Anda di halaman 1dari 18

Fibrilasi Atrium

Dion Saputra Hia


Micheel Sarah Ariestha
Departemen Ilmu Kardiologi
Fakultas Kedokteran Universitas HKBP Nommensen Medan
Murni Teguh Memorial Hospital

PENDAHULUAN

Aritmia merupakan gangguan urutan irama atau gangguan kecepatan dari proses
depolarisasi, repolarisasi, ataupun keduanya. Fibrilasi atrium (FA) merupakan jenis
aritmia yang paling sering ditemukan dalam praktik sehari-hari, hal terjadi akibat dari
aktivasi atrium yang tidak terkoordinasi. Berdasarkan kepada data epidemiologinya,
insidensi FA meningkat pada usia lanjut dengan rasio laki-laki dan perempuan 3 : 2. FA
menyebabkan peningkatan mortalitas dan morbiditas, termasuk stroke, gagal jantung,
serta penurunan kualitas hidup. Pasien dengan FA memiliki resiko stroke 5 kali lebih
tinggi dan gagal jantung 3 kali lebih tinggi dibandingkan dengan pasien tanpa FA.
Stroke merupakan salah satu komplikasi FA yang paling dikhawatirkan, karena stroke
yang diakibatkan oleh FA memiliki resiko kekambuhan yang lebih tinggi. Oleh karena
itu deteksi dini serta penanganan yang cepat dan tepat terhadap pasien dengan FA
diharapkan dapat menekan angka mortalitas dan morbiditas serta mencegah terjadinya
komplikasi.1,2

Dilaporkan dua kasus fibrilasi atrium pada pasien laki-laki berusia 67 tahun dan
64 tahun yang datang ke rumah sakit dengan keluhan perasaan berdebar-debar. Kedua
pasien telah mengalami keluhan tersebut secara berulang dengan rentang waktu yang
berbeda kepada kedua pasien. Kedua pasien mengeluhkan hal ini terutama saat
beraktivitas, serangan dirasakan berlangsung dalam waktu yang singkat, dan tidak
berkurang saat posisi beristirahat. Saat ini kedua pasien tidak sedang mengalami
keluhan tersebut. Pada pemeriksaan fisik lokalisata di jumpai hemodinamik stabil
dengan denyut nadi yang ireguler pada kedua pasien. Pada riwayat pemeriksaan
elektrokardiogram (EKG) pada kedua pasien di jumpai gambaran fibrilasi atrium.
Selama masa rawatan di rumah sakit pasien telah mendapatkan penanganan medis dan
menunjukan perbaikan klinis yang baik.

1
LAPORAN KASUS (Pasien 1)

IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. AB
Umur : 67 tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Pekerjaan : Wiraswasta
Suku : Jawa
Agama : Islam
Alamat : Sei Kerah
Tanggal Masuk : 20/10/2019

ANAMNESIS
KU :
Perasaan berdebar-debar
Telaah :
Keluhan dialami pasien sejak kurang lebih satu tahun yang lalu namun dirasakan
memberat sejak 2 minggu terakhir. Keluhan muncul tiba-tiba terutama saat
sedang beraktivitas, dialami selama kurang lebih 1 jam namun serangan terakhir
dirasakan pasien kurang lebih selama 2 jam, dan tidak berkurang dengan
beristirahat. Keluhan disertai sesak napas (+) sejak 2 hari yang lalu, dirasakan
hilang timbul, nyeri dada kiri (+) juga dirasakan pasien sejak 2 hari yang lalu,
dirasakan hilang timbul, nyeri seperti tertusuk, tidak menjalar, dialami selama
kurang lebih 5-10 menit. Keringat dingin (+) terkadang dikeluhkan saat perasaan
berdebar muncul. Nyeri kepala (-), demam (-), batuk (-), mual muntah (-), nyeri
perut (-), BAK & BAB (+) normal seperti biasa, kaki bengkak (-).
Riwayat Penyakit Terdahulu : Asam urat
Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak dijumpai
Riwayat Pemakaian Obat : Allopurinol 100 mg
Riwayat Tindakan Operasi : Tidak dijumpai
Kebiasaan Hidup : Merokok (+), makan makanan berlemak (+)

