Anda di halaman 1dari 15

Laporan Kasus

TINEA PEDIS PADA PASIEN RIWAYAT MORBUS HANSEN TIPE MULTIBASILER


RFT

Pembimbing : dr. Dody Suhartono, Sp.KK

Oleh : Ni Nyoman Nami Arthisari

I. PENDAHULUAN

Penyakit infeksi jamur pada kulit mempunyai prevalensi yang cukup tinggi pada Indonesia.
Hal ini disebabkan karena negara Indonesia memiliki iklim tropis dan kelembaban yang tinggi.
Dermatofitosis merupakan penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk, misalnya
stratum korneum pada epidermis, rambut dan kuku yang disebabkan oleh golongan jamur
dermatofita. Dermatofita termasuk kelas Fungi imperfecti, yang terbagi dalam 3 genus, yaitu
Microsporum, Trichopyton, dan Epidermophyton. Dermatofita mempunyai sifat mencernakan
keratin atau keratofilik. Berdasarkan habitatnya, dermatofit ini digolongkan sebagai antropofilik
(manusia), zoofilik (hewan) dan geofilik (tanah). Penyakit dermatofitosis ini tersebar di seluruh
dunia dan menyerang semua umur, terutama dewasa(1,2).

Tinea pedis adalah dermatofitosis pada kaki, terutama pada sela-sela jari dan telapak kaki.
Tinea pedis yang sering terlihat adalah bentuk interdigitalis. Diantara jari IV dan V terlihat fisura
yang dilingkari sisik halus dan tipis. Kelainan ini dapat meluas ke bawah jari (subdigital) dan
juga ke sela jari yang lain. Oleh karena daerah ini lembab, maka sering dilihat maserasi. Aspek
klinis maserasi berupa kulit putih dan rapuh. Bila bagian kulit yang mati ini dibersihkan, maka
akan terlihat kulit baru yang pada umumnya juga telah diserang oleh jamur. Bentuk klinis ini
dapat berlangsung bertahun-tahun dengan menimbulkan sedikit keluhan atau tanpa keluhan sama
sekali. Pada suatu ketika kelainan ini dapat disertai infeksi sekunder oleh bakteri sehingga terjadi
selulitis, limfangitis, limfadenitis, dan dapat pula terjadi eriseplas yang disertai gejala-gejala
1
Budimulja U. Mikosis Superfisial. Dalam: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, editor. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi
kelima. Jakarta: FKUI;2010.hal. 92-9.

2
Gerd P, Thomas J. Dermatophyte. In: Wolff K, et al. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. 7th ed [ebook]. New York:
Mc Graw Hill;2008.p.205.

1
umum. Bentuk lain ialah moccasin foot. Pada seluruh kaki, dari telapak, tepi sampai punggung
kaki terlihat kulit menebal dan bersisik; eritema biasanya ringan dan terutama terlihat pada
bagian tepi lesi. Di bagian tepi lesi dapat pula dilihat papul dan kadang-kadang vesikel. Pada
bentuk subakut terlihat vesikel, vesiko-pustul dan kadang-kadang bula. Kelainan ini dapat mulai
pada daerah sela jari, kemudian meluas ke punggung kaki, atau telapak kaki. Isi vesikel berupa
cairan jernih yang kental. Setelah pecah, vesikel tersebut meninggalkan sisik yang berbentuk
lingkaran yang disebut koleret. Infeksi sekunder dapat terjadi juga pada bentuk ini. Jamur
terdapat pada bagian atap vesikel. Untuk menemukannya, sebaiknya diambil atap vesikel atau
bula untuk diperiksa secara sediaan langsung atau untuk dibiak(3,4).

Tinea pedis banyak terlihat pada orang yang dalam kehidupan sehari-hari banyak bersepatu
tertutup disertai perawatan kaki yang buruk atau sering basah. Penderita biasanya orang
dewasa(5).

Berikut ini dilaporkan sebuah kasus pasien laki-laki usia 60 tahun dengan Tinea pedis pada
riwayat Morbus Hansen tipe Multibasiler RFT.

II. KASUS

3
Siregar RS. Atlas Berwarna. Saripati Penyakit Kulit. Edisi kedua. Jakarta: EGC;2002.hal.17-20.

4
Nasution A, et al. Diagnosis dan Penatalaksanaan Defmatofitosis. Available at: http://kalbe.co.id. Accessed on 2015, January 26,
15.00 WIB.

