Bab Iii
Bab Iii
LANDASAN TEORI
Operasi atau produksi menurut (Heizer & Render, 2011) adalah proses dalam
pembuatan barang atau jasa, sedangkan manajemen operasi sebagai aktivitas yang
membuat nilai dengan menciptakan barang atau jasa melalui perubahan input menjadi
output. (Chase, Aquilano, Nicholas, & Jacobs, 2006) menyatakan manajemen operasi
adalah desain, operasi, dan perbaikan sistem yang memproduksi dan memberikan
produk utama perusahaan dan layanan jasa. (Daft, 2006), manajemen operasional
adalah bidang manajemen yang mengkhususkan pada produksi barang, serta
menggunakan alat-alat dan teknik-teknik khusus untuk memecahkan masalah-masalah
produksi. Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan pengertian manajemen operasi
adalah sebuah aktivitas menciptakan barang atau jasa dengan menggunakan alat dan
teknik khusus. Setiap perusahaan pasti memiliki kegiatan operasional. Dalam
perusahaan manufaktur, kegiatan memproduksi barang dapat dilihat secara nyata.
Namun dalam perusahaan jasa, perusahaan tidak menciptakan barang nyata sehingga
kegiatan produksinya sulit untuk dilihat. Berikut di bawah ini adalah Aliran dalam
Operasi Manajemen menurut (Plunkett, Attner, & Allen, 2013)
1. Desain produk dan jasa: mendesain produk dan jasa menegaskan proses
transformasi. Keputusan mengenai biaya, kualitas, sumber daya manusia
sering kali ditetapkan oleh keputusan desain. Desain sering menentukan
batas minimum dari biaya dan batas maksimun dari kualitas.
2. Manajemen mutu: harapan kualitas dari konsumen harus ditentukan
sehingga perusahaan dapat mengidentifikasi dan mencapai kualitas yang
diharapkan tersebut.
3. Desain proses dan kapasitas: pilihan proses tersedia untuk produk dan jasa.
Pilihan proses membuat manajemen harus menspesifikasi teknologi,
kualitas, penggunaan sumber daya manusia, dan pemeliharaan. Biaya dan
modal yang dibutuhkan dalam desain proses dan kapasitas ini akan
menentukan biaya dasar perusahaan.
4. Strategi lokasi: lokasi fasilitas untuk perusahaan manufaktur maupun
perusahaan jasa akan menentukan kesuksesan perusahaan. Lokasi akan
menentukan keefisienan perusahaan dalam hal jarak.
5. Strategi tata letak: terdiri dari aliran material, kebutuhan kapasitas, tingkat
personel, keputusan teknologi, dan tata letak persediaan.
6. Sumberdaya manusia dan sistem kerja: manusia adalah hal yang mahal dan
penting dalam keseluruhan sistem desain. Untuk itu dibutuhkan kualitas
untuk kehidupan kerja, bakat dan kemampuan, dan biayanya harus
ditentukan.
7. Manajemen rantai pasokan: keputusan ini menentukan apa yang harus
dibuat dan apa yang harus dibeli. Pertimbangan juga diberikan pada
kualitas, pengantaran, inovasi, semuanya dalam harga yang memuaskan.
Dibutuhkan kepercayaan antara pembeli dan supplier untuk sistem
pembelian yang efektif.
8. Persediaan, perencanaan kebutuhan bahan: keputusan persediaan dapat
dioptimisasi hanya ketika kepuasan konsumen, supplier, rencana produksi,
dan rencana sumber daya manusia dipertimbangkan.
9. Penjadwalan jangka pendek dan menengah: jadwal produksi yang mudah
dan efisien harus dikembangkan. Permintaan pada sumber daya manusia
dan fasilitas harus ditentukan dan dikontrol.
10. Pemeliharaan: keputusan mengenai tingkat reabilitas dan stabilitas yang
diinginkan harus dibuat dan sistem harus dibangun untuk dapat mendukung
reabilitas dan stabilitas.
