Anda di halaman 1dari 11

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/277115759

Pengembangan Sistem Pengukuran Gejala Fisis Longsor Sistem Elektronik Dan


Optik

Article · January 2010

CITATIONS READS

2 477

3 authors:

Bambang Widiyatmoko Dwi Hanto

54 PUBLICATIONS   160 CITATIONS   
Indonesian Institute of Sciences
38 PUBLICATIONS   37 CITATIONS   
SEE PROFILE
SEE PROFILE

Prabowo Puranto
Indonesian Institute of Sciences
19 PUBLICATIONS   18 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Enhancement Monitoring System of Natural Disaster Mitigation [landslide] View project

All content following this page was uploaded by Dwi Hanto on 19 April 2016.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


BerkalaFisika ISSN : 1410 - 9662
Vol 13. , No.2, Edisi khusus April 2010, hal B15-B24

PENGEMBANGAN SISTEM PENGUKURAN GEJALA


FISIS LONGSOR SISTEM ELEKTRONIK DAN OPTIK
Bambang Widiyatmoko, Dwi Hanto, dan Prabowo Puranto
Group THz-Photonics, Bidang Instrumentasi Fisis dan Optoelektronika
Pusat Penelitian Fisika – LIPI, Komplek PUSPIPTEK, Setu, tangerang Selatan 15314
Telp. (021) 7560556. E-mail : bamb039@lipi.go.id; widiyatmokobambang@yahoo.com

Abstract
Landslides are a common disaster in Indonesia so that the necessary anticipation through
the monitoring of areas prone to the development of instrumentation systems disaster. Design has
been done measuring the physical symptoms of landslides using optical and electronic
systems. Measured physical symptoms include a shift in soil, and soil strains. Shift in the
electronic ground sensors made by using linear and potensio constan current source. The result of
measurement is known that this sensor can detect a shift change of 0.5 mm with a maximum shift
of 250 mm. Soil strain measured using a fiber optic brag grating (FBG), which changes the
transmission peak of FBG was done by using the diode laser wavelength sweeping. Fiber brag
grating is an optical sensor that works according to the resonant effect of a refractive index
grating lattice, where the resonant wavelength is determined by the lattice distance. From this
principle it is when the lattice spacing change due to the strain and temperature changes, the peak
resonant wavelength will also change. Changes in the resonant peaks are measured to determine
the strain or temperature measurement. measurement Simulation showed that the relationship
between strain and change in peak wavelength is linear with slope (Δλ / ΔF) 1.41 nm / kNewton.

Keywords: Extensometer, linear potentiometers, fiber Brag grating, landslides, system monitoring,
disaster

Abstrak
Tanah longsor merupakan bencana yang sering terjadi di Indonesia sehingga perlu
antisipasi melalui monitoring daerah rawan dengan pengembangan system instrumentasi
kebencanaan. Telah dilakukan rancang bangun pengukuran gejala fisis longsor menggunakan
sistem optik dan elektronik. Gejala fisis yang diukur meliputi pergeseran tanah, dan strain tanah.
Sensor pergeseran tanah elektronik dibuat dengan menggunakan potensio linier dan sumber arus
constan. Dari hasil pengukuran diketahui bahwa sensor ini dapat mendeteksi perubahan
pergeseran sebesar 0,5mm dengan pergeseran maksimum 250 mm. Strain tanah diukur secara
optik dengan menggunakan fiber brag grating (FBG), dimana perubahan puncak transmisi FBG
dilakukan dengan teknik sweeping panjang gelombang laser diode. Fiber brag grating merupakan
sensor optic yang bekerja berdasarkan efek resonant dari suatu kisi kisi indek bias, dimana
panjang gelombang resonantnya ditentukan oleh jarak kisi kisinya. Dari prinsip tersebut maka
bila jarak kisi-kisi berubah karena adanya strain maupun perubahan suhu maka peak panjang
gelombang resonantnya juga akan berubah. Perubahan puncak resonant diukur untuk mengetahui
strain atau temperature yang mengenainya.Simulasi pengukuran menunjukkan bahwa hubungan
antara strain dan perubahan puncak panjang gelombang adalah linier dengan slope (Δλ/ΔF)
sebesar 1,41 nm/kNewton.

