Anda di halaman 1dari 20

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim

Segala puji dan syukur Saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat limpahan
rahmat dan karunianya sehingga Saya selaku penulis dapat menyusun makalah ini yang berjudul
“Aborsi Dalam Pandangan Islam” tepat pada waktunya. Ini Saya susun untuk memenuhi salah
satu tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam.

Makalah ini disusun agar dapat memperluas ilmu tentang “Aborsi Dalam Pandangan
Islam” yang Saya sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua. Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan
maupun materinya. Kritik dan saran sangat Saya harapkan untuk penyempurnaan makalah ini.
Sekian dan terimakasih.

Minggu, 05 November 2017

Diah Fitriyani
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Aborsi adalah kematian dan pengeluaran janin dari uterus baik secara spontan
atau disengaja sebelum usia kehamilan 22 minggu. Jumlah minggu kehamilan yang
spesifik dapat bervariasi antar Negara, begantung pada perundangan setempat. Menurut
Potter&Perry (2010), setengah dari kehamilan di Amerika Serikat adalah tidak
direncanakan; sebagian besar kehamilan yang tidak direncanakan terjadi pada remaja,
wanita berusia di atas 40 tahun, dan wanita Afrika-Amerika yang berpenghasilan rendah.
Hampir setengah dari kehamilan yang tidak diharapkan berakhir dengan aborsi.
Sementara itu, kendati dilarang, baik oleh KUHP, UU, maupun fatwa MUI atau majelis
tarjih Muhammadiyah, praktik aborsi (pengguguran kandungan) di Indonesia tetap tinggi
dan mencapai 2,5 juta kasus setiap tahunnya dan sebagian besar dilakukan oleh para
remaja. Hal ini disebabkan oleh kurangnya pendidikan tentang sex dan pergaulan bebas
serta dampaknya, baik dari segi kesehatan maupun social kepada masyarakat khususnya
remaja. Selain itu, pengawasan orang tua juga memiliki peran yang sangat penting dalam
menghindari hal-hal yang tidak diinginkan seperti kehamilan yang tidak diinginkan yang
merupakan akibat dari pergaulan bebas tersebut yang tidak sedikit berakhir dengan
tindakan aborsi.
Aborsi atau pengguguran kandungan seringkali identik dengan hal-hal negatif
bagi orang-orang awam. Bagi mereka, aborsi adalah tindakan dosa, melanggar hukum
dan sebagainya. Namun, sebenarnya tidak semua aborsi merupakan tindakan yang negatif
karena ada kalanya aborsi dianjurkan oleh dokter demi kondisi kesehatan ibu hamil yang
lebih baik.
Dalam kasus aborsi yang dianjurkan dokter, perawat tak hanya sebagai conselor
atau peran dan fungsi perawat yang lain, tetapi juga dapat menjalankan prinsip dan asas
etik keperawatan yang ada untuk membantu pasien menghadapi pilihan yang telah dipilih
(aborsi). Selanjutnya, dalam makalah ini kami akan membahas tentang aborsi beserta
dampaknya sekaligus peran orang tua untuk menghindari hal-hal tersebut
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan aborsi ?
2. Bagaimana pandangan aborsi dalam islam?

C. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini yaitu menggunakan metode
deksriptif analitis dimana penulis berusaha mendeskripsikan permasalahan dan
menganalisis sesuai kajian yang diperoleh, dimana sumber yang digunakan menggunakan
sumber pustaka (buku) dan hasil browsing dari internet.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Aborsi
Aborsi menurut pengertian medis adalah mengeluarkan hasil konsepsi atau pembuahan,
sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibunya. Secara lebih spesifik, Ensiklopedia
Indonesia memberikan pengertian aborsi sebagai berikut: “Pengakhiran kehamilan sebelum
masa gestasi 28 minggu atau sebelum janin mencapai berat 1.000 gram.” Definisi lain
menyatakan, aborsi adalah pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari 20
minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Aborsi merupakan suatu proses pengakhiran
hidup dari janin sebelum diberi kesempatan untuk bertumbuh (Kapita Seleksi Kedokteran, Edisi
3, halaman 260).
Sedang menurut bahasa Arab disebut dengan al-Ijhadh yang berasal dari kata “ ajhadha -
yajhidhu “ yang berarti wanita yang melahirkan anaknya secara paksa dalam keadaan belum
sempurna penciptaannya. Atau juga bisa berarti bayi yang lahir karena dipaksa atau bayi yang
lahir dengan sendirinya. Aborsi di dalam istilah fikih juga sering disebut dengan “ isqhoth “
(menggugurkan) atau “ ilqaa’ “(melempar) atau “ tharhu “ (membuang) (al Misbah al Munir ,
hlm : 72).
Abortus merupakan gejala yang sejak zaman dahulu kala dikenal pada seluruh lapisan
masyarakat di seluruh dunia. Bila seorang wanita hamil tanpa diinginkannya, akibat hamil diluar
nikah, beralasan faktor ekonomi, akibat perselingkuhan ataupun anaknya sudah terlalu banyak,
maka ia akan melakukan segala macam usaha untuk menggugurkan kandungannya.
Sejak zaman dahulu sudah dikenal cara-cara tradisional untuk menggugurkan kandungan,
seperti minum jamu-jamu, melakukan pijat, mamasukan segala macam benda dalam kandungan
dan sebagainya.
Setiap tahun sejak terjadinya krisis moneter, sekitar 150.000 anak di bawah usia 18 tahun
menjadi pekerja seks. Sementara itu, setengah dari pekerja seks di Indonesia berusia di bawah 18
tahun, sedangkan 50.000 diantaranya belum mencapai usia 16 tahun. Seks bebas sangatlah
berbahaya, selain dapat menimbulkan banyak penyakit seprti HIV, Raja, Singa, dan lain-lain,
tentu yang paling berbahaya adalah kerusakan atau rusaknya moral remaja kita serta
menimbulkan dampak buruk yang berbahaya yaitu aborsi.
Di bawah ini dikemukakan beberapa definisi para ahli tentang abortus:
1. Eastman : abortus adalah keadaan terputusnya suatu kehamilan dimana fetus sanggup
hidup sendiri di luar uterus. Belum sanggup diartikan apabila fetus itu beratnya terletak
antara 400-1000 gram, atau usia kehamilan kurang dari 28 mingggu.
2. Jeffcoat : abortus adalah pengeluaran dari hasil konsepsi sebelum usia kehamilan 28
minggu, yaitu fetus belum viable by law.
3. Holmer : abortus adalah terputusnya kehamilan sebelum minggu ke 16, dimana proses
plasentasi belum selesai.