Semua keputusan tersebut terhubung satu sama lain dan harus di jalankan
dengan baik untuk dapat menciptakan kegiatan operasional yang efektif dan efisien.
Implementasi dari kesepuluh keputusan strategik diatas dipengaruhi oleh variasi dari
isu, termasuk proporsi untuk barang dan jasa.
1. Manajemen operasi adalah satu dari tiga fungsi utama dari setiap organisasi
dan berhubungan secara utuh dengan semua fungsi bisnis lainnya. Semua
organisasi memasarkan (menjual), membiayai (mencatat laba rugi), dan
memproduksi (mengoperasikan), maka sangat penting untuk mengetahui
bagaimana aktivitas manajemen operasi berjalan. Karena itu pula, dengan
mempelajari manajemen operasi dapat mempelajari bagaimana orang-
orang mengorganisasikan diri mereka bagi perusahaan yang produktif.
2. Untuk mengetahui bagaimana barang dan jasa diproduksi.
3. Untuk memahami apa yang dikerjakan oleh manajer operasi.
4. Karena manajemen operasi merupakan bagian yang paling banyak
menghabiskan biaya dalam sebuah organisasi.
(Heizer & Render, 2011) mengungkapkan forecasting adalah : “The art and
science of predicting future events” Jika diartikan kedalam Bahasa Indonesia adalah:
“Seni dan ilmu dalam memprediksi kejadian di masa depan.”
Jadi dari definisi forecasting dari para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
peramalan adalah kegiatan untuk memprediksi kondisi di masa depan dengan
menggunakan data kondisi di masa lalu. Peramalan umumnya dilakukan berdasarkan
data masa lalu yang kemudian dianalisis dengan metode tertentu. Penting dalam
melakukan peramalan untuk memiliki data kondisi masa lalu yang tepat dan jelas agar
dapat melakukan peramalan dengan baik. Hasil ramalan tidak dapat selalu dipastikan
kebenarannya 100%, hasil ramalan juga memiliki tingkat kesalahan, untuk itu peramal
harus mempertimbangkan hasil peramalan dengan tingkat kesalahan paling kecil.
(Heizer & Render, 2011) membagi horizon waktu dalam peramalan menjadi
tiga kelompok:
(Heizer & Render, 2011) mengungkapkan ada tiga tipe peramalan dalam
perusahaan:
Sedangkan, menurut (Heizer & Render, 2011) terdapat dua pendekatan umum
untuk peramalan :
Kapasitas (capacity) adalah hasil produksi (throughtput), atau jumlah unit yang
dapat ditahan, diterima, disimpan, atau diproduksi oleh sebuah fasilitas dalam suatu
periode waktu tertentu. Kapasitas mempengaruhi sebagian besar biaya tetap. Kapasitas
juga menentukan apakah permintaan dapat dipenuhi, atau apakah fasilitas yang ada
akan berlebih. Jika fasilitas terlalu besar, sebagian fasilitas akan menganggur dan akan
terdapat biaya tambahan yang dibebankan pada produk yang ada atau pelanggan. Jika
fasilitas terlalu kecil, pelanggan bahkan pasar keseluruhan akan hilang. Oleh karena
itu, penetapan ukuran fasilitas sangat menentukan tujuan pencapaian tingkat utilitas
tinggi dan tingkat pengembalian investasi tinggi (Heizer & Render, 2011).
Dalam produksi dan manajemen operasi, kapasitas juga menentukan beberapa hal yaitu
:
1. Potential Capacity
Kapasitas yang dapat dibentuk untuk membantu pimpinan untuk
mengambil keputusan. Ini merupakan inti dari keputusan jangka panjang
yang tidak akan terpengaruh oleh manajemen produksi per hari.
2. Immediate Capacity
Jumlah dari kapasitas produksi yang dapat dibentuk menjadi tersedia
dalam jangka waktu yang singkat. Ini merupakan kapasitas maksimum dari
kapasitas Potensial (diasumsikan digunakan secara produktif).