Kata Kunci : Extensometer, linear potensiometer, Fiber Brag grating, tanah longsor, system
monitoring, kebencanaan

B15
Bambang Widiyatmoko dkk Pengembangan Sistem Pengukuran….

PENDAHULUAN terjadi pergeseran salah satu


“ Indonesia Siaga Bencana” adalah bagian/lapisan tanah terhadap yang
slogan yang harus dicermati oleh lainnya maka menimbulkan gaya berat
seluruh bangsa Indonesia karena kita yang berubah secara exponensial,
sadari bahwa sebagain besar wilayah sehingga bila tekanan itu dimonitor akan
Negara Indonesia rawan bencana seperti didapatkan kurva tersebut dari
gempa, tsunami, banjir bahkan tanah perubahan strain nya[3].
longsor. Siaga Bencana ini harus Ada beberapa jenis longsor
diartikan tidak hanya siap menghadapi yang sering terjadi dimana biasanya
kalau sudah ada bencana, namun lebih tanah longsor didahului oleh pergeseran
dari itu kita harus dapat memprediksi pergeseran lapisan tanah di dalam bukit
secara ilmiah kejadian kejadian alam secara group (bongkahan). Untuk itu
penyebab bencana tersebut. Gempa pokok masalah dalam deteksi longsor
bumi misalnya, secara ilmiah kalau kita adalah perlu sensor pergeseran
dapat mengukur dan memonitor gerakan permukaan, sensor strain dan
lempeng bumi secara akurat maka inklonometer yang bekerja secara
terjadinya gempa bumi dapat diprediksi relative dan termonitor secara terus
dengan lebih teliti. Demikian juga menerus [4,5,6,7]. Dalam kaitannya
dengan tanah longsor, bila kita dapat dengan system monitoring tersebut
mengukur secara ilmiah besaran fisis masalah yang harus diselesaikan adalah
penyebab longsor, maka akan dapat pembuatan ketiga sensor beserta system
diprediksi secara tepat dan pada bacanya dan kemudian melakukan
akhirnya dapat memberi peringatan dini ujicoba pemasangan lapangan untuk
terhadap bahaya tersebut kepada mengetahui unjuk kerjanya. Dalam
masyarakat [1]. Namun permasalahan tulisan ini dikaji beberapa sensor
adalah alat alat untuk mengukur dan pergeseran tanah baik secara elektronik
menganalisa kejadian tersebut umumnya maupun optik.
mahal dan belum banyak yang dibuat di
dalam negeri, sehingga tidak banyak METODOLOGI PENELITIAN
dipasang di Indonesia, khususnya Prediksi tanah longsor dilakukan
daerah-daerah yang sebetulnya sangat dengan megukur 3 variabel penting
memerlukan alat-alat tersebut. yaitu kadar air, pergeseran permukaan
Tanah longsor merupakan kejadian tanah dan strain tanah. Pengukuran
alam dimana satu blok (masa) tergelincir dilakukan dengan membuat 3 sensor
kebawah terhadap masa yang lain. Hal utama sistem pembacaan dan transmisi
ini banyak disebabkan oleh tidak data dari lokasi ke statsium monitoring /
kuatnya gaya lekat (resisting force) antar pos pengamatan [4]. Gambar sistem
lapisan tanah menahan perubahan masa secara keseluruhan di tunjukkan dalam
(Driving force) dalam struktur tanah gambar 1 dibawah.
tersebut [2,3]. Driving force tersebut
dapat berupa berat gumpalan tanah itu
sendiri atau tambahan dari air akibat
hujan, sedang melemahnya resisting
force dapat disebabkan oleh hilangnya
akar tumbuhan maupun melembeknya
Gambar 1. Blok diagram sistem
tanah akhibat penambahan air hujan.
monitoring tanah longsor.
Bila driving force melebihi resisting
force, maka longsor akan terjadi. Dari
Tiga buah sensor diperlukan
hasil simulasi yang dilakukan oleh
untuk dapat memprediksi akan
T.Fukuzono dkk, diketahui bahwa bila
terjadinya longsor secara presisi, dimana

