PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan zaman, tuntutan kurikulum pada
bidang pendidikan menjadi semakin besar. Pendidikan Vokasi hadir sebagai
sistem pendidikan pada jenjang pendidikan tinggi yang diarahkan pada
penguasaan keahlian dan keterampilan terapan pada bidang tertentu. Salah
satu bidang tersebut yakni Pekerjaan Sosial. Pekerja Sosial dituntut mampu
memiliki kompetensi penguasaan keahlian dan keterampilan pelayanan
sosial yang ditujukan untuk mengkaji, mengantisipasi keadaan dan
perubahan kehidupan sosial, serta merumuskan alternatif tindakan guna
menciptakan situasi kehidupan sosial yang kondusif bagi upaya masyarakat
dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya.
1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana ringkasan jurnal “Relasi Pertolongan Pekerjaan Sosial Bagi
Pecandu Narkoba di Rumah Cemara” dari Widyani Tri Yolanda ?
2. Apa yang dimaksud Pendidikan Vokasi dan bagaimana hubungannya
dengan keberadaan Korban Penyalahgunaan NAPZA?
3. Bagaimana hubungan keberadaan industri dengan keberadaan Korban
Penyalahgunaan NAPZA?
4. Bagaimana untung dan rugi Pendidikan Vokasi dan Industri dalam
Keberadaan Korban Penyalahgunaan NAPZA?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui ringkasan jurnal “Relasi Pertolongan Pekerjaan
Sosial Bagi Pecandu Narkoba di Rumah Cemara” dari Widyani Tri
Yolanda
2. Untuk mengetahui Pendidikan Vokasi dan hubungannya dengan
keberadaan Korban Penyalahgunaan NAPZA
3. Untuk mengetahui hubungan keberadaan industri dengan keberadaan
Korban Penyalahgunaan NAPZA
4. Untuk mengetahui untung dan rugi Pendidikan Vokasi dan
Industri dalam Keberadaan Korban Penyalahgunaan NAPZA
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Ringkasan Jurnal
Pengertian NAPZA
3
Kementerian Sosial dan Kementerian Kesehatan menggunakan istilah
NAPZA. NAPZA merupakan kependekan dari Narkotika, Psikotropika, dan Zat
Adiktif Lainnya. Menurut Pasal 113 Ayat 2 Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, istilah NAPZA hanya terbatas pada
istilah Zat Adiktif. Zat Adiktif sebagaimana dimaksud meliputi tembakau, produk
yang mengandung tembakau, padat, cairan, dan gas yang bersifat adiktif yang
penggunaannya dapat menimbulkan kerugian bagi dirinya dan/atau masyarakat
sekelilingnya. (Saputra, Putra Pratama. 2017)
4
dan / atau kronis. Kehidupan seseorang yang mengalami ketergantungan kimia
sepenuhnya dicakup oleh obsesi untuk menggunakan NAPZA dan menjalani gaya
hidup yang menyertainya. (Maryami, Ami., dkk. 2015)
Dampak penyalahgunaan narkoba sekarang sudah semakin luas, dan dari data BPN
JABAR tentang dampak negatif penyalahgunaan narkoba baik dampak fisik, psikis,
maupun sosial antara lain :
1. Secara fisik, selain kerusakan syaraf serta fungsi organ lainnya, penyebaran
HIV/AIDS dikalangan pengguna narkoba jarum suntik juga dapat terjadi
2. Secara psikis, seseorang yang telah menggunakan narkoba akan mengalami
perasaan kesal dan tertekan, perasaan tidak aman, hilang kepercayaan diri,
sering tegang dan gelisah
3. Selain itu ada juga dampak sosial antara lain anti-sosial, bertindak asusila,
dikucilkan oleh lingkungan
5
Ketiga efek tersebut dapat berikaitan baik dari segi fisik, psikis, maupun sosial.
Contohnya adalah korban penyalahgunaan narkoba akan merasakan sakit-sakitan
ketika tidak mengonsumsi narkoba seperti layaknya. Sehingga muncul tekanan
psikis dalam dirinya yang membuat ia tidak nyaman, tertekan, dan gelisah.
Sehingga Ia akan mau tidak mau harus mengonsumsi narkoba entah bagaimana
caranya. Dan caranya bisa melalui pembohongan, pencurian, dll sehingga Ia akan
dijauhi oleh lingkungan sosialnya.