3. Effective capacity
Merupakan suatu konsep penting dimana tidak seluruh kapasitas produksi
sesungguhnya dapat digunakan atau terbuang. Ini merupakan hal penting
untuk seorang manager produksi untuk apakah kapasitas sesungguhnya
dapat tercapai. Perbedaan antara kapasitas dari sebuah organisasi dan
permintaan dari seluruh pelanggan adalah mengenai ketidakefisien, begitu
juga ketika sumber tidak dapat digunakan atau tidak dapat dipenuhi oleh
customer.
Terdapat duua tipe dari perencanaan kapasitas, yaitu Rough cut capacity
planning (RCCP) dan Capacity Requirements Planning (CRP). RCCP lebih
sederhana dibanding dengan pendekatan Capacity Requirement Planning (CRP).
Dalam RCCP, rencana tingkat atas diperluas dengan meringkas profil sumber daya
untuk setiap produk. Profil sumber daya mengidentifikasi sumber daya utama yang
dibutuhkan, jumlah jam kerja dibutuhkan untuk membuat produk, dan sumber daya
lain yang dibutuhkan untuk membuat produk jadi. Berikut adalah perbedaan antara
Rough Cut Capacity Planning (RCCP) dan Capacity Requirement Planning (CRP):
1. Profil kapasitas untuk RCCP dibangun untuk setiap item jadwal induk
dibanding dengan material pada setiap work center.
2. RCCP hanya memuat sumber daya yang penting dalam setiap work center.
3. RCCP lebih memilih menggunakan bill of resources.
4. RCCP memiliki fasilitas yang interaktif yang membantu perencana dalam
tugas menilai rencana produksi dan kapasitas untuk mencapai
keseimbangan.
Ada beberapa istilah yang harus dimengerti dalam merancang proses RCCP
menurut (Proud, 2012) yaitu:
Required capacity
Kapasitas yang dibutuhkan untuk mencapai rencana produksi atau rencana
master. Nilai ini didapat dengan mengambil rencana produksi atau rencana
master dan memperluasnya dengan waktu mengatur dan waktu produksi yang
dibutuhkan untuk memproduksi produk.
Available capacity
Kapasitas yang dapat dihasilkan oleh sebuah work center jika ia beroperasi pada
tingkat produktivitas 100% (berdasarkan tingkat kehadiran staff, peralatan, dan
jumlah shift kerja).
Demonstrated capacity
Kapasitas masa lalu dari sumber daya utama, work center, atau lini produksi
yang dihitung dari dasar peforma output aktual.
Planned capacity
Mendemonstrasikan penyesuaian tambahan kapasitas yang diantisipasi pada
kapasitas di masa depan. Penyesuaian memuat tambahan peralatan atau tenaga
kerja, atau pengurangan mesin atau staff.
Maximum capacity
Tingkat kapasitas tertinggi dimana sistem produksi dapat beroperasi tanpa
adanya tambahan modal.
Overloads
Underloads
Lot Splitting
Jika kapasitas yang direncanakan untuk lini terakhir tidak dapat disesuaikan,
maka menjadi mungkin untuk memodifikasi rencana produksi dan jadwal
master. Alternatif ini membutuhkan pengetahuan mengenai rencana awal yang
ingin dicapai. Jika rencananya adalah mencoba untuk menciptakan produk yang
memuaskan permintaan konsumen perusahaan, bagian pemasaran harus
memilih permintaan konsumen mana yang harus dipindahkan dari periode yang
bermasalah. Jika rencana dimaksudkan untuk memuaskan kombinasi dari
pesanan konsumen dan mengisi kekosongan persediaan gudang kembali, maka
bagian pemasaran harus memilih prioritas antara konsumen dan gudang
persediaan. Jika terdapat permintaan dalam jumlah yang sangat besar dari
konsumen baru, maka permintaan ini bisa jadi di-lot splitting atau dipindahkan.
