Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Anak adalah individu yang unik, mengalami tumbuh kembang, mempunyai

kebutuhan biologi, psikologi dan spriritual yang harus di penuhi

(Suherman,2000). Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa

balita, karena pada masa ini pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan

menentukan perkembangan anak selanjutnya. Pada masa balita ini perkembangan

kemampuan berbahasa, kreatifitas, kesadaran social, emosional dan intelengensia

berjalan sangat tepat masa kritis, dimana di perlukan rangsangan atau stimulasi

yang berguna agar potensi berkembang, sehingga agar mendapat perhatian

(Soetjiningsih, 2003).

Di masa mendatang kecelakaan dan cedera pada anak-anak akan menjadi

salah satu masalah kesehatan penting. Karenannya, tindakan pencegahan dan

penanganan pertama perlu di pahami oleh masyarakat terutama orang tua sebagai

orang yang paling dekat dengan anak. Kecelakaan dan cedera pada anak dapat

terjadi dimana saja dan kapan saja. Sampai umur empat tahun anak belum

memiliki kemampuan mendeteksi bahaya, dan ini cukup rawan. Setiap saat

bahaya dapat terjadi pada anak mulai dari tempat bermain, tempat tidur, mainan,

benda0benda di sekitar rumah, cuaca, serangga dan hewan lain, serta tumbuhan.
Kecelakaan di implikasikan pada kejian atau keberuntugan yang buruk,

yang tidak dapat di duga, dan yang tidak dapat di cegah. Keamanan dan

keselematan merupakan kebutuhan dasar manusia, yang merupakan kebutuhan

proritas kedua setelah kebutuhan fisiologis pada Hirarki kebutuhan Maslow.

Keamanan tidak hanya pencegahan kecelakaan tetapi juga mengijinkan seseorang

untuk merasakan bebas dalam beraktivitas tanpa bahaya. Pada usia toddler bahaya

yang mengancam keamanan adalah jatuh, terbakar, bengkak, dan sebagainya. Hal

ini dikarenakan oleh belum sempurnanya system muskoloskeletal dan

neurologinya. Perkembangan pada masa ini sering di ikuti dengan keinginan anak

untuk tau segalanya sehingga mencoba hal baru yang mereka terima, seiring

dengan perkembangan organ panca indera mereka (Crafer, 2001).

Menurut Rahmi (2008), factor penyebab kecelakaan meliputi adanya benda

atau bahan yang berbahaya misalnya botol berisi obat, bak air, tangga ke lantai

dua. Adanya calon korban misalnya balita. Kondisi lingkungan yang mendukung

misalnya botol obat yang tutupnya tidak childprrof, tangga yang tidak di beri

penghalang, bak berisi air yang tingginya lebih dari 2 inci dan kurangnya

kewaspadaan orang tua.

B. RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah :

1. Bagaimana konsep kesehatan dan keselamatan kerja ?

2. Bagaimana konsep perkembangan anak ?


3. Bagaimana keselamatan pasien dalam keperawatan anak ?

C. TUJUAN MAKALAH

Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah :

1. Untuk mengetahui konsep kesehatan dan keselamatan kerja.

2. Untuk mengetahui konsep perkembangan anak.

3. Untuk mengetahui keselamatan pasien dalam keperawatan anak.

D. MANFAAT PENULISAN MAKALAH

1. Bagi Mahasiswa

Mahasiswa dapat menjadikan konsep K3 dan keselamatan pasien keperawatan

anak ini sebagai bahan pembelajaran sehingga mahasiswa dapat mengetahui

bagaimana ruang lingkup dari keselamatan pasien pada keperawatan anak

sehingga ia dapat mengaplikasikannya terhadap keluarga atau masyarakat.

2. Bagi perawat

Membantu perawat mengatahui konsep K3 dan keselamatan pasien keperawatan

anak sehingga ia dapat menerapkan peran perawat pada anak, dengan begitu

maka keluarga atau masyarakat akan merasa nyaman terhadap pelayanan yang

dilakukan oleh perawat.

