Anda di halaman 1dari 22

Genocide Dan War Crime: Sebuah Perbandingan Dari Sudut Pandang Grave Breaches (Pelanggaran Hak Asasi Manusia

Berat)

GENOCIDE DAN WAR CRIME:


SEBUAH PERBANDINGAN DARI SUDUT PANDANG
GRAVE BREACHES (PELANGGARAN HAK ASASI
MANUSIA BERAT)
Oleh :

Indah Sari, SH, M.Si


Dosen Tetap Fakultas Hukum Universitas Suryadarma dan
aktif di LKBH Fakultas Hukum Universitas Suryadarma serta anggota Asosiasi Dosen Seluruh Indonesia (ADI)
Email : (indah.alrif.@gmail.com)
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Abstrak:

This writing propose to explain some criterions of grave breaches, which is constituted of genocide, war
crime, aggression and crime against humanity. Genocide means any of the following acts committed with
intent to destroy, in whole or in part, a national, ethnical, racial or group. War Crimes: Namely,
violations of the laws or customs of war. Such violations shall include, but not be limited to, murder, ill-
treatment or deportation to slave labour or for any other purpose of civilian populations of or in occupied
territority, murder or ill-treatment of prisoners of war or persons on the seas, killing of hostages, plunder of
public of private property, wanton destruction of cities, town or villages, or devastation not justified by
military necessity. Finally, this writing focused about some differences between Genocide and War Crime

Keywords: Human Rights, Grave Breaches, Genocide, War Crime.

I. PENDAHULUAN dimana dijelaskan bahwa Grave


Breaches yaitu pelanggaran -
Istilah Grave Breaches mungkin di pelanggaran yang meliputi perbuatan-
dengar sangat asing bagi masyarakat perbuatan berikut, apabila dilakukan
umum. Sebenarnya Graves Breaches terhadap orang atau milik yang
bukan sesuatu yang asing bagi kita dilindungi oleh Konvensi :
semua, dalam kenyataannya banyak pembunuhan disengaja, penganiayaan
kita temui tindakan-tindakan yang atau perlakuan yang tidak
mengandung unsur-unsur Graves berperikemanusiaan, termasuk
Breaches. Apa itu Grave Breaches? Jika percobaan - percobaan biologis,
diartikan ke dalam bahasa Indonesia menyebabkan dengan sengaja
Grave Breaches adalah pelaggaran Hak penderitaan besar atau luka berat atas
Asasi Manusia (HAM) berat. Pada badan atau kesehatan, serta
pasal 50 Konvensi Genewa 1949 penghancuran yang luas dan tindakan

31
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara – Fakultas Hukum Universitas Suryadarma | Volume 6 No.2, Maret 2016
Genocide Dan War Crime: Sebuah Perbandingan Dari Sudut Pandang Grave Breaches (Pelanggaran Hak Asasi Manusia Berat)

perampasan atas harta benda yang lebih dalam lagi terhadap Genocide dan
tidak dibenarkan oleh kepentingan War Crime? Kerena menurut penulis
militer.1 ada persamaan-persamaan dan
perbedaan-perbedaan yang signifikan
Internasional Criminal Court (ICC) telah antara Genocide dan War Crime
mengklasifikasikan empat bentuk sehingga akhirnya penulis
pelanggaran HAM berat yaitu: mengangkat dua permasalahan dalam
Genosida, Kejahatan Terhadap tulisan ini yaitu: pertama, bagaimana
Kemanusiaan, Kejahatan Perang dan kriteria daari Grave Breaches
Kejahatan Agresi. Dan di pasal 5 (pelanggaran Hak Asasi Manusia
Statuta Roma tahun 1998 Berat)? kedua, apa persamaan dan
menyebutkan bahwa yurisdiksi dari
perbedaan dari Genocide dan War
Internasional Criminal Court (ICC)
Crime ditinjau dari sudut pandang
adalah:2
Graves Breaches?
a. Kejahatan Genosida (the crime of
Adapun tujuan dari penulisan ini
genocide)
adalah:
b. Kejahatan Kemanusiaan (crimes
against humanity) 1. Untuk mengkaji dan menganalisis
c. Kejahatan Perang (war crime) kriteria dari Grave Breaches
d. Kejahatan Agresi (the crime of (Pelanggaran Hak Asasi Berat)
aggression) Dimana penulis melihat
perbuatan-perbuatan apa yang
Dalam konteks Hukum Nasional, kita
termasuk ke dalam Grave Breaches
dapat menjumpai pengertian Grave
dan dimanakah perbuatan-
Breaches di Undang-Undang No. 26
perbuatan itu di atur. Disamping
Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM
itu juga melihat unsur-unsur dari
pasal 7 dimana dinyatakan bahwa:
Grave Breaches.
pelanggaran Hak Asasi Manusia Berat
meliputi:3 2. Untuk mengkaji dan mencari
dimanakah perbedaan antara
a. Kejahatan Genosida
Genocide dan War Crime yang
b. Kejahatan Kemanusiaan
merupakan bagian dari Grave
Dari uraian diatas kita dapat Breaches (Pelanggaran Hak Asasi
menyimpulkan bahwa Grave Breaches Manusia Berat) dan kemudian
sudah tegas-tegas telah diatur dalam penulis juga akan menambahkan
Hukum Nasional maupun dalam sedikit analisis kaitan antara
Hukum Internasional. Tetapi di dalam Genocide (Genosida) dengan
tulisan ini penulis hanya mengkaji dua Pengadilan HAM berat begitu
tindakan yang termasuk dalam Graves juga dengan War Crime (kejahatan
Breaches yaitu Genosida (Genocide) dan perang)
kejahatan perang (War Crime).
Mengapa penulis hanya mengkaji Kemudian untuk menganalisis
permasalahan dalam tulisan ini
1
Pasal 50 Konvensi Jenewa 1949. penulis mencoba pertama, mengkaji
2
Lihat Pasal 2 Statuta Roma 1998. pengertian HAM dari berbagai istilah.
3
Baca Pasal 7 Undang-Undang No. 26 Tahun 2000
tentang Pengadilan HAM Kemudian melihat pengaturaan HAM

32
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara – Fakultas Hukum Universitas Suryadarma | Volume 6 No.2, Maret 2016
Genocide Dan War Crime: Sebuah Perbandingan Dari Sudut Pandang Grave Breaches (Pelanggaran Hak Asasi Manusia Berat)

dari peraturan yang bertaraf pengadilan HAM tersebut,


internasional dan nasional. Setelah mekanisme pengadilan HAM
mendapatkan pengertian HAM bagaimana. Kemudian baru penulis
penulis mencoba mengkaitan antara melihat yurisdiksi Pengadilan HAM
HAM dengan Grave Breaches Berat. Kelima, kesimpulan dari tulisan
(Pelanggaran Hak Asasi Berat). penulis, tentu dalam kesimpulan
penulis mencoba menjawab dua
Berbicara Grave Breaches tidak bisa permasalahan yang penulis angkat
terlepas dari pembicaraan HAM. Baru dalam tulisan ini.
kemudian penulis masuk ke dalam
pengertian Grave Breaches serta dasar Berdasarkan pada uraian diatas
hukumnya apa. Terakhir baru masuk akhirnya penulis sangat tertarik untuk
kepada perbuatan-perbuatan apa saja mengkaji dan menganalisis lebih
yang masuk ke dalam Grave Breaches. dalam tentang Grave Breaches, karena
Kedua, penulis mencoba untuk mengenai Grave Breaches ini banyak
memaparkan serta menjelaskan apa kalangan yang tidak mengatahui apa
itu Genosida serta apa ukuran dari itu Grave Breaches serta perbuatan-
sebuah perbuatan baru dapat perbuatan apa yang termasuk Grave
dikatakan sebuah perbuatan Breaches. Genocide dan War Crime yang
Genosida. Dan juga akan merupakan bagian dari Grave Breaches
menguraikan beberapa aturan yang akan penulis kaji lebih dalam karena
mengatur tentang Genosida. Untuk penulis meihat ada persamaan dan
mempertajam analisis penulis, penulis perbedaan signifikan antara Genocide
memaparkan beberapa kasus dan War Crime. Harapan penulis
Genosida terbesar yang pernah terjadi semoga tulisan ini bermanfaat bagi
di muka bumi. Ketiga, dimana sesuai akademisi, mahasiswa, penggiat
dengan tujuan penulisan ini yang HAM, penegak hukum, pemerintah
mencoba mencari dimana perbedaan serta masyarakat pada umumnya.
dan persamaan antara Genocide dan
War Crime, maka pembahasan
selanjutnya adalah membahas tentang
II. PERMASALAHAN
War Crime.
1. Bagaimanakah kriteria dari Grave
Penulis mencoba melihat kriteria dan
Breaches (Pelanggaran Hak Asasi
perbuatan-perbuatan dari War Crime,
Manusia Berat)?
peraturan-peraturan internasional
maupun nasional apa saja yang 2. Apa persamaan dan perbedaan
mengatur War Crime. Keempat, pada dari Genocide dan War Crime
point keempat ini penulis ditinjau dari sudut pandang Grave
menganalisis tentang Pengadilan Breaches (Pelanggaran Hak Asasi
HAM Berat karena pelaku Genocide Manusia Berat)?
dan War Crime biasanya diadili di
Pengadilan HAM berat. Disini penulis
melihat apa yang dimaksud dengan
Pengadilan HAM berat, dasar
hukumnya apa, berkedudukan dimana