BAB III
Pembahasan Junal
1. Objek yang diteliti adalah lantai produksi wajan. Pemilihan objek tersebut
berdasarkan pada hasil wawancara dengan kepala departemen produksi yang
mengatakan bahwa keterlambatan sering terjadi pada objek tersebut padahal
produk wajan merupakan produk unggulan perusahaan ini.
2. Data yang Digunakan
Data Sekunder Data ini adalah data yang bersumber langsung dari orang
pertama yang berkaitan dengan penelitian ini. Data-data yang diperoleh dengan
cara tersebut sebagai berikut :
a. Waktu proses produksi
b. Routing files process
Data sekunder Data ini diperoleh melalui pihak-pihak di luar objek penelitian
ini namun masih relevan dengan masalah yang juga dialami oleh objek yang
diamati. Data-data tersebut adalah :
a. Data permintaan wajan
b. Data jam kerja dan jumlah pekerja
c. Bill of material produk
3. Pengolahan Data
Pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga
kelompok pengolahan, yaitu melakukan agregasi terhadap permintaan produk,
pengolahan data peramalan permintaan, dan yang ketiga adalah pengolahan
data untuk sistem manufaktur MRP II. Berikut adalah langkah-langkah dari
masing-masing pengolahan data :
1. Melakukan agregasi terhadap permintaan produk.
2. Pengolahan data peramalan permintaan. Langkah-langkah pengolahan
data untuk peramalan adalah sebagai berikut :
a. Identifikasi pola historis dari data aktual permintaan.
b. Memilih model peramalan yang sesuai dengan pola historis
permintaan
c. Melakukan perhitungan dengan menggunakan model yang telah
dipilih.
d. Melakukan analisis data berdasarkan perhitungan peramalan model
peramalan yang dipilih.
e. Memilih model peramalan yang tepat berdasarkan hasil analisa data
yang dilakukan.
3. Pengolahan data untuk merencanakan kebutuhan kapasitas Langkah-
langkah perencanaan kebutuhan kapasitas produksi adalah sebagai
berikut :
a. Menentukan jadwal induk produksi dari hasil peramalan dengan
mendisagregasikannya menggunakan MPS.
b. Melakukan perhitungan RCCP
c. Menyusun perencanaan kebutuhan material dari MPS menggunakan
MRP.
d. Melakukan perhitungan terhadap kapasitas produksi dibutuhkan
berdasarkan perencanaan MRP dengan menggunakan CRP.
1. Pengumpulan Data
Data Permintaan Produk Wajan
Bill of material produk wajan
Hasil Penelitian
Kekurangan:
Jurnal ini tidak menampilkan hasil pengolahan data yang telah dibuat, dan
membuat pembaca bingung saat penulis menyebutkan hasil penelitian karena
tidak ada tabel hasil penelitian.
Kelebihan:
Dalam jurnal ini dijelaskan bagaimana cara kerja masing-masing metode yang
digunakan yaitu metode peramalan, perencanaan agregat, Master Production
Schedule (MPS), Rough Cut Capacity Planning (RCCP), Material Requirement
Planning (MRP), dan Capacity Requirement Planning (CRP).
Pengaplikasian jurnal ini memungkinkan untuk digunakan di berbagai jenis
perusahaan manufaktur.
Perhitungan data-data dalam jurnal ini dipaparkan secara jelas dan mendetail,
sehingga tidak membingungkan pembaca.
Saran : Penelitian ini dapat dilanjutkan dengan meneliti permasalahan yang terjadi
pada stasiun kerja yang menjadi bottleneck agar dapat diketahui secara pasti penyebab
ketiga stasiun tersebut mengalami kekurangan kapasitas.