3. Bagi masyarakat

a. Membantu masyarakat dalam mengetahui konsep K3 dan keselamatan

pasien keperawatan anak agar dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-

hari.
b. Masyarakat mendapat pengetahuan tentang konsep K3 dan keselamatan

pasien keperawatan anak sehingga di dalam masyarakat banyak terbentuk

pribadi-pribadi yang lebih baik.


BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

Kesehatan dan keselamatan kerja adalah salah satu bentuk upaya untuk

menciptakan tempat kerja yang aman, sehat dan nyaman sehingga dapat

mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kecelakaa kerja dan penyakit kerja

yang ada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktifitas kerja.

Keselamatan kerja meliputi perlindungan kariawan dari kecelakaan d itempat

kerja. Sedangkan kesehatan merujuk pada kebebasan kariawan dari penyakit

secara fisik dan mental.

Keselamatan dan kesehatan kerja adalah kondisi yang aman atau selamat

dari penderitaan, kerusakan atau kerugian di tempat kerja. Resiko keselamatan

kerja merupakan aspek-aspek dari lingkungan kerja yang dapat menyebabkan

kebakaran,ketakutan aliran listrik, terpotong, luka memar, keseleo, patah tulang,

kerugian alat tubuh, penglihatan, dan pendengaran.

Kesehatan kerja menunjukkan pada kondisi yang bebas dari kondisi yang

bebas dari fisik, mental, emosi, atau rasa sakit yang disebabkan oleh lingkungan

kerja. Resiko kesehatan kerja merupakan faktor-faktor dalam lingkungan kerja

yang bekerja melebihi periode waktu yang telah ditunjukkan, lingkungan kerja

dapat menyebabkan atau membuat stres emosi dan gangguan fisik.


Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak diinginkan dan

merugikan fisik seseorang atau kerusakan hak milik yang disebabkan kontrak

dengan energi ( kinetik, listrik, kimia, dll ) yang melewati ambang batas dari

benda atau bangunan.

Kecelakaan sebagai suatu kejadian yang tidak direncanakan dan tidak

diharapkan bukannya suatu peristiwa kebetulan saja tetapi ada sebab-sebabnya.

Sebab itu perlu diketahui dengan jelas agar usaha keselamatan dan pencegahan

dapat diambil, sehingga kecelakaan tidak terulang kembali dan kerugian akibat

kecelakaan dapat dihindarkan. Kecelakaan ini terjadi karena kondisi yang tidak

aman.

Kelainan sebagai penyebab kecelakaan merupakan nilai tersendiri dari

teknik keselamatan. Diantara kondisi yang kurang aman salah satu adalah

pencahaan, ventilasi yang memasukkan debu dan gas, lay-out yang berbahaya

ditempatkan dengan pekerja, perlindungan mesin yang tidak sebanding, peralatan

yang rusak, peralatan pelindung yang tidak memadai seperti : helm, dan gudang

yang kurang baik.

Dari definisi di atas jelas bahwa pengertian kecelakaan kerja tidak hanya

terbatas pada insiden-insiden yang menyangkut terjadinya luka-luka saja, tetapi

juga meliputi kerugian fisik dan material sebab-sebab terjadi kecelakaan tersebut.

Kecelakaan akan selalu disertai kerugian material maupun penderitaan dari yang

paling ringan sampai yang paling berat dan bahkan ada yang tewas, oleh karena
itu sebelum terjadi kecelakaan perlu dilakukan tindakan-tindakan pencegahan atau

keselamatan.

B. KONSEP KEPERAWATAN ANAK

Keperawatan anak merupakan keyakinan atau pandangan yang dimiliki

perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan pada anak yang berfokus pada

keluarga (family centered care), pencegahan terhadap trauma (atraumatic care),

dan manajemen kasus.

