuberculosis di salah satu anggota keluarga di wilayah cakupan
kita?
Perawat Gina : Benar Pak, saya kira memang tanda-tanda yang kita dapat
Menunjukkan penyakit Tuberculosis.
K.R Hudiya : Apakah memang sudah dikaji secara komprehensif?
Perawat Lina : Belum semua Pak,kemarin kami baru mengkajinya secara
sekilas tetapi kami sudah tes tuberkulin pada Ibu Nadia.
K.R Hudiya : Baik kalau begitu kita jadwalkan besok untuk kunjungan.
Sekaligus penyuluhan ke keluarga tersebut.
Perawat Lina & Gina : Baik Pak
K.R Hudiya :Kalau begitu terimakasih untuk atensinya, saya cukupkan untuk
pertemuan kali ini.

(Setelah selesai berdiskusi, para perawat pun pulang dari tempat kerjanya)

Keesokan harinya, para perawat pun berkumpul di Puskesmas dan melakukan


persiapan sebelum berangkat ketempat tujuan.
K.R Hudiya : Bagaimana apa sudah dipersiapkan semuanya?
Perawat Gina : Alhamdulillah sudah siap Pak, kita tinggal berangkat saja
kesana.
K.R Hudiya : Baik kalau begitu, sebelum kalian berangkat kesana, kita
berdo’a terlebih dahulu, semoga kita dilindungi Allah SWT.
Berdo’a dalam hati dimulai.

(Setelah selesai berdoa, para perawat pun langsung pergi ketempat tujuan)