2
PEMERIKSAAN FISIK
Status Present
Keadaan Umum
Sensorium : Compos Mentis
Tekanan Darah : 120/70mmHg
Nadi : 140x/i, iregular, t/v: kuat
Pernafasan : 26 x/i
Temperatur : 36,5ºC
SaO2 : 97%
Skala Nyeri :2
Keadaan Gizi : normoweight
TB: 165 cm
BB: 65 Kg

Status Generalisata dan lokalisata


Mata : anemia ( - ), Ikterus ( - ), RC +/+, Pupil Isokor, kiri=kanan
THT : dalam batas normal
Leher : pembesaran kelenjar tiroid (-), TVJ : R+2 cmH2O
Thorax : Inspeksi : simetris kiri = kanan, ictus cordis (-)
Palpasi : stem fremitus kiri = kanan, ictus cordis teraba di
ICS 4 linea midclavicularis sinistra dan kuat
angkat.
Perkusi : sonor pada seluruh lapangan paru, batas jantung
dalam batas normal.
Auskultasi
Paru : SP vesikuler, ST tidak dijumpai
Jantung : S1 (n),S2 (n), reguler, murmur (-), gallop (-),
M1> M2, P2> P1, A2 > A1, A2>P2, T1>T2,
desah sistolik (-), desah diastolik (-)
HR : 140x/menit, ireguler.

3
Abdomen : Inspeksi : simetris, pembesaran (-) kesan obesitas sentral
Palpasi : nyeri tekan (-), organomegali (-)
Perkusi : timpani pada seluruh regio abdomen
Auskultasi : normoperistaltik, double sound (-)
Ekstremitas : akral dingin (-), sianosis (-), edema (-), CRT > 2s
Genitalia : tidak dilakukan pemeriksaan
Anorektal : tidak dilakukan pemeriksaan

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium (20/10/2018)
Darah Rutin
Hb : 14,4 g% 12,5 – 16 g%
Leukosit : 13,21 x 106/m3 4 – 10,5 x 106/mm3
Trombosit : 256 x 103/mm3 150 – 450 x 103/mm3
Eritrosit : 5,05 % 4,70 – 6 %
Hematokrit : 44,8 42-52 %
KGD
KGD ad random : TDP < 130 mg/dL
Elektrolit
Natrium : 144 mmol/L 135 – 147 mmol/L
Kalium : 3,70 mmol/L 3,5 -5,5 mmol/L
Klorid : 111 mmol/L 94 – 111 mmol/L
Kalsium : 8,3 mg/dl 9.0 – 11.0 mg/dl
Fungsi Ginjal
Urea : 48 mg/dL 13 – 43 mg/dL
Kreatinin : 1,71 mg/dL 0,9 – 1,3 mg/dL
Imunologi
CKMB : TDP 0 - 4.3 mg/dL
Troponin I : TDP 0 – 0.02 ng/mL
BNP : TDP 0 – 100 pg/mL

4
Hematologi
Koagulasi
Masa Prothrombin/PT : 17,1 11,0-18,0 detik
INR : 1,19 0,85-1,15
Control : 18,0 12,4-17,9 detik

EKG (20/10/2019)

Interpretasi :
 Ritme : asinus
 Rate : HR 140x/menit ; irregular
 Interval : 1. Interval PR : sec
2. Kompleks QRS : sec
3. Interval QT : sec
 Axis : Normoaxis
 Gelombang P : RAE/LAE :
 Kompleks QRS : 1. RVH/LVH :
2. RBBB/LBBB :
3. Q patologis :

5
 Segmen ST : 1. ST- Elevasi :
2. Gelombang T : T inversi :
Kesan :

Foto Thoraks

Kesan :
 Tidak tampak kelainan pada pulmo
 Tidak tampak kardomegali

6
Echocardiography
Pengukuran/Measurement

Aorta Root diam 37 20-37 Ventrikel EDD 52 35-52 mm


mm Kiri (Left
Ventricle)
Atrium Dimension 35 15-40 ESD 36 26-36 mm
Kiri (Left mm
Atrium)
LA ml/m2 IVS 16 7-11 mm
Volume Diastole

Ventrikel Dimension <30 mm IVS 14


Kanan Systole
(Right
M.V.A >3 cm2 EF 59 52-57 %
Ventricle)
TAPSE 19 ≥16 mm PW 10 7-11 mm
Diastole