B. Klasifikasi Abortus
Aborsi tidak terbatas pada satu bentuk, tetapi aborsi mempunyai banyak macam dan
bentuk, sehingga untuk menghukuminya tidak bisa disamakan dan dipukul rata. Diantara
pembagiaan Aborsi adalah sebagai berikut :
Keguguran atau abortus (al-Ijhâdh) dapat diklasifikasikan dalam tiga jenis:
1. Al-Ijhâdh at-Tilqâ’i atau al-‘Afwi atau Aborsi spontan (Abortus spontanea) yaitu proses
alami yang dilakukan rahim untuk mengeluarkan janin yang tidak mungkin sempurna unsur-
unsur kehidupan padanya. Bisa jadi ini terjadi dengan sebab kecacatan besar yang
menimpanya karena akibat sakitnya sang ibu yang terkena penyakit beragam seperti diabetes
atau lainnya.
2. Al-Ijhâdh al-‘Ilâji atau Aborsi Buatan (Abortus Provokatus Medisinalis / Artificialis /
Therapeuticus) adalah abortus (keguguran) yang sengaja dilakukan para medis (dokter) demi
menyelamatkan nyawa ibu yang dalam keadaan sangat jarang bahwa kehamilannya dapat
berlanjut dengan selamat. Aborsi Provocatus ini dibagi menjadi dua :
a. Jika bertujuan untuk kepentingan medis dan terapi serta pengobatan, maka disebut
dengan Abortus Profocatus Therapeuticum
b. Jika dilakukan karena alasan yang bukan medis dan melanggar hukum yang berlaku,
maka disebut Abortus Profocatus Criminalis
3. Al-Ijhâdh al-Ijtimâ–’i dinamakan juga al-Ijhâdh al-Jinâ`i atau al-Ijrâmi atau Aborsi
Kriminalitas (Abortus Provokatus Kriminalis) adalah aborsi yang sengaja dilakukan tanpa
adanya indikasi medik (ilegal) dan bertentangan dengan undang-undang yang berlaku.
Tujuannya hanya untuk tidak melahirkan bayi atau untuk menjaga penampilan atau
menutupi aib dan sejenisnya. Biasanya pengguguran dilakukan dengan menggunakan
berbagai cara termasuk dengan alat-alat atau obat-obat tertentu.
Melihat klasifikasi yang ada di atas, dapat dilihat bahwa jenis pertama tidak masuk dalam
kemampuan dan kehendak manusia, sehingga tentunya masuk dalam firman Allah Azza wa
Jalla :

‫سا إِّ هَل ُو ْس اع اها‬


ً ‫َّللاُ نا ْف‬
‫ف ه‬ ُ ‫اَل يُ اك ِّل‬
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.” [al-
Baqarah/2:168]

Dan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam :

‫علا ْي ِّه‬ ُ ‫طأ ُ او النِّ ْسيا‬


‫ان او اما ا ْست ُ ْك ِّر ُه ْوا ا‬ ‫ع ْن أ ُ همتِّ ْي ال اخ ا‬
‫ض اع ا‬
ِّ ‫ُو‬
“Dimaafkan dari umatku kesalahan (tanpa sengaja), lupa dan keterpaksaan” [HR al-Baihaqi
dalam Sunannya dan dishahîhkan Syaikh al-Albâni dalam Shahîhul-Jâmi no. 13066]

Sedangkan jenis kedua tidaklah dilakukan kecuali dalam keadaan darurat yang menimpa
sang ibu, sehingga kehamilan dan upaya mempertahankannya dapat membahayakan
kehidupan sang ibu. Sehingga aborsi menjadi satu-satunya cara mempertahankan jiwa sang
ibu; dalam keadaan tidak mungkin bisa mengupayakan kehidupan sang ibu dan janinnya
bersama-sama. Dalam keadaan seperti inilah mengharuskan para medis spesialis kebidanan
mengedepankan nyawa ibu daripada janinnya. Memang nyawa janin sama dengan nyawa
sang ibu dalam kesucian dan penjagaannya, namun bila tidak mungkin menjaga keduanya
kecuali dengan kematian salah satunya maka hal ini masuk dalam kaedah “Melanggar yang
lebih ringan dari dua madharat untuk menolak yang lebih berat lagi” (Irtikâbul khaffi ad-
Dhararain Lidaf’i A’lahuma).

Di sini jelaslah kemaslahatan mempertahankan nyawa sang ibu didahulukan daripada


kehidupan sang janin, karena ibu adalah induk dan tiang keluarga. Dengan takdir Allah Azza
wa Jalla ia bisa melahirkan berulang kali, sehingga didahulukan nasib sang ibu dari janinnya.