Ada beberapa keuntungan yang didapat dalam menggunakan rough cut capacity
planning sebagai metode perencanaan kapasitas, yaitu:
Judul
Analisis Kapasitas Produksi Pemecah Batu Stone Crusher Dengan Metode Capacity
Requirment Planning (CRP) Di PT. Varia Usaha Beton Pandaan
Penulis
Ahmad Zadit Taqwa (Program Studi S1 Pendidikan Teknik Mesin Produksi, Fakultas
Teknik, Universitas Negeri Surabaya)
Iskandar (Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Surabaya)
Tahun
JTM. Volume 04 Nomor 03 Tahun 2016, 539 - 548
Latar Belakang
PT. Varia Usaha Beton adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang
pemecahan batu yang mana sebagai bahan pembuatan beton siap pakai dan jasa
pengecoran. Dengan berkembangnya bisnis properti dan meningkatnya pemakaian
beton siap pakai saat ini, oleh karena itu perlu diberlakukan perencanaan kapasitas
produksi pemecah batu yang matang guna memenuhi kebutuhan permintaan pasar akan
beton siap pakai. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan hasil produksi yang optimal
dengan kebutuhan permintaan pasar yang sesuai harapan.
Dalam proses produksinya PT. Varia Usaha Beton Pandaan menggunakan bahan
utama batu dan mesin pemecah batu (Stone Crusher) yang terdiri dari 1 mesin Jaw
Crusher primer dan 4 mesin Jaw Crusher sekunder. Proses produksi dari ke lima mesin
tersebut menghasilkan hasil produk berupa abu batu sebanyak 30%, batu pecah 5 – 10
mm sebanyak 5%, batu pecah 10-20 mm sebanyak 45%, batu pecah 20-30 mm
sebanyak 20%. Dalam satu kali produksi untuk satu mesin crusher sekunder dapat
menghasilkan 30 ton / jam. Dalam sehari dapat menghasikan sekitar 300 ton / hari,
proses produksi sendiri berjalan selama + 10 jam setiap hari. Jumlah permintaan
terbanyak periode 2014 sampai 2016 yaitu, batu pecah 10-20 mm yang terdiri dari
tahun 2014 sebanyak ± 93.411 ton, tahun 2015 sebanyak ± 94.986 ton dengan
persentasi rata-rata kenaikan pertahun 1,54%, sedangkan perkiraan kenaikan produksi
tahun 2016 sebanyak 97.444 ton.
Kapasitas mesin yang tersedia pada PT. Varia Usaha Beton Pandaan khususnya
pemecahan batu Stone Crusher yakni kapasitas produksinya 264.000 ton pertahun,
untuk perkembangan produksi tahun 2016 sudah mencukupi, tapi perlu dilihat
kapasitas permesinnya dan apakah kapasitas ini bisa dipertahankan sampai tahun
selanjutnya, khususnya tahun 2017. Hal yang sering terjadi di PT. Varia Usaha Beton
Pandaan yakni perencanaan yang sudah dilakukan oleh pihak perusahaan sering kali
tidak sesuai dengan kenyataan yang dilakukan dilapangan misalnya mesin pemecah
batu (Stone Crusher) yang seharusnya berkapasitas 30 Ton, ternyata hanya mampu
untuk menampung bongkahan batu yang akan di pecah sebesar 25 Ton / jam nya, dalam
satu minggu mesin berjalan secara produktif selama kurun waktu lima hari dan hari
libur mesin tidak produktif.
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
1. Meramalkan permintaan produk batu pecah ukuran 10-20 mm sampai tahun 2017.
2. Merencanakan kapasitas produksi yang sesuai menggunakan metode CRP dalam
memenuhi permintaan produk.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diambil setelah melaksanakan kegiatan penelitian ini adalah dapat
meramalkan permintaan produk batu pecah 10-20 mm selama tahun 2017 dalam
perencanaan kapasitas produksi. Sehingga dapat memberikan informasi tentang
perencanaan kebutuhan bagi perusahaan dan wawasan serta pengetahuan bagi
masyarakat luas.
Metode Penelitian
A. Lokasi dan penelitian
Lokasi dari penelitian ini bertempat di PT. Varia Usaha Beton Pandaan, yang
bergerak di bidang pemecahan batu yang beralamatkan di Desa Sumbersuko,
Kecamatan Gempol, Pasuruan, Jawa Timur, Indonesia.
