Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH TEKONOLOGI PAKAN

“Teknologi Pengolahan Tepung Bulu Secara Kimia Dan Kualitasnya”

Oleh :
Kelompok
Kelas B

GLADYS DWI HARYANTI 200110160032


WILDAN NASUHA 200110160035
MALKAN ANUGRAH 200110160165
DANDIN FRI SETIA 200110160227
ILYAS MUSTAQIM A 200110160216

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2018
I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Beberapa produk samping pertanian dan agroindustri tertentu dilaporkan

mengandung nutrien yang cukup tinggi, serta belum dimanfaatkan secara optimal

sebagai bahan baku pakan. Produk sampingan dimaksud adalah produk sampingan dari
pemotongan ayam, seperti bulu. Limbah bulu ayam tersebut memiliki kandungan

protein yang cukup tinggi, sehingga berpotensi diolah menjadi tepung bulu.

Tepung bulu yang baik memiliki kandungan protein tinggi, namun sebagian

besar kandungan protein tersebut sulit untuk dicerna oleh ternak. Perlakuan kimiawi

salah satunya dengan penggunaan NaOH dan HCl dapat memecah ikatan disulfida

yang ada pada bulu. Penambahan NaOH dan HCl ini selanjutnya perlu diketahui

persentase dan lama perendaman yang berpengaruh pada karakteristik kimia.

1.2 Identifikasi Masalah

1. Bagaimana potensi limbah bulu ayam.

2. Bagaimana komponen nutrisi yang terdapat pada bulu ayam tersebut.


3. Bagaimana pengolahan pada bulu ayam.

4. Bagaimana karakteristik bulu ayam tersebut.

5. Bagaimana potensi tepung bulu menjadi pakan ternak.


1.3 Maksud dan Tujuan
1. Untuk mengetahui potensi limbah bulu ayam.

2. Untuk mengetahui komponen nutrisi yang terdapat pada bulu ayam tersebut.

3. Untuk mengetahui pengolahan pada bulu ayam.

4. Untuk mengetahui karakteristik bulu ayam tersebut.

5. Untuk mengetahui potensi tepung bulu menjadi pakan ternak.


II

TINJAUAN PUSTAKA DAN PEMBAHASAN

2.1 Potensi Limbah Bulu Ayam

Hasil pemotongan setiap ekor ternak unggas akan diperoleh bulu sebanyak

± 6% dari bobot hidup (bobot potong ± 1,5 kg), atas dasar jumlah pemotongan ayam
dan asumsi tersebut maka dapat dihitung jumlah bulu ayam yang dapat diperoleh

setiap tahunnya (Packham, 1982). Pemanfaatan bulu ayam sebagai bahan pakan

ternak belum maksimal, karena memiliki keterbatasan dalam penggunaannya akibat

rendahnya kualitas nutrien limbah tersebut. Bulu ayam, meskipun kadar proteinnya

mencapai 80-90% akan tetapi protein tersebut tersusun dari protein keratin yang sulit

dicerna oleh unggas (Kim & Patterson 2000, Zerdani dkk. 2004).

2.2 Bulu dan Komponen Nutrisi


Bulu ayam mengandung protein kasar yang tinggi yakni 80-91% dari bahan

kering (BK) (Wisri dkk, 2003). Sedangkan bahan kering bulu ayam di laporkan

National Research Council (NRC), 1996 berbeda dengan hasil analisa labolatorium
Balitnak.

Protein bulu ayam sebagian besar terdiri atas keratin yang digolongkan ke

dalam protein serat. Keratin merupakan protein serat yang membentuk rambut, bulu

(burung), kuku serta kaya akan sistein dan sistin. Sistin terdiri dari dua molekul

sistein yang disajikan pada Gambar 1.


COO
COOH COOH H

NH NH NH
2 CH 2 CH 2 CH

CH2 CH2 CH2

S S SH
Gambar 1. Struktur Kimia Keratin (Tarmizi, 2001).

2.3 Pengolahan Bulu Ayam

Masalah yang dihadapi dalam penggunaan tepung bulu ayam adalah

rendahnya manfaat protein bulu yang disebabkan oleh sebagian besar kandungan

protein kasar terbentuk keratin (Indah, 1993). Perlakuan kimia dengan penambahan

asam dan basa (HCl, NaOH), perlakuan enzimatis dan biologis dengan

mikroorganisme (fermentasi), serta kombinasi ketiga metode tersebut.

Penggunaan bahan kimia untuk mengolah bulu dilakukan dengan cara

mencampur bulu ayam yang telah kering dengan larutan 0,4% NaOH. Kemudian

dikukus dengan autoclave. Selanjutnya bulu ayam dimasukkan ke dalam oven untuk

dikeringkan dan akhirnya digiling menjadi tepung bulu ayam (Steiner dkk, 1983).

Pengolahan secara kimia menggunakan basa, dapat dilakukan dengan

menambahkan NaOH 6% disertai pemanasan dan tekanan menggunakan autoklaf.

Bulu ayam yang sudah siap kemudian dikeringkan dan digiling. Pemrosesan
kimiawi dan basa menggunakan NaOH 6% dengan pemanasan dan tekanan

meningkatkan kecernaan bahan kering 64,4% (Puastuti, 2007).

2.4 Karakteristik Tepung Bulu

Bulu ayam sangat potensial dijadikan sebagai sumber protein pada ransum

ternak karena kandungan protein kasarnya sangat tinggi, yaitu antara 85%-95% (

Howie dkk. 1996). Kandungan zat-zat makanan yang terdapat dalam tepung bulu
ayam menurut Desi (2002), dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Kandungan Zat Makanan Tepung Bulu Ayam (% BK)

Zat Makanan Jumlah (%)

Protein kasar 81,00

Lemak kasar 7,00

Serat kasar 1,00

Sumber : Desi, 2002

2.5 Potensi Tepung Bulu Menjadi Pakan Ternak

Hidrolisat bulu ayam yang terbentuk dari semua proses memiliki kelebihan

asam amino dalam jumlah asam amino leusin, isoleusin dan valin yang bermanfaat

dalam membantu sintesis protein mikroba rumen (Sari, 2015). Penggunaan tepung

bulu ayam untuk ransum unggas sebagai pengganti sumber protein pakan

konvensional (bungkil kedelai) sampai dengan taraf 40 % dari total protein ransum

memberikan respons sebaik ransum kontrol. Berbagai hasil penelitian menunjukkan

bahwa tepung bulu dapat digunakan pada level tidak lebih dari 4 % dari total formula
ransum tanpa membuat produktivitas unggas merosot. Semakin baik

pengolahannya, semakin baik pula hasilnya (Rasyaf, 1992).


III

KESIMPULAN

1. Pemanfaatan bulu ayam sebagai bahan pakan ternak belum maksimal,

karena memiliki keterbatasan dalam penggunaannya akibat rendahnya

kualitas nutrien limbah tersebut.

2. Bulu ayam mengandung protein kasar yang tinggi yakni 80-91% dari bahan

kering (BK).

3. Perlakuan kimia dengan penambahan asam dan basa (HCl, NaOH),

perlakuan enzimatis dan biologis dengan mikroorganisme (fermentasi), serta

kombinasi ketiga metode tersebut.

4. Bulu ayam sangat potensial dijadikan sebagai sumber protein pada ransum

ternak.

5. Tepung bulu dapat digunakan pada level tidak lebih dari 4 % dari total

formula ransum tanpa membuat produktivitas unggas merosot.

Anda mungkin juga menyukai