Anda di halaman 1dari 10

A.

DUNIA ISLAM ABAD MODERN

1. Pengantar
Ditinjau dari sisi teori, sejarah islam modern dimulai sejak tahun 1800 M. hingga
sekarang. Secara politis pada Abad 18 M dunia islam hampir di bawah kendali bangsa
Barat. Namun baru Abad 20 M mulai bermunculan kesadaran di dunia islam untuk
bangkit melawan penjajah Barat. Dalam sejarah islam periode islam disebut dengan
kebangkitan dunia islam karena ditandai banyaknya bermunculan pemikiran
pembaharuan dalam dunia islam.
Munculnya gerakan pembaharuan disebabkan oleh dua faktor, pertama timbulnya
kesadaran dikalangan umat islam , telah dijumpai nilai – nilai ajaran asing yang telah
masuk kedunia islam dan umat islam mengang gapnya sebagai ajaran islam. Ajaran –
ajaran tersebut kalau dirujuk kepada Al-qur’an dan hadist justru banyak bertentangan
dengan ajaran islam seperti takhayul, bit’ah dan khurafat. Kedua Hegomoni dan
Domonasi dunia barat terhadap dunia islam hampir menguasai disegala bidang baik
ekonomi, perdagangan maupun peradaban. Dua faktor inilah yang menginspirasi umat
islam untuk melakukan reformasi dan mengadakan gerakan – gerakan dengan tujuan
mengmbalikan ajaran islam yang sesuai dengan Al-qur’an dn Sunnah serta meraih
kejayaan islam yang telah hilang.

2. Gambaran Islam Abad pertengahan


Jatuhnya Baghdad pada tahun 1258 M. ketangan bangsa mongol bukan saja
mengakhiri sistem pemerintahan kekhalifahan Abbasiyah, tetapi juga merupakan masa
awal kemunduran politik dan peradaban islam, karena Baghdad sebagai pusat
kebudayaan dan peradaban islam yang sangat kaya dengan ilmu pengetahuan itu ikut
pula lenyap dibumi yang dihanguskan oleh pasukan mongol yang dipimpin Hulgu Khan.
Guna pemulihan kembali kekuatan Islam, maka mengadakan suatu gerakan
pembaharuan dengan mengevaluasi yang menjadi penyebab mundurnya Islam dan
mencari ide-ide pembaharuan dan ilmu pengetahuan dari barat. Gerakan pembaharuan
tersebut antara lain, Gerakan Wahhabiyah yang diprakarsai oleh Muhammad ibn Abdul
Wahhab (1703-1787 M) di Arabia, Syah Waliyullah (1703-1762) M di India dan
Gerakan Sanusiyyah di Afrika Utara yang dikomandoi oleh Said Muhammad Sanusi dari
Al Jazair, Gerakan penerjemahan karya-karya Barat kedalam bahasa Islam dan
pengiriman para pelajar muslim untuk belajar ke Eropa dan Inggris.
Dalam gerakan pembaharuan sangat lekat dengan politik. Ide politik yang pertama
muncul yaitu Pan Islamisme atau persatuan Islam sedunia yang digencarkan oleh
gerakan Wahhabiyah dan Sanusiyah, setelah itu diteruskan dengan lebih gencar oleh
tokoh pemikir Islam yang bernama Jamaluddin Al Afghani (1839-1897).

3. Keadaan Sosial Ekonomi dan Kebudayaan


Pada awal kebangkitannya, Eropa menghadapi tantangan yang sangat berat,
dihadapannya masih terdapat kekuatan – kekuatan perang islam yang sulit dikalahkan,
terutama kerjaan Usmani yang berpusat di Turki.