B. Metode Penelitian
Metode penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif
karena variabel penelitian berdiri sendiri tanpa mencari hubungan antar varibel
selain itu peneliti mendiskripsikan tentang masalah kapasitas produksi dengan
metode Capacity Requirement Planning (CRP) yang terjadi pada perusahaan PT
Varia Usaha Beton Pandaan khusunya produk batu pecah ukuran 10-20 mm.
C. Identifikasi variabel
Dalam penelitian ini variabel yang diteliti ialah perencanaan kebutuhan kapasitas
produksi pada PT Varia Usaha Beton Pandaan dan akan dilakukan identifikasi untuk
mengetahui masalah yang ada pada perusahaan, ditinjau dari :
Permintaan produk batu pecah ukuran 10-20 mm dari tahun 2014 sampai dengan
tahun 2016.
Kapasitas Work Center dari mesin Stone Crusher.
Run Tim waktu dari proses produksi Stone Crusher dalam satu hari.
Setup Time waktu untuk menyiapkan mesin dan bahan baku untuk meolakukan
proses produksi.
D. Metode pengumpulan data
Dalam data ini, jenis data yang digunakan dalam penilitian adalah data primer dan
data sekunder.
Data primer
Obesrvasi
Wawancara
Data Sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini berasal dari pengambilan data kuantitatif
tentang kapasitas produksi dari PT Varia Usaha Beton Pandaan disini diambil
data-data mengenai kemampuan yang dimiliki oleh PT. Varia Usaha Beton
Pandaan berdasarkan parameter-parameter pengukuran kapasitas produksi yang
telah ditentukan terlebih dahulu, untuk beberapa parameter-parameter yang tidak
bisa langsung diperoleh maka dilakukan proses perhitungan dari data-data yang
berhubungan untuk memperoleh nilai-nilai parameter yang dimaksud.
A. Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada manajemen produksi pada permintaan selama tiga tahun
mulai dari tahun Januari 2014 – Desember 2016, diantaranya sebagai berikut:
Data permintaan batu pecah 10-20 mm.
Data ini diambil dari PT. Varia Usaha Beton Pandaan berdasarkan data historis
permintaan batu ukuran 10 – 20 mm pada bulan Januari 2014 sampai Desember
2016 yang digunakan untuk peramalan tahun berikutnya. Data tersebut dapat
dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1 Data Permintaan Batu Pecah Ukuran 10-20 mm tahun 2014 sampai tahun
2016 di PT. Varia Usaha Beton Pandaan.
Jumlah Permintaan Dalam
Satuan Ton
Periode
2014 2015 2016
10000
9000
8000
7000
6000
5000 2014
4000
3000
2000 2015
1000
0 2016
Gambar 4.1 Diagram pencar permintaan batu pecah 10-20 mm periode Januari 2014
sampai dengan bulan Desember 2016.
Data kapasitas tersedia.
Kapasitas tersedia adalah jumlah kapasitas yang dimiliki perusahaan dalam
memproduksi produknya. Kapasitas tercantum pada tabel 4.2 sebagai berikut:
B. Peramalan
Model peramalan yang digunakan untuk meramalkan permintaan produk selama
tahun 2017 adalah model kuantitatif. Data yang digunakan adalah data historis
permintaan batu pecah ukuran 10-20 mm mulai tahun 2014 sampai 2016. Langkah
pertama untuk mendapatkan hasil peramalan tersebut adalah dengan membuat
diagram pencar atau menggambarkan data historis permintaan dalam bentuk grafik
x – y (Tabel 4.1). dari diagram tersebut dapat dilihat bahwa permintaan berbentuk
musiman, ada yang meningkat di akhir tahun dan menurun di awal tahun.
