“FISIKA TERAPAN”
Oleh:
Nama : Wayan Wijaya Dharma
Nim : 1715124024
Kelas : 3B D4 MPK
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat-Nya makalah yang berjudul “Tugas Besar tentang Fisika Terapan” ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini penulis susun dalam rangka memenuhi
tugas akhir semester III dalam bidang Fisika Terapan.
Dalam penyusunan makalah ini penulis menemukan banyak hambatan yang
penulis hadapi. Namun berkat dukungan, bimbingan dan partisipasi berbagai pihak,
hambatan-hambatan tersebut dapat penulis atasi sedikit demi sedikit. Untuk itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
Di samping itu, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mohon maaf apabila ada kesalahan-kesalahan di
dalam penulisan makalah ini. Akhir kata, dengan selesainya makalah ini, seberapapun
sederhananya makalah ini, penulis berharap makalah ini memiliki sesuatu yang
bermanfaat bagi semua pihak yang membaca makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
1.3Tujuan .................................................................................................................... 1
1. Vektor ............................................................................................................ 2
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 TUJUAN
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian dan semua tentang Vektor
1.3.2 Untuk mengetahui hubungan vektor dalam dunia Teknik Sipil
1
BAB II
PEMBAHASAN
1. VEKTOR
Vektor adalah suatu kuantita/besaran yang mempunyai besar dan arah.
Secara grafis suatu vektor ditunjukkan sebagai potongan garis yang mempunyai
arah. Besar atau kecilnya vektor ditentukan oleh panjang atau pendeknya
potongan garis. Sedangkan arah vektor ditunjukkan dengan tanda anak panah.
Dalam gambar vektor di samping, titik A disebut
titik awal (initial point) dan titik P disebut titik terminal
(terminal point). Pada gambar tersebut vektor dapat
ditulis dengan berbagai cara seperti, ⃗⃗⃗⃗⃗⃗
𝐴𝐵 𝑎 , 𝑎̅ atau a.
Panjang vektor juga dapat ditulis dengan berbagai cara
seperti | ⃗⃗⃗⃗⃗⃗ 𝐴𝐵 |, | 𝑎 |, | 𝑎̅ |, atau a .
𝐴𝐵 |, | ̅̅̅̅
Disini kita akan memakai simbul ⃗⃗⃗⃗⃗⃗
𝐴𝐵 atau 𝑎̅ untuk menyatakan vektor
dan | ⃗⃗⃗⃗⃗⃗
𝐴𝐵 | atau | 𝑎̅ | untuk menyatakan besaran (modulus) dari vektor tersebut.
Contoh vektor misalnya lintasan, kecepatan, percepatan, dan gaya.
1.1 VEKTOR SATUAN
Untuk menggambarkan suatu vector pada
sistem koordinat kartesean diperlukan
vektor satuan. Vektor dari titik (0,0) sampai
titik (1,0) adalah vektor satuan 𝑖̅. Vektor
dari titik (0,0) sampai titik (0,1) adalah
vektor satuan 𝑗̅ .
Arah vektor 𝑖̅ positif sesuai dengan arah sumbu X positif. Arah
vektor 𝑗̅ positif sesuai dengan arah sumbu Y positif. Pada gambar
disebelah ini vektor 𝑎̅ dengan titik awal P dan titik akhir Q diuraikan
menjadi dua vektor yaitu vektor 𝑎
̅̅̅̅
1𝑖 dan ̅̅̅̅̅
𝑎2 𝑗 . Vektor ̅̅̅
𝑎1 dan 𝑎̅2
disebut komponen vektor 𝑎̅ . Besaran ̅̅̅
𝑎1 dan 𝑎̅2 disebut komponen
skalar 𝑎̅ . Secara simbolis vektor 𝑎̅ dan komponennya ditulis 𝑎̅ =
𝑎1𝑖 +𝑎
̅̅̅̅ 2 𝑗 ⃗⃗⃗ .
̅̅̅̅̅
2
1.2 ALJABAR VEKTOR
Aljabar vektor adalah operasi pada dua atau lebih dari vektor yang
meliputi penambahan, pengurangan dan perkalian. Operasi vektor
dapat dilakukan melalui komponen-komponen skalarnya.
arah 𝑎̅ = arah 𝑏̅
1.2.2 Vektor Negatif
Vektor – 𝑎̅ mempunyai
ukuran sama dengan vektor a
tetapi arahnya berlawanan.
Jika vektor 𝑎̅ = - 𝑏̅ maka 𝑎̅
= -𝑏̅ . Vektor negatif sering
disebut sebagai vector invers.