33
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara – Fakultas Hukum Universitas Suryadarma | Volume 6 No.2, Maret 2016
Genocide Dan War Crime: Sebuah Perbandingan Dari Sudut Pandang Grave Breaches (Pelanggaran Hak Asasi Manusia Berat)

III. PEMBAHASAN yang berbahasa Indonesia


terdapat istilah-istilah seperti hak-
A. GRAVE BREACHES
hak asasi manusia, hak-hak
(PELANGGARAN HAK
kodrati dan hak-hak dasar. Pada
ASASI MANUSIA BERAT)
sisi lain kepustakaan hukum
Sebelum membahas mengenai selain menggunakan hak dasar
Grave Breaches alangkah baiknya sebagai terjemahan dari
kita harus memahami terlebih “grondrachtan”, “grundrechte”,
dahulu kajian mengenai Hak “fundamental right”, “droits
Asasi Manusia, karena antara fundamentaux” juga menggunakan
pengertian Grave Breaches tidak istilah hak-hak asasi manusia
bisa dipisahkan dari makna yang sebagai terjemahan dari
terkandung dalam pengertian “mensenrechten”, “menchenrechte”,
akan Hak Asasi Manusia. “human rights”, dan “droits de
I’homme”4
Ditinjau dari berbagai istilah
yang ditemukan dalam literatur, Sedangkan pengertian Hak Asasi
hak asasi manusia merupakan Manusia menurut Deklarasi
terjemahan dari “droits de Universal Hak Asasi Manusia
I’homme” dalam bahasa Perancis yang dirumuskan oleh PBB pada
yang berarti manusia atau dalam tahun 1948 yang merupakan
bahasa Inggrisnya “Human dokumen tertulis Hak Asasi
Rights” dan dalam bahasa Manusia pertama yang dihasilkan
Belanda disebut “Mensenrechten”. oleh negara-negara dan bangsa-
bangasa yang mewakili latar
Dalam kepustakaan lain belakabg budaya, kepercayaan,
digunakan istlah-istilah dasar ideologi dan politik merumuskan
yang merupakan terjemahan bahwa Hak Asasi Manusia
“basic rights” dalam bahasa adalah Hak untuk kebebasan dan
Inggris dan “grondrechten” dalam persamaan dalam derajat yang
bahasa Belanda. Sebagian orang diperoleh sejak lahir dan tidak
menyebutnya dengan hak-hak dapat dicabut dari seseorang.5
fundamental sebagai terjemahan
dari “fundamental rights” dalam Berdasarkan Deklarasi Universal
bahasa Inggris dan “fundamentele Hak Asasi Manusia PBB tahun
rechten” dalam bahasa Belanda. 1948 dan Indonesia sebagai
anggota Perserikatan Bangsa-
Istilah lain tentang Hak Asasi Bangsa (PBB) mengemban
Manusia sebagaimana tanggungjawab moral dan hukum
dikemukan oleh Hadjon untuk menjunjung tinggi tentang
(1987:38), ada dalam Hak Asasi Manusia yang
kepustakaan bahasa Inggris yang ditetapkan oleh PBB, serta
mempergunakan istilah “Natural
right” dan dalam bahasa Belanda 4
Bahder Johan Nasution, Negara Hukum Dan Hak
Asasi Manusia, Mandar Maju, Bandung, 2012,
digunakan istilah “rechten van den hal.129-130.
mens” sedang dalam kepustakaan 5
Lihat lebih lanjut Deklarasi Universal Hak Asasi
Manusia yang dirumuskan PBB pada tahun 1948

34
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara – Fakultas Hukum Universitas Suryadarma | Volume 6 No.2, Maret 2016
Genocide Dan War Crime: Sebuah Perbandingan Dari Sudut Pandang Grave Breaches (Pelanggaran Hak Asasi Manusia Berat)

berbagai instrumen internasional melaksankan hak dan


lainnya mengenai hak asasi kebebasannya, setiap orang
manusia yang telah diterima oleh tunduk pada pembatasan yang
Negara Republik Indonesia maka ditetapkan oleh hukum.7
di Hukum Nasionalnya Bangsa
Indonesia menuangkan ketentuan Asas-asas dasar mengenai
tentang Hak Asasi Manusia ini pengakuan Hak Asasi Manusia
dalam Undang-Undang Hak ini tertuang pada pasal 2 sampai
Asasi Manusia Nomor 39 Tahun dengan pasal 8 UU Nomor 39
1999. tahun1999 yang mana dinyatakan
sebagai berikut:8
Dimana di dalam pasal 1
dijelaskan bahwa “ Hak Asasi Pasal 2: Negara Republik
Manusia adalah seperangkat hak Indonesia mengaku dan
yang melekat pada hakikat dan menjunjung tinggi hak asasi
keberadaan manusia sebagai manusia dan kebebasan dasar
makhluk Tuhan Yang Maha Esa manusia sebagai hak yang secara
dan merupakan anugerah-Nya kodrati melekat pada dan tidak
yang wajib dihormati, dijunjung terpisahkan dari manusia, yang
tinggi dan dilindungi oleh harus dilindungi, dihormati, dan
Negara, Hukum, Pemerintahan ditegakan demi peningkatan
dan setiap orang demi martabat kemanusiaan,
kehormatan dan perlindungan kesejahteraan, kebahagiaan, dan
harkat dan martabat manusia.6 kecerdasan serta keadilan.
Pengertian hak asasi manusia Pasal 3:
tersebut sekurang-kurangnya
mengandung tiga hak elemen 1. Setiap orang dilahirkan bebas
yang tidak boleh dicabut dari dengan harkat dan martabat
seseorang sebagai individu, yakni manusia yang sama dan
hak untuk hidup, hak untuk tidak sederajat serta dikaruniai akal
dianiaya, dan adanya kebebasan. dan hati nurani untuk hidup
bermasyarakat, berbangsa dan
Disamping itu juga ada hak bernegara dalam semangat
ekonomi, sosial dan budaya yang persaudaraan.
dimilki oleh setiap orang sebagai
anggota masyarakat dan tidak 2. Setiap orang berhak atas
dapat dikesampingkan bagi pengakuan, jaminan,
martabat manusia dan kebebasan perlindungan dan perlakuan
dalam mengembangkan hukum yang adil serta
kepribadiannya. Dari pengertian mendapat kepastian hukum
hak asasi manusia juga muncul dan perlakuan yang sama di
pengakuan bahwa setiap orang depan hukum.
berhak atas ketertiban sosial dan
internasional sehingga dalam
7
Bahder Johan Nasution, Op.Cit, hal 130-131.
6 8
Pasal1 Undang-Undang Nomor 39 tahun 1999 Pasal 2, 3, 4, 5, 6, 7 dan 8 Undang-Undang Nomor
tentang Hak Asasi Manusia (HAM) 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (HAM)

35
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara – Fakultas Hukum Universitas Suryadarma | Volume 6 No.2, Maret 2016
Genocide Dan War Crime: Sebuah Perbandingan Dari Sudut Pandang Grave Breaches (Pelanggaran Hak Asasi Manusia Berat)