Keluarga merupakan unsur penting dalam perawatan anak mengingat anak

bagian dari keluarga. Kehidupan anak dapat ditentukan oleh lingkungan keluarga ,

untuk itu keperawtan anak harus mengenal keluarga sebagai tempat tinggal atau

sebagai konstanta tetap dalam kehidupan anak (Wong, Perry & Hockenberry,

2002). Sebagai perawat, dalam memberikan pelayanan keperawatan anak, harus

mampu memfasilitasi keluarga dalam berbagai bentuk pelayanan kesehatan baik

berupa pemberian tindakan keperawatan langsung maupun pemberian pendidikan

kesehatan pada anak. Selain itu, keperawatan anak perlu memperhatikan

kehidupan sosial,budaya,dan ekonomi keluarga karena tingkat sosial,budaya dan

ekonomi dari keluarga dapat menentukan pola kehidupan anak selanjutnya faktor-

faktor tersebut sangat menentukan perkembangan anak dalam kehidupan di

masyarakat.

Dalam keperawatan anak,yang menjadi individu ( klien ) dalam hal ini

adalah anak, anak diartikan sebagai seseorang yang berusia kurang dari delapan
belas tahun dalam masa tumbuh kembang dengan kebutuhan khusus baik

kebutuhan fisik,psikologis,sosial dan spiritual.

Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan

perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa anak merupakan masa

pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun) usia bermain /

oddler (1-2,5 tahun),prasekolah (2,5-5 tahun),ion. usia sekolah (5-11 tahun)

hingga remaja (11-18 tahun). Rentang ini berbeda antara anak satu dengan yang

lain mengingat latarbelakang anak berbeda.Pada anak terdapat rentang perubahan

pertumbuhan dan perkembangan yaitu rentang cepat dan lambat. Dalam proses

berkembang anak memiliki ciri fisik,kognitif,konsep diri,pola koping dan perilaku

sosial.

Terdapat perbedaan definisi diantarapertumbuhan dan perkembangan dalam

proses tumbuh kembang anak. Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah

perubahan dalam ukuran fisik seseorang dan dapat dilihat dari pertambahan tinggi

badan maupun berat badannya. Sedangkan perkembangan (development)

berkaitan dengan pematangan dan penambahan kemampuan (skill) fungsi organ

atau individu. Kedua proses ini terjadi secara singkron pada setiap individu.

Beberapa penelitian menyebutkan bahwa masa usia dini merupakan metode kritis

dalam perkembangan anak. Perkembangan kecerdasan anak berlangsung sangat

pesat pada tahun-tahun awal kehidupannya. Sekitar 50% kapabilitas kecerdasan

dimiliki anak berusia 4 tahun, 80% diperoleh ketika anak berusia 8 tahun, dan

mencapai titik kulminasi ketika anak berusia 18 tahun ( Jalal F.S, 2002 )
C. KESELAMATAN PASIEN DALAM KEPERAWATAN ANAK

Dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak tentu berbeda

dibandingkan denganorang dewasa. Banyak perbedaan-perbedaan yang

diperhatikan dimana harus disesuaikan dengan usia anakserta pertumbuhan dan

perkembangan karena perawatan yang tidak optimal akan berdampak tidak baik

secara fisiologis maupun psikologis anak itu sendiri. Perawat harus

memperhatikan beberapa prinsip. Perawat harus memahami dan mengingat

beberapa prinsip yag berbeda dalam penerapan asuhan keperawatan anak, diman

prinsip tersebut terdiri dari :

1. Anak bukan miniatur orang dewasa tetapi sebagai individu yang unik,

artinya bahwa tidak boleh memandang anak dari segi fisiknya saja

melainkan sebagai individu yang unik yang mempunyai pola pertumbuhan

dan perkembangan menuju proses kematangan.

2. Anak adalah sebagai individu yang unik dan mempunyai kebutuhan sesuai

tahap perkembangannya. Sebagai individu yang unik, anak memiliki

berbagai kebutuhan yang berbeda satu dengan yang lain sesuai tumbuh

kembang. Kebutuhan fisiologis seperti nutrisi dan cairan, aktivitas,

eleminasi, tidur dan lain-lain, sedangkan kebutuhan psikologis, social dan

spiritual yang akan terlihat sesuai tumbuh kembangnya.