B16
BerkalaFisika ISSN : 1410 - 9662
Vol 13. , No.2, Edisi khusus April 2010, hal B15-B24

secara umum perubahan ketiga variabel Gambar 3 adalah photo dari


tersebut harus muncul pada waktu yang contoh produk sensor pergeseran tanah
sama sehingga sistem komputer yang elektronik. Dalam blok alumunium ini
beroperesi dengan “logic and” akan disamping system mekanik terpasang
memberikan peringatan. Peringatan di juga seluruh rangkaian elektroniknya.
teruskan ke masyarakat maupun ke Karakterisasi sensor dilakukan antara
tempat monitoring melalui komunikasi lain kestabilan arus, respon sensor dan
radio atau GSM sesuai dengan kondisi drift dari system sensor.
daerahnya.
B. Extensometer optik
A. Sensor pergeseran tanah elektronis Sistem extensometer optis
Sensor pergeseran pada komersial umumnya terdiri atas sistem
prinsipnya dirancang dan dibuat untuk sensor yang diinstal dimedan
dapat mendeteksi pergeseran antar pengamatan dan tersambung dengan
lempeng dari suatu tebing. Sensor ini kabel serat optik sebagai serat masukan
dirancang dengan menggunakan prinsip dan serat keluaran (lead-in/lead out)
yang sangat sederhana yaitu serta sistem elektronik terdiri atas
menggunakan potensiometer linier. sumber cahaya, sistem deteksi serta
Suatu arus tetap yang dihasilkan dari sistem pengolahan dan pembacaan data
rangkaian sumber arus teregulasi yang berlokasi jauh dari sistem sensor
dialirkan kedalam suatu potensiometer dan bisa mencapai jarak beberapa
(sensor) akan memberikan tegangan kilometer. Sistem pembacaan data bisa
sesuai dengan perkalian antara arus yang berbasis intensitas cahaya yang diubah
mengalir dan tahanan dari otensiometer. sebagai tegangan atau arus; atau bisa
Tahanan potensiometer akan berubah juga berbasis frekuensi cahaya.
dengan pergeseran tanah, karena sistem Kelebihan extensometer optis
mekanik dapat mengubah gerakan dari extensometer elektronik sensor
translasi kedalam gerakan rotasi yang adalah noise rendah karena serat optik
dipakai untuk memutar potensiometer. tahan terhadap interferensi
Diagram sensor seperti gambar 2. elektromagnetik sehingga juga bisa lebih
presisi serta dapat dipantau dari jarak
yang jauh dari sensor karena rugi-rugi
serat optik per kilometer sangat rendah
(orde 0.01 dBm). Petir atau kilat dan
gangguan cuaca lain juga bisa dihindari
karena yang terpasang dimedan hanya
sistem sensor yang sudah terlindungi
Gambar 2. Blok diagram sensor pergeseran secara mekanik.
anah elektronik Permasalahan permasalahan
utama dalam pemakaian serat optik
sebagai sensor adalah dalam penyediaan
sumber cahaya yang stabil dan disain
sensor serat optik yang dapat merespons
secara konsisten terhadap terhadap
pergeseran tanah.
Bagian terpenting dari sistem
ekstensometer adalah sensor serat optik.
Gambar 3. Photo bentuk jadi contoh produk Serat optik (optical fibre/fiber optic)
extensometer
merupakan pandu gelombang (cahaya)
yang bekerja didasarkan adanya efek

B17
Bambang Widiyatmoko dkk Pengembangan Sistem Pengukuran….

pantulan sempurna oleh karena adanya Keluaran dari sumber cahaya yang
perbedaan indek bias material. Serat distabilkan dayanya dibagi menjadi 2
optik terdiri dari inti (core) dan menggunakan kopler serat optik dengan
pembungkus (cladding) seperti perbandingan tertentu. Satu bagian
ditunjukkan dalam Gambar 4a dan ditangkap oleh fotodetektor 1 dan
model perambatan cahaya ditunjukkan dikuatkan untuk digunakan sebagai daya
dalam Gambar 4b[8]. Cahaya akan reference sedang bagian lain dimasukan
merambat didalam serat optik karena kedalam sensor. Transmisi dari sensor
dipantulkan dengan sempurna pada ditangkap oleh fotodetektor 2 serta
batas antar core dan cladding. Dalam dikuatkan untuk dipakai sebagai sinyal
perambatannya cahaya mengalami transmisi. Keluaran dari kedua
pengurangan daya (loss ) akibat adanya photodetektor di baca oleh komputer
penyerapan oleh material fiber melalui analog to digital untuk
hamburan dan adanya lengkungan selanjutnya diperbandingkan. Apabila
(bending); sebagaimana ditunjukkan terjadi loss pada sensor akibat adanya
pada Gambar 5. pergeseran maka sistem baca akan
memberi data dan rekaman secara
kontinyu untuk selanjutnya sebagai data
pergeseran tanah.