3. Setiap orang berhak atas diperhatikan dan dilindungi


perlindungan hak asasi oleh hukum, masyarakat dan
manusia dan kebebasan dasar pemerintahan.
manusia tanpa diskriminasi.
2. Identitas budaya masyarakat
Pasal 4: hukum adat, termasuk hak
atas tanah ulayat dilindungi
Hak untuk hidup, hak untuk tidak selaras dengan perkembangan
disiksa, hak kebebasan pribadi, zaman.
pikiran dan hati nurani, hak
beragama, hak untuk tidak Pasal 7:
diperbudak, hak untuk diakui 1. Setiap orang berhak kuntuk
secara pribadi dan persamaan di menggunakan semua upaya
depan hukum, dan hak untuk hukum nasional dan forum
tidak dituntut atas dasar hukum internasional atas semua
yang berlaku surut adalah hak pelanggaran hak asasi manusia
asasi manusia yang tidak dapat yang dijamin oleh hukum
dikurangi dalam keadaan apapun Indonesia dan hukum
dan oleh siapapun. Internasional mengenai hak
Pasal 5: asasi manusia yang telah
diterima oleh Negara Republik
1. Setiap orang diakui sebagai Indonesia.
manusia pribadi yang berhak
2. Ketentuan hukum
menuntut dan memperoleh
Internasional yang telah
perlakuan serta perlindungan
diterima Negara Republik
yang sama sesuai dengan
Indonesia yang menyangkut
martabat kemanusiannya di
hak asasi manusia menjadi
depan hukum.
hukum nasional.
2. Setiap orang berhak mendapat Pasal 8:
bantuan dan perlindungan
yang adil dari pengadilan yang Perlindungan, pemajuan,
objektif dan tidak berpihak penegakan dan pemenuhan hak
asasi manusia terutama menjadi
3. Setiap orang yang termasuk tanggung jawab pemerintahan.
kelompok masyarakat yang
rentan berhak memperoleh Dari uraian diatas kita dapat
perlakuan dan perlindungan melihat apa makna dari Hak asasi
lebih berkenaan dengan manusia tersebut, apa ruang
kekhususannya. lingkupnya, apa-apa saja asas-
asas dan dasar-dasar dari hak
Pasal 6: asasi manusia. Serta bagaimana
peran hukum internasional
1. Dalam rangka penegakan hak
maupun nasional dalam
asasi manusia, perbedaan dan
penegakan Hak Asasi Manusia
kebutuhan dalam masyarakat
(HAM). Selanjutnya kita akan
hukum adat harus
coba membahas apa-apa saja

36
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara – Fakultas Hukum Universitas Suryadarma | Volume 6 No.2, Maret 2016
Genocide Dan War Crime: Sebuah Perbandingan Dari Sudut Pandang Grave Breaches (Pelanggaran Hak Asasi Manusia Berat)

yang termasuk pelanggaran HAM dalam Konvensi Jenewa 1949


Berat (Grave Breaches). Bagaimana dan Protokol Tambahan 1977
kita melihat Grave Breaches dari yang berlaku dalam
sudut pandang HAM dalam sengketa/konflik bersenjata
konteks Nasional maupun Internasional.10
Internasional.
Adapun pelanggaran-pelanggaran
Perkembangan berbagai bentuk berat (grave breaches) yang
kejahatan yang terjadi dalam dimaksud lebih diuraikan lagi di
masyarakat internasional yang pasal 50 Konvensi Genewa 1949
berakibat terjadinya korban- dimana dijelaskan bahwa grave
korban yang tidak manusiawi, breaches yaitu pelanggaran-
sehingga tergolong kejahatan pelanggaran yang meliputi
pelanggaran Hak Asasi Manusia perbuatan – perbuatan berikut,
Berat (Grave Breaches) yang apabila dilakukan terhadap orang
meliputi: kejahatan perang, atau milik yang dilindungi oleh
genosida, kejahatan Konvensi: pembunuhan
kemanusiaan, dan agressi. Dari disengaja, penganiayaan atau
beberapa bentuk kejahatan yang perlakuan yang tidak
tergolong pelanggaran HAM berperikemanusiaan, termasuk
berat tersebut menjadi kewenagan percobaan-percobaan biologis,
mutlak Mahkamah Pidana menyebabkan dengan sengaja
Internasional yang mengadili penderitaan besar atau luka berat
para pelakunya. Hal ini atas badan atau kesehatan, serta
bersadarkan pasal 5 Statuta Roma penghancuran yang luas dan
tahun 1998 yang menyebutkan tindakan perampasan atas harta
bahwa yurisdiksi dari International benda yang tidak dibenarkan oleh
Criminal Court (ICC) adalah kepentingan militer11
sebagai berikut:9
Selaian dalam pasal 50 Konvensi
1. Kejahatan Genosida (the crime Jenewa 1949 Grave Breaches juga
of genocide) diatur di pasal 85 Protokol
2. Kejahatan Kemanusiaan Tambahan 1977 bahwa dari pasal
(crimes againts humanity) tersebut dalam ayat 1 dijelaskan:
3. Kejahatan Perang (war crime)
“Ketentuan-ketentuan Konvensi
4. Kejahatan Agresi (the crime of
tentang penindakan terhadap
aggression)
pelanggaran dan pelanggaran
Selanjutnya yang dimaksud berat yang ditambah dengan
dengan pelanggaran-pelanggaran bagian ini, akan berlaku terhadap
berat (grave breaches) adalah penindakan pelanggaran dan
tindakan - tindakan yang pelanggaran-pelanggaran berat
dikategorikan sebagai Protokol ini”
pelanggaran - pelanggaran berat
10
Lihat Konvensi Jenewa 1949 dan Protokol
9
Anis Widyawati, Hukum Pidana Internasional, Sinar Tambahan 1977.
11
Grafika, Jakarta, 2014,. hal 57 Pasal 50 Konvensi Jenewa 1949

37
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara – Fakultas Hukum Universitas Suryadarma | Volume 6 No.2, Maret 2016
Genocide Dan War Crime: Sebuah Perbandingan Dari Sudut Pandang Grave Breaches (Pelanggaran Hak Asasi Manusia Berat)

Dijelaskan pula dalam ayat 5 dalam pasukan dari suatu


yang menyatakan: kekuatan yang bermusuhan.
6. Secara sadar merampas hak-
“Tanpa mengurangi penerapan hak seorang tawanan perang
Konvensi dan Protokol ini, atau orang lain yang
pelanggaran – pelanggaran berat dilindungi atas pengadilan
atas piagam-piagam tersebut yang jujur dan adil.
harus disebut kejahatan perang” 7. Deportasi tidak sah atau
Berdasarkan uraian pasal tersebut pemindahan atau penahanan
dapat disimpulkan pelanggaran- tidak sah
pelanggaran berat/grave breaches 8. Menahan sandera.
yang dicantumkan baik dalam
Konvensi Jenewa maupun
Protokol Tambahan 1977 dapat B. GENOCIDE (GENOSIDA)
dianggap sebagai kejahatan Kejahatan genosida merupakan
perang.12 bentuk kejahatan yang
mempunyai tujuan untuk
Pelanggaran – pelanggaran
pemusnahan etnis (ethnical
terhadap Konvensi Jenewa 1949
cleansing) dengan melakukan
yaitu masing-masing dari
penyerangan kaum lain. Menurut
perbuatan berikut ini terhadap
Majelis Umum Perserikatan
orang-orang atau hak milik yang
Bangsa-Bangsa juga memberikan
dilindungi berdasarkan ketentuan
pernyataan mengenai kejahatan
Konvensi Jenewa yang
genosida bahwa kejahatan
bersangkutan:13
tersebut mencakup kejahatan
1. Pembunuhan yang dilakukan terhadap kelompok-kelompok
dengan sadar politik (political groups) karena
2. Penyiksaan atau perlakuan dalam pandangan oleh komite
tidak manusiawi, termasuk PBB adalah kelompok-kelompok
percobaan biologis yang tidak dengan mudah
3. Secara sadar menyebabkan diidentifikasi (non-readly
penderitaan berat, atau luka identifiable) dalam hal kelompok
serius terhadap badan atau politik yang akan menyebabkan
kesehatan gangguan internasional dalam
4. Perusakan meluas dan permasalahan politik dalam
perampasan hak milik, yang negeri suatu negara (Bassiouni
tidak dibenarkan oleh 1996:28).
kebutuhan militer dan
Pengertian lain juga diberikan
dilakukan secara tidak sah dan
Raphel Lemkin seorang ahli
tanpa alasan.
hukum dari Polandia pada tahun
5. Memaksa seorang tawanan
1944 dalam bukunya Axis Rule in
perang atau orang lain yang
Occupied Europe (dalam
dilindungi untuk berdinas
Wikipedia) menyatakan bahwa
12
Anis Widyawati, Op.Cit. hal 75 genosida adalah sebuah
13
Ibid, hal 75-76