B. MASA KEJAYAAN BANI ABBASIYAH

1. Kemajuan – kemajuan Dinasti Abbasiyah


Sebagai sebuah dinasti, kekhalifahan Bani Abbasiyah yang berkuasa lebih dari lima
abad, telah banyak memberikan sumbangan positif bagi pengembangan ilmu
pengetahuan dan peradaban Islam. Dari sekitar 37 orang khalifah yang pernah berkuasa,
terdapat beberapa orang khalifah yang benar-benar memliki kepedulian untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan dan peradaban Islam, serta berbagai bidang lainnya,
seperti bidang-bidang sosial dan budaya.
Diantara kemjuan dalam bidang sosila budaya adalah terjadinya proses akulturasi dan
asimilasi masyarakat. Keadaan sosial masyarakat yang majemuk itu membawa dampak
positif dalam perkembangan dan kemajuan peradaban Islam pada masa ini. Karna
dengan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang mereka miliki, dapat dipergunakan
untuk memajukan bidang-bidang sosial budaya lainnya yang kemudian menjadi lambang
bagi kemajuan bidang sosial budaya dan ilmu pengetahuan lainnya. Diantara kemajuan
ilmu pengetahuan sosial budaya yang ada pada masa Khalifah Dinasi Abbasiyah adalah
seni bangunan dan arsitektur, baik untuk bangunan istana, masjid, bangunan kota dan
lain sebagainya. Seni asitektur yang dipakai dalam pembanguanan istana dan kota-kota,
seperti pada istana Qashrul dzahabi, dan Qashrul Khuldi, sementara banguan kota seperti
pembangunan kota Baghdad, Samarra dan lain-lainnya.
Bani Abbasiyah pada periode pertama lebih menekankan pembinaan peradaban dan
kebudayaan Islam daripada perluasan wilayah. Inilah perbedaan pokok antara Bani
Abbas dan Bani Umayyah. Di samping itu, ada pula ciri-ciri menonjol dinasti Bani
Abbas yang tak terdapat di zaman Bani Umayyah. Yaitu pertama, dengan berpindahnya
ibu kota ke Baghdad, pemerintahan Bani Abbas menjadi jauh dari pengaruh Arab Islam.
Sedangkan dinasti Bani Umayyah sangat berorientasi kepada Arab Islam. Dalam periode
pertama dan ketiga pemerintahan Abbasiyah, pengaruh kebudayaan Persia sangat kuat,
dan pada periode kedua dan keempat bangsa Turki sangat dominan dalam politik dan
pemerintahan dinasti ini, kedua dalam penyelenggaraan negara, pada masa Bani Abbas
ada jabatan wazir, yang membawahi kepala-kepala departemen. Jabatan ini tidak ada di
dalam pemerintahan Bani Umayyah dan ketiga, ketentaraan profesional baru terbentuk
pada masa pemerintahan Bani Abbas. Sebelumnya, belum ada tentara khusus yang
profesional.
Kemajuan juga terjadi pada bidang sastra bahasa dan seni musik. Pada masa inilah
lahir seorang sastrawan dan budayawan terkenal, seperti Abu Nawas, Abu Athahiyah, Al
Mutanabby, Abdullah bin Muqaffa dan lain-lainnya. Karya buah pikiran mereka masih
dapat dibaca hingga kini, seperti kitab Kalilah wa Dimna. Sementara tokoh terkenan
dalam bidang musik yang kini karyanya juga masih dipakai adalah Yunus bin Sulaiman,
Khalil bin Ahmad, pencipta teori musik Islam, Al farabi dan lain-lainnya.
Selain bidang –bidang tersebut diatas, terjadi juga kemajuan dalam bidang
pendidikan. Pada masa-maa awal pemerinath Dinasti Abbasiyah, telah banyak diushakan
oleh para khalifah untuk mengembangakan dan memajukan pendidikan. Karna itu
mereka kemudian mendirikan lembaga-lembaga pendidikan, mulai dari tingkat dasar
hingga tingakat tinggi.

a. Kemajuan Dalam Bidang Politik Dan Militer


Di antara perbedaan karakteristik yang sangat mancolok anatara pemerinatah
Dinasti Bani Umayyah dengan Dinasti Bani Abbasiyah, terletak pada orientasi
kebijakan yang dikeluarkannya. Pemerinath Dinasti Bani Umayyah orientasi
kebijakan yang dikeluarkannya selalu pada upaya perluasan wilayah kekuasaanya.
Sementara pemerinath Dinasti Bani Abbasiyah, lebih menfokuskan diri pada upaya
pengembangan ilmu pengetahuan dan peradaban Islam, sehingga masa pemerintahan
ini dikenal sebagai masa keemasan peradaban Islam. Meskipun begitu, usaha untuk
mempertahankan wilayah kekuasaan tetap merupakan hal penting yang harus
dilakukan. Untuk itu, pemerintahan Dinasti Bani Abbasiyah memperbaharui sistem
politik pemerintahan dan tatanan kemiliteran.
Agar semua kebijakan militer terkoordinasi dan berjalan dengan baik, maka
pemerintah Dinasti Abbasiyah membentuk departemen pertahanan dan keamanan,
yang disebut diwanul jundi. Departemen inilah yamg mengatur semua yang
berkaiatan dengan kemiliteran dan pertahanan keamanan. Pembentuka lembaga ini
didasari atas kenyataan polotik militer bahwa pada masa pemerintahan Dinasti
Abbasiyah, banyak terjadi pemebrontakan dan bahkan beberapa wilayah berusaha
memisahkan diri dari pemerintahan Dinasyi Abbasiyah.

