Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN

I. KASUS (MASALAH UTAMA):


Perubahan Persepsi Sensori: Halusinasi
II. PROSES TERJADINYA MASALAH
1. Pengertian
Menurut Cook dan Fontain (1987) perubahan persepsi sensori:
halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien mengalami
perubahan persepsi sensori, seperti merasakan sensasi palsu berupa suara,
penglihatan, pengecapan, perabaan, atau penghiduan. Klien merasakan
stimulus yang sebetulnya tidak ada. Selain itu, perubahan persepsi sensori:
halusinasi bisa juga diartikan sebagai persepsi sensori tentang suatu objek,
gambar, dan pikiran yang sering terjadi tanpa adanya rangsangan dari luar
meliputi semua sistem penginderaan (pendengaran, penglihatan, penciuman,
perabaan atau pengecapan).
2. Rentang Respon
Halusinasi merupakan salah satu respon maladaptif individu yang berada
dalam rentan respon neurobiologi. Ini merupakan respon persepsi paling
adaptif. Jika klien sehat persepsinya akurat, mampu mengidentifikasi dan
menginterprestasikan stimulus berdasarkan informasi yang diterima melalui
panca indera, klien dengan halusinasi mempersepsika suatu stimulus panca
indera walaupun sebenarnya stimulus itu tidak ada diantara kedua respon
tersebut adalah respon individu karena suatu hal mengalami kelainan persepsi
yaitu salah mempersepsikan stimulus yang diterimanya yang disebut sebagai
ilusi, halusinasi dapat didefinisikan sebagai tergantungnya persepsi sensori
seseorang dimana tidak terdapat stimulus. Klien mengalami ilusi jika
interprestasi yang dilakukannya terhadap stimulus panca indera tidak akurat
sesuai stimulus yang diterima. Pasien merasakan stimulus yang sebetulnya
tidak ada. Pasien merasa ada suara padahal tidak ada stimulus suara.
Rentan respon:
1) Respon Adaptif
Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima sebagai norma-norma
sosial budaya yang berlaku. Dengan kata lain individu tersebut dalam batas
normal jika menghadapi suatu masalah dapat memecahkan masalah tersebut,
yang termasuk respon adaptif :
a) Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan.
b) Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan.
c) Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul dari
pengalaman.
d) Perilaku sosial adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam batas
kewajaran.
e) Hubungan sosial adalah proses suatu interaksi dengan orang lain dan
lingkungan.
2) Respon Maladaptif
Respon maladaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah
yang menyimpang dari norma-norma sosial budaya dan lingkungan, adapun
respon maladaptif yaitu:
a) Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh dipertahankan
walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan
keyakinan sosial.
b) Halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah atau persepsi eksternal
yang tidak realita atau tidak ada.
c) Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang timbul dari hati.
d) Isolasi sosial adalah kondisi kesendirian yang dialami oleh individu dan
diterima sebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagai suatu kecelakaan
negatif mengancam.
3) Respon Psikososial
Respon psikososial meliputi:
a) Proses pikir terganggu, adalah proses pikir yang menimbulkan gangguan
b) Ilusi, adalah interprestasi atau penilaian yang salah tentang penerapan
yang benar-benar terjadi (objek nyata) karena rangsangan panca indera.
c) Emosi berlebihan atau berkurang.
d) Perilaku tidak biasa, adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi batas
kewajaran.
Menarik diri, adalah percobaan untuk menghindar interaksi dengan orang lain
3. Penyebab

Halusinasi merupakan salah satu gejala yang ditampakkan oleh klien yang
mengalami psikotik, khususnya skizofrenia. Pengkajian klien dengan halusinasi
demikian merupakan proses identifikasi yang melekat erat dengan pengkajian
respon neurobiologi lainnya seperti yang terdapat juga pada skizofrenia. Teori
yang menjelaskan halusinasi :

Teori Biokimia: terjadi sebagai respons metabolisme terhadap stres yang


mengakibatkan terlepasnya zat halusinogenik neurotik (buffofenon dan
dimethytransferase)

Teori Psikoanalisis: merupakan respon pertahanan ego untuk melawan


rangsangan dari luar yang mengancam dan ditekan untuk muncul dalam alam
sadar (Fitria, 2010).