5
Ibid.

2
Seorang laki-laki berusia 60 tahun, pekerjaan karyawan bengkel las, agama Islam,
pendidikan terakhir SD, bertempat tinggal di Sumurpanggang, Margadana, Tegal, status
menikah, suku Jawa, datang ke poliklinik kulit dan kelamin RSU Kardinah Tegal pada 14
Januari 2015 pukul 10.00 WIB dengan keluhan utama bercak-bercak merah pada telapak
kaki kiri dan sela-sela jari kaki kiri yang tidak disertai rasa gatal sejak 1 bulan sebelum
masuk rumah sakit.

ANAMNESIS KHUSUS

Dilakukan secara autoanamnesis kepada Tn.N pada tanggal 14 Januari 2015, pukul 10.00
WIB di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSU Kardinah Tegal.

Pasien awalnya, yaitu 5 tahun yang lalu memiliki keluhan bercak-bercak merah pada
kedua tangan, punggung dan kedua kakinya, bercak-bercak merah tersebut disertai adanya mati
rasa. Kemudian pasien pergi berobat ke puskesmas dan oleh dokter puskesmas didiagnosa
menderita penyakit kusta. Kemudian pasien diberikan pengobatan kusta selama 6 bulan, dan
keluhan bercak-bercak merah pada tangan dan kaki pasien mengalami perbaikan, yaitu tidak
didapatkannya bercak merah yang baru dan bercak merah yang lama tidak bertambah luas dan
bercak tersebut menjadi berwarna hitam. Selama pengobatan pasien juga mengeluhkan kaku
pada jari-jari di kedua tangan pasien serta kedua telapak kaki pasien terasa kebas dan tebal,
namun pasien tidak lanjut kontrol ke puskesmas lagi.

Kemudian pasien berobat ke poliklinik kulit dan kelamin RSU Kardinah Tegal atas
rujukan dari puskesmas sejak 2 tahun yang lalu dengan keluhan kaku pada jari-jari di kedua
tangan pasien serta kedua telapak kaki pasien terasa kebas dan tebal, namun tidak terdapat
keluhan timbulnya bercak-bercak merah yang baru pada tubuh pasien. Pasien diberikan
pengobatan untuk kaku pada jari tangan. Pasien mengatakan tidak rutin kontrol ke poli kulit.

Kemudian saat ini, yaitu tanggal 14 Januari 2015 pasien datang kontrol ke poliklinik RSU
Kardinah Tegal masih dengan keluhan bercak merah pada telapak kaki kiri pasien dan bercak
merah di sela-sela jari kaki kiri pasien yang tidak disertai gatal ataupun nyeri, menurut pasien
bercak merah pada telapak kaki dan sela jari kaki pasien dirasa sejak 1 bulan yang lalu, awalnya

3
dimulai pada telapak kaki terlebih dahulu kemudian menyebar ke sela-sela jari kaki pasien. Pada
sela-sela jari kaki pasien bercak merah tersebut disertai adanya sedikit sisik. Pasien mengatakan
tidak pernah menggaruk bercak merah tersebut. Keluhan kaku pada jari-jari di kedua tangan
pasien serta kedua telapak kaki pasien terasa tebal masih ada.

Pasien mengatakan tidak memberikan obat apapun untuk bercak merah di telapak kaki
kiri dan sela jari kaki pasien. Pasien mengatakan belum pernah mengalami keluhan serupa
sebelumnya. Riwayat kencing manis disangkal. Riwayat alergi obat maupun makanan disangkal.
Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan serupa. Pasien bekerja
sebagai karyawan di bengkel las. Pasien sehari-hari bekerja menggunakan sepatu, dan sepatu
dipakai terus saat bekerja, dan dilepas hanya saat mau Sholat atau ke kamar mandi. Kaki pasien
sering berkeringat, namun pasien tetap memakai sepatunya. Pasien juga mengatakan setiap habis
dari kamar mandi tidak mengelap kedua kakinya sampai kering dan langsung memakai kembali
kedua sepatunya dalam keadaan masih sedikit basah.