Menurut Supiadi, et.al. (2006) Rehabilitasi sosial adalah segenap upaya yang
ditujukan untuk mengintegrasikan atau mengintegrasikan kembali seseorang
kedalam kehidupan masyarakat dengan cara membantunya menyesuaikan diri
dengan tuntutan keluarga, komunitas dan pekerjaan sejalan dengan pengurangan
setiap beban sosial dan ekonomi yang dapat merintangi proses rehabilitasi. (direvisi
dari WHO, dalam ILO 1985 : 11). (Maryami, Ami., dkk. 2015)
6
b. Paraphrasing
c. Reflecting of feeling (Merefleksikan perasaan)
d. Open-Ended and Closed-ended Question (Pertanyaan terbuka dan
tertutup)
e. Clarification (Mengklarifikasi pesan yang disampaikan)
f. Summarization (Membuat ikhtisar)
g. Information Giving (Memberikan informasi)
h. Interpretation (Interpretasi)
i. Confrontation (Konfrontasi)
2. Kemampuan Komunikasi Non-Verbal yang terbagi menjadi 10 kemampuan
antara lain :
a. Posture (Sikap)
b. Body Orientation (Orientasi tubuh)
c. Facial Expressions (Ekspresi wajah)
d. Gestures (Gerak-isyarat)
e. Touching (Sentuhan)
f. Clothing (Cara berpakaian)
g. Personal Boundaries (Ruang personal)
h. Voice (Nada suara)
i. Physical Appearance (Penampilan fisik)
j. Environtment (Lingkungan)
3. Task Roles yang dijalankan para anggota antara lain :
a. Memberi opini dan informasi
b. Starter
c. Memberi arahan
d. Koordinator
e. Energizer
f. Summarizer
g. Pengujian realita
h. Pengevaluasian
7
4. Maintenance Roles dibagi antara lain :
a. Mendorong partisipasi
b. Harmonizer and Compromizer
c. Meredakan ketegangan
d. Membantu komunikasi
e. Mengevaluasi emosi
f. Mengamati proses
g. Mendengarkan secara aktif
h. Membangun kepercayaan
i. Pengatur standar
j. Pemecah masalah interpersonal
8
Peranan Pekerja Sosial dalam Advokasi
Menurut 16 informan bahwa peranan pekerja sosial sebagai seorang advokat
adalah membantu klien dalam memperoleh hak-haknya, untuk mendapatkan
pelayanan dan sumber daya dan perlindungan atau pendampingan dalam kasus
melanggar hukum serta mempengaruhi pembuat kebijakan untuk merubah atau
membuat kebijakan yang berpihak pada LKS atau LKS dan telah melakukan
berbagai kegiatan advokasi. (Maryami, Ami., dkk. 2015)
9
Kabupaten Gresik. Kegiatan dalam “Forum Anti Narkoba (FAN) Gresik” berupa
penyuluhan, sosialisasi, lomba “Desa Bebas Narkoba”, dan lain-lainnya. (Kompas,
2009) (Saputra, Putra Pratama. 2017)
10
Cara mencegah penyalahgunaan NAPZA melalui organisasi lokal
11
perubahan positif perilaku penyalahguna NAPZA dan pengidap HIV/AIDS, TBC
dan Hepatitis C.
12
B. Abstraksi Pendidikan Vokasi “Vokational Education”
1. Program Pendidikan:
2. Diploma I (D1),
3. Diploma II (D2),
4. Diploma III (D3),
5. Diploma IV (D4) atau Sarjana Terapan,
6. Magister Terapan, dan
7. Doktor Terapan.
Waktu Studi :
13
Lembaga yang menyelenggarakan pendidikan tinggi keahlian terapan (vokasi)
adalah:
1. Akademi,
2. Politeknik,
3. Sekolah Tinggi, dan
4. Institut
1. Pembudayaan,
2. Pemberdayaan,
3. Pembentukan watak,
4. Kepribadian,
5. Dan berbagai kecakapan hidup (life skill).
14
dibandingkan dengan beban mata kuliah teori. Sedangkan untuk pemagangan,
pemerintah akan bekerjasama dengan dunia usaha. Termasuk pemagangan ke
daerah tertentu dalam negara atau pemagangan ke sejumlah negara seperti Jerman,
Jepang dan Korea Selatan.
Industri yang ada sekarang tercipta karena adanya suatu peristiwa yang
dinamakan Revolusi Industri. Revolusi Industri merupakan perubahan secara cepat
dan besar-besaran di bidang pertanian, manufaktur, pertambangan, transportasi, dan
teknologi serta memiliki dampak yang mendalam terhadap kondisi sosial, ekonomi,
dan budaya di dunia. Perubahan cepat dan besar-besaran yang dimaksud adalah
perubahan dalam pelaksanaan proses produksi (cara pembuatan atau meningkatkan
nilai guna suatu barang) yang semula menggunakan tenaga manusia (tradisional)
beralih dengan menggunakan peralatan mesin (modern).
