Anda di halaman 1dari 19

TUGAS BESAR

“FISIKA TERAPAN”

POLITEKNIK NEGERI BALI

Oleh:
Nama : Wayan Wijaya Dharma
Nim : 1715124024
Kelas : 3B D4 MPK

Politeknik Negeri Bali


Jurusan Teknik Sipil
Jimbaran
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat-Nya makalah yang berjudul “Tugas Besar tentang Fisika Terapan” ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini penulis susun dalam rangka memenuhi
tugas akhir semester III dalam bidang Fisika Terapan.
Dalam penyusunan makalah ini penulis menemukan banyak hambatan yang
penulis hadapi. Namun berkat dukungan, bimbingan dan partisipasi berbagai pihak,
hambatan-hambatan tersebut dapat penulis atasi sedikit demi sedikit. Untuk itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak/Ibu Dosen Pembimbing Akademik beserta staf pegawai Politeknik


Negeri Bali yang telah banyak membantu penulis sehingga mempermudah
penulis dalam penyusunan makalah ini.
2. Seluruh pihak yang turut serta memberikan motivasi dan dukungan bagi
penulis yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Di samping itu, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mohon maaf apabila ada kesalahan-kesalahan di
dalam penulisan makalah ini. Akhir kata, dengan selesainya makalah ini, seberapapun
sederhananya makalah ini, penulis berharap makalah ini memiliki sesuatu yang
bermanfaat bagi semua pihak yang membaca makalah ini.

Denpasar, 29 Januari 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................ i

DAFTAR ISI ............................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 1

1.1 Latar belakang ....................................................................................................... 1

1.2Rumusan Masalah .................................................................................................. 1

1.3Tujuan .................................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................ 2

1. Vektor ............................................................................................................ 2

1.1 Vektor Satuan ........................................................................................... 2

1.2 Aljabar Vektor .......................................................................................... 3

1.3 Vektor Dalam Ruang Tiga Dimensi ......................................................... 6

2. Vektor dalam Teknik Sipil .............................................................................. 6

2.1 Blow Plank ................................................................................................ 6

2.2 Membuat Sudut Siku-siku di Lapangan .................................................... 7

2.3 Pembuatan Sudut Siku-siku Ditengah Garis Lurus .................................. 8

2.4 Peralatan Sederhana Guna Membuat Sudut Siku-siku ............................. 11

BAB III PENUTUP .................................................................................................... 13

3.1 KESIMPULAN ..................................................................................................... 13

3.2 SARAN ................................................................................................................ 13

3.2 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Dalam kehidupan kita sehari-hari banyak hal yang berkaitan dengan Ilmu
Fisika. Seperti Gaya (Force), kecepatan (velocity), torsi (torque), perpindahan
(displacement), momentum, percepatan, luasan, kuat medan magnet (H), kuat medan
listrik (E) dan sebagainya. Dimana hal tersebut merupakan contoh dari besaran
Vektor. Besaran vektor sendiri adalah besaran dalam fisika yang memiliki besar
(magnitude) dan arah (direction). Jadi dalam mengungkapkan besaran ini tidak cukup
hanya besarnya saja, tetapi perlu menyebutkan arahnya kemana. Karena arah berbeda
dengan besar yang sama akan berbeda hasilnya jika sudah masuk dalam perhitungan.
Besaran Vektor juga sangat berkaitan dengan ilmu Teknik Sipil dimana
halnya vektor dapat membantu dalam rancang bangun dasar arsitektur dimana vektor
membantu untuk perhitungan panjang, sudut dan letak. Vektor dapat juga digunakan
untuk menentukan komponen-komponen dasar di dalam bangunan, dapat untuk
mengukur tinggi gedung dan memperkirakan tinggi pembangunan gedung dengan
memperhitungkan sudut elevasi dan sudut pandang bangunan, sebagai dasar
perhitungan kemiringan atap dapat juga digunakan untuk menentukan garis siku-siku
dilapangan, garis sku-siku dilapangan biasanya dilakukan dengan memanfaatkan dalil
phytagoras dan masih banyak lagi.
Melalui Fisika inilah, mahasiswa jurusan teknik sipil dapat melakukan
praktek dengan baik dan dapat membuat bangunan-bangunan yang kokoh dan baik
kedepannya, maka dari itulah saya sebagai mahasiswa jurusan Teknik Sipil mencoba
menyusun makalah tentang vektor dan hubungan vektor dengan dunia teknik sipil.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1.2.1 Apa yang dimaksud dengan Vektor?
1.2.2 Bagaimana Hubungan Vektor dalam dunia Teknik Sipil?

