SEJARAH
KEBUDAYAAN
INDONESIA
OLEH: DARMOKO, M.HUM.
Zaman prasejarah (sejak
permulaan adanya manusia
dan kebudayaan sampai
kira‐kira abad ke‐5 Masehi)
Zaman purba (sejak datangnya
pengaruh India pada abad‐
abad pertama tarikh Masehi
sampai lenyapnya kerajaan
Majapahit sekitar tahun 1500
M)
Zaman madya (sejak
datangnya agama dan
pengaruh Islam, menjelang
akhir Majapahit sampai akhir
abad ke‐19)
Zaman baru / modern (sejak
masuknya anasir‐anasir Barat
dan teknik modern pada kira‐kira
tahun 1900 sampai sekarang)
SEJARAH
PERKEMBANGAN
WAYANG DI
INDONESIA
Secara aspektual wayang terdiri dari:
1. Boneka wayang atau sejenisnya
(terbuat dari kulit kerbau, rumput,
kayu, dsb)
2. Pertunjukan
(pementasan/pemanggungan
lakon) wayang
3. Sastra (perbendaharaan lakon);
sansekerta, Jawa Kuna, Jawa
Baru/ prosa, puisi, drama
4. Penari‐penari wayang/
memerankan tokoh‐tokoh
wayang
SEJAK KAPAN ASPEK‐ASPEK TERSEBUT
TUMBUH DAN BERKEMBANG?
Boneka wayang: berita di dalam Arjuna
Wiwaha, karya Mpu Kanwa, pujangga Kadiri,
masa raja Airlangga.
Ada orang menonton wayang menangis
sedih, bodoh sekali ia, padahal sudah tahu
bahwa yang ditonton adalah kulit yang
ditatah, kata orang ia tengah terkena daya
gaib, semua yang ada maya belaka.
Pertunjukan (pementasan):
Akar budaya pertunjukan wayang dari
praktek upacara pemujaan roh nenek
moyang pada masa neolitikum (zaman
batu muda) yang dipimpin seorang saman
(penghubung antara alam profan dan
supranatural). Benda‐benda hasil budaya
yang bersifat religius: menhir, dolmen,
keranda batu, kubur batu, punden
berundak, dsb.
HUBUNGAN WAYANG DAN UPACARA
Sebelum Hindu dan Budha datang di
Indonesia kebudayaan religius yang
berkembang adalah upacara pemujaan
terhadap roh nenek moyang. Wayang yang
sekarang berkembang salah satunya
berfungsi sebagai sarana upacara
keagamaan. Kepercayaan bahwa alam
semesta satu kesatuan yang serasi tidak lepas
satu dengan yang lain dan selalu
berhubungan, ada di dalam wayang (kosmis)
Disamping itu kepercayaan tentang
adanya hubungan/ pengaruh timbal balik
antara manusia dan alam semesta (jagad
gede dan jagad cilik). Manusia dan alam
semesta/ lingkungan yang melingkupi
manusia, bersifat koordinatif; peristiwa
yang terjadi di alam mikro/ jagad cilik,
sebagai akibat yang ditimbulkan oleh alam
makro (jagad gede) atau sebaliknya
(magis).
Selanjutnya kepercayaan tentang makhluk‐
makhluk dan benda‐benda di jagad raya yang
baik yang kasat mata atau tidak kasat mata,
senantiasa menapaki kehidupannya serta
menempati ruang dan waktu tertentu,
sehingga mereka memiliki fase‐fase,
tahapan‐tahapan, atau klasifikasi dalam
kehidupannya itu. Makhluk‐makhluk dan
benda‐benda itu oleh budaya (akal pikir
manusia) diklasifikasikan di dalam sebuah
perhitungan tata ruang dan waktu
(pancawara dan saptawara) – klasifikatoris.
PANCAWARA DAN SAPTAWARA
Pancawara = satu kurun waktu yang berhari
lima (pon/ palguna, wage/cemengan, kliwon/
kasih, legi/ manis, pahing/ jenar).
Saptawara = satu kurun waktu yang berhari
tujuh (senen/ soma, selasa/ anggara, rebo /
buda, kemis/ respati, jemuah/ sukra, setu/
tumpak, dan ahad/ dite/ radite.
Kedua perhitungan waktu tsb selalu
disatukan yang menunjuk pada tata ruang
dan waktu.
UPACARA RUWATAN
Ruwatan dari kata ruwat+ an, metatesis dari
luwar, yang berarti pembebasan/ pelepasan.
