KASUS PERTANAHAN
Oleh:
3. Sengketa Perebutan Lahan Puncak Tomia oleh Kelurahan Tongano dan Desa
Kahianga (Kecamatan Tomia Timur, Kabupaten Wakatobi)
Sampai saat ini, sengketa antara Kelurahan Tongano dan Desa Kahianga masih
belum menemui titik temu. Sengketa ini kaitannya dengan perebutan salah satu lokasi
wisata paling terkenal di Pulau Tomia yaitu Puncak Tomia. Puncak Tomia ini merupakan
salah satu destinasi wisata yang letaknya memang berada di antara Kelurahan Tongano
dan Desa Kahianga. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari wawancara terhadap
beberapa warga lokal, sengketa ini dimulai akibat Puncak Tomia yang mulai terkenal dan
mulai dikomersilkan, namun sampai saat ini, masih belum jelas siapa pemilik sah dari
lahan yang dibuka menjadi Puncak Tomia tersebut. Hal ini diakibatkan karena masih
banyak tanah di Pulau Tomia yang masih belum terdaftar secara resmi di Badan
Pertanahan Daerah dan belum memiliki sertifikat.
Kebanyakan tanah di Pulau Tomia masih merupakan tanah adat yang sifatnya
turun temurun dan masih menganut pada hukum adat. Namun seiring berjalannya waktu,
hukum adat dan garis keturunan pewaris tanah semakin tidak jelas. Hal ini
mengakibatkan banyak pihak yang mengclaim haknya terhadap tanah di Puncak Tomia,
terutama oleh warga Kelurahan Tongano. Menurut cerita, dulunya tanah di Puncak
Tomia ini dihuni oleh nenek moyang warga kelurahan Tongano. Karena jaman dahulu
masih belum ada sistem pengairan yang baik, maka lambat laut orang yang tinggal di
Puncak Tomia itu mulai turun dan tinggal di pesisir pantai sehingga terbentuklah hunian
di Kelurahan Tongano sekarang ini. Dengan mengacu pada hukum adat, maka
Keluarahan Tongano mengclaim bahwa tanah di Puncak Tomia adalah milik Kelurahan
Tongano karena merupakan warisan dari nenek moyang.
Namun beda halnya dengan Desa Kahianga yang mengacu pada zona batas desa
yang ada, bahwa lahan Puncak Tomia merupakan milik Desa Kahianga secara batas
administrasi.. Namun ketika ditilik kembali ke lapangan, tidak terdapat patok batas desa
yang jelas yang memisahkan Kelurahan Tongano dan Desa Kahianga sehingga warga
Kelurahan Tongano menganggap bahwa peta batas administrasi yang menjadi acuan
Desa Kahianga tidak valid. Namun jika dibandingkan secara jarak memang lokasi
Puncak Tomia jauh lebih dekat dengan Desa Kahianga daripada ke Kelurahan Tongano,
namun hal ini juga tidak dapat menjadi parameter penentu.
4. Pembebasan Lahan Proyek Kereta Api (KA) Bandara Adi Soemarmo
Pemerintanh Kota (Pemkot) Solo menargetkan, seluruh proses pembebasan untuk
proyek Kereta Api (KA) Bandara Adi Soemarmo Surakarta agar rampung pada
Desember 2018. Pada Kamis, November 2018 terdapat 6 warga dari total 14 warga
pemilik lahan yang sudah menyetujui dan mengambil uang ganti rugi pembebasan lahan
di Pengadilan Negeri (PN) Surakarta terkait pembebasan lahan proyek jalur KA Bandara
Adi Soemarmo Surakarta. Hingga tertanggal Selasa, 20 Agustus 2019 masih ada
sedikitnya 10 lahan milik warga di Kecamatan Ngemplak Boyolali yang belum berhasil
dibebaskan. Sehingga target pengoperasian kereta api yang menghubungkan Bandara
Internasional Adi Soemarmo dengan Stasiun Solo balapan tahun ini belum bisa
dipastikan.
Saat ini proses pembangunan jalur kereta bandara sudah menyentuh angka 94%
dan dapat dipastikan bahwa upaya pembebasan lahan sudah rampung dilaksanakan.
Terdapat beberapa bagian tertentu yang belum terkoneksi yang dikarenakan terdapat
kendala dengan perlintasan jalan tol. Pembebasan lahan warga yang dinilai
membutuhkan waktu yang cukup lama dikarenakan terhalang oleh jeda adanya gelaran
pesta demokrasi yaitu Pilpres 2019. Pemerintah menggunakan metode persuasif dan juga
upaya ganti rugi kepada warga yang terdampak pembebasan lahan untuk jalur KA
Bandara Internasional Adi Soemarmo – Stasiun Solo Balapan.