1.3 TUJUAN
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian dan semua tentang Vektor
1.3.2 Untuk mengetahui hubungan vektor dalam dunia Teknik Sipil

1
BAB II

PEMBAHASAN

1. VEKTOR
Vektor adalah suatu kuantita/besaran yang mempunyai besar dan arah.
Secara grafis suatu vektor ditunjukkan sebagai potongan garis yang mempunyai
arah. Besar atau kecilnya vektor ditentukan oleh panjang atau pendeknya
potongan garis. Sedangkan arah vektor ditunjukkan dengan tanda anak panah.
Dalam gambar vektor di samping, titik A disebut
titik awal (initial point) dan titik P disebut titik terminal
(terminal point). Pada gambar tersebut vektor dapat
ditulis dengan berbagai cara seperti, ⃗⃗⃗⃗⃗⃗
𝐴𝐵 𝑎 , 𝑎̅ atau a.
Panjang vektor juga dapat ditulis dengan berbagai cara
seperti | ⃗⃗⃗⃗⃗⃗ 𝐴𝐵 |, | 𝑎 |, | 𝑎̅ |, atau a .
𝐴𝐵 |, | ̅̅̅̅
Disini kita akan memakai simbul ⃗⃗⃗⃗⃗⃗
𝐴𝐵 atau 𝑎̅ untuk menyatakan vektor
dan | ⃗⃗⃗⃗⃗⃗
𝐴𝐵 | atau | 𝑎̅ | untuk menyatakan besaran (modulus) dari vektor tersebut.
Contoh vektor misalnya lintasan, kecepatan, percepatan, dan gaya.
1.1 VEKTOR SATUAN
Untuk menggambarkan suatu vector pada
sistem koordinat kartesean diperlukan
vektor satuan. Vektor dari titik (0,0) sampai
titik (1,0) adalah vektor satuan 𝑖̅. Vektor
dari titik (0,0) sampai titik (0,1) adalah
vektor satuan 𝑗̅ .
Arah vektor 𝑖̅ positif sesuai dengan arah sumbu X positif. Arah
vektor 𝑗̅ positif sesuai dengan arah sumbu Y positif. Pada gambar
disebelah ini vektor 𝑎̅ dengan titik awal P dan titik akhir Q diuraikan
menjadi dua vektor yaitu vektor 𝑎
̅̅̅̅
1𝑖 dan ̅̅̅̅̅
𝑎2 𝑗 . Vektor ̅̅̅
𝑎1 dan 𝑎̅2
disebut komponen vektor 𝑎̅ . Besaran ̅̅̅
𝑎1 dan 𝑎̅2 disebut komponen
skalar 𝑎̅ . Secara simbolis vektor 𝑎̅ dan komponennya ditulis 𝑎̅ =

𝑎1𝑖 +𝑎
̅̅̅̅ 2 𝑗 ⃗⃗⃗ .
̅̅̅̅̅

2
1.2 ALJABAR VEKTOR
Aljabar vektor adalah operasi pada dua atau lebih dari vektor yang
meliputi penambahan, pengurangan dan perkalian. Operasi vektor
dapat dilakukan melalui komponen-komponen skalarnya.