38
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara – Fakultas Hukum Universitas Suryadarma | Volume 6 No.2, Maret 2016
Genocide Dan War Crime: Sebuah Perbandingan Dari Sudut Pandang Grave Breaches (Pelanggaran Hak Asasi Manusia Berat)

pembantaian besar-besaran secara waktu perang adalah kejahatan


sistematis terhadap suatu suku menurut hukum internasional
bangsa atau kelompok dengan (......genocide, whether commited in
maksud memusnahkan bangsa time of peace or in time of war, is a
tersebut. Pengertian genosida crime under internastional law......)
secara yuridis yaitu sebagai
tindakan dengan maksud Secara lengkap dalam pasal 2:15
menghancurkan dan In the present convention genocide
memusnahkan seluruh atau means any of the following act
sebagian kelompok bangsa, ras, committed with intent to destroy, in
etnis dan agama. whole or in part, a national, etnical,
Definisi tersebut merupakan racial or religius groups, as such:
penjelasan yang tertuang di
a. Killing members of the groups
dalam Convention on Prevention and
b. Causing serious bodily or mental
Punishment of the Crime of Genocida
harm to members of the group.
(Konvensi tentang pencegahan
c. Deliberately inflicting on the
dan penghukuman terhadap
group conditions of life calculated
kejahatan genosida) pada tahun
to bring about its physical
1948. Konvensi Genosida
destruction in or in part.
tersebut dijadikan pedoman
d. Impossing measures intended to
untuk melakukan pengadopsian
prevent births within the group
definisi genosida Statuta Roma
e. Forcibly transferring children of
tahun 1998 dan Undang-Undang
the group to anather group.
nomor 26 tahun 2000 tentang
Pengadilan Hak Asasi Manusia.14
Dalam Konvensi ini genosida
Istilah genocide (Inggris) atau diartikan sebagai perbuatan-
genosida (Indonesia) terdiri dari perbuatan berikut, yang
dua kata yakni geno dan side. dilakukan dengan tujuan merusak
Geno atau genos berasal dari begitu saja, keseluruhan atau
bahasa Yunani Kuno yang berarti sebagian, suatu kelompok bangsa,
ras, bangsa atau etnis. Sedangkan etnis, rasial, atau agama seperti:16
cide, caedere, atau cidium berasal
dari bahasa Latin yang berarti a. Membunuh para anggota
membunuh. Selanjutnya genosida kelompok
ini didefinisikan dalam Convention b. Menyebabkan luka-luka pada
on the Prevention and Punishmentof tubuh atau mental para
the Crime og Genocide yang anggota kelompok
diterima oleh Resolusi Majelis c. Dengan sengaja menimbulkan
Umum PBB 260A (III), 9 pada kelompok itu kondisi
Desember 1948. Dalam pasal 1 hidup yang menyebabkan
konvensi tersebut dinyatakan
bahwa genosida yang dilakukan 15
Untuk memahami Gonosida baca lebih lanjut
pada waktu damai atau pada Eddy O.S Hiariej, Hukum Pidana Internasional,
Penerbit Erlangga, Jakarta, 2009, hal 58-60.
14 16
Anis Widyawati, Op.Cit hal. 58-59. Ibid, hal. 60

39
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara – Fakultas Hukum Universitas Suryadarma | Volume 6 No.2, Maret 2016
Genocide Dan War Crime: Sebuah Perbandingan Dari Sudut Pandang Grave Breaches (Pelanggaran Hak Asasi Manusia Berat)

kerusakkan fisiknya secara kelompok etnis kelompok agama


keseluruhn atau sebagian. dengan cara:18
d. Mengenakan upaya-upaya
yang dimaksud untuk 1. Membunuh anggota
mencegah kelahiran di dalam kelompok, pengettian anggota
kelompok itu. kelompok disini adalah
e. Dengan paksa mengalihkan seorang atau lebih angggota
anak-anak suatu kelompok ke kelompok.
kelompok lainnya. 2. Mengakibatkan penderitaan
fisik atau mental yang berat
terhadap anggota-anggota
Sementara Pasal 3 Konvensi kelompok.
menyebutkan bahwa perbauatan- 3. Menciptakan kondisi
perbuatan yang dapat dihukum kehidupan kelompok yang
adalah genosida, persekongkolan akan mengakibatkan
untuk melakukan genosida kemusnahan secara fisik baik
(conspiracy to commit genocide), seluruh atau sebagiannya.
hasutan langsung dan di depan 4. Memaksakan tindakan-
umum untuk melakukan genosida tindakan yang bertujuan
(direct and public incitement to mencegah kelahiran di dalam
commit genocide), mencoba kelompok, atau
melakukan genosida (attempt to 5. Memindahkan secara paksa
commit genocide) dan keterlibatan anak-anak dari kelompok
dalam genosida (complicity in tertentu ke kelompok lain.
genocide). Dengan kata lain
permufakatan jahat, percobaan
Di bawah ini akan dijelaskan
dan penyertaan melakukan
mengenai peristiwa kasus
genosida, dihukum sebagaimaana
genosida yang pernah terjadi di
melakukan genosida.17
masyarakat internasional, antara
Kategori pelanggaran HAM berat lain:19
yang dimaksud adalah
1. Kejahatan Genosida yang
pelanggaran yang merupakan
dilakukan oleh kaum Nazi
kejahatan genosida dan kejahatan
(Jerman) atas pemimpin Hitler
terhadap kemanusiaan
dalam membantai orang-orang
sebagaimana yang diatur dalam
Yahudi, orang Gipsi (kaum
pasal 6 dan pasal 7 Rome Statute of
Sinti dan Roma) dan suku
The International Criminal Court.
bangsa Slavia yang
Kejahatan genosida ini
berlangsung selama Perang
merupakan kejahatan yang
Dunia II.
dilakukan dengan maksud untuk
2. Kejahatan genosida yang
menghancurkan atau
terjadi kepada bangsa Armenia
memusnahkan seluruh atau
yang dilakukan oleh kelompok
sebagian kelompok bangsa, ras,
18
Lihat lebih lanjut pasal 6 dan pasal 7 Statuta Roma
1998
17 19
Ibid, hal.60 Anis Widyawati, Op. Cit hal. 67

40
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara – Fakultas Hukum Universitas Suryadarma | Volume 6 No.2, Maret 2016
Genocide Dan War Crime: Sebuah Perbandingan Dari Sudut Pandang Grave Breaches (Pelanggaran Hak Asasi Manusia Berat)

bangsa Turki yang bahkan dibenci oleh setiap


berlangsung diakhir terjadinya manusia. Keadaan perang yang
Perang Dunia II. dimaksud adalah perang yang
3. Kejahatan genosida yang membawa kesengsaraan bagi
dilakukan oleh rezim Saddam semua pihak ataupun memakan
Husain kepada bangsa Kurdi banyak korban luka dan mati
pada tahun 1980-an akibat perang tersebut. Keadaan
4. Kejahatan Genosida yang itulah yang mengancam
terjadi di Negara Guatemala keselamatan kehidupan manusia
oleh pemimpinnya yang dan juga dapat diperlakukan
terkenal diktator Efrain Rios secara tidak manusiawi oleh
Montt, dengan kekuasaanya pihak musuh. 21
melakukan pembunuhan
sekitar 75.000 suku Indian Secara sederhana perang adalah
Maya yang terjadi pada tahun tindakan kekerasan yang
1982 sampai dengan 1983. dilakukan untuk menaklukkan
5. Kejahatan Genosida yang negara lawan untuk
terjadi di Rwanda, membebankan syarat-syarat
pemusnahan yang terjadi penyelesaian secara paksa.
kepada suku Hutu dan Tutsi Perang oleh Quincy Wright
pada tahun 1994. diartikan dalam dua bentuk, legal
6. Kejahatan genosida yang sense dan material sense. War in the
terjadi di Yugoslavia oleh legal sense as a condition or period of
bangsa Serbia pada tahun time in which special rules permitting
1991-1996 yang melakukan and regulating violence by which
pembantaian suku Bosnia dan disputes between governments are
Kroasia settled, and war in material sense as
7. Kejahatan genosida yang an act or a series of acts of violence by
dilakukan oleh pemerintahan one government against another, or a
Myanmar kepada kaum dispute between goverments carried on
Rohingya (muslim minoritas) by violence.22
dengan cara melakukan Sedangkan pemahaman
pengusiran terhadap kaum mengenai kejahatan perang (war
Rohingya. Sehingga kaum
crime) yang lain adalah suatu
Rohingya mencari
tindakan pelanggaran, dalam
perlindungan suaka politik ke
cakupan hukum internasional
beberapa negara di Asia
terhadap hukum perang oleh satu
Tenggara.20
atau beberapa orang, baik militer
maupun sipil. Pelaku kejahatan
C. WAR CRIME (KEJAHATAN perang disebut sebagai penjahat
PERANG)

Perang merupakan suatu keadaan 21


Anis Widyawati, Op. Cit , hal 72
22
Lihat lebih lanjut, Tholib Effendi, Hukum Pidana
yang tidak pernah diharapakan
Internasional, Pustaka Yustisia, Yogyakarta, 2014 ,
hal. 77-78. Dan lihat juga Quincy Wright, A Study of
War Volume I, The University of Chicago Press,
20
Baca lebih lanjaut TEMPO 8-14 Juni 2015 Chicago, 1941, p.8.