Seseorang oleh karena suatu sebab terkena
sukerta (aib‐noda gaib) maka ia diruwat.
Dalam suatu kepercayaan, seseorang
dilepaskan dari marabahaya karena dlm
cengkeraman Kala (waktu). Visualisasi
Kala=raksasa yang menakutkan/
menyeramkan.
SASTRA WAYANG
Sastra wayang yang populer dalam berbagai
lakon berasal dari kesusasteraan Sansekerta
(RamayanadanMahabharata).
Ramayana: dikarang oleh walmiki permulaan
tarikh Masehi, terdiri dari 7 jilid (kanda)
digubah dalam bentuk syair sebanyak 24000
sloka (Balakanda, Ayodyakanda,
Aranyakanda, Kiskindakanda, Sundarakanda,
Yudakanda, Utarakanda).
KANDA
Balakanda= Negara Kosala ibokatanya
Ayodya yang memerintah raja Dasarata
beristri tiga (Kausalya berputra Rama, Kaikeyi
berputra Bharata, dan Sumitra berputra
Laksamana dan Satrugna).
Ayodyakanda=Dasarata menyerahkan
kekuasaan kepada Rama. Kaikeyi berhak
anaknya bertahta (Bharata). Rama
melepaskan kekuasaannya pergi ke hutan 14
tahun.
Aranyakanda=rama membanrtu pertapa krn
diganggu raksasa. Laksmana memotong
telinga dan idung Sarpanaka, ia diadukan kpd
Rahwana, raja Langka. Marica diutus
Rahwana ke hutan berubah menjadi kijang
kencana menggoda Rama dan Laksamana.
Kijang dipanah Rama berubah mjd raksasa
dan menjerit, jeritan dikira Rama, Sita
mengurtus Laksmana agar memberikan
pertolonbgan. Seorang brahmana (Rahwana)
mendatangi Sita. Sita mengulurkan tangan
shg dibawa kabur oleh Rahwana.
Kiskindakanda=Rama berjumpa dng Sugriwa
(raja kera), kerajaannya direbut oleh
saudaranya sendiri Walin (Subali). Rama
membantu Sugriwa untuk memperoleh
kerajaan dan isterinya. Kiskinda digempur ,
Walin terbunuh, Sugriwa menjadi raja dan
Anggada anaknya menjadi putra mahkota.
Sundarakanda Anoman mendaki gunung
mahendra, menyeberang lautan, dan tiba di
Langka. Ia menemukan Sita, dan
mengabarkan Rama akan datang. Ia
membakar kota.
Yudakanda=Dewa laut membantu kera‐kera
membuat jembatan di laut menuju Langka.
Wibisana menasihati rahwana agar
mengembalikan Sita kepada Rama. Indrajit
dan Kumbakarna gugur dalam perang,
Rahwana maju berperang dan terbunuh.
Rama tdk mau menerima Sita karena telah
lama tinggal di Langka/ tidak suci. Sita terjun
ke dalam api, dewa Agni menyerahkan sita
kepada Rama. Rama, Sita beserta para kera
ke Ayodya.
Utarakanda=Sepertiga lanjutan kisah Rama,
untuk memberikan contoh yang sempurna
Sita diusir dari istana. Sita tiba di pertapaan
Walmiki. Di pertapaan Sita melahirkan Kusa
dan Lawa. Rama mengadakan aswameda
hadirlah Kusa dan Lawa. Walmiki
mengantarkan Sita ke istana, jika tidak suci
raganya jangan diterima bumi, buni trerbelah
dan muncul Dewi Pertiwi di atas singgasana
emas didukung ular naga. Sita dipeluk dan
dibawa ke dalam bumi.
MAHABHARATA
Kitab ini terdiri dari 18 jilid (parwa) yang
digubah dalam bentuk syair sebanyak
100000 sloka, cerita pokoknya terdiri dari
24000 sloka menceritakan peperangan sengit
selama 18 hari antara Pandawa dan Kurawa.
Kitab ini dikarang oleh Wyasa Krsna
Dwaipayana hidup pada zaman brahnmana
dan dikumpulkan sejak 400 SM sampai 400
Sesud M.
PARWA‐PARWA
Adiparwa, Sabhapawa, Wanaparwa,
Wirataparwa, Udyogaparwa, Bhismaparwa,
Dronaparwa, Karnaparwa, Salyaparwea,
Sauptikaparwa, Striparwa, Santiparwa,
Anusasanaparwa, Aswamedhikaparwa,
Asramawasikaparwa, Mausalaparwa,
Mahaprasthanikaparwa, dan
Swargarohanaparwa.