Revolusi Industri terjadi pada tahun 1750-1850, dimulai dari Britania Raya
kemudian menyebar ke seluruh Eropa Barat, Amerika Utara, Jepang, hingga ke
seluruh dunia.
Adapun empat tahapan revolusi industri dari zaman dahulu hingga kini, diantaranya
:
Revolusi Industri Pertama dimulai dengan kemunculan mesin uap pada akhir abad
ke-18 yang mendorong mekanisasi dalam proses industri. Revolusi ini dicatat oleh
sejarah berhasil menaikkan perekonomian secara dramatis di mana selama dua abad
setelah revolusi industri terjadi peningkatan rata-rata pendapatan perkapita negara-
negara di dunia menjadi enam kali lipat.
Revolusi Industri kedua terjadi di awal abad ke-19. Pada Industri 2.0
ini diterapkannya konsep produksi massal melalui produksi interchangeable parts,
penggunaan mesin bertenaga listrik dan ditemukannya konsep standarisasi industri.
15
Penemuan ini memicu kemunculan pesawat telepon, mobil, pesawat terbang, dan
lain sebagainya yang mengubah wajah dunia secara signifikan.
16
kajiannya baik secara teoritis maupun metodologis terhadap upaya-upaya untuk
meningkatkan kualitas hidup suatu masyarakat.
Salah satu fokus yang ditangani pekerja sosial adalah PMKS (Penyandang
Masalah Kesejahteraan Sosial). Berdasarkan Permensos nomor 08 tahun 2012,
PMKS merupakan seseorang, keluarga atau kelompok masyarakat yang karena
suatu hambatan, kesulitan atau gangguan, tidak dapat melaksanakan fungsi
sosialnya, sehingga tidak dapat terpenuhi kebutuhan hidupnya (kebutuhan jasmani,
rohani, dan sosial) secara memadai dan wajar.
17
Jadi menurut penjelasan diatas, keberadaan Korban Penyalahgunaan
NAPZA menjadi salah satu kajian yang dibahas pekerja sosial dan menjadi tugas
bagi pekerja sosial agar dapat mempraktikan teori, pengetahuan, pelatihan dan
keterampilan yang didapat dalam pendidikan vokasi guna menangani permasalahan
yang dihadapinya untuk kemudian diberikan pelayanan, pemberian solusi untuk
mengantisipasi keadaan yang dialami, serta merumuskan alternatif tindakan guna
menciptakan situasi kehidupan sosial yang kondusif bagi korban penyalahgunaan
NAPZA dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya sendiri dan berfungsi
secara sosial. Dengan ini korban penyalahgunaan NAPZA bisa menghindari
NAPZA atau bahkan berhenti total dari ketergantungannya dengan menggunakan
NAPZA tersebut.
18
waktu yang dibutuhkan dalam proses asesmen dan rehabilitasi para korban
penyalahgunaan NAPZA.
Dengan kemudahan komunikasi pada era industri 4.0 ini dapat mempermudah
semua manusia dalam berkomunikasi. Yang dulunya ketika kita ingin
berkomunikasi dengan orang yang berada jauh dari kita menggunakan surat yang
pengirimannya 3-4 hari, sekarang hanya dengan menggunakan telepon genggam/
HP. Makin mudahnya akses komunikasi juga berdampak positif dan negatif dalam
pencegahan dan penanganan kasus korban penyalahgunaan NAPZA. Dampak
negatifnya adalah makin mudahnya para pengedar dan pengguna dalam
bertransaksi secara online. Makin mudahnya pengedar dalam menginformasikan
info-info stock NAPZA yang ia miliki kepada pengguna yang tentunya dapat
memperbanyak list list korban penyalahgunaan NAPZA. Dampak positifnya juga
kembali ke aparat dan masyarakat yang bisa saling berkomunikasi berkolaborasi
dalam penuntasan kasus korban penyalahgunaan NAPZA ini dengan cara
masyarakat melapor dan aparat bertindak, ataupun juga dapat dengan aparat
berwajib mencari tahu dimana letak letak pengedar dengan cara mentrancking
lokasi tempat pengedar berada saat melakukan komunikasi. Komunikasi juga dapat
membantu dalam mensosialisasikan dampak-dampak negatif dari NAPZA yang
merupakan suatu upaya preventif dalam kasus penyalahgunaan NAPZA ini.
Dengan makin luasnya pengetahuan masyarakat tentang bahaya penggunaan
NAPZA, maka diharapkan makin sedikit orang-orang yang terjerumus kedalam
jurang NAPZA tersebut.