Syaikh Ahmad al-Ghazâli seorang Ulama Indonesia menyatakan: “Adapun ulama


Indonesia berpendapat keharaman aborsi kecuali apabila ada dengan sebab terpaksa yang
harus dilakukan dan menyebabkan kematian sang ibu. Hal ini karena syari’at Islam dalam
keadaan seperti itu memerintahkan untuk melanggar salah satu madharat yang teringan.
Apabila tidak ada di sana solusi lain selain menggugurkan janin untuk menjaga hidup sang
ibu”. Permasalahan yang penting dalam pembahasan ini adalah hukum aborsi jenis ketiga
yaitu Al-Ijhâdh al-Ijtimâ’i dinamakan juga al-Ijhâdh al-Jinâ`i atau al-Ijrâmi (Abortus
Provokatus Kriminalis).

C. Pandangan Islam Terhadap Nyawa, Janin dan Pembunuhan

‫بِّال احق إَِّله َّللاُ ام اح هرالهتِّي النه ْف ا‬


‫س تا ْقتُلُواْ اوَلا‬
“ Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya), melainkan
dengan suatu (alasan) yang benar. “ ( Q.S. Al Israa’: 33 )
Yang dimaksud dengan Aborsi dalam pembahasan ini adalah menggugurkan secara paksa
janin yang belum sempurna penciptaannya atas permintaan atau kerelaan ibu yang
mengandungnya .
Sebelum menjelaskan secara mendetail tentang hukum Aborsi, lebih dahulu perlu dijelaskan
tentang pandangan umum ajaran Islam tentang nyawa, janin dan pembunuhan, yaitu sebagai
berikut :
Pertama, manusia adalah ciptaan Allah yang mulia, tidak boleh dihinakan baik dengan
merubah ciptaan tersebut, maupun menguranginya dengan cara memotong sebagian anggota
tubuhnya, maupun dengan cara memperjual belikannya, maupun dengan cara menghilangkannya
sama sekali yaitu dengan membunuhnya, sebagaiman firman Allah swt :

‫آدا امﺀ اب ِّني اك هر ْمناا اولاقا ْد‬


“Dan sesungguhnya Kami telah memuliakan umat manusia “ ( Qs. al-Isra’:70)
Kedua, membunuh satu nyawa sama artinya dengan membunuh semua orang.
Menyelamatkan satu nyawa sama artinya dengan menyelamatkan semua orang.

‫علاى اكتا ْبناا ذا ِّل اك أا ْج ِّل ِّم ْن‬


‫سا قاتا ال امن أانههُ إِّ ْس ارا ِّئي ال اب ِّني ا‬
ً ‫نا ْف ٍس بِّغاي ِّْر نا ْف‬

‫سا ٍد أا ْو‬ ِّ ‫اس قات ا ال امافا اكأ ا هن األ ا ْر‬


‫ض ِّفي فا ا‬ ‫فا اكأانه اما أا ْح اياهاا او ام ْن اج ِّميعًا النه ا‬
‫اس أا ْح ايا‬
‫اج ِّميعًا النه ا‬
“Barang siapa yang membunuh seorang manusia, maka seakan-akan dia telah membunuh
manusia seluruhnya. Dan barang siapa yang memelihara keselamatan nyawa seorang manusia,
maka seolah-olah dia telah memelihara keselamatan nyawa manusia semuanya.” (Qs. Al
Maidah:32)
Ketiga, dilarang membunuh anak ( termasuk di dalamnya janin yang masih dalam
kandungan ) , hanya karena takut miskin. Sebagaimana firman Allah swt :

‫ق اخ ْشياةا َلدا ُك ْم ْوأاتا ْقتُلُواْ اوَلا‬


ٍ ‫ت نهإ اوإِّيها ُكم ن ْار ُزقُ ُه ْم نه ْح ُن إِّ ْمال‬
ْ ‫لا ُه ْم قا‬
ْ ‫يرا ِّخ‬
‫ط ًءا اكانا‬ ً ‫اك ِّب‬
”Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut melarat. Kamilah yang
memberi rezeki kepada mereka dan kepadamu juga. Sesungguhnya membunuh mereka adalah
dosa yang besar.” (Qs al Isra’ : 31)
Keempat, Setiap janin yang terbentuk adalah merupakan kehendak Allah swt, sebagaimana
firman Allah swt

ِّ ‫س ًّمى أا اج ٍل ِّإلاى ناشااء اما اح ِّام ْر ْاأل ا‬


‫يف اونُ ِّق ُّر‬ ‫ِّط ْف ًال ُج ُك ْم نُ ْخ ِّر ث ُ هم ُّم ا‬
“...Selanjutnya Kami dudukan janin itu dalam rahim menurut kehendak Kami selama umur
kandungan. Kemudian kami keluarkan kamu dari rahim ibumu sebagai bayi...” (QS al Hajj : 5)
Kelima, larangan membunuh jiwa tanpa hak, sebagaimana firman Allah swt :

‫ق ِّإَله َّللاُ اح هر ام الهتِّي النه ْف ا‬


‫س تا ْقتُلُواْ اوَلا‬ ِّ ‫ِّبال اح‬
“Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah melainkan dengan alasan
yang benar “