S’ 12 ≥9,5 cm PW 17
Systole

RVFAC ≥35% EPSS <10 mm

FS 32 >25%

Dimensi ruang jantung: dalam batas normal. IVS menebal → LVH konsentris
Wall motion: kesan global normokinetik
Fungsi sistolik: LV EF dengan Teicholdz : 59%
Fungsi diastolik: E’ : 7cm/s, E/E’:8,38
Katup katup : baik

7
DIAGNOSA KERJA :
Atrial Fibrilasi

PENATALAKSANAAN :
IVFD NaCl 20 gtt/menit mikro
Farsix 20mg/8jam IV
Omeprazole 40mg/12jam IV
Simarc 1x2mg
Concor 1x2,5mg
Spironolaktone 1x25mg

8
LAPORAN KASUS (Pasien 2)

IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. KSM
Umur : 64 tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Pekerjaan : Wiraswasta
Suku : Chinese
Agama : Buddha
Alamat : Jl. Bilal Gg. Melawe No. 140 A
Tanggal Masuk : 21/10/2019

ANAMNESIS
KU :
Perasaan berdebar-debar
Telaah :
Keluhan dialami pasien sejak 2 minggu yang lalu dan dirasakan semakin
memberat sejak pagi hari SMRS. Jantung berdebar tidak tergantung
dengan aktivitas dan tidak berkurang dengan istirahat. Nyeri dada kiri (+)
seperti tertusuk, tidak menjalar, durasi nyeri ± 10-15 menit, dirasakan
sesekali timbul sejak beberapa bulan lalu, nyeri tidak tergantung dengan
aktivitas dan tidak berkurang dengan istirahat. Nafas terasa berat (+)
sejak tadi pagi SMRS, tidak tergantung dengan aktivitas dan tidak
berkurang dengan istirahat. Keringat dingin (-), nyeri kepala (-), demam
(-), batuk (-), mual muntah (-), nyeri epigastrium (-), BAK & BAB (+)
normal, kaki bengkak (-).
Riwayat Penyakit Terdahulu : penyempitan di jantung
Riwayat Pemakaian Obat : aspilet, brilinta, NKR, omeprazole
Riwayat Penyakit Keluarga : tidak dijumpai
Riwayat Tindakan Operasi : PCI pasang stent 3 minggu yang lalu
Kebiasaan Hidup : merokok (+), makanan berlemak (+)

9
PEMERIKSAAN FISIK
Status present
Keadaan Umum
Sensorium : Compos Mentis
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 146x/i, iregular, t/v : kuat angkat
Pernafasan : 26 x/i
Temperatur : 36,7 ºC
SaO2 : 98 %
Skala Nyeri :2
Keadaan Gizi : normoweight

TB: 170 cm
BB: 71 Kg

Status Generalisata dan Lokalisata


Mata : anemia ( - ), Ikterus ( - ), RC +/+, Pupil Isokor, kiri=kanan
THT : dalam batas normal
Leher : pembesaran kelenjar tiroid (-), TVJ : R+2 cmH2O
Thorax : Inspeksi : simetris kiri = kanan, ictus cordis (-)
Palpasi : stem fremitus kiri = kanan, ictus cordis teraba di
ICS 4 linea midclavicularis sinistra dan kuat
angkat.
Perkusi : sonor pada seluruh lapangan paru, batas jantung
dalam batas normal.
Auskultasi
Paru : SP vesikuler, ST tidak dijumpai
Jantung : S1 (n),S2 (n), reguler, murmur (-), gallop (-),
M1> M2, P2> P1, A2 > A1, A2>P2, T1>T2,
desah sistolik (-), desah diastolik (-)
HR : 140x/menit, ireguler.

10
Abdomen : Inspeksi : simetris, pembesaran (-) kesan obesitas sentral
Palpasi : nyeri tekan (-), organomegali (-)
Perkusi : timpani pada seluruh regio abdomen
Auskultasi : normoperistaltik, double sound (-)
Ekstremitas : akral dingin (-), sianosis (-), edema (-), CRT > 2s
Genitalia : tidak dilakukan pemeriksaan
Anorektal : tidak dilakukan pemeriksaan