PEMERIKSAAN FISIK

Status generalis

 Keadaan umum : Tampak sakit ringan

 Kesadaran : Compos mentis

 Kesan Gizi : Gizi Baik

Tanda vital

 Tekanan darah : 110/70

 Nadi : 82x/menit

 Suhu : 36,6 C

 Pernapasan : 20x/menit

4
Antropometri

 Berat badan : 45 kg

 Tinggi badan : 151 cm

 BMI : 19,74 kg/m2 (Normal weight)

Kepala

Bentuk kepala : Normocephali

Wajah : Simetris

Mata : Konjungtiva pucat (-/-), sklera kuning (-/-),

Hidung : Septum deviasi (-), sekret (-)

Mulut : Kering (-), tonsil tenang, faring hiperemis (-)

Telinga: Normotia, serumen (-/-), sekret (-/-)

Leher : Tidak terdapat pembesaran KGB dan kelenjar tiroid

Thoraks

Inspeksi : Bentuk normal, gerak nafas simetris, ginekomastia (-/-)

Palpasi : Vokal fremitus simetris pada kedua lapang paru

Perkusi : Sonor pada seluruh lapang paru kiri dan kanan

Auskultasi : Jantung: S1S2 reguler, murmur (-), gallop (-)

Paru : Sn vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-

Abdomen

Inspeksi : Datar

Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba membesar

5
Perkusi : Timpani di ke 4 kuadran abdomen

Auskultasi : Bising usus (+) normal

Genitalia

Tidak dilakukan pemeriksaan

Ekstremitas

Ekstremitas superior :

Kelainan gerak (-), atrofi otot (-), oedem (-)

Kuku : tidak ditemukan kelainan

Sendi : nyeri (-) , odem (-), deformitas (-), kontraktur jari tangan (-);

Kulit : tidak didapatkan adanya wujud kelainan kulit

Ekstremitas inferior :

Kelainan gerak (-), atrofi otot (-), oedem (-);

Kuku : tidak ditemukan kelainan

Sendi : nyeri (-), deformitas (-), kontraktur jari kaki (-);

Kulit : lihat status dermatologikus

Status dermatologis

1. Distribusi : Regional

2. Ad regio : telapak kaki kiri, interdigitalis II, III, IV pedis sinistra

3. Lesi : multipel, diskret, bentuk ireguler, ukuran 5 cm x 10 cm (telapak kaki), 2


cm x 3 cm (sela-sela jari), berbatas tegas, tepi aktif.

4. Efloresensi : Makula eritematosa, skuama halus berwarna putih

6
Status Neurologikus

Pemeriksaan N. Ulnaris dextra dan sinistra : clawling jari kelingking dan jari manis, N.
Medianus dextra dan sinistra : clawling pada ibu jari, telunjuk, jari tengah. N. Radialis dextra dan
sinistra: tidak mampu ekstensi jari-jari tangan. N. Tibialis posterior dextra dan sinistra: anestesi
pada kedua telapak kaki. N. Fasialis, N. Auricularis magnus, N. Peroneus communis tidak
mengalami kelainan.

Pemeriksaan sensibilitas : pada kedua telapak kaki didapatkan sensibilitas berkurang

Motorik : kekuatan otot pada jari ke I sampai jari V kedua tangan kurang. 5554 5554

Kekuatan otot pada kedua tungkai baik. 5555 5555

Gambar 1. Bercak merah pada telapak kaki kiri

7
Gambar 2. Bercak merah disertai kulit bersisik berwarna putih pada sela jari II kaki kiri

Gambar 3. Tangan kanan dan kiri pasien yang mengalami keluhan kaku-kaku

8
RESUME

Seorang pasien laki-laki usia 60 tahun datang ke poliklinik kulit dan kelamin RSU
Kardinah Tegal pada 14 Januari 2015 pukul 10.00 WIB dengan keluhan utama bercak merah
pada telapak kaki kiri dan sela-sela jari kaki kiri sejak 1 bulan yang lalu, bercak tidak disertai
gatal maupun nyeri.