3. Pelayanan keperawatan anak berorientasi pada upaya pencegahan penyakit

dan peningkatan derajat kesehatan yang bertujuan utuk menurunkan angka


kesakitan dan kematian pada anak mengingat anak adalah penerus generasi

bangsa..

a. Ruang lingkup keperawatan anak

Dalam lingkup praktik keperawatan anak merupakan batasan asuhan

keperawatan yang diberikan pada klien anak dari usia 28 hari sampai 18

tahun atau usia bayi baru lahir samapi 12 tahun (gartinah, dkk 1999). Dalam

memberikan asuhan keperawatan pada anak harus berdasarkan kebutuhan

dasar anak yatu kebutuhan untuk tumbuh kembang anak seperti asuh,asih

dan asah (Sularyo,1993).

1) Kebutuhan Asuh

Kebutuhan dasar ini merupakan kebutuhan fisik yang harus

dipenuhi dalam proses pertumbuhan dan perkembangan. Kebutuhan ini

dapat meliputi kebutuhan akan gizi atau nutrisi,kebutuhan pemberian

tindakan keperawatan dalam meningkatkan dan mencegah terhadap

penyakit, kebutuhan perawatan dan pengobatan apabila sakit, kebutuha

akan tempat atau perlindungan yang layak,kebutuhan higiene

perseorangan dan sanitasi lingkungan yang sehat,kebutuhan akan

pakaian, kebutuhan kesehatan jasmani dan akan rekreasi, dan lain-lain.

2) Kebutuhan Asih

Kebutuhan ini berdasarkan adanya pemberian kasih sayang pada

anak atau memperbaiki psikologi anak. Perkembangan anak dalam

kehidupan banyak di tentukan perkembangan psikologis yang termasuk


didalamnya adanya perasaan ksih sayang atau hubungan dengan orang

tua atau orang disekelilingnya karena akan memperbaiki perkembangan

psikososialnya.

3) Kebutuhan Asah

Kebutuhan ini merupakan yang harus dipenuhi pada anak, untuk

mencapai pertumbuhan dan perkembangan secara optimal dan sesuai

dengan usia tumbuh kembang. Pemenuhan kebutuhan asah(stimulasi

mental) akan memperbaiki perkembangan anak sejak dini sehingga

perkembangan psikososial, kecerdasan, kemandirian dan kreatifitas pada

anak akan sesuai dengan harapan atau usia pertumbuhan dan

perkembangan.

b. Pencegahan kecelakaan pasien pada anak

Pada setiap kunjungan anak sehat, pencegahan anak dari

kemungkinan kecelakaan juga harus didiskusikan. Beberapa kemungkinan

yang dapat membahayakan keselamatan anak di lingkungan sekitar rumah

perlu ditekankan sama pentingnya dengan masalah keselamatan dalam

berkendaraan. Sirup ipecac dapat diberikan saat kunjungan anak umur 6

bulan, dan nomor telepon Pusat Pengendalian Keracunan setempat harus

diberikan pada orang tua.

Pencegahan kecelakaan adalah suatu tindakan yang bersifat spesifik

terhadap faktor-faktor yang mengancam keamanan dan keselamatan

seseorang :
1.) Anak yang hiperaktif

2.) Pengetahuan ibu masih cukup rendah

3.) Rasa keigintahuan anak pada sesuatu objek

4.) Membiarkan anak bermain dengan benda-benda rumah tangga seperti

perabot

c. Enam sasaran penerapan keselamatan pasien dalam keperawatan anak :

1.) Sasaran I : Ketepatan Identifikasi Pasien

Kesalahan identifikasi pasien bisa terjadi pada pasien yang dalam

keadaan terbius/tersedasi, mengalami disorientasi, tidak sadar, bertukar

tempat tidur/kamar/ lokasi di rumah sakit, adanya kelainan sensori, atau

akibat situasi lain. Pengidentifikasi pasien sangat penting ketika pemberian

obat, transfusi darah, atau produk darah; pengambilan darah dan spesimen

lain untuk pemeriksaan klinis; atau pemberian pengobatan atau tindakan

lain. Kebijakan dan/atau prosedur memerlukan sedikitnya dua cara untuk

mengidentifikasi seorang pasien, seperti nama pasien, nomor rekam medis,

tanggal lahir, gelang identitas pasien dengan bar-code, dan lain-lain. Nomor

kamar pasien atau lokasi tidak bisa digunakan untuk identifikasi.