41
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara – Fakultas Hukum Universitas Suryadarma | Volume 6 No.2, Maret 2016
Genocide Dan War Crime: Sebuah Perbandingan Dari Sudut Pandang Grave Breaches (Pelanggaran Hak Asasi Manusia Berat)

perang (Turangan, 2011:5). 1. Menurut Peraturan


Kejahatan meliputi semua Perundang – undangan
pelanggaran yang telah Nederlands-Indie25
ditentukan di dalam hukum
Menurut Pasal 1 Stb 1946
perang dan juga mencakup
No.44 yang dimaksud dengan
kegagalan untuk tunduk pada
kejahatan perang adalah
norma dan aturan-aturan
perbuatan-perbuatan yang
pertempuran. Sebagai contoh,
melanggar undang-undang
melakukan penyerangan pada
atau adat kebiasaan perang,
pihak yang telah mengibarkan
dilakukan dalam masa perang
bendera putih yang merupakan
oleh bawahan sebuah negara
tanda sebagai tanda perdamaian23
musuh atau oleh orang-orang
Disamping itu juga definisi
asing antek-antek musuh,
kejahatan perang juga dapat
seperti:
diartikan tindakan-tindakan yang
melanggar hukum dan kebiasaan 1) Pembunuhan dan
yang berlaku di dalam pembunuhan massal
peperangan. 2) Teror yang sistematis.
3) Pembunuhan tawanan
Meski demikian, tidak dapat gijzelaar (orang yang
dikatakan bahwa setiap ditahan sebagai jaminan
pelanggaran terhadap hukum dan /sandera)
kebiasaan perang serta merta 4) Penganiayaan penduduk
merupakan kejahatan perang. sipil
Istilah kejahatan perang lebih 5) Dengan sengaja membuat
menunjuk pada pelanggaran penduduk lapar
terhadap hukum dan kebiasaan 6) Penculikan gadis-gadis atau
dalam perang, jus in bello, wanita-wanita untuk
pelanggaran terhadap jus ad dipaksa menjadi pelacur
bellum merupakan kualifikasi atau pemaksaan untuk
tersendiri dalam tindak pidana dijadikan pelacur
internasional, yaitu kejahatan 7) Pembuangan penduduk-
terhadap perdamaian, dan/atau penduduk sipil
agresi.24 8) Penahanan penduduk-
penduduk sipil dalam
Menjadi sebuah pertanyaan,
keadaan yang tidak
dimana sajakah kejahatan perang
manusiawi
ini diatur? Mengenai kejahatan
9) Pemaksaaan penduduk sipil
perang kita dapat merujuk pada
melakukan pekerjaan
ketentuan:
berkaitan dengan aktivitas
militer musuh.

25
Lihat lebih lanjut Stb. 1946 No.44 Pasal 1
menjelaskan tentang perbuatan-perbuatan apa saja
yang termasuk ke dalam kejahatan perang dan
23
Anis Widyawati, Op.Cit. hal. 72. dikutip di buku Anis Widyawati, Hukum Pidana
24
Tholib Effendi, Op.Cit, hal 79. Internasional, Sinar Grafika, Jakarta, 2014, hal 73-74

42
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara – Fakultas Hukum Universitas Suryadarma | Volume 6 No.2, Maret 2016
Genocide Dan War Crime: Sebuah Perbandingan Dari Sudut Pandang Grave Breaches (Pelanggaran Hak Asasi Manusia Berat)

10) Perampasan kedaulatan 22) Pengrusakan kapal-kapal


selama pendudukan militer nelayan atau kapal-kapal
11) Pemaksaan untuk dijadikan penolong.
tentara dalam lingkungan 23) Pengeboman rumah-rumah
pendudukan daerah yang sakit dengan sengaja
diduduki. 24) Penyerangan atau
12) Usaha menghapus pengrusakan kapal-kapal
kebangsaan penduduk hospital
daerah yang didudukinya. 25) Pelanggaran terhadap
13) Penjarahan ketentuan-ketentuan lain
14) Pembeslahan harta milik menyangkut Palang Merah
(penyitaan) 26) Penggunaan gas beracun
15) Pemungutan pajak yang atau gas yang
tidak sah atau yang tidak menyesakkan.
wajar atau penuntutan- 27) Penggunaan peluru-peluru
penuntutan yang tidak peledak atau peluru-peluru
wajar penghancur
16) Pemalsuan uang atau 28) Perintah untuk tidak
pengedaran (pengeluaran) menampung seseorang
uang palsu 29) Perlakuan yang buruk
17) Menjatuhkan hukuman- terhadap orang-orang yang
hukumam kolektif luka atau tawanan-tawanan
18) Dengan nekat merusak atau perang.
menghancurkan harta-harta 30) Mempekerjakan tawanan-
milik tawanan perang dengan
19) Dengan sengaja cara yang tidak dibenarkan
memborbardir tempat- 31) Penyalahgunaan bendera
tempat yang tanpa putih
pertahanan 32) Meracuni sumber-sumber
20) Dengan nekat merusak dan air.
menghancurkan gedung- 33) Pembuatan pelaksanaan
gedung atau monumen- eksekusi atau pelaksanaan
monumen keagamaan, eksekusi yang kejam.
karikatif, pendidikan atau 34) Perlakuan buruk terhadap
yang bersejarah. penduduk yang diinternir
21) Pengrusakan kapal-kapal atau tahanan-tahanan
penumpang atau kapal- 35) Pembuatan pelaksanaan
kapal niaga tanpa eksekusi atau pelaksanaan
pemberitahuan lebih eksekusi yang kejam.
dahulu atau tanpa 36) Tidak memberikan
mengadakan upaya-upaya pertolongan atau
untuk menyelamatkan para merintangi pemberian
penumpang dan awak pertolongan kepada korban-
kapal. korban musibah kapal
dilaut

43
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara – Fakultas Hukum Universitas Suryadarma | Volume 6 No.2, Maret 2016
Genocide Dan War Crime: Sebuah Perbandingan Dari Sudut Pandang Grave Breaches (Pelanggaran Hak Asasi Manusia Berat)

37) Dengan sengaja tidak mau 3. Pasal 5 (b) Charter of


memberikan obat-obatan International Military
kepada para penduduk. Tribunal for The Far East
38) Melakukan kegiatan- (IMTFE)27
kegiatan permusuhan
Bahwa kejahatan perang
bertentangan dengan
diatur secara singakat sebagai
syarat-syarat genjatan
berikut, “Conventional war
senjata
crimes: namely violation of the
39) Memberi infomasi-
laws or customs of war” yaitu
informasi, memberi
pelanggaran terhadap hukum
kesempatan atau sarana-
dan kebisaan perang.
sarana kepada orang-orang
lain untuk melakukan
4. Pasal 8 Statuta Roma 199828
kegiatan permusuhan.
Pengaturan dalam Pasal 8
2. Piagam London 08 Agustus Statuta Roma 1998 adalah
194526 yang paling sistematis dan
lengkap daripada pengaturan-
Di dalam pasal 6 (b)
pengaturan sebelumnya.
dinyatakan bahwa yang
Bahwa menurut Statuta Roma
dikategorikan kejahatan
kejahatan perang dibagi
perang adalah pelanggaran
menjadi empat bentuk:
undang-undang atau kebiasaan
perang, dimana pelanggaran a. Grave breaches of the Geneva
tersebut termasuk diantaranya Convention of 12 Agustus
tidak terbatas pada 1949, namely, any of the
pembunuhan, perlakuan kejam following acts against persons
atau pemindahan secara and property protected under
paksa untuk kerja paksa atau the provisions of the relevant
untuk tujuan lain bagi Geneva Convention
penduduk sipil yang (Pelanggaran – pelanggaran
wilayahnya diduduki, berat terhadap Konvensi
pembunuhan atau perlakuan Jenewa 12 Agustus 1949
kejam tahanan perang atau yang mencakup tindakan-
orang yang berada di laut, tindakan yang ditujukan
membunuh sandera, terhadap orang-orang atau
merampok barang milik benda-benda yang
umum atau pribadi, merusak dilindungi oleh konvensi-
kota atau desa, atau perusakan konvensi Jenewa)29
yang tidak dibenarkan oleh
i. Wilful killing
keperluan militer.
(pembunuhan secara
sengaja)

27
Lihat pasal 5 (b) Charter of International Military
Tribunal for The far East (IMTFE)
28
Baca Statuta Roma 1998 pasal 8.
26 29
Lihat pasal 6 (b) Piagam London 08 Agustus 1945 Lihat Konvensi Jenewa 12 Agustus 1949