Pada anamnesis didapatkan bahwa 5 tahun yang lalu pasien memiliki keluhan utama
bercak-bercak merah yang disertai mati rasa pada kedua tangan, punggung, dan kedua kaki.
Pasien berobat ke puskesmas dan diberikan pengobatan kusta selama 6 bulan, selama pengobatan
pasien mengalami perbaikan pada bercak-bercak merah pada kedua tangan, punggung, dan
kedua tungkai pasien, namun pasien mengeluhkan kaku pada jari-jari di kedua tangan pasien
serta kedua telapak kaki pasien terasa tebal. Pasien tidak rutin kontrol ke puskesmas setelah
pengobatan kusta. 2 tahun yang lalu pasien datang ke poliklinik kulit dan kelamin RSU Kardinah
Tegal atas rujukan puskesmas dengan keluhan kaku pada jari-jari di kedua tangan pasien serta
kedua telapak kaki pasien terasa tebal, diberi pengobatan untuk kaku pada jari dan rasa tebal
pada telapak kaki, namun pasien tidak rutin kontrol. Dan pada 14 Januari 2015 pasien datang
dengan keluhan bercak merah pada telapak kaki kiri dan sela-sela jari kaki kiri sejak 1 bulan
yang lalu, tidak disertai keluhan gatal maupun nyeri. Pasien bekerja sebagai karyawan bengkel
las, sehari-hari bekerja menggunakan sepatu, pasien mengatakan sering berkeringat di kaki,
pasien hanya melepas sepatu jika mau Sholat atau ke kamar mandi, dan setelah habis dari kamar
mandi pasien tidak mengelap kaki pasien hingga kering, dan langsung memakai kembali
sepatunya.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum compos mentis, tampak sakit ringan,
kesan gizi baik, pada pemeriksaan tanda vital didapatkan dalam batas normal, pada status
generalis didapatkan dalam batas normal. Pada status dermatologis didapatkan lesi distribusi
regional, ad regio telapak kaki kiri dan interdigitalis II, III, IV pedis sinistra, dengan lesi
multiple, diskret, berbentuk ireguler, , ukuran 5 cm x 10 cm (telapak kaki), 2 cm x 3 cm (sela-
sela jari), berbatas tegas, tepi aktif, efloresensi makula eritematosa, skuama halus berwarna
putih. Pada pemeriksaan status neurologis didapatkan motorik : kekuatan otot pada jari-jari
kedua tangan kurang (kekuatan otot 4) dan pemeriksaan sensibilitas pada kedua telapak kaki
didapatkan sensibilitas berkurang.

9
DIAGNOSIS BANDING

Bercak merah pada telapak kaki dan sela-sela jari kaki kiri:

- Tinea pedis

- Dermatitis kontak alergi

- Psoriasis

- Kandidosis kutis

Rasa kebas dan tebal pada kedua telapak kaki : anestesi

DIAGNOSIS KERJA

- Tinea Pedis sinistra

- Anestesi pada kedua telapak kaki

USULAN PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan mikologi yaitu dengan pemeriksaan kerokan kulit pada bagian lesi di sela jari I, II,
III, IV pedis sinistra yang ditambahkan larutan KOH 10% untuk menemukan elemen jamur.

PENATALAKSANAAN

Umum:

 Menjelaskan kepada pasien untuk mengurangi faktor pencetus seperti mengelap kedua kaki
pasien hingga benar-benar kering sebelum memakai sepatu lagi. Bila kaki berkeringat,
sepatu dilepaskan dulu, kedua kaki dikeringkan dengan benar lalu memakai sepatu kembali.

10
 Menjelaskan kepada pasien sebaiknya tidak menggunakan sepatu yang terlalu ketat dan
menggunakan kaos kaki dengan bahan yang mudah menyerap keringat serta mengganti kaos
kaki secara rutin misalnya sehari sekali.
 Menjelaskan kepada pasien untuk tidak menggaruk telapak dan sela-sela jari kaki dan cuci
tangan setelah memegang telapak kaki dan sela-sela jari kaki kiri.
 Menjelaskan kepada pasien untuk rutin kontrol (misalnya 1 minggu sekali), untuk
mengetahui perkembangan penyakit dan mencegah bertambah parahnya penyakit pada
pasien.
Khusus:

 Sistemik (oral)
o Tinea pedis: Tablet ketokonazole 200mg diminum 1 kali sehari, setelah makan
selama 2 minggu.
o Vitamin B kompleks 3 kali sehari

 Topikal :

o Anti jamur golongan azol misalnya ketokonazol 2 % krim dioleskan 2 kali sehari
sehabis mandi tiap pagi dan sore hari pada telapak kaki kiri dan sela-sela jari kaki
kiri, selama 2 minggu.