D. Hukum Aborsi Dalam Islam

Allah Azza wa Jalla dengan hikmah-Nya yang agung menjadikan keturunan sebagai satu
tuntutan alami pada manusia. Keturunan ini ada akibat bertemunya sepasang suami istri dengan
cara yang telah dianjurkan dan ditetapkan oleh syari’at. Lalu menjadikan anak dan keturunan
yang disukai sebagai buah pernikahan dan dicintai setiap manusia yang masih lurus fitrahnya.
Begitu pentingnya keturunan dan nasabnya ini, sehingga Islam menjadikannya sebagai salah
satu dari lima perkara penting dan pasti terjaga dalam Islam (adh-Dharuriyât al-Khamsu). Dari
sini perhatian dan perlindungan janin termasuk perkara penting agama Islam dalam seluruh fase-
fase pembentukannya. Apalagi di zaman sekarang ini yang bermunculan beragam sarana yang
mudah dan modern untuk menggugurkan kandungan. Banyaknya iklan dan slogan kebebasan
berekspresi dalam semua sektor kehidupan membawa manusia melakukan perbuatan nista tanpa
ada rasa malu dan takut kepada Allah Azza wa Jalla . Banyaknya orang hamil di luar nikah
membuat mereka akhirnya mengambil aborsi sebagai salah satu solusi menghilangkan rasa malu
pada masyarakat.

Telah diketahui bahwa janin mengalami fase-fase pembentukan sebelum menjadi janin yang
sempurna dan lahir menjadi bayi. Di antara pembeda yang banyak dilihat para ahli fikih yang
berbicara dalam hal ini adalah adanya ruh dalam janin tersebut. Dengan dasar ini maka hukum
aborsi dapat diklasifikasikan secara umum menjadi dua:

a. Aborsi Sebelum Ditiupkan Ruh


Melihat pendapat para Ulama fikih dari berbagai madzhab, dapat disimpulkan bahwa
pendapat mereka dalam masalah ini menjadi 3 kelompok:
1. Kelompok yang membolehkan aborsi sebelum ditiup ruh pada janin. Ini pendapat
minoritas Ulama madzhab Syâfi’iyah, Hambaliyah dan Hanafiyah.
2. Kelompok yang membolehkan aborsi sebelum dimulai pembentukan bentuk janin yaitu
sebelum empat puluh hari pertama. Ini pendapat mayoritas mazhhab Hanafiyah,
Syâfi;’iyah dan Hambaliyah. Pendapat ini dirajihkan Syaikh Ali Thanthawi rahimahullah.
3. Kelompok yang mengharamkan aborsi sejak terjadinya pembuahan dalam rahim. Ini
pendapat yang rajih dalam madzhab Mâlikiyah, pendapat imam al-Ghazâli, Syaikhul
Islam Ibnu Taimiyah, Ibnu Rajab al-Hambali dan Ibnu al-Jauzi. Inilah pendapat madzhab
Zhahiriyah.

Pendapat inilah yang dirajihkan mayoritas Ulama kontemporer dewasa ini, karena adanya
pelanggaran terhadap hak janin untuk hidup dan juga hak masyarakat. DR. Wahbah az-
Zuhaili menjelaskan hal ini dengan menyatakan bahwa para Ulama sepakat mengharamkan
aborsi tanpa udzur setelah bulan keempat, yaitu setelah berlalu seratus dua puluh hari dari
permulaan kehamilan. Mereka juga sepakat menganggap ini sebagai kejahatan yang
mengharuskan adanya diyat, karena ada upaya menghilangkan jiwa dan pembunuhan. Saya
sendiri merajihkan larangan aborsi sejak awal kehamilan, karena adanya kehidupan dan
permulaan pembentukan janin; kecuali karena keadaan darurat seperti terkena penyakit
akut/parah contohnya kelumpuhan atau kanker. Saya sendiri condong sepakat dengan
pendapat al-Ghazâli yang menganggap aborsi, walaupun dilakukan di hari pertama
kehamilan adalah seperti membunuh janin hidup-hidup (al-Wa`du) yang merupakan
kejahatan terhadap sesuatu yang ada.

Sedangkan Syaikh Ahmad Sahnuun seorang Ulama dari Maroko menyatakan: “Aborsi
adalah perbuatan tercela dan kejahatan besar yang dilarang dalam Islam. Juga diingkari jiwa
kemanusian dan jiwa-jiwa yang mulia menolaknya. Sebab hal itu adalah pembunuhan jiwa
yang Allah Azza wa Jalla haramkan, perubahan ciptaan Allah Azza wa Jalla dan menentang
takdir/kehendak Allah Azza wa Jalla.” Islam telah melarang membunuh jiwa seperti dalam
firman Allah Azza wa Jalla :

ِّ ‫َّللاُ إِّ هَل بِّ ْال اح‬


‫ق‬ ‫س الهتِّي اح هر ام ه‬
‫او اَل تا ْقتُلُوا النه ْف ا‬
“Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya), melainkan
dengan suatu (alasan) yang benar.” (Al-Isra`/17:33). Sebagaimana juga melarang sikap
merubah ciptaan Allah Azza wa Jalla dalam firmanNya:

‫او اَل ُم ارنه ُه ْم فالايُغايِّ ُر هن خ ْالقا ه‬


ِّ‫َّللا‬
“Dan akan aku suruh mereka (mengubah ciptaan Allah), lalu benar-benar mereka
meubahnya.” [An-Nisaa`/4:119]

Aborsi mirip dengan al-Wa`du (membunuh anak hidup-hidup) yang dahulu pernah
dilakukan di zaman Jahiliyah, bahkan tidak lebih kecil kejahatannya. Islam sangat
mengingkari hal ini sebagaimana firman-Nya:

ُ ُ ‫او ِّإذاا ْال ام ْو ُءوداة‬


ْ ‫سئِّلا‬
‫ت‬
“Dan apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya,” [At-Takwîr/81: 8]