b. Kemajuan Dalam Bidang Ilmu Pengetahuan


Keberahasilan umat Islam pada masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah dalam
pengembangan ilmu pengetahuan sains dan peradaban Islam secara menyeluruh, tidak
terlepas dari berbagai faktor yang mendukung. Di antaranya adalah kebijakan politik
pemerintah Bani Abbasiyah terhadap masyarakat non Arab ( Mawali ), yang memiliki
tradisi intelektual dan budaya riset yang sudah lama melingkupi kehidupan mereka.
Mereka diberikan fasilitas berupa materi atau finansial dan tempat untuk terus
melakukan berbagai kajian ilmu pengetahuan malalui bahan-bahan rujukan yang
pernah ditulis atau dikaji oleh masyarakat sebelumnya. Kebijakan tersebut ternyata
membawa dampak yang sangat positif bagi perkembangan dan kemajuan ilmu
pengetahuan dan sains yang membawa harum dinasyi ini.
Dengan demikian, banyak bermunculan banyak ahli dalam bidang ilmu
pengetahaun, seperti Filsafat, filosuf yang terkenal saat itu antara lain adalah Al Kindi
( 185-260 H/ 801-873 M ). Abu Nasr al-faraby, ( 258-339 H / 870-950 M ) dan lain-
lain.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan peradaban islam juga terjadi pada bidang ilmu
sejarah, ilmu bumi, astronomi dan sebagainya. Diantara sejarawan muslim yang
pertama yang terkenal yang hidup pada masa ini adalah Muhammad bin Ishaq ( w.
152 H / 768 M ).

c. Kemajuan Dalam Ilmu Agama Islam


Masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah yang berlangsung lebih kurang lima abad (
750-1258 M ), dicatat sebagai masa-masa kejayaan ilmu pengetahuan dan peradaban
Islam. Kemajuan ilmu pengetahuan dan peradaban Islam ini, khususnya kemajuan
dalam bidang ilmu agama, tidak lepas dari peran serta para ulama dan pemerintah
yang memberi dukungan kuat, baik dukungan moral, material dan finansial, kepada
para ulama. Perhatian yang serius dari pemerintah ini membuat para ulama yang ingin
mengembangkan ilmu ini mendapat motivasi yang kuat, sehingga mereka berusaha
keras untuk mengembangkan dan memajukan ilmu pengetahuan dan perdaban Islam.
Diantara ilmu pengetahuan agama Islam yang berkembang dan maju adalah ilmu
hadist, ilmu tafsir, ilmu fiqih dan tasawuf.

C. KEKHALIFAHAN

1. Para Penguasa Dan Kebijakannya


a. Abbul Abbas as –Saffah (133-137 H/750-754 M)
Abbul Abbas as-Saffah dinobatkan sebagai khalifah pertama dinasti Abbasiyah
oleh pengikutnya pada tahun 133 H/ 720 M. Tindakan pertama yang ditempuhnya
adalah menyapu bersih keturan dinasti Umayyah dari muka bumi. Atas perintahnya,
sang paman yang bernama Abdullah membantai keturunan dinasti Umayyah secara
licik. Agen-agen rahasia Abbul Abbas tersebar diseluruh wilayah negeri untuk
memburu pelarian keturunan Umayyah. Salah satu keturunan Umayyah yang berhasil
melarikan diri yakni Abdur Rahman, cucu Hisyam. ia berhasil mendirikan kekuasaan
bani Umayyah di Spanyol.
Perlakuan kejam Abbul Abbas tidak hanya terbatas pada mereka yang masih sidup
saja, bahkan ia menodai makam-makam keturunan Umayyah. Ia mengeluarkan jenazah
mereka dari kuburan lalu membakarnya menjadi abu. Dengan cara demikian Abbul
Abbas membuktikaan gelar dirinya sebagai as-Saffah (si pernumpah darah atau si haus
darah) dan sekaligus merealisasikan sumpahnya suaktu penobatan sebagai khalifah.
Masa pemerintahan Abbul Abbas tidak berjalan lama, hanya sekitar lima tahun. Ia
meninggal di istana Ambariyah pada tahun 133 H/ 754 M. Akibat serangan penyakit
cacar. Namun sebelum meninggal, ia telah menunjuk saudaranya yang bernama Abul
Jaa’far sebagai pengganti tahta kerajaan. Sekalipun ia terkenal kejam. namun masa
pemerintahannya dipandang sebagai pemerinyahan yang disiplin. Ia diakui sebagai
penguasa yang bertanggung jawab terhadap tugas-tugasnya.