1.2.1 Kesamaan Dua Vektor


Dua vektor dikatakan sama
apabila panjang serta arahnya
sama.
𝑎̅ = 𝑏̅ → jika 𝑎̅ = 𝑏̅ dan

arah 𝑎̅ = arah 𝑏̅
1.2.2 Vektor Negatif
Vektor – 𝑎̅ mempunyai
ukuran sama dengan vektor a
tetapi arahnya berlawanan.
Jika vektor 𝑎̅ = - 𝑏̅ maka 𝑎̅
= -𝑏̅ . Vektor negatif sering
disebut sebagai vector invers.
1.2.3 Perkalian Vektor dengan Skalar
Jika k bilangan real yang
positif, maka k 𝑢̅ adalah
vektor yang panjangnya k 𝑢̅
dan mempunyai arah
yang sama dengan 𝑢̅ .
Sedangkan –k 𝑢̅ adalah vektor yang panjangnya k 𝑢̅
tetapi arah berlawanan dengan 𝑢̅ .
1.2.4 Penjumlahan Vektor
Penjumlahan vektor hanya dapat dilakukan terhadap
besaran-besaran yang sejenis. Penjumlahan vektor dapat
dilakukan secara grafis maupun menggunakan vektor
komponen. Penjumlahan vektor secara grafis dapat

3
dilakukan dengan metode jajargenjang dan metode
poligon.
a. Aturan segitiga
Perhatikan gambar di
samping. Jika ⃗⃗⃗⃗⃗
𝐴𝐵 dan ⃗⃗⃗⃗⃗
𝐵𝐶
mewakili 𝑎̅ dan 𝑏̅ maka ⃗⃗⃗⃗⃗
𝐴𝐶
dikatakan penjumlahan vektor 𝑎̅ +
𝑏̅ .
b. Aturan Jajar Genjang

Penjumlahan kedua vektor dengan metode


jajargenjang dilakukan dengan membuat dua garis
putus-putus yang masing-masing sejajar dengan
vektor A dan B. Garis putus-putus yang sejajar
dengan vektor A diletakkan di ujung vektor B, dan
garis putus-putus yang sejajar dengan vektor B,
diletakkan di ujung vektor A. Hasilnya, diperoleh
bangun jajar genjang yang dibentuk oleh kedua
vektor dan kedua garis putus-putus tersebut.
Resultan dari vektor dan B adalah sebuah vektor
yang terletak pada diagonal jajar genjang tersebut
dengan titik pangkal berimpit dengan titik pangkal
kedua vector.

Jika nilai vektor A dan vektor B diketahui


serta sudut yang dibentuk oleh keduanya diketahui
maka nilai resultan vektor R dapat diperoleh dengan
menggunakan rumus cosinus, yaitu
R ; = √𝐴2 + 𝐵 2 + 2𝐴𝐵 𝑐𝑜𝑠∅
dengan
A = nilai vektor A

4
A< = nilai vektor B
∅ = sudut yang dibentuk oleh vektor A dan
B
c. Aturan Poligon
Penjumlahan vektor dengan metode poligon disebut
juga dengan penjumlahan vektor dengan metode
segi banyak. Jika vektor yang dijumlahkan hanya
dua buah maka disebut juga dengan metode segitiga.
Penjumlahan beberapa vektor dengan metode
poligon dilakukan dengan menggeser vektor kedua
sehingga pangkal vektor kedua berimpit dengan
ujung vektor pertama. Selanjutnya vektor ketiga
digeser posisinya sehingga pangkalnya berimpit
dengan ujung vektor kedua, begitu seterusnya
sampai vektor teraktir. Resultan vektor dari
penjumlahan ini adalah suatu vektor dengan titik
pangkal yang berimpit pada pangkal vektor pertama
dan ujung yang berimpit dengan vektor terakhir.
Perlu diketahui bahwa suatu vektor dapat digeser
posisinya dengan syarat panjang dan arahnya tetap
sama.