Dalam pengidentifikasian pasien (termasuk disini pasien dewasa)

menggunakan gelang bar-code dengan warna-warna yang menunjukkan

kondisi pasien. Biru berarti pasien laki-laki, pink berarti pasien perempuan,

kuning berarti pasien dengan resiko jatuh, merah berarti pasien dengan
resiko alergi dengan obat tertentu, dan ungu berarti pasien yang tidak boleh

dilakukan resusitasi.

2.) Sasaran II : Peningkatan Komunikasi Yang Efektif

Komunikasi efektif dilakukan untuk meningkatkan komunikasi antar

pemberi pelayanan agar tidak terjadi kesalahan dalam pentransferan

informasi mengenai pasien.

Selain itu, komunikasi efektif antara pemberi pelayanan kesehatan (salah

satunya perawat) dengan pasien (dalam hal ini pasien dewasa) sangatlah

penting. Mengingat psikologis dan cara berpikir orang dewasa yang lebih

kompleks, komunikasi efektif sangat penting untuk membangun kenyamanan,

kepercayaan, dan privacy pasien.

3.) Sasaran III : Peningkatan Keamanan Obat Yang Perlu Diwaspadai (High-

Alert)

Penggunaan obat yang beresiko tinggi mengalami kesalahan adalah

Nama Obat Rupa dan Ucapan Mirip/NORUM, atau Look Alike Soun

Alike/LASA. Obat-obatan yang sering disebutkan dalam isu keselamatan

pasien adalah pemberian elektrolit konsentrat secara tidak sengaja (misalnya,

kalium klorida 2meq/ml atau yang lebih pekat, kalium fosfat, natrium klorida

lebih pekat dari 0.9%, dan magnesium sulfat =50% atau lebih pekat).

Pada keperawatan medikal-bedah, dengan pasien dewasa atau yang memiliki

kelainan fisiologis bahkan masalah kesehatan yang kompleks, kehati-hatian

dalam pemberian obat sangatlah diperlukan. Karena kesalahan dalam


pemberian obat terhadap pasien akan mempengaruhi perubahan status

kesehatannya.

4.) Sasaran IV : Kepastian Tepat-Lokasi, Tepat-Prosedur, Tepatpasien Operasi

Program Keselamatan Pasien safe surgery saves lifes sebagai bagian

dari upaya WHO untuk mengurangi jumlah kematian bedah di seluruh dunia.

Tujuan dari program ini adalah untuk memanfaatkan komitmen dan

kemauan klinis untuk mengatasi isu-isu keselamatan yang penting, termasuk

praktek-praktek keselamatan anestesi yang tidak memadai, mencegah infeksi

bedah dan komunikasi yang buruk di antara anggota tim. Untuk membantu

tim bedah dalam mengurangi jumlah kejadian ini, WHO menghasilkan

rancangan berupa checklist keselamatan pasien di kamar bedah sebagai

media informasi yang dapat membina komunikasi yang lebih baik dan

kerjasama antara disiplin klinis.