Baik aborsi dilakukan di fase awal janin atau setelah ditiupkan ruh padanya. Sebab
semua fase pembentukan janin berisi kehidupan yang harus dihormati, yaitu kehidupan
pertumbuhan dan pembentukannya. Hal ini menyelisihi orang-orang yang membolehkan
aborsi sebelum ruh ditiupkan. Mereka beranggapan bahwa sebelum adanya ruh maka tidak
ada kehidupan padanya, sehingga tidak ada kejahatan dan keharaman. Mereka dengan
membolehkan hal itu berarti telah membuka pintu yang sulit dibendung dan memberikan
senjata kepada tangan lawan dan musuh Islam untuk mencela Islam. Juga melegalkan semua
yang terjadi di luar negara Islam yang berupa perbuatan nista dan tercela. Setelah dipastikan
secara ilmiyah bahwa aborsi memiliki bahaya bagi kesehatan dan kehidupan wanita,
sehingga aborsi diharamkan untuk dilakukan, karena menghilangkan madharat lebih
didahulukan dari mengambil kemaslahatan. Sedangkan DR. Ibrahim Haqqi menyatakan:
“Diharamkan aborsi karena merupakan pembunuhan jiwa yang tidak berdosa dan
menjerumuskan jiwa lainnya yaitu sang ibu kepada bahaya yang banyak hingga bahaya
kematian. Ini adalah perkara yang terlarang.” Demikian juga pendapat yang disampaikan
Syaikh Ahmad al-Ghazâli seorang Ulama Indonesia mengatasnamakan Ulama Indonesia.

b. Aborsi Setelah Ditiupkan Ruh Pada Janin (Setelah Empat Bulan) .


Telah dijelaskan bahwa ada perbendaan pendapat di antara para Ulama dalam hukum aborsi
saat sebelum peniupan ruh pada janin. Sedangkan setelah peniupan ruh, para ahli fikih
sepakat bahwa janin telah menjadi manusia dan bernyawa yang memiliki kehormatan dan
kemuliaan, sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah Azza wa Jalla :

‫ت‬ ‫اولاقا ْد اك هر ْمناا بانِّي آدا ام او اح ام ْلناا ُه ْم فِّي ْالبا ِّر او ْالبا ْح ِّر او ارزا ْقناا ُه ْم ِّمنا ه‬
ِّ ‫الطيِّباا‬
ً ‫ض‬
‫يال‬ ِّ ‫ير ِّم هم ْن اخلا ْقناا تا ْف‬ ‫اوفاض ْهلناا ُه ْم ا‬
ٍ ‫علا ٰى اك ِّث‬
“Dan Sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan
dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka
dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.” [Al-
Isrâ`/17 : 70] dan firman Allah Azza wa Jalla :

‫ض فا اكأانه اما قات ا ال النه ا‬


‫اس اج ِّميعًا او ام ْن‬ ‫سا ِّبغاي ِّْر نا ْف ٍس أا ْو فا ا‬
ِّ ‫سا ٍد فِّي ْاأل ا ْر‬ ً ‫ام ْن قاتا ال نا ْف‬
‫اس اج ِّميعًا‬‫أا ْحيااهاا فا اكأانه اما أا ْحياا النه ا‬
“Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang
lain atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, Maka seakan-akan Dia telah
membunuh manusia seluruhnya.”[al-Mâidah/5:32]

Wahai muslimah, Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menciptakan makhluk di dalam


rahimmu melalui kehamilan, sebagai amanat syar’i bagimu dan merupakan sunnatullah.
Untuk itu, janganlah kamu tutup-tutupi amanat tersebut, sebagaimana firman-Nya:

‫ام ِّه هن ِّإ ْن ُك هن يُؤْ ِّم هن ِّباللِّ او ْاليا ْو ِّم‬


ِّ ‫اوَل يا ِّح ُّل لا ُه هن أا ْن يا ْكت ُ ْمنا اما اخلاقا للاُ فِّ ْي أ ا ْر اح‬
.‫اَلخ ِّر‬
ِّ
(٢٢٨ :‫)البقرة‬
“Dan tidak boleh mereka menyembunyikan apa yang diciptakan Allah dalam rahimnya, jika
mereka beriman kepada Allah dan Hari Akhirat.” (Al-Baqarah: 228)
Janganlah kamu mencari alasan untuk menggugurkan kandunganmu dan menghindar
darinya dengan cara apapun, karena Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan keringanan
padamu dengan berbuka di bulan Ramadhan, bilamana puasa itu menyusahkan dirimu atau
puasa dapat membahayakan kehamilanmu. Sungguh perbuatan aborsi (menggugurkan
kandungan) tidak asing lagi di zaman ini. Padahal perbuatan ini adalah perbuatan yang
diharamkan.
ٍ ‫ ِّبأاي ِّ ذا ْن‬.‫ت‬
ْ ‫ب قُ ِّتلا‬
.‫ت‬ ُ ُ ‫او ِّإذاا ْال ام ْو ُء ْوداة‬
ْ ‫سئِّلا‬
(٩-٨ :‫)التكوير‬
“Dan apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya karena dosa apakah
dia dibunuh.” (At-Takwir: 8-9)
Allah SWT berfirman,

‫ظلُو ًما فاقا ْد اجعا ْلناا ِّل او ِّليِّ ِّه‬


ْ ‫ق او ام ْن قُتِّ ال ام‬ِّ ‫َّللاُ ِّإَل ِّب ْال اح‬
‫س الهتِّي اح هر ام ه‬
‫اوَل تا ْقتُلُوا النه ْف ا‬
‫ورا‬ً ‫ص‬ ُ ‫ف فِّي ْالقاتْ ِّل ِّإنههُ اكانا ام ْن‬ ْ ‫طانًا فاال يُ ْس ِّر‬ ‫س ْل ا‬
ُ
Artinya:
"Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya), melainkan
dengan suatu (alasan) yang benar[1]. dan Barangsiapa dibunuh secara zalim, Maka
Sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan[2] kepada ahli warisnya, tetapi janganlah ahli
waris itu melampaui batas dalam membunuh. Sesungguhnya ia adalah orang yang mendapat
pertolongan." (QS. Al-Israa': 33)

Penjelasan ayat:
[1] Maksudnya yang dibenarkan oleh syara' seperti qishash membunuh orang murtad, rajam
dan sebagainya.
[2] Maksudnya kekuasaan di sini ialah hal ahli waris yang terbunuh atau Penguasa untuk
menuntut qishaash atau menerima diat. Qishaash ialah mengambil pembalasan yang sama.