1.2.3 Perkalian Vektor dengan Skalar
Jika k bilangan real yang
positif, maka k 𝑢̅ adalah
vektor yang panjangnya k 𝑢̅
dan mempunyai arah
yang sama dengan 𝑢̅ .
Sedangkan –k 𝑢̅ adalah vektor yang panjangnya k 𝑢̅
tetapi arah berlawanan dengan 𝑢̅ .
1.2.4 Penjumlahan Vektor
Penjumlahan vektor hanya dapat dilakukan terhadap
besaran-besaran yang sejenis. Penjumlahan vektor dapat
dilakukan secara grafis maupun menggunakan vektor
komponen. Penjumlahan vektor secara grafis dapat
3
dilakukan dengan metode jajargenjang dan metode
poligon.
a. Aturan segitiga
Perhatikan gambar di
samping. Jika ⃗⃗⃗⃗⃗
𝐴𝐵 dan ⃗⃗⃗⃗⃗
𝐵𝐶
mewakili 𝑎̅ dan 𝑏̅ maka ⃗⃗⃗⃗⃗
𝐴𝐶
dikatakan penjumlahan vektor 𝑎̅ +
𝑏̅ .
b. Aturan Jajar Genjang
4
A< = nilai vektor B
∅ = sudut yang dibentuk oleh vektor A dan
B
c. Aturan Poligon
Penjumlahan vektor dengan metode poligon disebut
juga dengan penjumlahan vektor dengan metode
segi banyak. Jika vektor yang dijumlahkan hanya
dua buah maka disebut juga dengan metode segitiga.
Penjumlahan beberapa vektor dengan metode
poligon dilakukan dengan menggeser vektor kedua
sehingga pangkal vektor kedua berimpit dengan
ujung vektor pertama. Selanjutnya vektor ketiga
digeser posisinya sehingga pangkalnya berimpit
dengan ujung vektor kedua, begitu seterusnya
sampai vektor teraktir. Resultan vektor dari
penjumlahan ini adalah suatu vektor dengan titik
pangkal yang berimpit pada pangkal vektor pertama
dan ujung yang berimpit dengan vektor terakhir.
Perlu diketahui bahwa suatu vektor dapat digeser
posisinya dengan syarat panjang dan arahnya tetap
sama.
5
1.2.6 Vektor Nol
Jika vektor 𝑎 = b maka a – b = 0. 0 disebut vektor nol.
Vektor nol tidak mempunyai besar dan arahnya tak
tentu.
1.3 Vektor Dalam Ruang Tiga Dimensi
Vektor ⃗⃗⃗⃗⃗
𝑂𝑃 disefinisikan oleh komponen-
komponenya :
𝑎̅ sepanjang OX
𝑏̅ sepanjang OY
𝑐̅ sepanjang OZ
Misalkan
𝑖̅ = vektor satuan dalam arah OX maka :
6
butuh
karena hanya digunakan untuk sementara dan tidak daya
kekuatan yang begitu besar. Dan selain papan kayu, pembuatan
bouwplank juga membutuhkan kayu lain namun berbentuk
panjang.
Pembuatan bouwplank harus bisaa menggunakan jarak
tertentu dari titik atau lokasi yang akan dijadikan sebagai tempat
untuk membuat lubang galian pondasi.
Pekerjaan bouwplank tersebut menyesuaikan besarnya ruang
bangunan. Untuk bangunan yang besar dan memiliki banyak
ruang, bouwplank dipasang mengelilingi seluruh area calon
bangunan. Adapun pada bangunan yang kecil, bouwplank cuku p
ditempatkan di lokasi sudut atau pertemuan bangunan. Dengan
demikian sudut pertemuan bouwplank harus benar-benar
membentuk segi tiga siku-siku karena ini sebagai acuan
kesikuan dari pertemuan antar dinding.
7
2.3 PEMBUATAN SUDUT SIKU-SIKU DITENGAH
GARIS LURUS
Pada gambar 4.1, titik B adalah sebuah titik pada garis AC
yang akan dibuat sudut siku- sikunya (garis tegak lurus AC). Dari
B, buatlah jarak BX sama dengan BY, yang masing- masing
terletak di kiri dan kanan titik B pada garis AC. Dari titik X dan
Y dengan jarak yang sama (XZ = YZ) buatlah garis yang saling
berpotongan dititik-titik Z. Dengan demikian BZ akan tegak
lurus dengan garis AC.
8
Membuktikan kebenarannya, di mulai dengan membuat
gambar sebuah persegi besar, kemudian gambarlah sebuah
persegi kecil di dalam persegi besar tersebut,seperti gambar
Berikut Perhitungannya:
Luas persegi besar = Luas persegi kecil + 4 Luas segitiga
=( b + a ) . ( b + a ) = c . c + 4 . 1/2 b.a =b2+ 2 b.a +a=c2+2 b.a
= b2 + a 2= c 2+ 2 b.a - 2 b.a
= b2 + a2 = c2
Berdasarkan rumus tersebut terbukti bahwa sisi miring
sebuah segitiga siku - siku adalah akar dari jumlah kuadrat sisi
- sisi yang lain.