1.2.5 Selisih Dua Vektor


Selisih dua arah vektor ā dan 𝑏̅ , dinyatakan sebagai 𝑎̅ –
𝑏̅ , dapat dipandang sebagai penjumlahan vektor a
dengan invers vektor b yaitu vektor – 𝑏̅ . Misalkan 𝑎̅ –
𝑏̅ = 𝑐̅ maka 𝑐̅ = 𝑎̅ +(–𝑏̅ ) Secara diagram selisih dua
vektor tersebut seperti gambar berikut.

5
1.2.6 Vektor Nol
Jika vektor 𝑎 = b maka a – b = 0. 0 disebut vektor nol.
Vektor nol tidak mempunyai besar dan arahnya tak
tentu.
1.3 Vektor Dalam Ruang Tiga Dimensi
Vektor ⃗⃗⃗⃗⃗
𝑂𝑃 disefinisikan oleh komponen-
komponenya :
𝑎̅ sepanjang OX
𝑏̅ sepanjang OY
𝑐̅ sepanjang OZ
Misalkan
𝑖̅ = vektor satuan dalam arah OX maka :

𝑗̅ = vektor satuan dalam arah OY ⃗⃗⃗⃗⃗


𝑂𝑃 = 𝑎𝑖 ̅ + ̅̅̅
̅ + 𝑏𝑗 𝑐𝑘

𝑘̅ = vektor satuan dalam arah OZ OL2 = a2 + b2 dan OP2 = OL2 + c2

2. Vektor dalam Teknik Sipil


2.1BLOWPLANK
Bouwplank adalah semacam pembatas yang dipakai untuk
menentukan titik bidang kerja pada sebuah poyek pendirian
bangunan atau rumah. Bouwplank juga dapat befungsi sebagai
tempat penentuan titik membuat dan meletakkan ukuran
bangunan yang akan didirikan dan sebagai media bantu bagi
proses pembuatan pondasi. Pada bouwplank ini nanti kita akan
meletakkan paku untuk menarik benang agar tercipta garis yang
lurus dan selanjutnya bisa membuat sudut siku 90 derajat
dengan tepat. Benang ini nantinya akan menjadi pedoman untuk
pekerjaan pondasi, kolom, dan pemasangan dinding bata.
Bouwplank bisa juga dibuat dari bahan yang sangat
sederhana sekali yaitu papan kayu kualitas rendah atau kelas c

6
butuh
karena hanya digunakan untuk sementara dan tidak daya
kekuatan yang begitu besar. Dan selain papan kayu, pembuatan
bouwplank juga membutuhkan kayu lain namun berbentuk
panjang.
Pembuatan bouwplank harus bisaa menggunakan jarak
tertentu dari titik atau lokasi yang akan dijadikan sebagai tempat
untuk membuat lubang galian pondasi.
Pekerjaan bouwplank tersebut menyesuaikan besarnya ruang
bangunan. Untuk bangunan yang besar dan memiliki banyak
ruang, bouwplank dipasang mengelilingi seluruh area calon
bangunan. Adapun pada bangunan yang kecil, bouwplank cuku p
ditempatkan di lokasi sudut atau pertemuan bangunan. Dengan
demikian sudut pertemuan bouwplank harus benar-benar
membentuk segi tiga siku-siku karena ini sebagai acuan
kesikuan dari pertemuan antar dinding.

2.2 MEMBUAT SUDUT SIKU-SIKU DI LAPANGAN


Banyak masalah-masalah yang dijumpai dilapangan dalam
melakukan pengukuran, misalnya saja kesulitan dalam
menentukan dan menempatkan titik-titik ataupun kesulitan
membuat perpanjangan atau pengukuran jarak dari dua buah
titik dan sebagainya. Kesulitan-kesulitan tersebut mungkin
disebabkan adanya halangan-halangan atau rintangan-rintangan,
misalnya adanya pohon-pohon, bukit-bukit, perbedaan
kemiringan tanah, sungai atau bagian gedung-gedung dan lain-
lain sebagainya. Untuk mengatasi hal tersebut di atas ada
beberapa cara untuk menanggulanginya, yaitu dengan membuat
segitiga siku-siku di lapangan atau dengan menggunakan
beberapa alat sederhana.