(a)

Gambar 5. Beberapa penyebab adanya loss


dalam fiber [16].

(b)
Gambar 4. (a) Skema serat optik dan (b)
model perambatan cahaya [16].

Bending loss (atau rugi rugi


pembengkokan) merupakan salah satu
dari beberapa sumber loss serat optik.
Rusi rugi ini disebabkan oleh
pembengkokan serat optik melebihi
diameter tertentu. Rugi rugi semacam ini Gambar 6. Blok diagram sistem
ekstensometer optik
dalam komunikasi serat optik sangat
merugikan. Namun dari sisi lain dapat
dimanfaatkan sebagai sensor pergeseran Gambaran sederhana mengenai
dan dapat digunakan sebagai bagaimana pengamatan pergeseran tanah
extensometer. menggunakan sensor serat optik yang
Blok diagram dari sensor bagian tengahnya dibuat lengkungan
pergeseran menggunakan serat optik dapat dilihat pada Gambar 7. d adalah
seperti ditunjukkan dalam Gambar 6. pergeseran tanah yang terjadi searah

B18
BerkalaFisika ISSN : 1410 - 9662
Vol 13. , No.2, Edisi khusus April 2010, hal B15-B24

dengan perambatan cahaya yang bisa FBG nya. Oleh karena satu element dari
menarik serat optik dan berakibat FBG hanya memantulkan cahaya dalam
mengecilnya diameter lengkungan serat spektrum yang sempit, maka elemen
optik sehingga keluaran cahaya yang FBG dapat dikombinasikan dalam
ditangkap oleh fotodioda juga makin beberapa elemen membentuk beberapa
kecil karena terjadinya rugi lengkungan sensor atau disebut multifplexing sensor
serat optik. d1 adalah diameter sistem.
lengkungan awal dan d2 adalah diameter
lengkungan serat setelah terjadi d
pergeseran tanah searah perambatan IN
t
cahaya. R

Pengamatan besarnya
pergeseran tanah sebagai fungsi rugi- I I I

rugi transmisi cahaya dapat dilakukan


pada beberapa posisi sensor agar didapat
wavelength
data yang lebih akurat. Sistem sensor wavelength
(a) input
wavelength
(b) transmitted (c) reflected

nantinya diletakkan disuatu struktur


Gambar 8. Stuktur Fiber Brag grating
lereng yang telah diketahui rawan
beserta spectrum pantulan dan transmisi
longsor. Data yang diperoleh dapat
dimonitor, dicatat, disimpan serta diolah
Permasalahan yang timbul
pada PC dengan bantuan suatu sistem
adalah bahwa, selama ini pengukuran
pengolah data dan software untuk
perubahan puncak resonant dari FBG
kemudian dapat dikirim melalui suatu
menggunakan peralatan yang mahal
telepon genggam setelah lewat modem
seperti Optical Spectrum anayzer,
atau ditindaklanjuti dengan suatu sistem
sehingga perlu dilakukan
peringatan dini berupa alarm ke
peyederhanaan. Untuk itu diusulkan
masyarakat sekitar atau
dengan teknik sweeping panjang
dikomunikasikan secara rutin ke pos
gelombang laser. Blok diagram sistem
pengamatan melalui komunikasi dengan
sepertipada gambar 9, dimana prinsip
telepon genggam.
pengukurannya adalah dengan merubah
panjang gelombang laser pada daerah
panjang gelombang dari fiber brag
grating dan mengukur intensitas
transmisinya. Dengan teknik ini berarti
akan diperoleh pola transmisi dari FBG
yang dipakai, sehingga bila puncak
transmisinya berubah akan diketahui
dari perubahan intensitas tersebut.
Sistem ini dipakai untuk
Gambar 7. Gambaran sederhana pengamatan menguji apakah sesuai dengan
pergeseran tanah menggunakan sensor
pengukuran yang dilakukan dengan
berupa serat optik yang dilengkungkan.
menggunakan optical spectrum analyzer
dan apabila ternyata mempunyai
C. Sensor strain tanah berbasis Fiber
kesamaan maka dipastikan dapat dipakai
Brag Grating
Mekanisme kerja dari FBG untuk evaluator FBG seperti yang
ditunjukkan dalam Gambar 8. Panjang diharapkan. Pengukuran pertama adalah
karakterisasi FBG terhadap suhu,
gelombang cahaya pantul atau disebut
“brag wavelength” sangat tergantung dimana pengukuran ini dilakukan
oleh tegangan atau suhu dari elemen dengan mengontrol suhu FBG dan men-