Sebelum tiba di rumah Keluarga Bapak Dani, para perawat melihat kondisi sekitar
lingkungan.
Perawat Gina : Apakah benar ini jalan menuju rumah Keluarga Pak Dani?
Perawat Lina : Iya benar kesini
Perawat Gina : Jika melihat kondisi lingkungannya sangat memungkinkan jika
warga disini mudah untuk terjangkit penyakit.
Perawat Lina : Iya betul pencahayaan dari sinar matahari sangat kurang karena
antara rumah warga yang satu dengan yang lainnya hampir tidak
ada jarak sama sekali.
(Dan sampailah perawat di rumah Keluarga Bapak Dani)
Perawat Gina : (mengetuk pintu)
Assalamualaikum 3x
Perawat Lina : Eh kok ada suara musik dangdut ya?
Perawat Gina : Eh iya ini musiknya keras banget
( Ibu Nadia sedang mendengarkan musik dan bernyanyi lagu
dangdut)
Perawat Lina : Iya mungkin karena musiknya terlalu keras jadi tidak tahu kalau
ada yang datang.
Perawat Gina& Lina : Assalamualaikum
Anak Sela : Eh..Waalaikumsalam (membuka pintu)Maaf ada perlu apa ya
Bu?
Perawat Gina : Kami perawat dari Puskesmas
Anak Sela : Oh iya silahkan masuk
Perawat Gina& Lina : Iya terimakasih dek
(Perawat masuk kedalam rumah)
Anak Sela : Sebentar ya saya panggilkan Bapak dulu.
(Sela memanggilkan Bapak Dani)
Anak Sela : Bapak itu ada tamu
Bapak Dani : Tamu? Siapa?
Anak Sela : Katanya perawat dari Puskesmas Pak.
Bapak Dani : Oh iya sebentar
(Bapak Dani menghampiri para perawat)
Perawat Gina : Dengan Bapak Dani?
Bapak Dani : Benar. Ada apa ya bu?
Perawat Gina : Pak, perkenalkan kami perawat dari Puskesmas. Nama saya
Gina dan ini rekan saya Lina. Kami mendapatkan laporan bahwa
salah satu dari anggota keluarga Bapak ada yang sakit.
BapakDani : Oh iya kemarin Ibu berobat ke Puskesmas dan katanya itu tanda
dan gejala TB.
Perawat Lina :Iya Pak tujuan kami kesini untuk memberikan penyuluhan
kepada keluarga Bapak Dani mengenai TB
Bapak Dani : Iya silahkan bu
PerawatGina :Ibu nya ada dimana pak?
Bapak Dani :Oh iya sebentar saya panggilkan dulu
(Bapak Dani pun memanggil istrinya)
Bapak Dani :Bu, itu ada tamu dari Puskesmas.
Ibu Nadia :Dari puskesmas, ada apa ya pak ?
Bapak Dani :Katanya sih mau memberikan penyuluhan bu.
Ibu Nadia :Oh iya atuh sebentar pak ibu matiin dulu radio nya.
(Ibu Nadia dan Bapak Dani kembali ke ruang tamu)
Perawat Gina :Selamat pagi ibu, mohon maaf mengganggu waktunya sebentar
Ibu Nadia :Oh iya tidak apa-apa
Perawat Gina :Perkenalkan ibu saya perawat Gina dan ini rekan saya perawat
Lina
Ibu Nadia :Oh iya saya ibu Nadia
Eh bapak kok belum di kasih minum sih?
Perawat Lina :Tidak apa-apa ibu tidak usah repot-repot.
Ibu Nadia :Oh engga atuh kan udah seharusnya kalo tuan rumah teh
harusngasih minum. Sebentar ya bu. Sela…. sela kesini
dulusebentar nak
Anak Sela :Iya bu ada apa?
Ibu Nadia :Tolong buatin minum ya buat tamu kita
Anak Sela :Oh iya bu
(Anak Sela pun pergi ke dapur untuk membuat minum)
Anak Sela : Silahkan Bu, Pak minumnya
Perawat Gina :Iya terimakasih De
Perawat Lina :Begini Bu, maksud kedatangan kami kesini untuk memberikan
penyuluhan mengenai TB
Ibu Nadia : Iya Bu saya bersedia demi kesembuhan saya
Perawat Lina : Kalo begitu saya akan memberikan beberapa pertanyaan untuk
ibu dan bapak.
Bapak dan ibu pendidikan terakhirnya apa?
Ibu Nadia : Kita berdua mah lulusan SD bu
Perawat Lina : Bapak anaknya ada berapa ,dan berapa umurnya? Terus di
rumah ini ada berapa jumlah penghuninya pak?
Bapak Dani : Anak sayacuman 1 usianya baru 17 tahun.
Yang tinggal disini ya cuma bapak ibu dan anak- bu.
Perawat Lina : Oh iya…bapak sekarang kerja dimana? Terus penghasilan
bapak
perbulan berapa ya pak kalau boleh tau?
Bapak Dani : Iya saya sekarang kerja serabutan, penghasilan saya kira-kira
300.000 bu tidak sebanding dengan jumlah pengeluaran uang
tiap bulannya, apalagi sekarang ibu lagi sakit-sakitan gini.
Perawat Lina : Bapak kalau ada waktu luang biasanya suka main ga pak
bareng ibu dan anak-anak bapak?
Ibu Nadia :Euhhh boro-boro bu buat main atau jalan-jalan mah gada
uangnya, kadang ibu teh suka pengen gitu ya kaya orang-orang
tuh kaya tetangga ibu mah setiap minggu pergi ke mall, ibu mah
di rumah lagi di rumah lagi paling juga nonton tv.
Bapak Dani : Ya bu walaupun cuma nonton tv setidaknya ada hiburan
Perawat Lina : Oh iya bu, ibu dan bapak suka ikut perkumpulan di sekitar
masyarakat sini ?
Ibu Nadia : Oh iya atuh pasti itu mah ibu mah kudu update walaupun
gini- gini juga ibu mah suka ikut arisan kecil-kecilan tapi pake
uang hasil jualan ibu, kan ibu jualan nasi pecel di depan rumah.
Perawat Gina : Sekarang kenapa ga jualan bu?
Ibu Nadia : Ibu teh telat ke pasarnya da semalem teh batuk batuk terus
susah
tidur jadi kesiangan bangunnya juga.
Perawat Lina : Kalo bapak gimana pak?
Bapak Dani : Kalo bapak mah jarang da dari pagi sampe sore pasti kerja jadi
jarang bisa kumpul sama warga disini.
Perawat Gina : Ibu sama bapak kalau ada keluarga bapak sama ibu yg sakit
biasanya makan apa bu? Apa ada makanan khusus ?
Ibu Nadia : Ah ibu mah mau sakit mau engga juga makan mah apa aja yang
ada sama sambel doang juga ibu mah gpp.
Perawat Lina : Oh, Ibu sama bapak kalau ada anggota keluarga yg sakit suka di
bawa kemana? Langsung ke puskesmas atau rumah sakit atau
gimana pak?
Bapak Dani : Oh biasanya mah pake obat warung dulu aja kalo ga sembuh-
sembuh baru ke puskesmas atau ke dokter.
PerawatGina : Bapak kalau misalnya ada masalah dalam keluarga bapak,
bagaimana cara penyelesaiannya ?
Bapak Dani : Kalo bapak sih dibicarakan langsung supaya cepat beres bu
PerawatGina : Ibu karna dinyatakan positif TB, sekarang kita mulai aja
penyuluhannya ya bu.
Ibu Nadia : Iya silahkan bu.
Perawat Lina : Jadi gini ya bu, yang paling utama ibu harus menjaga
kebersihan, terus harus ada pentilasi udara agar sinar matahari
masuk kedalam ruangan.
Perawat Gina : Gunanya sinar matahari itu agar kuman dan bakteri nya mati
bu.
Ibu Nadia : Iya bu di sini pentilasinya kurang memadai, da gimana ibu mah
segini adanya, insyaallah saya anti akan di perbaiki lagi
pentilasinya.
Perawat Lina : Iya ibu harus demi kesehatan ibu dan keluarga