E. Efek dan Resiko Abortus


Efek Abortus :
Pada beberapa kasus abortus terdapat beberapa efek. Efek abortus dibagi menjadi 2 yaitu:
1. Efek jangka pendek
 Rasa sakit yang intens
 Terjadinya kebocoran uterus
 Perdarahan yang banyak
 Infeksi
 Bagian bayi yang tertinggal di dalam
 Shock/koma
 Merusak organ tubuh lain
 Kematian
2. Efek jangka panjang
 Tidak dapat hamil kembali
 Keguguran kandungan
 Kehamilan tubal
 Kelahiran premature
 Gejala peradangan di bagian pelvis
 Hysterectom
Resiko Abortus :
Abortus memiliki resiko penderitaan yang berkepanjangan terhadap kesehatan maupun
keselamatan hidup seorang wanita. Tidak benar jika dikatakan bahwa seseorang yang
melakukan aborsi ia “tidak merasakan apa-apa dan langsung boleh pulang”. Resiko
kesehatan terhadap wanita yang melakukan aborsi berisiko kesehatan dan keselamatan
secara fisik dan genngguan psikologis. Resiko kesehatan dan keselamatan fisik yang akan
dihadapi seorang wanita pada saat melakukan aborsi dan setelah melakukan aborsi adalah:
 Kematian mendadak karena pendarahan hebat
 Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal
 Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan
 Rahim yang sobek (uterine perforation)
 Kerusakan leher Rahim (Cervical Lacerations) yang akan menyebabkan cacat pada
anak berikutnya.
 Kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormone estrogen pada wanita)
 Kanker indung telur (Ovarian Cancer)
 Kanker hati (Liver Cancer)
 Kelainan pada ari-ari (Placenta Previa) yang akan menyebabkan cacat pada anak
berikutnya dan pendarahan hebat pada kehamilan berikutnya.
 Menjadi mandul/tidak mampu memilki keturunan lagi (Ectopic Pregnancy)
 Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease)
 Infeksi pada lapisan Rahim (Endometriosis)
F. Dampak Abortus
1. Timbul luka-luka dan infeksi pada dinding alat kelamin dan merusak organ-organ di
dekatnya seperti kandung kencing atau usus
2. Robek mulut Rahim sebelah dalam (satu otot lingkar).
3. Dinding Rahim bias tembus, karena alat-alat yang dimasukkan ke dalam rahim
4. Terjadi pendarahan. Biasanya pendarahan itu berhenti sebentar, tetapi beberapa minggu
timbul kembali. Menstruasi tidak normal lagi selama sisa produk kehamilan belum
dikeluarkan dan bahkan sisa itu dapat berubah menjadi kanker

G. Fatwa MUI
Menetapkan : FATWA TENTANG ABORSI

Pertama : Ketentuan Umum

1. Darurat adalah suatu keadaan di mana seseorang apabila tidak melakukan sesuatu yang
diharamkan maka ia akan mati atau hampir mati.
2. Hajat adalah suatu keadaan di mana seseorang apabila tidak melakukan sesuatu yang
diharamkan maka ia akan mengalami kesulitan besar.

Kedua : Ketentuan Hukum


1. Aborsi haram hukumnya sejak terjadinya implantasi blastosis pada dinding rahim ibu
(nidasi).
2. Aborsi dibolehkan karena adanya uzur, baik yang bersifat darurat ataupun hajat.
Keadaan darurat yang berkaitan dengan kehamilan yang membolehkan aborsi adalah:
1. Perempuan hamil menderita sakit fisik berat seperti kanker stadium lanjut, TBC dengan
caverna dan penyakit-penyakit fisik berat lainnya yang harus ditetapkan oleh Tim Dokter.
2. Dalam keadaan di mana kehamilan mengancam nyawa si ibu.
Keadaan hajat yang berkaitan dengan kehamilan yang dapat membolehkan aborsi adalah:
1. Janin yang dikandung dideteksi menderita cacat genetic yang kalau lahir kelak sulit
disembuhkan.
2. Kehamilan akibat perkosaan yang ditetapkan oleh Tim yang berwenang yang didalamnya
terdapat antara lain keluarga korban, dokter, dan ulama. Kebolehan aborsi tersebut harus
dilakukan sebelum janin berusia 40 hari. Aborsi haram hukumnya dilakukan pada
kehamilan yang terjadi akibat zina.
3. Aborsi haram hukumnya dilakukan pada kehamilan yang terjadi akibat zina.
Fatwa tersebut berdasarkan pada dalil-dalil:
1) Al-Qur’an,
2) Hadits,
3) Kaidah Fiqih dan
4) berbagai pendapat Ulama sebagai berikut:
Firman Allah SWT:
a. Katakanlah: “Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu, yaitu:
janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang
ibu bapak, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan. Kami akan
memberi rezki kepadamu dan kepada mereka; dan janganlah kamu mendekati perbuatan-
perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah
kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu
(sebab) yang benar”. Demikian itu yang diperintahkan oleh Tuhanmu kepadamu supaya kamu
memahami (nya). (QS. al-An`am[6]: 151).