B19
Bambang Widiyatmoko dkk Pengembangan Sistem Pengukuran….

sweep panjang gelombang laser dengan Dari hasil seperti ditunjukkan


mengontrol suhu operasinya. pada gambar 10 dapat diperoleh
kesimpulan bahwa respon sensor untuk
berbagai arus injeksi adalah linear
dengan slope berbeda sesuai dengan
besarnya arus. Perubahan tegangan
untuk setiap satuan panjang pergeseran
dilihat demean membaca putaran
micrometer dan perubahan
tengangannya dan diperoleh hasil
Gambar 9. Sistem evaluator FBG sebesar 80mV/mm pergeseran. Dalam
menggunakan teknik sweeping laser. system ini untuk membaca perubahan
tegangan dipakai Analog to digital
HASIL PENGUKURAN DAN converter (ADC) dengan bacaan
PEMBAHASAN minimal 5 mV sehingga dapat
a. Karakterisasi sensor pergeseran disimpulkan bahwa pembacaan minimal
tanah elektronik dari sensor ini adalah 0,1 mm atau
Dari hasil pengukuran stabilitas bersesuaian dengan perubahan tegangan
diketahui bahwa stabilitas arus mencapai 8 mV.
5 uA. Perangkat lunak dikembangkan
Sesor dibuat dengan suatu dengan memakai bahasa Visual Basic,
system mekanik yang dapat mengubah dimana perangkat ini disamping
gerakan translasi menjadi gerakan rotasi membaca juga dilengkapi dengan
demean memakai kerekan (Pulley) dan penyimpan data dan tampilan.
kawat baja dimana kawat baja tersebut Pengukuran sensitivitas
yang akan dipakai untuk mengetahui dimaksud adalah untuk mengetahui
retakan tanah dengan menanam diantara seberapa kecil pergeseran yang masil
2 pancang dari suatu tebing. Percobaan bisa dibaca oleh sensor ini utamanya
dilakukan dengan menarik kawat secara adalah dalam pembacaannya.
presisi dengan mikrometer dan Pengukuran dilakukan dengan emakai
mengamati perubahan tegangan mikrometer skrup untuk menaril kawat
keluaran dari rangkaian elektronik. dari sensor dan hasil perubahan
Perobaan ini dilakukan untuk berbagai tegangan dibaca oleh komputer. Untuk
besar sumber arus . Hasil percobaan memudahkan pengamatan maka
ditunjukkan dalam grafik seperti gambar dilakukan setap satu putaran mikrometer
10 dibawah. atau pergeseran 0,1mm. Gambar 11
adalah hasil baca tiap step pengukuran
tersebut. Dari grafik ini terlihat jelas
bahwa sensor ini mampu membaca
pergeseran sebesar 0,1mm atau saru
putaran mikrometer, dimana diketahui
bahwa satu kali putaran identik dengan
perubahan tegangan sebesar 80 mV.
Pengukuran berikutnya adalah
stabilitasnya, karena masalah utama
yang harus diperhatikan dalam sensor
Gambar 10 Garik antara pergeseran dengan berbasis potensiometer adalah besarnya
tegangan output pada arus bias 20,17.5, 15, drift dari tegngan keluaran untuk jangka
12.5, 10, 7.5, dan 5 mA waktu yang lama. Untuk itu dilakukan
pengukuran drift dengan mengamati