7
2.3 PEMBUATAN SUDUT SIKU-SIKU DITENGAH
GARIS LURUS
Pada gambar 4.1, titik B adalah sebuah titik pada garis AC
yang akan dibuat sudut siku- sikunya (garis tegak lurus AC). Dari
B, buatlah jarak BX sama dengan BY, yang masing- masing
terletak di kiri dan kanan titik B pada garis AC. Dari titik X dan
Y dengan jarak yang sama (XZ = YZ) buatlah garis yang saling
berpotongan dititik-titik Z. Dengan demikian BZ akan tegak
lurus dengan garis AC.

Gambar 4.1. Membuat Sudut Siku-Siku Ditengah Garis Lurus

Suatu segitiga siku-siku dapat juga dibuat dengan


menggunakan prinsip-prinsip Phytagoras, dimana
hubungan/perbandingan dasar ketiga sisi-sisinya adalah c2 =
a2 + b2, seperti dijelaskan di bawah ini;

Rumus asli phytagoras

8
Membuktikan kebenarannya, di mulai dengan membuat
gambar sebuah persegi besar, kemudian gambarlah sebuah
persegi kecil di dalam persegi besar tersebut,seperti gambar

Berikut Perhitungannya:
Luas persegi besar = Luas persegi kecil + 4 Luas segitiga
=( b + a ) . ( b + a ) = c . c + 4 . 1/2 b.a =b2+ 2 b.a +a=c2+2 b.a
= b2 + a 2= c 2+ 2 b.a - 2 b.a
= b2 + a2 = c2
Berdasarkan rumus tersebut terbukti bahwa sisi miring
sebuah segitiga siku - siku adalah akar dari jumlah kuadrat sisi
- sisi yang lain.
Pada gambar 4.2, AB adalah garis lurus yang diukur dan B
adalah titik yang akan dibuat sudut siku-sikunya. Dari titik B
ke arah A, ukurlah jarak 6m, misalnya dititik C, dimana C
terletak pada garis AB. Kemudian ujung pita ukur yang
tertulis nilai nol diletakkan dititik B dan panjangkan pita ukur
sampai dengan angka 18m dan ikatkan pada titik C. Pada pita
ukur yang menunjukkan angka 8 kita pegang dan kita tarik
sehingga angka 0 – 8 dengan 8 – 18 sama-sama kencang,
misalkan titik yang menunjukkan ang-ka 8 tersebut adalah D.
Maka, BCD adalah segitiga siku-siku dengan panjang BD =
8m d an CD = 10m. Sedangkan BC sudah diukur sepanjang
6m. Maka segitiga tersebut mempunyai perbandingan sisi-
sisinya adalah 3:4:5 dengan sudut siku-siku dititik B.

9
Gambar 4.2. Membuat Siku-Siku Dengan Cara Phytagoras

Kadang-kadang suatu sudut siku-siku dapat dibuat dari


suatu titik yang terletak diluar dari garis lurus yang diukur.
Pada gambar 4.3, X adalah titik yang berada di luar garis
AB, sedangkan AB sendiri adalah garis lurus yang diukur.
Ikatkan ujung pita ukur di titik X, dengan panjang
sembarang. Tarik pita ukur sehingga memotong garis AB,
misalkan dititik C. Kemudian dengan me-megang pita ukur
tersebut kita bergerak sehingga memotong garis AB dititik
D (XC = XD). Jarak CD kita bagi dua sama panjang,
misalkan di titik E. Bila titik E dihubungkan dengan titik X,
maka EX ┴ AB atau segitiga XED adalah segitiga siku-
siku dengan siku-sikunya di titik E.