b. Abu Ja’far al-Mashur (137-159 H/754-775 M)


Al-mashur dan beberapa khalifah Abbasiyah pertama merupakan penguasa yang
memilikikemampuan dan kecakapan yang luar biasa yang mencurahkan segala waktu,
tenaga dan pikirannya demi kemajuan dan kesejahteraan bangsanya. Al-Manshur tidak
pernah tidak kejam terhadap musuh-musuh yang menyebabkan kepentingan dinasti
terancam bahaya.
Terdapat beberapa pemberontakan yang cukup besar namun semuanya dapat
ditaklukan dengan mudah oleh Al-Mashur. diantaranya ialah:

 Pemberontakan yang dilakukan oleh Abdullah Ibn Ali yakni paman al-Mashur
yang menjadi gubernur di syiria
 pemberontakan yang lakukan oleh sekte persia yang bernama “ Rawandiyah”
 Pemberontakan yang dilakukan oelh gubernur Khurasan

Setelah berhasil mengamankan situasi politik dalam negeri, al-Manshur


merencanakan pembangunan kota Baghdad. Ia memulainya pada abad 145 H/762 M.
Dan merampungkannya selama empat tahun. Baghdad menjadi pusat ibu kota
Imperium Abbasiyah dan merupakan kota yang paling megah pada abad pertengahan.
Dalam masa al-Manshur ini terdapat keluarga Barmakhiyang dibentuk oleh Khalid Ibn
Barmaki mulai memrankan peran utama dilingkungan istana.

Al-Manshur menguasai pemerintahan selama 22 tahun telah membuktikan prestasi


besar dalam mengkonsolidasikan situasi politik. Pada masa pemerintahannya, berbagai
disiplin ilmu seperti kepustakaan, sejarah, kedokteran, dan khususnya astronomi
dipelajari dan berkembang dengan pesat.

c. Al-Mahdi (159-169 H/ 755-785)


Al-Mahdi menggantikan kedudukan ayahnya, al-Manshur. Ia merupakan penguasa
yang lemah lembut dan dermawan. Ia menandai awal masa pemerintahannya dengan
membebaskan seluruh tahanan,penjahat kejam sekalipun. Kekayaan ayahnya yang
melimpah membuatnya berkesempatan melakukan program-program pembangunan
yang besar. dengan memperluas masjid kota-kota islam, dan juga membanguna ibukota
kerajaan menjadi sangat megah. Kemajuan musik, sastra dan filsafat telah menghiasi
masa pemerintahannya. pada masa, di Khurasan terjadi penyebaran ajaran sesat yang
dipelopori oleh Hisyam ibn Hakim yang mengaku dirinya sebagai “Nabi berkerudung”.
Pada sekitar tahun 163 M. pasukan Romawi menyerbu beberapa wilayah muslim
perbatasan. mereka berhasil menaklukan kembali bebrapa wilayah peerbatasan bagian
barat.
Masa pemerintahan Al-Mahdi merupakan era kemakmuran. Ia telah berbuat
banyak dami ketertiban imperium. pertanian dan perdagangan dengan pesat. Ia
berusaha menyelamatkan ajaran ortodok dan menindas segala macam sekte-sekte sesat,
dan ia juga tidak memberikan kesepatannya berkembangannya pemikiran bebas.

d. Musa Al-Hadi (169-170 H/785-786 M)