Adiparwa (1)
Raja Santanu mempunyai anak laki‐laki bernama
Bhisma, jatuh cinta kepada Satyawati, dan mau
dikawin kalau anak dari keturunannya menjadi
raja. Bhisma melepaskan haknya sebagai raja
dan bersumpah tdk akan beristri. Perkawinan
Santanu dan Satyawati melahirkan Citranggada
(mati muda) dan Wicitrawirya (menggantikan
Santanu sbg raja Hastina). Wicitrawirya mati
tanpa mempunyai anak. Satyawati minta
Bhisma mengawini janda Wicitrawirya, Ambika
dan Ambalika.
Adiparwa (2)
Satyawati pernah kawin dengan Parasara,
dan punya anak bernama Wyasa. Wyasa
mengawini dua janda Wicitrawirya. Dari
ambika, Wyasa berputra Destrarastra yang
buta, dan dari Ambalika berputra Pandu.
Karena Destarastra buta, Pandulah yang
bertahta di Hastina. Destarastra kawin
dengan Gandhari berputra 100 orang, yang
tertua Duryodhana, mereka keturunan Kuru
disebut Kaurawa/ Kurawa.
Adiparwa (3)
Pandu kawin dengan Kunti, berputra
Yudhistira, Bhima, dan Arjuna; dan kawin
dengan Madri berputra Nakula dan Sadewa.
Kelima putra Pandu disebut Pandawa. Pandu
meninggal Destarastra terpaksa meraja.
Kaurawa dan Pandawa serta Aswatama dan
Karna diasuh bersama di Hastina dibawah
dua pendeta Krpa dan Drona. Destarastra
menenrtuan Yudhistira sebagai calon raja,
karena unggul segalanya.
Adiparwa (4)
Kaurawa iri hati maka berusaha mengadakan
tipu muslihat membunuh para Pandawa,
namun usaha itu gagal. Pandawa berhasil
mendapatkan Drupadi, anak raja Drupada
dari pancala dalam sebuah swayamwara, ini
menambah iri hati para Kaurawa. Kaurawa
bersedia memberikan separo negeri yang
tandus . Pandawa membuat istana baru
disebut Indraprastha.
Sabhaparwa
Kaurawa selalu mencari akal untuk
membinasakan Pandawa. Kaurawa
mengundang Pandawa bermain dadu,
Yudhistira kalah sampai dirinya sendiri
ditaruhkan. Atas usaha Destarastra Pandawa
bebas. Kedua kali Pandawa diundang bermain
dadu. Yang kalah diasingkan 12 tahun tahun ke‐
13 kembali ke masyarakat tetapi tidak boleh
dikenal orang, tahun ke‐14 kembali ke istana.
Pandawa kalah lagi, 13 tahun menjakani
pembuangan, Draupadi turut serta.
Wanaparwa
Pengalam Pandawa selama 12 tahun
di tengah hutan. Wyasa memberi
saran agar arjuna bertapa di
Himalaya, memohon senjata dewata
menghadapi Kaurawa kelak
(Arjunawiwaha).
Wirataparwa
Tahun ke‐13 Pandawa keluar dari
hutan, di kerajaan Wirata, diterima
bekerja di istana raja Drupada,
Yudhistira ahli dadu, Bhima juru
masak, Arjuna guru tari, Nakula
penjunak kuda, Sahadewa sebagai
gembala, dan Drupadi juru rias.
Udyogaparwa
Tahun ke‐14 Pandawa ke
Indraprastha, Krsna sebagai juru
runding status Pandawa. Kaurawa
tidak mau mengembalikan
separuh Hastina, kedua pihak
bersiap perang.
Bhismaparwa
Bhisma sebagai panglima Kaurawa dan
Dhrstadyumna (kakak Drupadi) memimpin
Pandawa. Krsna tidak turut berperang, menjadi
kusir kereta Arjuna. Dimulailah
mahabharatayuddha. Arjuna bimbang karena
karena yang dilawan saudara‐saudara sendiri
dan orang tua yang disegani, Bhisma dan drona.
Krsna memberi wqejangan kpd Arjuna tentang
hakekat dan kewajuban manusia
(Bhagawadgita=nyanyian Tuhan). Bhisma gugur.