1) Faktor predisposisi
Beberapa faktor predisposisi yang berkontribusi pada munculnya respon
neurobiologi seperti halusinasi antara lain:
a) Faktor Genetik
Keturunan: dapat dipastikan bahwa ada faktor keturunan yang ada juga
menentukan timbulnya skizofrenia. Hal ini telah dibuktikan dengan
penelitian tentang keluarga-keluarga penderita skizofrenia dan terutama
anak-anak kembar satu telur. Angka kesakitan bagi saudara tiri adalah
0,9 sampai 1,8 % ; bagi saudara kandung 7-16 % bila kedua orang tua
menderita skizofrenia 40 sampai 68 ;bagi kembar dua telur (heterozigot)
2 sampai 15% bagi kembar satu telur (monozigot) 61 sampai 86 % terapi
pengaruh keturunan tidak sederhana seperti hukum-hukum mendel
tentang hal ini. Disangka bahwa potensi untuk mendapatkan skizofrenia
diturunkan (bukan penyakit itu sendiri) melalui gen yang resesif. Potensi
ini mungkin kuat, mungkin juga lemah, tetapi selanjutnya tergantung
pada lingkungan individu itu apakah akan terjadi skizofrenia atau tidak
(Maramis, 2005)
b) Faktor Neurobiologi
Ditentukan pada pasien skizofrenia terjadi penurunan volume dan
fungsi otak yang abnormal. Ditemukan juga bahwa korteks pre frontal
dan korteks limbiks pada klien skizofrenia tidak pernah berkembang
penuh. Neurotransmiter dopamin berlebihan, tidak seimbang dengan
kadar serotin.
c) Faktor Neurotransmiter
Skizofrenia diduga juga disebabkan oleh ketidak seimbangan
neurotransmiter dimana dopamin berlebihan, tidak seimbangan dengan
kadar serotin.
d) Faktor virus
Paparan firus influenza pada saat hamil trimester ke-3 dapat menjadi
faktor predisposisi skizofrenia.
e) Faktor Psikologis
Beberapa kondisi psikologis yang menjadi faktor predisposisi
skizofrenia antara lain anak diasuh oleh ibu yang suka cemas, terlalu
melindungi, dingin dan tak berperasaan, sementara ayah yang
mengambil jarak dengan anaknya.
2) Faktor Presipitasi
Faktor-faktor pencetus respon neurobiologis meliputi:
a) Berlebihannya proses informasi pada sistem syaraf yang menerima dan
memproses informasi di hipotalamus dan frontal otak
b) Mekanisme penghantar listrik disyaraf terganggu (mekanisme gatering
abnormal).
4. Tanda dan gejala
1. Berbicara atau tertawa sendiri
2. Bersikap seperti mendengar atau melihat sesuatu
3. Berhenti berbicara ditengah-tengah kalimat untuk mendengar sesuatu
4. Disorientasi: kekacauan dalam mengenal
5. Konsentrasi rendah
6. Pikiran cepat berubah
7. Kekacauan alur pikir
8. Respon yang tidak sesuai
5. Akibat
Akibat dari perubahan sensori persepsi halusinasi adalah rasiko mencederai
diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Adalah suatu perilaku maladaptive
dalam memanifestasikan perasaan marah yang dialami oleh seseorang.
Perilaku tersebut dapat berupa mencederai diri sendiri, melakukan
penganiayaan terhadap orang lain dan merusak lingkungan.
Marah sendiri merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respon
terhadap kecemasan atau kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan
sebagai suatu ancaman. Perasaan marah sendiri merupakan suatu hal yang
wajar sepanjang perilaku yang dimanifestasikan berada pada rentang adaptif.

III. A . POHON MASALAH

Effect Risiko Tinggi Perilaku Kekerasan

Core Problem Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi

Cause Isolasi Sosial

Harga Diri Rendah Kronis

B. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI


A. Masalah keperawatan yang sering muncul
1. Risiko tinggi perilaku kekerasan
2. Perubahan persepsi sensori : halusinasi
3. Isolasi sosial
4. Harga diri rendah kronis
B. Data yang perlu dikaji
1. DS :
 Klien mengatakan mendengar sesuatu
 Klien mengatakan melihat bayangan putih
 Klien mengatakan dirinya seperti disengat listrik
 Klien mencium bau bauan yang tidak sedap , seperti feses
 Klien mengatakan kepalanya melayang diudara
 Klien mengatakan dirinya merasakan ada sesuatu yang berbeda
pada dirinya

2. DO :
 Klien terlihat bicara atau tertawa sendiri saat dikaji
 Bersikap seperti mendengarkan sesuatu
 Berhenti bicara ditengah – tengah kalimat untuk mendengarkan
sesuatu
 Disorientasi
 Konsentrasi rendah
 Pikiran cepat berubah ubah
 Kekacauan alur pikiran

IV. DIAGNOSA KEPERAWATAN


Perubahan persepsi sensori : halusinasi
V. RENCANA KEPERAWATAN
TUM :
Klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
TUK :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
2. Klien dapat mengenal halusinasinya
3. Klien dapat mengontrol halusinasinya
4. Klien dapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya
5. Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik
Tindakan :
1. Bina hubungan saling percaya
Tindakan yang dilakukan dengan mengemukakan prinsip terapeutik, sapa
klien dengan ramah baik verbal ataupunnon verbal, perkenalkan diri
dengan sopan, tanyakan nama lengkap kliendan nama panggilan yang
disukai klien, jelaskan tujuan pertemuan, tunjukan sikap empati dan
menerima klien apa adanya
2. Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap
3. Observasi tingkah laku klien yang terkait dengan halusinasinya : bicara
dan tertawa tanpa stimulus dan memandang ke kiri / kanan kedepan seolah
olah ada teman bicara
4. Bantu klien mengenal halusinasinya
5. Diskusikan dengan klien tentang apa yang dirasakanya jika terjadi
halusinasi (marah, takut, sedih, dan senang), beri kesempatan pada klien
untuk mengungkapkan perasaanya
6. Identifikasi bersama klien tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi

DAFTAR PUSTAKA
Fitria N.2009.Prinsip Dasar Dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan Dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
https://www.academia.edu/985029/RENCANA_KEPERAWATAN_JIWA_HAL
USINASI

Anda mungkin juga menyukai