b. ”Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kamilah yang akan
memberi rezki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah
dosa besar.” (QS. al-Isra`[17]: 31).

c. ”Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di
atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka
mengucapkan kata-kata yang baik. Dan orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan
berdiri untuk Tuhan mereka. Dan orang-orang yang berkata: ”Ya, Tuhan kami, jauhkan azab
Jahanam dari kami, sesungguhnya azabnya itu adalah kebinasaan yang kekal”. Sesungguhnya
Jahanam itu seburuk-buruk tempat menetap dan tempat kediaman.Dan orang-orang yang apabila
membelanjakan (harta), mereka tidak berlebih-lebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah
(pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian. Dan orang-orang yang tidak
menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah
(membunuhnya) kecuali dengan (alas an) yang benar, dan tidak berzina, barangsiapa yang
melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa (nya), (yakni) akan dilipat
gandakan azab untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan
terhina, kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; maka
kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang.Dan orang yang bertaubat dan mengerjakan amal saleh, maka sesungguhnya
dia bertaubat kepada Allah dengan taubat yang sebenar-benarnya.” (QS. al-Furqan[25]: 63-71).

d. “Hai Manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah)
sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian
dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak
sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami
kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi,
kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu
ada yang diwafatkan dan (ada pula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun,
supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya. Dan kamu lihat
bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan
suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah.” (QS. al-Hajj[22]: 5)

e. “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah.
Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).
Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan
segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu
Kami bungkus dengan daging, Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain.
Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.” (QS. al-Mu`minun[23]: 12-14)

Hadits Rasulullah SAW:


a. ”Seseorang dari kamu ditempatkan penciptaannya di dalam perut ibunya dalam selama empat
puluh hari, kemudian menjadi `alaqah selama itu pula (40 hari), kemudian menjadi mudhghah
selama itu pula (40 hari); kemudian Allah mengutus seorang malaikat lalu diperintahkan empat
kalimat (hal), dan dikatakan kepadanya: Tulislah amal, rezki dan ajalnya, serta celaka atau
bahagia-(nya); kemudian ditiupkan ruh padanya.” (Hadits riwayat Imam al-Bukhari dari
Abdullah).

Hadits di atas menunjukkan bahwa permulaan penciptaan janin dan penampakan anggota-
anggota tubuhnya, adalah setelah melewati 40 atau 42 malam.Dengan demikian, penganiayaan
terhadapnya adalah suatu penganiayaan terhadap janin yang sudah mempunyai tanda-tanda
sebagai manusia yang terpelihara darahnya (ma’shumud dam).Tindakan penganiayaan tersebut
merupakan pembunuhan terhadapnya. Berdasarkan uraian di atas, maka pihak ibu si janin,
bapaknya, ataupun dokter, diharamkan menggugurkan kandungan ibu tersebut bila
kandungannya telah berumur 40 hari.
Siapa saja dari mereka yang melakukan pengguguran kandungan, berarti telah berbuat dosa dan
telah melakukan tindak kriminal yang mewajibkan pembayaran diyat bagi janin yang gugur,
yaitu seorang budak laki-laki atau perempuan,atau sepersepuluh diyat manusia sempurna (10
ekor onta), sebagaimana telah diterangkan dalam hadits shahih dalam masalah tersebut.

b. ”Dua orang perempuan suku huzail berkelahi. Lalu satu dari keduanya melemparkan batu
kepada yang lain hingga membunuhnya dan (membunuh pula) kandungannya. Kemudian mereka
melaporkan kepada Rasulullah.Maka, beliau memutuskan bahwa diat untuk (membunuh)
janinnya adalah (memberikan) seorang budak laki-laki atau perempuan.” (Hadits muttafaq `alaih
–riwayat Imam al-Bukhari dan Muslim- dari Abu Hurairah; lihat `Abdullah bin `Abdur Rahman
al-Bassam, Tawdhih al-Ahkam min Bulugh al-Maram, [Lubnan: Mu`assasah al-Khidamat al-
Thiba`iyyah, 1994], juz V, h.185):

c. ”Tidak boleh membahayakan diri sendiri dan tidak boleh pula membahayakan orang lain.”
(Hadits riwayat Ibnu Majah dari `Ubadah bin al-Shamit, Ahmad dari Ibn `Abbas, dan Malik dari
Yahya).
Kaidah Fiqih :
a. ”Menghindarkan kerusakan (hal-hal negatif) diutamakan dari pada mendatangkan
kemaslahatan.”
b. ”Keadaan darurat membolehkan hal-hal yang dilarang (diharamkan).”
c. ”Hajat terkadang dapat menduduki keadaan darurat.”