PROGNOSIS

Ad vitam : Ad bonam

Ad fungsionam : Ad bonam

Ad Sanasionam : Dubia Ad bonam

Ad Kosmetikum : Ad bonam

III. PEMBAHASAN

11
Diagnosis Tinea pedis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.

Tinea pedis adalah dermatofitosis pada kaki, terutama pada sela-sela jari dan telapak kaki.
Bentuk tinea pedis pada pasien adalah bentuk interdigitalis karena selain terdapat pada telapak
kaki juga terdapat pada sela-sela jari kaki. Bentuk interdigitalis adalah bentuk yang sering
terlihat(6).

Pada anamnesis didapatkan keluhan bercak-bercak merah pada telapak kaki kiri dan sela-
sela jari kaki kiri, keluhan tersebut sesuai dengan bentuk gejala dari tinea pedis. Bercak merah
pada pasien tidak disertai rasa gatal. Pada pasien dengan tinea pedis biasanya disertai dengan
adanya rasa gatal pada lesi, namun tidak terdapatnya keluhan gatal pada pasien dapat disebabkan
karena pasien memiliki keluhan rasa kebas dan tebal pada telapak kaki.

Keluhan rasa kebas dan tebal pada telapak kaki pasien disebabkan karena pasien memiliki
riwayat penyakit kusta, dan diduga mengalami gangguan sensibilitas pada kedua telapak kaki
pasien. Pada penyakit kusta dapat mengakibatkan kerusakan saraf perifer yang umumnya muncul
dalam waktu yang lama. Kerusakan saraf tepi mulanya mengenai saraf sensoris dan umumnya
simetris di bagian ekstensor. Kehilangan sensoris kemudian akan menyebar secara perlahan ke
bagian tengah tubuh. Selain menyebabkan kehilangan sensoris juga dapat menyebabkan
gangguan motorik dan gangguan saraf otonom(7).

Pada riwayat kebiasaan pasien didapatkan pasien sehari-hari bekerja memakai sepatu,
pasien sering berkeringat di kaki. Sepatu dipakai terus-menerus dan hanya dilepaskan apabila
mau Sholat dan setelah dari kamar mandi kemudian tidak dikeringkan secara benar, lalu dalam
keadaan masih basah pasien memakai sepatunya, hal ini menunjukkan faktor yang
mempermudah pasien terinfeksi jamur, dimana jamur dapat tumnuh pada kondisi yang lembab.

Pada status dermatologis didapatkan distribusi regional, ad regio telapak kaki kiri,
interdigitalis II, III, IV pedis sinistra, lesi multipel, diskret, bentuk ireguler, ukuran 5 cm x 10 cm
(telapak kaki), 2 cm x 3 cm (sela-sela jari), berbatas tegas, tepi aktif, efloresensi makula

6
Siregar RS, loc. cit.

7
Wolff K, Johnson RA, Suurmond D. Fitzpatrick’s Color Atlas & Synopsis of Clinical Deramtology. 7th ed. USA: The McGraw-
Hill Companies;2008.p.699-700.

12
eritematosa, skuama halus berwarna putih, hal ini sesuai degan predileksi Tinea pedis bentuk
interdigitalis.

Pada pasien belum dilakukan pemeriksaan penunjang, pemeriksaan penunjang yang


disarankan adalah pemeriksaan mikologi dengan kerokan kulit pada lesi di sela-sela jari I, II, III,
IV kaki kiri kemudian diberikan KOH 10% dan diperiksa dengan mikroskop untuk melihat
adanya hifa panjang dan spora jamur. Pemeriksaan tersebut dapat membantu menegakkan
diagnosis pasti untuk tinea pedis.