(Setelah perawat Gina &perawat Lina selesai melakukan penyuluhan,


kemudian perwat Lina pun memeriksa tekanan darah ibu Nadia)

Perawat Lina : Baik ibu tadi kan penyuluhannya sudah selesai bu, sekarang ibu
mau saya periksa dulu ya.
Ibu Nadia : Iya mangga bu.
Perawat Lina :Baik ibu saya akan periksa tekanan darah ibu
Ibu Nadia : Iya silahkan bu. Eh sakedap,Pak itu si ade suruh makan dulu
jangan main aja eh sok cari dulu si ade nya.
Bapak Dani : iya bapak cari dulu, Punten bapak nyari dulu si ade ya.
Perawat Gina : Oh iya silahkan pak
Perawat Lina : Ibu saya tensi dulu ya, ibu biasanya kalo di tensi berapa bu?
Ibu Nadia : Kemaren mah 120/80 kalo gasalah mah
(perawat Lina pun langsung melakukan pemeriksaan tekanan darah bu Nadia)
Perawat Lina :Iya bu masih sama ya 120/80
Ibu Nadia : Itu bagus tidak bu?
Perawat Lina : Bagus bu
(Ketika sedang melakukan pemeriksaan bapak Danidan anaknya masuk ke
rumah)
Perawat Lina : Pak diperiksa dulu ya sama ade nya.
Adek diperiksanya sama perawat Gina saja ya.
Anak Sela : Iya pak tapi ga sakit kan bu?
Ibu Nadia : Ya engga atuh sayang, kalo disuntik baru sakit.
Perawat Gina : Iya ade ga sakit ko ini cuma diperiksa aja.
Anak Sela : Iya deh aku mau.

(Para perawat pun sudah selesai melakukan pemeriksaan pada keluarga Bapak
Dani)
Setelah selesai melakukan penyuluhan dan pemeriksaan keadaan dari keluarga Bapak
Dani para perawat pun pamit untuk pulang
Perawat Gina : Bapak ibu pemeriksaan dan penyuluhan nya sudah selesai,
terimakasih untuk waktunya mohon maaf kami telah
mengganggu waktu bapak dan ibu.
Bapak Dani : Iya sama-sama, saya juga mengucapkan terimakasih ya bu
pak atas kunjungannya ke rumah saya.
Perawat Gina& Lina : Iya pak busama-sama
Ibu Nadia : Oh iya aduh ibu mah seneng kalau ada yang namu kesini teh.
Perawat Gina : Iya ibu bapak kami pamit dulu.
Perawat Gina & Lina : Assalamualaikum wr.wb
Ibu Nadia & Bpk Dani : Walaikumsalam wr.wb

Setelah selesai melakukan pengkajian, para perawat kembali ke


Puskesmas untuk mendiskusikan hasil pengkajian yang didapatkan.

Perawat Gina : Kita kan sudah melakukan penyuluhan pada keluarga Bapak
Dani
Perawat Lina : Keadaan rumah keluarga Bapak Dani ventilasi udaranya belum
memadai, dan kurang masukan sinar matahari, dan keluarga
Bapak Dani juga kurang merawat kebersihan rumahnya.
K.R Hudiya : Terimakasih pada perawat Gina &perawat Lina, telah
memberikan masukan & sudah melakukan penyuluhan pada
keluarga Bapak Dani, baik saya akan masukan data hasil
penyuluhannya pada data puskesmas agar di berikan penanganan
lebih lanjut. Terimakasih atas kerjasamanya, saya cukupkan
sekian. Wassalamualaikum.
Perawat Lina& Gina : waalaikumsalam.

Diskusi kepala ruangan dan para perawat pun telah selesai

Anda mungkin juga menyukai