H. Hukum Aborsi Menurut UUD


Menurut hukum-hukum yang berlaku di Indonesia, aborsi atau pengguguran janin termasuk
kejahatan, yang dikenal dengan istilah “ Abortus Provocatus Criminalis ” Yang menerima
hukuman adalah:
1. Ibu yang melakukan aborsi
2. Dokter atau bidan atau dukun yang membantu melakukan aborsi
3. Orang - orang yang mendukung terlaksananya aborsi
Beberapa pasal yang terkait adalah:
Pasal 229
1. Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau menyuruhnya supaya diobati,
dengan diberitahukan atau ditimbulkan harapan, bahwa karenapengobatan itu hamilnya
dapat digugurkan, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun atau denda
paling banyak tiga ribu rupiah.
2. Jika yang bersalah, berbuat demikian untuk mencari keuntungan, atau menjadikan perbuatan
tersebut sebagai pencarian atau kebiasaan, atau jika dia seorang tabib, bidan atau juru obat,
pidananya dapat ditambah sepertiga.
3. Jika yang bersalah, melakukan kejahatan tersebut, dalam menjalani pencarian maka dapat
dicabut haknya untuk melakukan pencarian itu.
Pasal 314
Seorang ibu yang, karena takut akan ketahuan melahirkan anak, pada saat anak dilahirkan atau
tidak lama kemudian, dengan sengaja merampas nyawa anaknya, diancam, karena membunuh
anak sendiri, dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.
Pasal 342
Seorang ibu yang, untuk melaksanakan niat yang ditentukan karena takut akan ketahuan bahwa
akan melahirkan anak, pada saat anak dilahirkan atau tidak lama kemudian merampas nyawa
anaknya, diancam, karena melakukan pembunuhan anak sendiri dengan rencana, dengan pidana
penjara paling lama sembilan tahun.
Pasal 343
Kejahatan yang diterangkan dalam pasal 341 dan 342 dipandang, bagi orang lain yang turut serta
melakukan, sebagai pembunuhan atau pembunuhan dengan rencana.
Pasal 346
Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau menyuruh
orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun.
Pasal 347
1. Barangsiapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang wanita
tanpa persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun.
2. Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikenakan pidana penjara paling
lama lima belas tahun.
Pasal 348
1. Barangsiapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang wanita
dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan.
2. Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikenakan pidana penjara paling
lama tujuh tahun.
Pasal 349
Jika seorang tabib, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan yang tersebut pasal 346,
ataupun melakukan atau membantu melakukan salah satu kejahatan yang diterangkan dalam
pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah dengan
sepertiga dan dapat dicabut hak untuk menjalankan pencarian dalam mana kejahatan dilakukan.
PENUTUP

A. Kesimpulan

Aborsi bukan sekedar masalah medis atau kesehatan masyarakat, namun juga problem
sosial yang muncul karena manusia mengekor pada peradaban Barat. Maka pemecahannya
haruslah dilakukan secara komprehensif-fundamental-radikal, yang intinya adalah dengan
mencabut sikap taqlid kepada peradaban Barat dengan menghancurkan segala nilai dan institusi
peradaban Barat yang bertentangan dengan Islam, untuk kemudian digantikan dengan peradaban
Islam yang manusiawi dan adil.

Hukum aborsi dalam pandangan Islam menegaskan keharaman aborsi jika umur
kehamilannya sudah 4 (empat) bulan, yakni sudah ditiupkan ruh pada janin. Untuk janin yang
berumur di bawah 4 bulan, para ulama telah berbeda pendapat. Jadi ini memang masalah
khilafiyah. Namun menurut pemahaman kami, pendapat yang rajih (kuat) adalah jika aborsi
dilakukan setelah 40 (empat puluh) hari, atau 42 (empat puluh dua) hari dari usia kehamilan dan
pada saat permulaan pembentukan janin, maka hukumnya haram. Sedangkan pengguguran
kandungan yang usianya belum mencapai 40 hari, maka hukumnya boleh (ja’iz) dan tidak apa-
apa. Wallahu a’lam [M. Shiddiq al-Jawi]

B. Saran

Seorang tenaga medis harus lebih sring memberikan pendidikan kesehatan khususnya
tentang aborsi dan dampaknya terhadap kesehatan sehingga masyarakat dapat pengetahuan dan
memiliki persepsi yang benar akan hal tersebu dan diharapkan dapat menurunkan angka kejadian
aborsi baik secara legal maupun illegal.

Semoga dari uraian yang sudah dipaparkan dalam makalah ini. Semua orang lebih
mengetahui akan bahaya dari aborsi dan khususnya bagi mahasiswa-mahasiswi agar menjauhi
seks bebas karena hal itu merupakan penyebab terjadinya aborsi yang paling bahaya.

Saran dan kritik yang membangun sangat Saya harapkan demi kemajuan dan perbaikan
makalah ini. Sekian dan terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA

Asmarawati Tina. 2013. Hukum dan Abortus Cet.1. Yogyakarta: CV Budi Utama.
Muslimin. 2014. Pendidikan Agama Islam. Cet.2. Yogyakarta: CV Budi Utama.
Priharjo,Robert. 1995. Etika Pengantar Keperawatan. Yogyakarta: Kanisius.
Zuhdi, Masjfuk.1993.Masail Fiqhiyah Kapita Selekta Hukum Islam. Jakarta: Haji Masagung

https://www.ahmadzain.com/read/karya-tulis/258/hukum-aborsi-dalam-islam/

https://almanhaj.or.id/3362-islam-dan-aborsi-satu-tinjaun-hukum-fikih.html

https://konsultasi.wordpress.com/2007/01/18/aborsi-dalam-pandangan-hukum-islam/

https://qurandansunnah.wordpress.com/2009/05/15/menggugurkan-janin-kandungan-aborsi/

http://sahabatsejatimayah.blogspot.co.id/2012/07/aborsi-menurut-pandangan-islam_08.html

http://ronifansyuri.blogspot.co.id/2014/04/makalah-aborsi-lengkap.html

https://dianmustikaaini.wordpress.com/2014/07/18/abortus-aborsi-menurut-medis-dan-menurut-
pandangan-islam/

quran : http://sultonimubin.blogspot.co.id/2012/11/al-isra-ayat-61-70-dan-
terjemah.html

Anda mungkin juga menyukai