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium (20/10/2018)
Darah Rutin
Hb : 14,2 g% 12,5 – 16 g%
Leukosit : 10,91 x 106/m3 4 – 10,5 x 106/mm3
Trombosit : 270 x 103/mm3 150 – 450 x 103/mm3
Eritrosit : 5,43 % 4,70 – 6 %
Hematokrit : 46,2 42-52 %
KGD
KGD ad random : 168 mg/dl < 130 mg/dl
Elektrolit
Natrium : 145 mmol/L 135 – 147 mmol/L
Kalium : 4,00 mmol/L 3,5 -5,5 mmol/L
Klorid : 110 mmol/L 94 – 111 mmol/L
Kalsium : 8,1 mg/dl 9.0 – 11.0 mg/dl
Fungsi Ginjal
Urea : 24 mg/dL 13 – 43 mg/dL
Kreatinin : 1,31 mg/dL 0,9 – 1,3 mg/dL

11
EKG (20/10/2019)

Interpretasi :
 Ritme : asinus
 Rate : HR 140x/menit ; irregular
 Interval : 1. Interval PR : sec
2. Kompleks QRS : sec
3. Interval QT : sec
 Axis : Normoaxis
 Gelombang P : RAE/LAE :
 Kompleks QRS : 1. RVH/LVH :
2. RBBB/LBBB :
3. Q patologis :
 Segmen ST : 1. ST- Elevasi :
2. Gelombang T : T inversi :
Kesan :

12
Foto Thoraks

Kesan :
 Mild cardiomegaly dengan kalsifikasi aorta.
 Struktur radioopaque bentuk tak beraturan pada lapangan tengah dan bawah
hemithorax kanan, kemungkinan berasal dari luar paru kanan (kalsifikasi pada
pleura?).

13
DIAGNOSIS KERJA :
 Atrial Fibrilasi

PENATALAKSANAAN :
1. O2 2-4 LPM
2. IVFD NaCl 0,9% 10 gtt/menit
3. Fargoxin 0,5 mg/IV 1 kali pemberian bolus pelan (habis dalam 30 menit)
4. Aspilet 1x80 mg
5. Brilinta 2x90 mg
6. Nitrokaf Retard 2x2,5 mg
7. Concor 1x2,5 mg

14
DISKUSI

Fibrilasi atrium (FA) adalah takiaritmia supraventrikular yang khas, dengan


aktivasi atrium yang tidak terkoordinasi yang mengakibatkan perburukan fungsi
mekanis atrium.2,3 Berdasarkan kepada mekanisme elektrofisiologisnya, FA terjadi
melalui dua mekanisme utama yang diduga sebagai awal mula terjadinya FA walaupun
etiologi pasti dari FA itu sendiri masih belum dapat dipahami sepenuhnya. Mekanisme
pertama adalah mekanisme fokal. Hal ini menjelaskan mekanisme FA dengan pemicu
dari daerah-daerah tertentu, yakni 72% di vena pulmoner, dan sisanya (28%) bervariasi
dari vena cava superior 37%, dinding posterior atrium kiri 38%, kista terminalis 3,7%,
sinus koronarius 1,4%, ligamentum marshall 8,2%, dan septum interatrium. Mekanisme
kedua adalah reentri mikro (multiple wavelet). Hal ini menjelaskan mekanisme FA
terjadi akibat adanya konduksi beberapa wavelet independen secara kontinu yang
menyebar melalui otot-otot atrium dengan tidak beraturan, dan saling bertabrakan pada
dinding atrium, oleh karenanya kontraksi atrium menjadi tidak stabil. 4 Mekanisme
inilah yang juga dapat menjelaskan gejala palpitasi yang dialami oleh pasien dengan
FA, dimana ketika aktivasi atrium tidak terkoordinasi hal ini akan menyebabkan
tingginya laju ventrikel, ketidakteraturan respon ventrikel, penurunan aliran darah
miokard, serta perubahan jangka panjang yang dapat berujung kepada kardiomiopati.
Pada kasus ini, kedua pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan yang sama yakni
perasaan berdebar-debar.3 Gejala lain yang dapat
Kista ovarium adalah benjolan yang membesar, seperti balon yang beisi cairan,
yang tumbuh di indung telur. Cairan ini bisa berupa air, darah , nanah, atau cairan coklat
kental seperti darah menstruasi. Kista banyak terjadi pada wanita usia subur atau usia
reproduksi.1 Setiap indung telur berisi ribuan telur yang masih muda atau folikel yang
setiap bulannya akan membesar dan satu diantaranya membesar sangat cepat sehingga
menjadi telur matang. Pada peristiwa ovulasi telur yang matang ini keluar dari indung
telur dan bergerak ke rahim melalui saluran telur. Apabila sel telur yang matang ini
dibuahi, folikel akan mengecil dan menghilang dalam waktu 2-3 minggu dan akan terus
berulang sesuai siklus haid pada seorang wanita. Namun jika terjadi gangguan pada
proses siklus ini bisa membentuk kista2.
Kista juga dapat terbentuk jika fungsi ovarium yang abnormal menyebabkan
penimbunan folikel yang terbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium. Folikel