44
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara – Fakultas Hukum Universitas Suryadarma | Volume 6 No.2, Maret 2016
Genocide Dan War Crime: Sebuah Perbandingan Dari Sudut Pandang Grave Breaches (Pelanggaran Hak Asasi Manusia Berat)

ii. Torture or inhuman biasa yang dimiliki


treatment, including oleh tawanan perang
biological experiments atau penduduk sipil)
(penyiksaan atau vii. Unlaw deportation or
perlakuan secara tidak transfer of unlawful
manusiawi, termasuk continement (deportasi,
eksperimen biologis) pemindahan atau
iii. Wilfully causing graet penahanan penduduk
suffering, or serious injury sipil secara tidak sah)
to body or health (Secara viii. Taking of hostages
sengaja menyebabkan (menyandera
penderitaan yang berat penduduk sipil)
atau luka-luka serius
b. Other serious violations of the
terhadap tubuh atau
laws and customs applicable in
kesehatan)
international armed conflict,
iv. Extensive destruction and
within the established
appropriation of property,
framework of international
not justified by military
law, namely, any the following
and carrie out unlawfully
acts (Pelanggaran serius
and wantonly
terhadap hukum dan
(penghancuran dan
kebiasaan dalam konflik
perampasan barang-
bersenjata yang berada
barang secara luas,
dibawah hukum
tanpa pertimbangan
internasional)
kepentingan militer
dan dilakukan secara c. In the case of an armed
tidak sah dan conflict not of an international
sembarangan) character, serious violations of
v. Compelling a prisioner of article 3 common to the four
war or other protected Geneva Conventions of 12
person to serve in the August 1949, namely any of
forces of a hostile power the following acts committed
(Memaksa tawanan against person taking no active
perang atau penduduk part in the hostilities, including
sipil untuk melakukan members of armed forces who
tugas di dalam have laid down their arms and
angkatan bersenjata those placed hors de combat by
pihak musuh) sickness, wounds, detention or
vi. Wilfully depriving a any other cause (dalam hal
prisioner of war or other konflik bersenjata yang
protected person of the tidak bersifat internasional,
rights of fair ang regular pelanggaran serius pasal 3
trial (secara sengaja yang terdapat di dalam
menyangkal hak untuk empat Konvensi Jenewa
diadili secara jujur tanggal 12 Agustus 1949,
dalam pengadilan termasuk sebagai kejahatan

45
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara – Fakultas Hukum Universitas Suryadarma | Volume 6 No.2, Maret 2016
Genocide Dan War Crime: Sebuah Perbandingan Dari Sudut Pandang Grave Breaches (Pelanggaran Hak Asasi Manusia Berat)

perang, apabila perbuatan terhadap HAM berat (grave


yang tersebut ditujukan breaches) walaupun masih
terhadap seseorang yang banyak difinisi-difinisi
tidak turut serta aktif di mengenai kejahatan perang
dalam permusuhan, karena sampai sekarang belum
termasuk anggota pasukan ada satu difinisi war crime yang
bersenjata yang telah dapat diterima oleh
meletakkan senjatanya dan masyarakat internasional
mereka hors de combat30 secara bulat. Beberapa pakar
karena sakit, luka-luka, hanya dapat menyatakan
penahanan atau kerena bahwa war crime adalah
sebab lain. kejahatan terhadap the law and
customs of war yang bisa
d. Other serious violations of the
dikategorikan ke dalam
laws and customs applicable in
Gravereaches.
armed conflicts not an
internasional character, within
the established framework of D. PENGADILAN HAK ASASI
international law, namely any MANUSIA (HAM) BERAT
of the following acts:
(pelanggaran serius lainnya Perwujudan penegakkan hukum
terhadap hukum dan pidana internasional dilakukan
kebiasaan internasional dengan membentuk pengadilan
yang berlaku dalam konflik HAM Berat berdasarkan Undang-
bersenjata bukan Undang No.26 tahun 2000
internasional, yang tentang Pengadilan HAM Berat.
termasuk dalam hukum Sebagaimana dinyatakan dalam
internsional) penjelasan Undang-Undang ini,
untuk melaksanakan amanat
Ketetapan MPR RI No.
Dari definisi yang diuraikan XVII/MPR/1998 tentang Hak
diatas maka kita dapat Asasi Manusia tersebut, telah
mengambil kesimpulan bahwa dibentuk Undang-Undang No 39
kejahatan perang (war crime) tahun 1999 tentang HAM.
termasuk kedalam kejahatan Pembentukan Undang-Undang
tersebut merupakan perwujudan
30
Hors de Combat adalah istilah dalam bahasa tanggungjawab bangsa Indonesia
Perancis yang berarti diluar pertempuran, biasa sebagai anggota Perserikatan
dipergunakan dalam hukum internasional untuk
memberikan status kepada prajurit yang tidak Bangsa-Bangsa (PBB).
mampu menjalankan tugas militer. Protokol I
Konvensi Jenewa 1949 dalam pasal 41 memberikan Disamping hal itu, pembentukan
batasan tentang Hors de Combat ini, yaitu ketika
seseorang tersebut: a) berada dalam pihak yang
Undang-Undang HAM juga
kurang baik, b) menunjukkan dengan jelas rasa mengandung suatu misi
untuk menyerah, c) dijadikan tidak sadar atau dilain mengembang tanggungjawab
pihak tidak mampu karena luka atau sakit dan oleh
karena itu tidak mampu untuk melindungi diri moral dan hukum dalam
sendiri. Dengan ketentuan, bahwa dia tidak akan menjunjung tinggi Deklarasi
melakukan permusuhan dan tidak akan melarikan
diri.
Universal Hak Asasi Manusia

46
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara – Fakultas Hukum Universitas Suryadarma | Volume 6 No.2, Maret 2016
Genocide Dan War Crime: Sebuah Perbandingan Dari Sudut Pandang Grave Breaches (Pelanggaran Hak Asasi Manusia Berat)

yang ditetapkan oleh PBB, serta tentang HAM, UU nomor 26


yang terdapat dalam berbagai tahun 2009 tentang Pengadilan
instrumen hukum internasional HAM, Deklarasi Universal
lainnya yang mengatur hak asasi Human Rights 10 Desember 1948
manusia yang telah disahkan atau serta Konvensi - Konvensi dan
diterima oleh Negara Republik Perjanjian - Perjanjian
Indonesia31 Internasional tentang Hak-Hak
Ekonomi, Sosial, Budaya dan
Uraian diatas tersebut Hak-Hak Sipil dan Politik.
membuktikan bahwa Ketentuan tersebut menjadi
pembentukan Pengadilan HAM kewajiban hukum (constitusional
Berat oleh Indonesia dilakukan duty) yang harus dilaksanakan
dalam rangka menegakkan pemerintah yang berkuasa
Hukum Pidana Internasional, (incumbant position)33

yang ketentuan materilnya


tercantum dalam Deklarasi Di dalam Pasal 2 UU No 26
Universal Hak Asasi Manusia Tahun 2000 menetapkan bahwa
dan konvensi-konvensi Pengadilan HAM merupakan
internasional tentang pelanggaran pengadilan khusus yang berada di
HAM berat sebagai derivasinya. lingkungan Peradilan Umum.
Adapun isi Pembukaan UUD Mengenai tempat kedudukan,
1945 menyatakan kurang lebih dinyatakan dalam Pasal 3 berikut
bahwa untuk iku serta ini:34
memelihara perdamaian dunia
dan menjamin pelaksanaan hak 1. Pengadilan HAM
asasi manusia serta memberikan berkedudukan didaerah
perlindungan, kepastian, keadilan kabupaten atau daerah kota
dan perasaan aman kepada yang daerah hukumnya
perorangan ataupun meliputi daerah hukum
masyarakat. 32 Pengadilan Negeri yang
bersangkutan.
Bagaimana pengaturan terhadap 2. Untuk Daerah Khusus
pelanggaran HAM berat? Ibukota Jakarta, Pengadilan
Masalah HAM pada umumnya, HAM berkedudukan di
termasuk pelanggaran HAM setiap wilayah Pengadilan
berat menjadi tanggungjawab Negeri yang bersangkutan
pemerintah dan tertuang dalam
Di dalam UU Nomor 26 Tahun
UUD 1945 dalam pasal Hak
2000 tentang mengadilan HAM
Asasi Manusia, mulai pasal 28,
ini juga terdapat tiga mekanisme
28A, 28J, sampai 29. Juga dalam
dalam menyelesaikan kasus-kasus
TAP MPR XVII/II/1998 tentang
pelanggaran HAM Berat;
HAM, UU nomor 39/1999

