keratin di jaringan yang mengandung zat tanduk, misalnya stratum korneum pada
epidermis, rambut, dan kuku. Penularan terjadi melalui kontak langsung dengan agen
penyebab. Sumber penularan dapat berasal dari manusia (jamur antropofilik), binatang
(jamur zoofilik) atau dari tanah (jamur geofilik).
Klasifikasi dermatofitosis yang praktis adalah berdasarkan lokasi, yaitu antara lain:
Tinea pedis banyak didapatkan pada orang yang dalam kehdupan sehari-hari banyak
memakai sepatu tertutup disertai perawatan kaki yang buruk dan para pekerja dengan
kaki yang selalu atau sering basah. Tinea kruris merupakan salah satu bentuk klinis
yang sering dilihat di Indonesia.
Pada sebagian besar infeksi dermatofita, pasien datang dengan bercak merah bersisik
yang gatal. Adanya riwayat kontak dengan orang yang mengalami dermatofitosis.
Faktor Risiko
Gambaran umum:
Lesi berbentuk infiltrat eritematosa, berbatas tegas, dengan bagian tepi yang lebih aktif
daripada bagian tengah, dan konfigurasi polisiklik. Lesi dapat dijumpai di daerah kulit
berambut terminal, berambut velus (glabrosa) dan kuku.
Pemeriksaan Penunjang
Gambar Dermatofitosis
Diagnosis Banding
Komplikasi
Edukasi mengenai penyebab dan cara penularan penyakit. Edukasi pasien dan keluarga
juga untuk menjaga higienetubuh, namun penyakit ini bukan merupakan penyakit yang
berbahaya.
Kriteria rujukan
Peralatan
1. Lup
2. Peralatan laboratorium untuk pemeriksaan KOH
Prognosis
Sumber :
Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan primer
Referensi
1. Djuanda, A., Hamzah, M., Aisah, S. 2013. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi
keenam. Jakarta. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
2. James, W.D., Berger, T.G., Elston, D.M. 2000. Andrew’s Diseases of the Skin:
Clinical Dermatology. 10th Ed. Canada. Saunders Elsevier.
3. Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin.2011.Pedoman Pelayanan
Medik. Jakarta.