15
tidak mengalami ovulasi karena kadar hormon FSH rendah dan hormon LH tinggi pada
keadaan yang tetap ini menyebabkan pembentukan andorogen dan estrogen oleh folikel
dan kelenjar adrenal yang mengakibatkan folikel anovulasi, folikel tersebut gagal
mengalami pematangan dan gagal melepaskan sel telur, terbentuk secara tidak
sempurna di dalam ovarium karena itu terbentuk kista di dalam ovarium2.
Secara umum kista ovarium terbagi atas kista fungsional dan nonfungsional,
serta kista neoplastik dan non-neoplastik.3 Namun pembagian ini hanya dapat
dinyatakan berdasarkan kepada pemeriksaan histopatologi saja, tidak untuk diagnosis
klinis. Diagnosis kista ovarium dapat ditegakkan berdasarkan kepada anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan beberapa pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan penunjang dalam
hal ini dapat diajukan dengan pemeriksaan tumor marker protein Ca-125 (cancer
antigen 125) yang dapat digunakan sebagai penanda kanker ovarium. Nilai normal Ca-
125 adalah 0-35 U/ml, dan apabila nilai ini mencapai > 100 U/ml maka lesi tumor pada
penderita cenderung ganas. Beberapa pendapat ahli menyatakan bahwa Ca-125 tidak
terlalu akurat untuk mendeteksi kanker ovarium, dimana terdapat beberapa keadaan
yang dapat menyebabkan Ca-125 meningkat juga, seperti peritonitis, fibroids uterine,
endometriosis, dll. Pemeriksaan tumor marker ini juga dapat ditunjangi oleh modalitas
pemeriksaan USG atau CT-Scan. Pada pemeriksaan radiologi ini dapat menilai kista
yang bersifat nonneoplastik ataupun neoplastik.
Setelah diagnosis ditegakkan berdasarkan kepada hal-hal tersebut diatas, maka
dapat dilakukan penilaian RMI (risk of malignancy index)/IRK (indeks resiko
keganasan). Apabila IRK > 250 maka kista cenderung mengarah kepada keganasan.
Setelah penilaian ini dilakukan maka penatalaksanaan selanjutnya dapat ditentukan

16
Gambar 4. Penilaian IRK

KESIMPULAN
Telah dilaporkan satu kasus kista ovarium pada seorang ibu berusia 55 tahun
yang datang berobat dengan keluhan benjolan di perut. Penjajakan diagnosa dan
penilaian tingkat keganasan terhadap kista ovarium sangat penting untuk dilakukan
sehingga dapat dilakukan penatalaksanaan yang tepat terhadap pasien.

DAFTAR PUSTAKA

1. Kamel H, Okin PM, Mitchell SVE, Ladecola C. Atrial Fibrillation and


Mechanisms of Stroke : Time for a New Model. Cardiol AHA J. 2016:47;11-31.

17
2. Staerk L, Sherer JA, Ko D, Benjamin EJ, Helm RH. Atrial Fibrillation :
Epidemiology, Pathophysiology, and Clinical Outcomes. Circ Res J.
2017:120(9);1501-1517.

3. Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI). Pedoman


Tata Laksana Fibrilasi Atrium. Ed. 1. 2014. Hal. 1-73.

4. Issa ZF. Atrial fibrillation.In ; Miller ZM, Zipes DP, eds. Clinical
arrhythmology and electrophysiology : a companion to Braunwald’s heart
disesase. Ed. 2. Saunders; 2012.

5. Greenlee RT, Kessel B, Williams CR, Riley TL, Ragard LR, Hartge P.
Prevalence, incidence, and natural history of simple ovarian cysts among woman
> 55 years old in a large cancer screening trial. Am J Obstet Gynecol.
2012;202(4):373-19.

18

Anda mungkin juga menyukai