Gambar 4.3. Membuat Siku-Siku Dari Sebuah Titik Diluar


Garis Lurus

10
2.4 PERALATAN SEDERHANA GUNA
PEMBUATAN SUDUT SIKU-SIKU
Peralatan sederhana ini cukup dipegang dengan tangan
sehingga mudah sekali di bawa si pengukur. Alat-alat ini sering
digunakan dalam pekerjaan pemasangan pada pembuatan sudut
siku-siku
2.4.1 Salib Sumbu
Alat sederhana salib sumbu ini terdiri dari dua
buah metal yang saling berpotongan tegak lurus
satu sama lain (lihat gbr 4.4). Ada bentuk
baru dari peralatan ini, yaitu berbentuk silinder
yang berlubang pada kanan dan kirinya serta
saling tegak lurus (lihat gbr 4.4). Lubang ini
berfungsi sebagai garis bidik.
Pada alat tersebut dilengkapi dengan tangkai
sehingga mudah ditancapkan pada tanah atau
pada suatu sudut siku-siku. Dari salah satu lubang
pembidikan, kita impitkan dengan garis yang kita
ukur. Kemudian dari lubang pembidikan yang
lainnya kita bisa membuat sudut siku-sikunya.

Gambar 4.4 Peralatan Salib Sumbu


2.4.2 Cermin Sudut dan Prisma
Cermin sudut dan prisma (gbr 3.5) yang
dirancang sebagai peralatan tangan digunakan
secara luas. Prinsip kerjanya sama yaitu, sinar

11
cahaya dipantulkan oleh dua permukaan yang
tersusun secara tetap satu dengan yang lainnya dan
akan merubah arah jalannya sinar sebesar dua kali
sudut antara permukaan cermin walaupun arah
cermin diputar. Dua permukaan pantul diatur
dengan sudut 45º sehingga garis pantulnya
dibelokkan 90º.
Biasanya digunakan prisma karena sudut-
sudutnya tidak bepengaruh terhadap kesalahan
garis arah. Bila suatu objek dilihat pada alat,
sudutnya akan dibelokkan menjadi 90º terhadap
objek yang dilihat secara langsung atau yang
terlihat secara nyata pada garis ukur.
Cermin sudut diamati pada garis lurus sambil
membidik dua titik patok atau jalon yang jauh dari
alat (lihat gbr 3.5). Pengamat menggerak-
gerakkan alat sepanjang garis ukur sehingga
bayangan dari yang telah ditentukan seperti sudut
bangunan dan sebagainya, berimpit dengan
bayangan dua titik sebelumnya. Selanjutnya
digunakan unting-unting yang digantungkan pada
bagian bawah alat untuk menentukan posisi titik
sudutnya.
Prisma rangkap dapat ditempatkan pada garis
antara dua titik, transit dan jalon (gbr 3.5). Bila
banyangan dari dua titik pada masing-masing
ujung garis diimpitkan pada alat, alat telah berada
pada garis lurus. Pengamat menggerak-gerakkan
prisma sepanjang garis hingga objek (sudut
bangunan dan sebagainya) terlihat secara langsung
(antara prisma di bawah atau di atas) berada pada
satu garis dengan dua bayangan sebelumnya.

12
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Vektor sangat bermanfaat khususnya bagi mahasiswa Teknik Sipil karena


besaran vector dapat membantu dalam Blowplank, membuat sudut siku-
siku dilapangan, pembuatan sudut siku-siku ditengah garis lurus dan
pengaplikasiannya dapat digunakan untuk menentukan sudut siku saat
perencanaan pembangunan yang dapat menggunakan teorema phytagoras.

3.2 SARAN

Saran saya agar pelajaran ini dapat dimanfaatkan dengan baik dan
maksimal bagi mahasiswa khususnya jurusan teknik sipil agar dapat
menghasilkan perencanaan bangunan yang kokoh dan baik.

13
DAFTAR PUSTAKA

http://staffnew.uny.ac.id/upload/131808335/pendidikan/VEKTOR.pdf diakses
pada tanggal 29 Januari 2019 pada pukul 16.00 Wita

http://staff.unila.ac.id/wsuane/files/2014/09/Bab-1-Vektor.pdf diakses pada


tanggal 29 Januari 2019 pada pukul 16.00 Wita

14
15
16

Anda mungkin juga menyukai