Pada gambar 4.2, AB adalah garis lurus yang diukur dan B
adalah titik yang akan dibuat sudut siku-sikunya. Dari titik B
ke arah A, ukurlah jarak 6m, misalnya dititik C, dimana C
terletak pada garis AB. Kemudian ujung pita ukur yang
tertulis nilai nol diletakkan dititik B dan panjangkan pita ukur
sampai dengan angka 18m dan ikatkan pada titik C. Pada pita
ukur yang menunjukkan angka 8 kita pegang dan kita tarik
sehingga angka 0 – 8 dengan 8 – 18 sama-sama kencang,
misalkan titik yang menunjukkan ang-ka 8 tersebut adalah D.
Maka, BCD adalah segitiga siku-siku dengan panjang BD =
8m d an CD = 10m. Sedangkan BC sudah diukur sepanjang
6m. Maka segitiga tersebut mempunyai perbandingan sisi-
sisinya adalah 3:4:5 dengan sudut siku-siku dititik B.
9
Gambar 4.2. Membuat Siku-Siku Dengan Cara Phytagoras
10
2.4 PERALATAN SEDERHANA GUNA
PEMBUATAN SUDUT SIKU-SIKU
Peralatan sederhana ini cukup dipegang dengan tangan
sehingga mudah sekali di bawa si pengukur. Alat-alat ini sering
digunakan dalam pekerjaan pemasangan pada pembuatan sudut
siku-siku
2.4.1 Salib Sumbu
Alat sederhana salib sumbu ini terdiri dari dua
buah metal yang saling berpotongan tegak lurus
satu sama lain (lihat gbr 4.4). Ada bentuk
baru dari peralatan ini, yaitu berbentuk silinder
yang berlubang pada kanan dan kirinya serta
saling tegak lurus (lihat gbr 4.4). Lubang ini
berfungsi sebagai garis bidik.
Pada alat tersebut dilengkapi dengan tangkai
sehingga mudah ditancapkan pada tanah atau
pada suatu sudut siku-siku. Dari salah satu lubang
pembidikan, kita impitkan dengan garis yang kita
ukur. Kemudian dari lubang pembidikan yang
lainnya kita bisa membuat sudut siku-sikunya.
11
cahaya dipantulkan oleh dua permukaan yang
tersusun secara tetap satu dengan yang lainnya dan
akan merubah arah jalannya sinar sebesar dua kali
sudut antara permukaan cermin walaupun arah
cermin diputar. Dua permukaan pantul diatur
dengan sudut 45º sehingga garis pantulnya
dibelokkan 90º.
Biasanya digunakan prisma karena sudut-
sudutnya tidak bepengaruh terhadap kesalahan
garis arah. Bila suatu objek dilihat pada alat,
sudutnya akan dibelokkan menjadi 90º terhadap
objek yang dilihat secara langsung atau yang
terlihat secara nyata pada garis ukur.
Cermin sudut diamati pada garis lurus sambil
membidik dua titik patok atau jalon yang jauh dari
alat (lihat gbr 3.5). Pengamat menggerak-
gerakkan alat sepanjang garis ukur sehingga
bayangan dari yang telah ditentukan seperti sudut
bangunan dan sebagainya, berimpit dengan
bayangan dua titik sebelumnya. Selanjutnya
digunakan unting-unting yang digantungkan pada
bagian bawah alat untuk menentukan posisi titik
sudutnya.
Prisma rangkap dapat ditempatkan pada garis
antara dua titik, transit dan jalon (gbr 3.5). Bila
banyangan dari dua titik pada masing-masing
ujung garis diimpitkan pada alat, alat telah berada
pada garis lurus. Pengamat menggerak-gerakkan
prisma sepanjang garis hingga objek (sudut
bangunan dan sebagainya) terlihat secara langsung
(antara prisma di bawah atau di atas) berada pada
satu garis dengan dua bayangan sebelumnya.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
3.2 SARAN
Saran saya agar pelajaran ini dapat dimanfaatkan dengan baik dan
maksimal bagi mahasiswa khususnya jurusan teknik sipil agar dapat
menghasilkan perencanaan bangunan yang kokoh dan baik.
13
DAFTAR PUSTAKA
http://staffnew.uny.ac.id/upload/131808335/pendidikan/VEKTOR.pdf diakses
pada tanggal 29 Januari 2019 pada pukul 16.00 Wita
14
15
16