Sepeninggalan al-Mahdi tahta kerajaan Abbasiyah dijabat oleh putera yang tertua,
Musa al-Hadi. Sekalipun Harun adik Musa menyatakan persetujuan dan dukungan atas
penobatan Musa, namun sang kakak tidak menaruh kepercayaan terhadap dukungan
Harun. Musa mengatur rencana mendepak Harun dan berusaha memindahkan Khalifah
kepda puteranya yang bernama Ja’far. Demi terwujudnya rencana ini Musa
memenjarakan penasehat utama Harun yang bernama Yahya Ibn Khalid al-Barmaki,
dan beberapa pendukung Harun yang dipandang membahayakan kedudukan Musa.
Ketika konflik sudah semakin kritis, Harun meninggalkan istana demi untuk
menyelamatkan diri dari ancaman Musa al-Hadi. Musa al-Hadi meninggal setelah
memegang pemerintahan tidak lebih dari dua tahun.

e. Harun Al-Rasyid (170-194 H/786-809 M)


Sesuai dengan amanat al-Mahdi, Harun al-rasyid segera menduduki tahta kerajaan
sepeninggal saudaranya yakni al-hadi. Ia berkuasa selama 23 tahu. penobatan ini
mengantarkan dinasti Abbasiyah pada kemajuan yang gemilang.
Kebijakan pertama yang ditempuh Harun adalah melantik seorang penasehat
pribadinya yang bernama yahya ibn Khalid al-Barmaki sebagai perdana mentri dan
sekaligus mengangkat dua putera yahya yang bernama fadl dan ja’far sebagai pejabat
tinggi Harun. Harun sangat dikenal sebagai penguasda yang taat terhadap ajaran agama,
dan sangat dermawan. Atas pengaruh isterinya Zubaidah, Harun menunjuk tiga
anaknya sekaligus sebagai penggantinya secara berurutan yakni: al-amin, al-Makmun
dan al-Ma’tasim.
Harun al-Rasyid tidak hanya sebagai khalifah terbesar Abbasiyah sekaligus sebagai
penguasa terbesar dunia pada saat itu. “ Abad kesembilan belas ditandai dengan
tampilnya dua raja besar dunia: Charlemagne penguasa Barat. dan Harun di timur”.
Selama pemerintahannya rakyat hidup dalam kemakmuran yang merata, dan ilmu
pengetahuan dan peradaban memasuki era kemajuan yang menakjubkan. Untuk
melengkapi kesejahteraan rakyat, ia mendirikan rumah sakit, sekolahan, perguruan
tinggi, membangun masjid, jalan,irigasi dan menetapkan tunjangan fakir miskin.
Bidang tulis menulis merupakan kegiatan yang paling menonjol kemajuannya.

f. Al-Amin (194-198 H/809-813 M)


Sepeninggal Harun, puteranya yang tertua yakni Al-Amin meneruskan kedudukan
ayahnya. Ia adalah pemuda yang suka kemewahan dan kesenangan dunia. ia
menyerahkan urusan pemerintahan kepada perdana menterinya, yakni Fazl Ibn rabi,
sedangkan ia tetap sibuk dengan urusan peribadinya. pada saat itu al-Makmun, saudara
al-Amin,menjabat gubernur untuk wilayah-wilayah timur. Ia sangat dipuja oleh
masyarakat karena sikapnya sangat bertolak belakang dengan al-Amin, maka ada
kecemasan pada diri al-Amin sehingga ia memecatnya dari jabatan gubernur, dan
secara curang ia menunjuk puteranya yang bernama masa sebagai putera mahkota dan
menghianati amanat ayahnya.

g. Al-Makmun (198-318 H/813-933 M)


Dengan kemenangan dalam perang saudara, al-Makmun menduduki tahta kerajaan
Abbasiyah. Namun ia tidak segera menjalani kehidupan istana di baghdad, melainkan
tetap menyibukan diri dengan kajian filsafatnya di Merv. karena itu ia menyerahkan
urusan pemerintahan kepada wakilnya yakni Fadl Ibn Sahal. Sementara itu di Merv al-
Makmun menetapkan keputusan yang membuat keluarga Abbasiyah bagai tersambar
petir yakni pada tahun 202 H. al-Makmun menunjuk Imam Ali al-Ridha Ibn Musa al-
Kadzim,seorang keturunan keluarga Ali,sebagai pengganti kedudukan Khalifah kelak.
Ia juga melarang memakai pakaian hitam,yakni warna yang melambangkan semangat
perjuangan Abbasiyah dan menggantinya dengan warna hijau, yakni warna yang
mnelambangkan perjuangan keluarga Ali.
Al-Makmun berkuasa selama 21 tahun. Masa pemerintahannya meninggalkan
warisan kemajuan intelektual Islam yang sangat berharga,dalam bisang pemikiran,
matematika, astronomi, kedokteran dan filsafatmencapai kemajuan yang hebat pada
masa ini. Masa pemerintahan al-makmun diwarnai dengan gerakan pendidikan, baik di
wilayah timur maupun barat. Masa pemerintahan al-Makmun merupakan kejayaan
sejarah bangsa Arab dan dapat disebut dengan “ zaman Agustan islam”.