Di lingkungan bangsal rumah sakit, keselamatan dijaga dengan

memperhatikan tiga hal. Pertama, dengan identifikasi pasien secara normal

dan pengenaan pita identifikasi yang tidak bisa dilepas. Informasi personal

yang rinci dan tercatat pada pita tersebut harus konsisten dengan semua

dokumen. Kedua kompilasi yang cermat pada semua kartu dan dokumen saat

pasien masuk rumah sakit, dalam masa perawatan, dan ketika pulang

menjamin bahwa semua rencana serta informasi adalah mutakhir dan

keselamatan pasien tidak akan dirugikan dengan hilangnya atau dobelnya

informasi tersebut. Ketiga, pengalihan informasi yang dilakukan dengan


hati-hati antara pasien dan semua anggota tim medic serta tim multi disiplin

merupakan unsur yang esensial. Hal ini memungkinkan pasien untuk

memahami rencana asuhan keperawatannya dan juga memudahkan

berlangsungnya tindakan medis seaman mungkin.

Langkah yang dilakukan tim bedah terhadap pasien yang akan di

lakukan operasi untuk meningkatkan keselamatan pasien selama prosedur

pembedahan, mencegah terjadi kesalahan lokasi operasi, prosedur operasi

serta mengurangi komplikasi kematian akibat pembedahan sesuai dengan

sepuluh sasaran dalam safety surgery (WHO 2008). Yaitu:

a. Tim bedah akan melakukan operasi pada pasien dan lokasi tubuh yang

benar.

b. Tim bedah akan menggunakan metode yang sudah di kenal untuk

mencegah bahaya dari pengaruh anestresia, pada saat melindungi pasien

dari rasa nyeri.

c. Tim bedah mengetahui dan secara efektif mempersiapkan bantuan hidup

dari adanya bahaya kehilangan atau gangguan pernafasan.

d. Tim bedah mengetahui dan secara efektif mempersiapkan adanya resiko

kehilangan darah

e. Tim bedah menghindari adanya reaksi alergi obat dan mengetahui adanya

resiko alergi obat pada pasien.

f. Tim bedah secara konsisten menggunakan metode yang sudah dikenal

untuk meminimalkan adanya resiko infeksi pada lokasi operasi.


g. Tim bedah mencegah terjadinya tertinggalnya sisa kasa dan instrument

pada luka pembedahan.

h. Tim bedah akan mengidentifikasi secara aman dan akurat, specimen

(contoh bahan) pembedahan.

i. Tim bedah akan berkomunikasi secara efektif dan bertukar informasi

tentang hal-hal penting mengenai pasien untuk melaksanakan

pembedahan yang aman.

j. Rumah sakit dan system kesehatan masyarakat akan menetapkan

pengawasan yang rutin dari kapasitas , jumlah dan hasil pembedahan.

5.) Sasaran V : Pengurangan Risiko Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan

Pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan tantangan terbesar

dalam tatanan pelayanan kesehatan, dan peningkatan biaya untuk mengatasi

infeksi yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan merupakan

keprihatinan besar bagi pasien maupun para profesional pelayanan

kesehatan. Infeksi biasanya dijumpai dalam semua bentuk pelayanan

kesehatan termasuk infeksi saluran kemih, infeksi pada aliran darah (blood

stream infections) dan pneumonia (sering kali dihubungkan dengan ventilasi

mekanis). Pusat dari eliminasi infeksi ini maupun infeksi-infeksi lain adalah

cuci tangan (hand hygiene) yang tepat.

Dihubungkan dengan lingkup keperawatan medikal-bedah, pengurangan

resiko infeksi nasokomial (cuci tangan, sarung tangan, hand scoon, masker,

google, dll) sangatlah penting pada penyakit-penyakit yang umum diderita


pada pasien dewasa, seperti TBC, kanker, pneumonia, HIV/AIDS, trauma/

luka terbuka kecelakaan, dll. Selain itu, salah penurunan resiko terjadinya

infeksi, salah satunya mencuci tangan termasuk prosedur utama dan penting

sebelum melakukan tindakan invasif, tindakan yang berhubungan dengan

cairan tubuh pasien, tindakan operasi, dll.