Dronaparwa
Drona sebagai panglima perang
Kaurawa. Karna ditandingi
Gathotkaca, Abimanyu gugur oleh
Dussasana. Drupada gugur. Drona
gugur ditangan Dhrstadyumna hari
ke‐15.
Karnaparwa
Gugurnya Gathotkaca dan Abimnanyu,
Bhima dan Arjuna mengamuk. Bhima
berhasil membunuh Dussasana dng cara
kejam, dirobek dada Dussasana dan
diminum darahnya. Arjuna berhasil
membunuh karna (hari ke‐17) dengan
panahnya diperoleh waktu tapa.
Salyaparwa
Salya sebagai panglima Kaurawa, ia gugur
hari ke‐18. Duryodhana ditinggalkan
saudara‐saudaranya, ia akan
meninggalkan dunia ramai. Sikapnya
menjadi ejekan para Pandawa, ia tampil ke
medan perang menghadapi Bhima.
Duryodhana gugur sempat mengangkat
Aswattama sebagai panglima.
Sauptikaparwa
Aswattama tidak dapat menahan
dendamnya terhadap tentara Pancala, ia
menyusup pada malam hari untuk bertempur
(hari ke‐18), Dhrstadyumna berhasil
dibunuhnya beserta banyak tentara Pancala.
Esokharinya ia terkejar oleh Arjuna,
bertempur, Wyasa dan Arjuna menyelesaikan
pertempuran itu, Aswattama menyerahkan
senjata dan kesaktiannya lalu mengundurkan
diri sebagai pertapa.
Striparwa
Dhrtarastra dan gandhari, pandawa
dan Krsna, dan semua isteri para
pahlawan datang di Kuruksetra,
menyesali semua yang terjadi, hari
tangisan, pahlawan yang gugur
dibakar.
Santiparwa
Sebulan Pandawa tinggal di hutan,
membersihkan diri. Yudhistira segan sekali
bertahta, ia akan menyerahkan kekuasaan
kepada Arjuna. Wyasa dan Kresna
menentramkan hati Yudhistira tentabng
nasib dan kewajiban keutamaan ksatria.
Pandawa kembali ke istana , Yudhistira
menunaikan kewajiban sebagai raja.
Anusasanaparwa
Bermacam cerita dirangkai
sebagai wejangan tentang
kebatinan dan kewajiban raja
ditujukan kepada Yudhistira.
Aswamedhikaparwa
Yudhistira melaksanakan Aswamedha,
seekor kuda dilepaskan diikuti oleh Arjuna
dan sepasukan tentara, selama satu tahun
kuda mengembara, tiap jengkal tanah
menjadi kekuasaan Yudhistira. Banyak raja
yang menentang, mereka ditaklukkan oleh
Arjuna.
Asramawasikaparwa
Dhrstarastra dan istri beserta
Kunti menarik diri ke tengah
hutan menjadi pertapa. Tiga
tahun kemudian mereka mati
terbakar oleh api saji Dhrtarastra.
Mausalaparwa
Musnahnya kerajaan Krsna akibat
perang saudara di antara kaum
yadawa, rakyat Krsna. Baladewa mati
dan Krsna menarik diri ke dalam
hutan dan mati terbunuh tidak
sengaja oleh seorang pemburu.
Mahaprasthanikaparwa
Pandawa mengundurkan diri dari dunia ramai,
setelah mahkota diserahkan Pariksit, anak
Abhimanyu. Pengembaraan di hutan, draupadi
meninggal, Sahadewa, Nakula, arjuna, Bhima.
Tinggal Yudhistira dengan seekor anjing yang
mengikuti Pandawa dalam pengembaraan.
Dewa Indra menjemput Yudhistira ke surga.
Yudhistira menolak kalau anjing tidak
diikutsertakan. Anjing berubah menjadi dewa
Dharma, Yudhistira dibawa ke Indraloka.
Swargarohanaparwa
Pandawa setelah mengalami
pembersihan jiwa di neraka untuk
beberapa lama, kemudian ke surga.
Para Kurawa semula di surga dan
berganti dimasukkan di neraka untuk
masa yang tidak tertentu.
Ramayana‐Mahabharata
Telah disadur ke dalam bahasa Jawa Kuna,
Ramayana pada akhir abad ke‐9 dalam
bentuk kakawin dengan bahasa yang sangat
indah, Mahabharata pada akhir abad ke‐10
dalam bentuk gancaran yang diringkas. Dari
sekian parwa naya beberapa sampai kepada
kita, diantaranya menyebut nama
Dharmawangsa (996 M)= wirataparwa.