31
Oentoeng Wahjoe, Hukum Pidana Internasional 33
Masyur Effendi dan Taufani Sukmana Evandri,
Perkembangan Tindak Pidana Internasional dan Proses HAM Dalam Dimensi/Dinamika Yuridis,Sosial, Politik,
Penegakannya, Penerbit Erlangga, Jakarta, 2011, Ghalia Indonesia, Bogor, 2007, hal 204.
34
hal.157 Lihat Pasal 2 dan 3 Undang-Undang Nomor 26
32
Ibid, hal 158. Tahun 2000 mengenai Pengadilan HAM

47
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara – Fakultas Hukum Universitas Suryadarma | Volume 6 No.2, Maret 2016
Genocide Dan War Crime: Sebuah Perbandingan Dari Sudut Pandang Grave Breaches (Pelanggaran Hak Asasi Manusia Berat)

Pertama, mekanisme pengadilan Kitab Undang-Undang


HAM ad hoc untuk pelanggaran Hukum Acara Pidana.
HAM Berat masa lalu sebelum 3. Diperlukan ketentuan
adanya UU No 26 Tahun 2000, mengenai tenggang waktu
artinya untuk kasus-kasus yang tertentu untuk melakukan
terjadi sebelum tahun 2000 akan penyidikan, penuntutan dan
di bentuk pengadilan HAM ad pemeriksaan di Pengadilan.
hoc. Kedua, pengadilan HAM 4. Diperlukan ketentuan
yang sifatnya permanen terhadap mengenai perlindungan saksi
kasus pelanggaran HAM berat dan korban
setelah terbentuknya UU No 26 5. Diperlukan ketentuan
Tahun 2000. Ketiga, mengenai penegasan tidak
dibukakannya jalan mekanisme ada kadaluarsa bagi
komisi kebenaran dan rekonsiliasi pelanggaran HAM berat.
untuk menyelesaikan pelanggaran 6. Dapat diberlakuan asas
HAM Berat.35 retroaktif dalam rangka
melindungi hak asasi
Bahwa pengadilan HAM manusia berdasarkan
mempunyai sifat kekhususan ketentuan Pasal 28 J UUD
tercermin dari kewenangannya tahun 1945
yang terbatas hanya mengadili
pelanggaran HAM berat dan Yurisdiksi Pengadilan HAM
berdasarkan kewenangan asas Berat37
retroaktif yang dimilikinya serta
tidak mengenal kadaluarsa untuk Ratio Materiae
mengadili pelanggaran HAM Dalam pasal 4 UU No 26 Tahun
berat. Secara rinci kekhususan 2000 dinyatakan bahwa
yang dimaksud dalam Pengadilan HAM bertugas dan
pelanggaran HAM berat dapat berwenang memeriksa dan
dirumuskan sebagai berikut:36 memutus perkara Pelanggaran
1. Diperlukan penyelidik Hak Asasi Manusia Berat.
dengan membentuk tim ad Pasal 7 UU No 26 Tahun 2000
hoc, penyidik ad hoc, bahwa Pelanggaran Hak Asasi
penuntut umun ad hoc dan Manusia Berat meliputi:38
hakim ad hoc.
2. Diperlukan penegasan 1. Kejahatan Genosida
bahwa penyelidikan hanya 2. Kejahatan terhadap
dilakukan oleh Komisi kemanusiaan
Nasional Hak Asasi Manusia
Kejahatan Genosida
sedangkan penyidik tidak
sebagaimana yang dimaksud
berwenang menerima
dalam pasal 7 huruf a UU No. 26
laporan atau pengaduan
Tahun 2000 adalah: setiap
sebagai mana diatur dalam

35 37
Bahder Johan Nasution, Op.Cit, hal 265 Oentoeng Wahjoe, Op. Cit, hal 158-160
36 38
Ibid, hal 266-267 Lihat pasal 7 UU No.26 Tahun 2000

48
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara – Fakultas Hukum Universitas Suryadarma | Volume 6 No.2, Maret 2016
Genocide Dan War Crime: Sebuah Perbandingan Dari Sudut Pandang Grave Breaches (Pelanggaran Hak Asasi Manusia Berat)

perbuatan dengan maksud untuk (asas-asas) ketentuan pokok


menghancurkan atau hukum internasional.
memusnahkan seluruh atau 6. Penyiksaan
sebagian kelompok bangsa, ras, 7. Perkosaan, perbudakan
etnis, agama, dengan cara seksual, pelacuran secara
membunuh anggota kelompok, paksa, pemaksaan
mengakibatkan penderitaan fisik kehamilan, pemandulan atau
atau mental yang berat terhadap sterilisasi secara paksa atau
anggota-anggota kelompok, bentuk-bentuk kekerasan
menciptakan kondisi kehidupan seksual lain yang setara,
kelompok yang akan 8. Penganiayaan terhadap suatu
mengakibatkan kemusnahan kelompok tertentu atau
secara fisik baik seluruh atau perkumpulan yang didasari
sebagiannya, memaksakan persamaan paham politik,
tindakan-tindakan yang bertujuan ras, kebangsaan, etnis,
mencegah kelahiran di dalam budaya, agama, hal yang
kelompok, atau memindahkan dilarang menurut hukum
secara paksa anak-anak dari internasional.
kelompok tertentu ke kelompok 9. Penghilangan orang secara
lain.39 paksa
10. Kejahatan apartheid
Pasal 9 UU No. 26 tahun 2000
merumuskan bahwa kejahatan
terhadap kemanusiaan Ratio Personae
sebagaimana yang dimaksud Pengadilan HAM hanya
dalam pasal 7 huruf b adalah berwenang mengadili orang
salah satu perbuatan yang perorangan, kelompok orang,
dilakukan sebagai bagian dari baik sipil, militer maupun polisi
serangan yang meluas atau yang bertanggungjawab secara
sistematis yang dimaksud indivudual. Pasal 5 UU No.26
menyerang secara langsung Tahun 2000 menyatakan41 bahwa
terhadap penduduk sipil berupa:40 Pengadilan HAM berwenang
1. Pembunuhan juga memeriksa dan memutuskan
2. Pemusnahan perkara pelanggaran Hak Asasi
3. Perbudakan Manusia Berat yang dilakukan di
4. Pengusiran atau pemindahan luar batas teritorial wilayah
penduduk secara paksa Negara Kesatuan Republik
5. Perampasan kemerdekaan Indonesia. Adapun pasal 6 UU
atau perampasan kebebasan No 26 Tahun 200042 menetapkan
fisik lain secara sewenang- bahwa Pengadilan HAM tidak
wenang yang melanggar berwenang memeriksa dan
memutuskan perkara pelanggaran
39
Lihat pasal 7 huruf a UU No.26 tahun 2000 yang
hak asasi manusia berat yang
menjelaskan tentang ruang lingkup GENOSIDA.
40
Lihat pasal 9 UU No 26 Tahun 2000 tentang
41
Pengadilan HAM yang merumuskan ruang lingkup Lihat pasal 5 UU No. 26 Tahun 2000
42
Kejahatan Terhadap Kemuanusiaan. Lihat pasal 6 UU No.26 Tahun 2000

49
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara – Fakultas Hukum Universitas Suryadarma | Volume 6 No.2, Maret 2016
Genocide Dan War Crime: Sebuah Perbandingan Dari Sudut Pandang Grave Breaches (Pelanggaran Hak Asasi Manusia Berat)