Menentukan fungsi peramalan yang sesuai
Untuk menentukan permintaan pada tahun 2017, maka dilakukan perhitungan
peramalan. Pada penelitian ini peneliti menggunakan model Linier,
Eksponensial, Moving Average, dan Weight Moving average. Dari hasil
perhitungan model peramalan permintaan produk Batu Pecah ukuran 10-20 mm,
untuk model linier, model eksponensial, model Moving Average (MA), dan
model Weight Moving Average (WMA), dapat ditentukan Mean Square Error
(MSE) dari masing-masing model peramalan tersebut, dan hasilnya sebagai
berikut:
Model Linier
Model Eksponensial
Model Moving Average
Model Weight Moving Average
Didapatkan Mean Square Error (MSE) dari ke 4 model sebagai berikut :
C. Hasil peramalan
Berdasarkan hasil perhitungan Mean Square Error (MSE) dengan nilai terkecil terdapat
pada model Moving Average (MA), sehingga dapat dilakukan peramalan permintaan
produk batu pecah ukuran 10-20 mm untuk periode 2017.
Dari data peramalan permintaan pada tabel 4.10 dapat digambarkan diagram
permintaan produk batu pecah ukuran 10-20 mm pada tahun 2017
Gambar 4.4 Diagram pencar hasil peramalan batu pecah 10-20 mm tahun 2017.
(𝑋− ̅̅̅̅̅̅
𝑋 )2 45.163.649
Sd = √ =√ = 3.573,012
𝑁 36
Tabel 4.6 Jadwal Induk Produksi Batu Pecah 10-20 mm tahun 2017
Keterangan :
Work Work
Jumlah Station
Bulan Station
Hari 2
1
Januari 31 310 310
G. Analisis Kapasitas
Berdasarkan hasil perhitungan kapasitas yang diperlukan dan kapasitas tersedia,
dapat dihitung kekurangan atau kelebihan kapasitas disetiap mesin kerja tiap bulan
tahun 2017.
Tabel 4.9 Analisis kapasitas Work Station 1 periode 2017 (Jam)
Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat diambil
simpulan diantaranya sebagai berikut;
Hasil peramalan permintaan batu pecah ukuran 10-20 mm di bulan Januari s/d
Desember tahun 2017 adalah 6.496 ton,6.142 ton, 6.919 ton, 7.750 ton, 8.594 ton,
7.854 ton,8.312 ton, 8.481 ton, 8.954 ton, 8.599 ton, 9.610 ton, dan9.569 ton.
Kapasitas yang diperlukan pada work station pertama (mesin Primary Crusher)
untuk bulan Januari s/d Desember periode tahun 2017 yaitu: 64,96 jam, 61,42 jam,
69,19 jam, 87,5 jam, 85,94 jam,78,54 jam, 83,12 jam, 84,81 jam, 89,53 jam, 85,98
jam, 96,1 jam, dan 95,69 jam. Sedangkan pada work station kedua (mesin Secondary
Crusher) untuk bulan januari s/d Desember periode tahun 2017 yaitu: 259,83 jam,
245,69 jam, 276,75 jam, 350 jam, 343,77 jam, 314,17 jam, 332,49 jam, 339,25 jam,
358,16 jam, 343,95 jam, 384,40 jam, dan 382,75 jam.
Saran
Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah disimpulkan diatas, maka penulis
memberikan saran kepada PT. Varia Usaha Pandaan, untuk dapat menambah jam kerja
untuk work station kedua (mesin Secondary Crusher) agar kekurangan kapasitas yang
akan terjadi di tahun 2017 tercukupi.
Kekurangan:
Dalam jurnal ini dijelaskan bagaimana cara kerja metode yang digunakan yaitu
metode peramalan, Capacity Requirement Planning (CRP).
Saran :
Kesimpulan
Saran
Setiap perusahaan diharapkan dapat membuat perencanaan kapasitas dengan
strategi yang paling baik dan memungkinkan untuk setiap perusahaan sesuai dengan
strategi operasi perusahaan. Perusahaan harus jeli melihat peluang kapan perusahaan
harus memproduksi lebih kapan perusahaan harus memproduksi cukup barang agar
tidak adanya barang-barang yang berlebih dan tidak menimbulkan biaya-biaya lain
yang tidak dibutuhkan.
Daftar Pustaka