19
hal-hal yang berkaitan dengan NAPZA ini. Dampak negatifnya jika masyarakat
salah maka ia bisa dengan mudah mengakses situs pengedar dari NAPZA ini dan ia
dapat terjerumus didalamnya. Namun dampak positifnya juga ketika masyarakat
tahu mana yang baik, maka ia akan menghindar mencari situs pengedar dan dapat
dengan mudah mencari informasi tentang betapa berbahayanya NAPZA dan
menyebarluaskannya ke masyarakat sehingga banyak masyarakat yang makin tahu
dan memahami bahwa NAPZA itu tidak boleh dikonsumsi dengan sembarangan
dan menekan angka korban penyalahgunaan NAPZA itu sendiri.
Ketiga unsur diatas adalah sebagian kecil dari hubungan perkembangan industri
4.0 dengan tingkat penyebaran, pencegahan, dan penanganan korban
penyalahgunaan NAPZA. Dalam konteks ini, keberadaan industri harus
dimanfaatkan bagi para penguasa pada umumnya dan pekerja sosial pada
khususnya dengan baik dan bijaksana. Hadirnya media massa, televisi dan industri
perfilman menjadi sasaran utama untuk langkah kuratif dan rehabilitatif baik oleh
pemerintah ataupun pekerja sosial. Dimana dengan adanya industri yang terus
berkembang, pekerja sosial dapat mengembangkan pengetahuan baik lokal dan
nasional bahwa NAPZA adalah sesuatu yang berbahaya dan tidak untuk
dikonsumsi secara umum atau bebas. Jika kita dapat me-manage perkembangan
industri ini dengan baik, maka bisa saja perkembangan pengedaran dan penggunaan
guna penyalahgunaan NAPZA di Indonesia dapat ditekan bahkan sampai habis.
20
penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) dengan keberadaannya menjadi
fokus utama pekerja sosial untuk dapat mempraktikkan ilmunya yang meliputi
teori, pengetahuan, pelatihan dan keterampilan yang didapat dalam pendidikan
vokasi guna menangani permasalahan yang dihadapinya untuk kemudian diberikan
pelayanan, pemberian solusi untuk mengantisipasi keadaan yang dialami, serta
merumuskan alternatif tindakan guna menciptakan situasi kehidupan sosial yang
kondusif bagi korban penyalahgunaan NAPZA yakni dengan membantu agar
mereka terhindar dari relaps setalah tidak mengonsumsi NAPZA, dan juga
rehabilitasi yang dapat membantu korban penyalahgunaan NAPZA dalam proses
penyembuhan dari ketergantungan terhadap NAPZA tersebut.
21
2. Pembentukan jaringan penyebaran NAPZA yang semakin besar
22
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Korban Penyalahgunaan NAPZA tentu membutuhkan suport dari
berbagai pihak agar mereka lekas pulih dari ketergantungannya, ini
membutuhkan dukungan dari berbagai elemen masyarakat. Saran saya
disini yaitu :
1. Saran Kepada Masyarakat
Kita sebagai masyarakat memiliki kesempatan yang seluas-luasya untuk
berperan serta dalam mermbantu mewujudkan upaya pencegahan
penyalahgunaan psikotropika sesuai dengan Undang-Undang yang terkait.
Masyarakat juga wajib melaporkan kepada pihak yang berwenang bila
mengetahui tentang psikotropika yang disalahgunakan dan/atau dimiliki
secara tidak sah di lingkungan tempat tinggal.
Kita sebagai anggota masyarakat perlu mendorong peningkatan
pengetahuan setiap anggota masyarakat tentang bahayan penyalahgunaaan
obat-obatan terlarang.
2. Saran Kepada Pemerintah
Untuk mengatasi masalah tersebut, maka diperlukan penanganan yang lebih
tegas lagi. Sebagaimana yang dilakukan Badan Narkotika Nasional, adanya
23
strategi pencegahan dan pemberatasan penyalahgunaan dan peredaraan
psikotropika
Sosialisasi kepada seluruh lapisan masyarakat tentang bahaya atau dampak
yang diberikan jika mengonsumsi ketergantungan psikotropika.
Menerima dengan baik apabila ada laporan dari masyarakat perihal
penggunaan psikotropika.
24
DAFTAR PUSTAKA
http://www.tandfonline.com/action/journalInformation?journalCode=wjhm20
https://lenterakecil.com/pengertian-pendidikan-vokasiz/
https://simak.ui.ac.id/deskripsi-vokasi.html
https://www.academia.edu/37491240/REVOLUSI_INDUSTRI_DARI_GENERA
SI_1.0_HINGGA_4.0
25