dilakukan oleh seseorang yang Negara Republik Indonesia oleh


berumur dibawah delapan belas warga negara Indonesia”44
tahun pada saat kejahatan Ketentuan dalam pasal ini hanya
dilakukan. dimaksudkan untuk melindungi
warga negara Indonesia yang
melakukan pelanggaran Hak
Rasio Temporis
Asasi Manusia yang berat yang
Tentang waktu berlaku dilakukan di luar batas territorial,
Pengadilan HAM ini tidak diatur dalam arti tetap di hukum sesuai
secara jelas, namun bila dengan Undang-Undang tentang
mencermati ketentuan BAB VIII Pengadilan Hak Asasi Manusia
tentang Pengadilan HAM Ad ini.
Hoc, sebagaimana yang
Keberadaan Pengadilan HAM
dinyatakan Pasal 43 ayat (1) UU
Ad Hoc Jakarta Pusat yang
No.26 Tahun 200043 bahwa:
memeriksa dan mengadili perkara
“Pelanggaran Hak Asasi Manusi
HAM Berat dibentuk berdasarkan
Berat yang terjadi sebelum
Keppres No. 96 tahun 2001,
diundangkan Undang-Undang
tanggal 1 Agustus 2001, tentang
ini, diperiksa dan di putus oleh
perubahn atas Keppres No.53
Pengadilan HAM Ad Hoc”,
tahun 2001 tentang pembentukan
Pengadilan HAM Berat hanya
Pengadilan HAM Ad Hoc.
berwenang mengadili untuk
Pembentukan Pengadilan HAM
peristiwa pidana internasional
Ad Hoc ini diatur secara jelas
berupa pelanggaran HAM Berat,
dalam pasal 43 UU No. 26 Tahun
yang terjadi setelah Undang-
2000 yang menjadi konsideran
Undang ini di berlaku. Dengan
Keppres No 96 tahin 2001,
demikian, Pengadilan HAM
dimana Pasal 43 UU No 26
berdasarkan ketentuan Undang-
Tahun 2000 tersebut menyatakan:
Undang No. 26 tahun 2000, tidak
“Pemeriksaan di Pengadilan
bersifat retroaktif.
HAM Ad Hoc dan upaya
hukumnya dilakukan sesuai
Ratio Loci dengan ketentuan Undang-
Undang”. Dengan demikian
Pengadilan HAM mempunyai
Keppres tersebut tidak boleh
yurisdiksi terhadap peristiwa
dilaksanakan secara bertentangan
pelanggaran berat, baik di dalam
dengan UU No. 26 Tahun 2000
maupun di luar wilayah Republik
yang berlaku dan secara hierarkis
Indonesia. Di dalam Pasal 5 UU
lebih tinggi daripada Keppres.
No 26 Tahun 2000 disebutkan
Berdasarkan ketentuan hukum
“Pengadilan HAM berwenang
pasal 45 ayat1 dan 2 BAB IX
juga memeriksa dan memutus
Republik Indonesia No. 26
perkara pelanggaran Hak Asasi
Tahun 2000, mengenai
Manusia yang berat yang
dilakukan di luar batar territorial

43 44
Baca Pasal 43 ayat 1 UU No.26 Tahun 2000 Pasal 5 UU No.26 Tahun 2000

50
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara – Fakultas Hukum Universitas Suryadarma | Volume 6 No.2, Maret 2016
Genocide Dan War Crime: Sebuah Perbandingan Dari Sudut Pandang Grave Breaches (Pelanggaran Hak Asasi Manusia Berat)

Pengadilan HAM dinyatakan IV. PENUTUP


sebagai berikut: 45
Dalam tulisan ini sebagai penutup
1. Untuk pertama kalinya pada menulis mencoba untuk menjawab
saat undang-undang ini permasalahan yang diangkat dan tentu
mulai berlaku pengadilan merupakan juga kesimpulan dari
sebagaimana disebut dalam tulisan yang penulis bahas.
Pasal 4 dibentuk di Jakarta
Selanjutnya yang dimaksud dengan
Pusat, Surabaya, Medan dan
pelanggaran-pelanggaran HAM berat
Makasar.
(grave breaches) adalah tindakan-
2. Daerah Hukum Pengadilan
tindakan yang dikategorikan sebagai
HAM sebagaimana yang
pelanggaran-pelanggaran berat dalam
dimaksud dalam ayat (1)
Konvensi Jenewa 1949 dan Protokol
berada pada pengadilan
Tambahan 1977 yang berlaku dalam
negeri di:
sengketa/konflik bersenjatan
a. Jakarta Pusat yang
Internasional. Adapun pelanggaran-
meliputi wilayah daerah
pelanggaran berat (grave breaches) yang
khusus Ibukota Jakarta,
dimaksud lebih diuraikan lagi di pasal
Jawa Barat, Banten,
50 Konvensi Genewa 1949 dimana
Sumatera Selatan dan
dijelaskan bahwa grave breaches yaitu
Kalimantan Tengah.
pelanggaran - pelanggaran yang
b. Surabaya yang meliputi
meliputi perbuatan-perbuatan berikut,
Jawa Timur, Jawa
apabila dilakukan terhadap orang atau
Tengah, Daerah
milik yang dilindungi oleh Konvensi:
Istimewa Yogyakarta,
pembunuhan disengaja, penganiayaan
Bali, Kalimantan
atau perlakuan yang tidak
Selatan, Kalimantan
berperikemanusiaan, termasuk
Timur, Nusa Tenggara
percobaan – percobaan biologis,
Barat dan Nusa
menyebabkan dengan sengaja
Tenggara Timur.
penderitaan besar atau luka berat atas
c. Makasar yang meliputi
badan atau kesehatan, serta
Sulawesi Selatan,
penghancuran yang luas dan tindakan
Sulawesi Tenggara,
perampasan atas harta benda yang
Sulawesi Tengah,
tidak dibenarkan oleh kepentingan
Sulawesi Utara, Maluku
militer.
Utara dan Papua.
d. Medan yang meliputi Kejahatan Genosida adalah: setiap
Propinsi Sumatera perbuatan dengan maksud untuk
Utara, Daerah Istimewa menghancurkan atau memusnahkan
Aceh, Riau, Jambi dan seluruh atau sebagian kelompok
Sumatera Barat. bangsa, ras, etnis, agama, dengan cara
membunuh anggota kelompok,
45
Oentoeng Wahjoe, Op, Cit, hal 161. Dan lihat juga
Keppres No 96 tahun 2001, Keppres No. 53 Tahun
mengakibatkan penderitaan fisik atau
2001 tentang Pembentukan Pengadilan HAM ad mental yang berat terhadap anggota-
Hoc. Kemudian lihat Pasal 43, pasal 45 ayat (1) anggoat kelompok, menciptakan
dan (2) BAB IX UU Republik Indonesia No 26
Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM kondisi kehidupan kelompok yang

51
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara – Fakultas Hukum Universitas Suryadarma | Volume 6 No.2, Maret 2016
Genocide Dan War Crime: Sebuah Perbandingan Dari Sudut Pandang Grave Breaches (Pelanggaran Hak Asasi Manusia Berat)

akan mengakibatkan kemusnahan DAFTAR PUSTAKA


secara fisik baik seluruh atau
sebagiannya, memaksakan tindakan- Effendi, A. Mansyur dan Evandri, Taufani
Sukmana, HAM Dalam
tindakan yang bertujuan mencegah
Dimensi/Dinamika Yuridis, Sosial,
kelahiran di dalam kelompok, atau Politik, Ghalia Indonesia, Bogor,
memindahkan secara paksa anak-anak 2007.
dari kelompok tertentu ke kelompok
lain. Effendi, Tolib, Hukum Pidana Internasional,
Pustaka Yustisia, Yogyakarta, 2014
Kejahatan perang (war crime) termasuk
Hiariej, Eddy O.S, Pengantar Hukum Pidana
kedalam kejahatan terhadap HAM
Internasional, Erlangga, Jakarta, 2009
berat (grave breaches) walaupun masih
banyak difinisi-difinisi mengenai Nasution, Bahder Johan, Negara Hukum
kejahatan perang karena sampai Dan Hak Asasi Manusia, Mandar
sekarang belum ada satu difinisi war Maju, Bandung, 2012.
crime yang dapat diterima oleh Wahjoe, Oentoeng, Hukum Pidana
masyarakat internasional secara bulat. Internasional Perkembangan Tindak
Beberapa pakar hanya dapat Pidana Internasional Dan Proses
menyatakan bahwa war crime adalah Penegakannya, Erlangga, Jakarta,
kejahatan terhadap the law and customs 2011.
of war yang bisa dikategorikan ke Widyawati, Anis, Hukum Pidana
dalam Grave breaches. Internasional, Sinar Grafika, Jakarta,
2014
Adapun persaman Genocide dan War
Crime adalah: baik Genocide maupun TEMPO, 8-14 Juni 2015
War Crime dua-duanya digolongkan
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999
pada Grave Breaches (Pelangggaran Tentang HAM
Terhadap Hak Asasi Manusia Berat).
Dan pelanggaran- pelanggaran Hak Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000
Asasi Berat Manusia tersebut baik itu Tentang Pengadilan HAM
Genocide maupun War Crime dapat kita Keppres No. 53 Tahun 2001 Tentang
jumpai pada pasal 50 Konvensi Pembentukan Pengadilan HAM Ad
Jenewa 1942. Kedua pelanggaran Hak Hoc
Asasi Manusia Berat ini biasanya
Keppres No.96 tahun 2001 Tentang
dilakukan secara tersrtuktur, Perubahan atas Keppres No.53
sistematis dan massif. Perbedaannya Tahun 2001
adalah bahwa Genocide bisa saja
terjadi disaat tidak ada peperangan Statuta Roma Tahun 1998
tetapi War Cime pasti terjadi pada saat Konvensi Jenewa Tahun 1949
peperangan dimana jelas-jelas
melanggar Hukum Perang dan Piagam London 08 Agustus 1945
Kebiasaan Perang.
Charter of International Military Tribunal
for The Far East (IMTFE)

Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia


PBB 1948

52
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara – Fakultas Hukum Universitas Suryadarma | Volume 6 No.2, Maret 2016

Anda mungkin juga menyukai