h. Al-Mu’tasim (833-845 M)
Al-mu’tasim mengklaim dirinya sebagai khalifah ketika al-Makmun sedang dalam
keadaan sakit. Banyak tentara yang tidak sepakat atas tindakannya itu. Untuk
mengamankan rakyat baghdad, al- mu’tasim memindahkan ibukota kerajaan ke
Samarra tahun 836, sekitar 95 km dari arah hulu sungai Tigris. Di kota ini ia
membangun istana kerajaan dan perkampungan untuk 250.000 tentara, dan tidak lama
kemudian samarra menjadi semegah kota Baghdad, kecuali ia tidak mampu menandingi
baghdad sebagi pusat perkembangan intelektual muslim. Al-Mu’tasim meninggal pada
tahun 842 H. Menurut Gibbon, “ pada masa pemerintahan al-Mu’tasim ini kebesaran
Abbasiyah dan bangsa Arab mulai mundur”

2. Bidang Pemerintahan
Pada masa Abbasiyah I (750-847 M), kekuasaan kholifah sebagai kepala
negarasangat terasasekali dan benar seorang kholifah adalah penguasa tertinggi dan
mengatur segala urusan negara. Sedang masa Abbasiyah II 847-946 M) kekuasaan
kholifah sedikit menurun, sebab Wazir (perdana mentri) telah mulai memiliki andil
dalam urusan negara. Dan pada masa Abbasiyah III (946-1055 M) dan IV (1055-1258
M), kholifah menjadi boneka saja, karena para gubernur di daerah-daerah telah
menempatkan diri mereka sebagai penguasa kecil yang berkuasa penuh. Dengan
demikian pemerintah pusat tidak ada apa-apanya lagi.

3. Bangunan Tempat Pendidikan dan Peribadatan


Antara bentuk bangunan yang dijadikan lembaga pendidikan adalah madrasah.
Terdapat juga Kuttab, sebagai lembaga pendidikan dasar dan menengah. Majlis
Muhadhoroh sebagai tempat pertemuan dan diskusi para ilmuan, serta Darul Hikmah
sebagai perpustakaan. Ada juga bangunan berupa tempat-tempat peribadatan, seperti
masjid. Masjid saat itu tidak hanya berfungsi sebagai tempat pelaksanaan ibadah sholat,
tetapi juga sebagai tempat pendidikan tingkat tinggi dan takhassus. Di antaranya adalah
masjid Cordova, Ibnu Toulun, Al-Azhar dan lain sebagainya.
Masa pemerintahan Abul Abbas As-Saffah sampai Kholifah Al-Watsiq Billah
agama Islam mencapai zaman keemasan (132 – 232 H / 749 – 879 M). Namun, pada
masa kholifah Al-Mutawakkil sampai Al-Mu’tashim, Islam mengalami kemunduran dan
keruntuhan. Kehancuran Dinasti Abbasiyah melalui proses panjang yang diawali oleh
berbagai pemberontakan dari kelompok yang tidak senang terhadap kepemimpinan
kholifah Abbasiyah. Selain kelemahan Khalifah, beberapa alasan lainnya.

D. FAKTOR –FAKTOR

1. Faktor Internal Dan Eksternal Runtuhnya Dinasti Abbasiyah

a. Faktor Internal

1) Persaingan antar Bangsa.

Kecenderungan masing-masing bangsa untuk mendominasi kekuasaan sudah dirasakan sejak


awal Khalifah Abbasiyah berdiri. Akan tetapi, para Khalifah adalah orang-orang kuat yang
mampu menjaga keseimbangan kekuatan sehingga stabilitas politik dapat terjaga. Setelah al-
Mutawakkil, seorang Khalifah yang lemah, naik tahta, dominasi tentara Turki tidak
terbendung lagi. Sejak itu kekuasaan Daulah Abbasiyyah sebenarnya sudah berakhir.