Pada pasien diagnosis bandingnya adalah dermatitis kontak alergi dimana gejala klinisnya
mirip dengan tinea yaitu bercak eritematosa yang berbatas jelas, namun terdapat edema,
papulovesikel, vesikel atau bula(8). Kemudian Psoriasis dimana gejala klinisnya adalah adanya
bercak eritematosa dengan skuama yang kasar, berlapis-lapis, terdapat fenomena tetesan lilin,
dan fenomena Auspitz(9). Kandidosis kutis, gejala klinis sulit dibedakan dengan tinea, pada
pemeriksaan mikologi dengan larutan KOH 10% dapat membantu membedakan dimana pada
kandidosis kutis didapatkan gambaran sel ragi, pseudohifa, blastospora(10).

Penatalaksanaan umum pada pasien adalah mengurangi faktor yang dapat


memmpermudah tumbuhnya jamur yaitu setelah dari kamar mandi kedua kaki dilap hingga
benar-benar kering sebelum memakai sepatu, bila berkeringat dikeringkan hingga benar-benar
kering agar kondisi kaki tidak lembab (11). Menyarankan kepada pasien jangan memakai sepatu
yang terlalu ketat dan menggunakan kaos kaki dengan bahan yang mudah menyerap keringat
serta kaos kaki diganti secara rutin (1 hari sekali). Menjelaskan kepada pasien untuk tidak
menggaruk telapak kaki dan sela-sela jari kaki, lalu cuci tangan setelah memegang telapak kaki
dan sela-sela jari kaki agar jamur tidak menyebar ke bagian tubuh lain. Pasien dijelaskan untuk
rutin kontrol ke poli kulit (1 minggu sekali) untuk menilai perjalanan penyakit dan mencegah
bertambah parahnya penyakit.

8
Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi kelima. Jakarta: FKUI;2010.hal.133-5.

9
Ibid.,hal. 192.

10
Ibid.,hal. 108.

11
Budimulja U, loc. cit.

13
Penatalaksanaan khusus pada pasien yaitu sistemik (oral) dan topikal. Sistemik yaitu
tablet ketokonazol 200 mg 1 kali sehari, ketokonazol adalah golongan imidazol yang merupakan
obat antijamur sistemik spectrum luas, bersifat fungistatik, bekerja mengganggu biosintesis
ergosterol, sterol utama yang berfungsi mempertahankan integritas membrane sel jamur (12). Lalu
pasien diberikan obat vitamin B kompleks yang diminum 3 kali sehari untuk gangguan saraf
sensibiltas dan keluhan kaku-kaku pada jari-jari tangan. Pada pengobatan topikal diberikan
ketokonazol 2% salep yang dioleskan 2 kali sehari pagi dan sore hari setelah mandi, obat ini
adalah golongan azol dan mekanisme obat ini dengan cara menghambat enzim 14 α demetilase
pada pembentukan ergosterol membrane sel jamur(13). Pada umumnya prognosis penyakit pada
pasien adalah baik.

12
Hendrawati YD. Mikrobia. Available at: http://mikrobia.files.wordpress.com/2008/05/yosephine-dian-hendrawati-078114110.
Accessed on 2015, January 26, 15.30 WIB.

13
Ibid.

14
DAFTAR PUSTAKA

1. Budimulja U. Mikosis Superfisial. Dalam: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, editor. Ilmu


Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi kelima. Jakarta: FKUI;2010.hal. 92-9.

2. Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi kelima. Jakarta:
FKUI;2010.hal.133-5.

3. Gerd P, Thomas J. Dermatophyte. In: Wolff K, et al. Fitzpatrick’s Dermatology in General


Medicine. 7th ed [ebook]. New York: Mc Graw Hill;2008.p.205.

4. Hendrawati YD. Mikrobia. Available at:


http://mikrobia.files.wordpress.com/2008/05/yosephine-dian-hendrawati-078114110.
Accessed on 2015, January 26, 15.30 WIB.

5. Nasution A, et al. Diagnosis dan Penatalaksanaan Defmatofitosis. Available at:


http://kalbe.co.id. Accessed on 2015, January 26, 15.00 WIB.

6. Siregar RS. Atlas Berwarna. Saripati Penyakit Kulit. Edisi kedua. Jakarta: EGC;2002.hal.17-
20.

7. Wolff K, Johnson RA, Suurmond D. Fitzpatrick’s Color Atlas & Synopsis of Clinical
Deramtology. 7th ed. USA: The McGraw-Hill Companies;2008.p.699-700.

15

Anda mungkin juga menyukai