6.) Sasaran VI : Pengurangan Risiko Pasien Jatuh

Jumlah kasus jatuh cukup bermakna sebagai penyebab cedera bagi

pasien rawat inap. Dalam konteks populasi/masyarakat yang dilayani,

pelayanan yang disediakan, dan fasilitasnya, rumah sakit perlu

mengevaluasi risiko pasien jatuh dan mengambil tindakan untuk

mengurangi risiko cedera bila sampai jatuh. Evaluasi bisa termasuk riwayat

jatuh, obat dan telaah terhadap konsumsi alkohol, gaya jalan dan

keseimbangan, serta alat bantu berjalan yang digunakan oleh pasien.

Program tersebut harus diterapkan rumah sakit. Pada gelang identitas (bar-

code), pasien resiko tinggi jatuh akan diberi warna kuning.


CONTOH KASUS

1. Seorang anak usia 6 bulan diantar oleh orangtuanya datang ke UGD dengan

keluhan diare lebih dari 7 kali dengan konsistensi cair. Data yang didapatkan

dari hasil pengkajian BB=20 kg, sedangkan menurut penuturan keluarganya

berat badan dua hari yang lalu 23 kg. data lain ditemukan keadaan umum baik,

ubun-ubun besar tidak cekung, ketika menangis air mata keluar, akral hangat

dan anak masih mau minum.

2. Seorang anak laki-laki usia 4 tahun dibawa ibunya ke klinik dengan keluhan
panas yang sudah berlangsung selama empat hari disertai mimisan satu kali dan

tidak mau makan. Hasil pengkajian didapatkan pada mukanya tampak

kemerahan, suhu 38 C, frekuensi pernafasan 30x/ meni, nadi 98x/ menit.


BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Keperawatan anak merupakan keyakinan atau pandangan yang dimiliki perawat

dalam memberikan pelayanan keperawatan pada anaka yang berfokus pada

keluarga yang merupakan unsur penting dalam keperawatan anak, mengingat anak

merupakan bagian dari keluarga. Oleh sebab itu, perawat harus mampu

memberikan pelayanan keperawatan anak secara maksimal karena tumbuh

kembang anak sangat berpengaruh pada aktivitas anak yang terus berjalan pada

tingkat usianya.

Oleh karena itu, hal tersebut perlu diperhatikan oleh perawat khususnya bagi

anak-anak yang rawat inap. Mereka harus menjadi perhatian perawat karena

takutnya anaknya yang mengalami rawat inap akan menjadi bosan dan tidak mau

dirawat.

B. SARAN

1. Bagi Mahasiswa

Mahasiswa diharapkan mengetahui sepenuhnya mengenai konsep K3 dan

keselamatan pasien keperawatan anak sehingga mahasiswa dapat dengan

mudahnya mengaplikasikannya terhadap keluarga atau masyarakat.

2. Bagi Perawat
Perawat diharapkan dapat mengetahui tentang konsep K3 dan keselamatan

pasien keperawatan anak sehingga dapat diterapkan kepada keluarga atau

masyarakat sehingga keluarga atau masyarakat mendapatkan pelayanan yang

baik dari seorang perawat.

3. Bagi Masyarakat

Masyarakat diharapkan dengan mengetahui tentang konsep K3 dan keselamatan

pasien keperawatan anak ini dapat segera diaplikasikan dalam kehidupannya

agar terbentuk pribadi-pribadi yang baik di dalam masyarakat.


DAFTAR PUSTAKA

Elyza Gustri Wahyuni, Erna Retno Wukiratun, 2017. Aplikasi Menentukkan Jenis

Permainan untuk Perkembangan Anak Usia 0-6 Tahun, fakultas Teknologi Industri :

Universitas Islam Indonesia

Yuliastati Nining ( 2016 ). Keperawatan Anak. Jakarta Selatan : Pusdik SDM kesehatan.

Suherman, 2000. Teori Produksi

Soetjiningsih, 2003. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta. EGC

Gartinah, dkk 1999. Keperawatan dan Praktek Keperwatan. Jakarta: PPNI

Sularyo, 1993. Karakteristik dan Kebutuhan anak-anak terhadap kemampuan dan

kecerdasan yang dimiliki.

Anda mungkin juga menyukai