2) Kemerosotan Ekonomi.

Kondisi politik yang tidak stabil menyebabkan perekonomian negara morat-marit. Kondisi
ekonomi yang buruk memperlemah kekuatan politik Dinasti Abbasiyah. Kedua faktor ini
saling berkaitan dan tak terpisahkan.

3) Konflik Keagamaan.

Konflik yang melatarbelakangi agama tidak terbatas pada konflik antara Muslim dan Zindik
atau Ahlussunnah dengan Syi’ah saja, tetapi juga antaraliran dalam Islam.

4) Perkembangan Peradaban dan Kebudayaan.


Kemajuan besar yang dicapai Dinasti Abbasiyah pada periode pertama telah mendorong para
penguasa untuk hidup mewah, yang kemudian ditiru oleh para haratawan dan anak-anak
pejabat sehingga menyebabkan roda pemerintahan terganggu dan rakyat menjadi miskin.

b. Faktor Eksternal

1) Perang Salib

Kekalahan tentara Romawi yang berjumlah 200.000 orang dari pasukan Alp Arselan yanag
hanya berkekuatan 15.000 prajurit telah menanamkan benih permusuhan dan kebencian
orang-orang kristen terhadap ummat Islam. Kebencian itu bertabah setelah Dinasti Saljuk
yang menguasai Baitul Maqdis menerapkan beberapa peraturan yang dirasakan sangat
menyulitkan orang-orang Kristen yang ingin berziarah kesana. Oleh karena itu pada tahun
1095 M, Paus Urbanus II menyerukan kepada ummat kristen Eropa untuk melakukan perang
suci, yang kemudian dikenal dengan nama Perang Salib.

Perang salib yang berlangsung dalam beberapa gelombang atau peride telah banyak menelan
korban dan menguasai beberapa wilaya Islam. Setelah melakukan peperangan antara tahun
1097-1124 M mereka berhasil menguasai Nicea, Edessa, Baitul Maqdis, Akka, Tripoli dan
kota Tyre. Pengaruh Salib juga terlihat dalam penyerbuan tentara Mongol. Disebutkan bahwa
Hulagu Khan, panglima tentara Mongol, sangat membenci Islam karena ia banyak
dipengaruhi oleh orang-orang Budha dan Kristen Nestorian. Gereja-gereja Kristen berasosiasi
dengan orang-orang Mongol yang anti Islam itu dan diperkeras di kantong-kantong ahlul-
kitab. Tentara Mongol, setelah menghancur leburkan pusat-pusat Islam, ikut memperbaiki
Yerussalem.

2) Serangan Mongolia Ke Negeri Muslim dan Berakhirnya Dinasti Abbasiyah

Orang-orang Mongolia adalah bangsa yang berasal dari Asia Tengah. Sebuah kawasan
terjauh di China. Terdiri dari kabilah-kabilah yang kemudian disatukan oleh Jenghis Khan
(603-624 H). mereka adalah orang-orang Badui-sahara yang dikenal keras kepala dan suka
aberlaku jahat.Sebagai awal penghancuran Bagdad dan Khilafah Islam, orang-orang
Mongolia menguasai negeri-negeri Asia Tengah Khurasan dan Persia dan juga menguasai
Asia Kecil. Pada bulan September 1257, Hulagu mengirimkan ultimatum keada Khalifah
agar menyerah dan mendesak agar tembok kota sebelah luar diruntuhkan.

Tetapi Khalifah tetap enggan memberikan jawaban. Maka pada Januari 1258, asuakn Hulagu
bergerang untuk mengahncurkan tembok ibukota. Sementara itu Khalifah al-Mu’tashim
langsung menyerah dan berangkat ke base pasukan mongolia. Setelah itu para pemimpin dan
fuqaha juga keluar, sepuluh hari kemudian mereka semua dibunuh. Hulagu mengzinkan
pasukannya untuk melakukan aa saja di Baghdad. Mereka menghancurkan kota Baghdad dan
membakarnya. Pembunuhan berlangsung selama 40 hari dengan jumlah korban sekitar dua
juta orang.Perlu juga disebutkan disini peran busuk yang dimainkan oleh seorang Syi’ah
Rafidhah yaitu Ibn ’Alqami, menteri al-Mu’tashim, yang bekerjasama dengan orang-orang
Mongolia dan membantu pekerjaan-pekerjaan mereka.

Anda mungkin juga menyukai