B20
BerkalaFisika ISSN : 1410 - 9662
Vol 13. , No.2, Edisi khusus April 2010, hal B15-B24

fluktuasi tegangan dalam jangka waktu b. Karakterisasi extensometer optik


24 jam dengan memakai data akusisi Berdasarkan sistem seperti
yang dikembangkan. Pengamatan dijelaskan pada gambar 6, maka
dilakukan untuk nilai pergeseran tertentu karakterisasi dilakukan dengan
dan diukur tegangan keluarannya setiap mengukur beberapa variabel penting
10 detik dan 10 kali pengamatan untuk dari sensor antara lain kestabilan sumber
setiap titiknya. Data pengamatan cahaya dan pengukuran pergeseran
ditunjukkan pada gambar 12 dibawah. terhadap perubahan daya luaran.
Dari grafik tersebut dapat terlihat bahwa 1. Stabilitas sumber cahaya
fluktuasi tegangan untuk satu posisi Stabilitas daya dari laser yang dipakai
yang sama sebesar 4 mVolt atau merupakan faktor penting karena bila
sebanding demean pergeseran 0,05 mm. ada perubahan daya pada saat operasi
Pergeseran ini lebih disebabkan oleh dapat diartikan sebagai sinyal perubahan
adanya perubahan atau drift dari pergeseran. Untuk itu driver laser
komponen elektronisnya seperti tahanan dilengkapi dengan outomatic power
dan kestabilan tegangannya. Pergeseran control (APC). Pengukuran stabilitas
ini masih bisa ditoleransi karena masih dlakukan dengan meng-set pada daya
dibawah dari batas pembacaan tertentu dan mengukur fluktuasi
minimumnya luarannya. Hasil pengukuran ditunjukan
pada gambar 13 dibawah, dimana
Pengambilan data dilakukan setiap 10
detik selama 3 jam.
Berdasarkan hasil pengukuran
tersebut dapat diketahui bahwa nilai
tegangan berkisar diantara 6,7 Volt
sampai 7,3 Volt. Dari perhitungan
diperoleh nilai rata-rata tegangan 7,016
± 0.083 Volt, atau kestabilan lebih kecil
dari 1%, sehingga cukup stabil untuk
Gambar 11. Hasil baca sensor untuk step sumber cahaya pada sensor.
pergerakan 0,1mm.

Gambar 13. Grafik stabilitas daya laser


untuk extensometer optik

2. Pengujian Sensor
Dari pengujian sensor yang
Gambar 12. Grafik fluktuasi tegangan (Drift) dilakukan diperoleh grafik sebagai
relative terhadap tegangan pembacaan 1660 berikut :
mVolt, waktu pengamatan 33 jam.

B21
Bambang Widiyatmoko dkk Pengembangan Sistem Pengukuran….

seberapa besar pergeseran puncak


transmisi dari FBG akibat tekanan. Hal
ini akan berguna sebagai sumber
informasi dalam perancangan FBG
sebagai sensor strain tanah. Besarnya
tekanan yang diberikan antara lain :0,8
kN , 1 kN ,. 1,4 kN , 1,84 kN , 2 kN ,
2,88 kN , 3,12 kN , 3,44 kN dan 4 kN.
Grafik hubungan antara pergeseran
panjang gelombang terhadap gaya tekan
Gambar 14 Grafik Pergeseran vs Perubahan ditunjukkanpada gambar 16, dimana
Tegangan dari bahis tersebut diktahui bahwa
Gambar 14 merupakan grafik respon sensor cukup liner terhadap
hubungan antara pergeseran dengan tekana atau strain yang dikenakan. Hasil
perubahan tegangan. Perubahan pengukuran menunjukkan bahwa
tegangan adalah selisih nilai tegangan, hubungan antara strain dan perubahan
yaitu nilai tegangan awal dikurangi puncak panjang gelombang adalah linier
dengan nilai tegangan pada nilai dengan slope (Δλ/ΔF) sebesar 1,41
pergeseran yang dilakukan. Pergeseran nm/kNewton.
dilakukan dari 1 mm sampai dengan 20
mm.
Dari hasil pengukuran
tersebut dapat diketahui bahwa semakin
besar pergeseran yang dilakukan
semakin besar pula nilai perubahan
tegangan. Kenaikan nilai perubahan
tegangan, yang artinya semakin kecil
tegangan keluaran yang dihasilkan
terjadi karena semakin besarnya rugi-
rugi yang terjadi akibat diameter
lengkungan serat semakin mengecil,
sehingga semakin banyak cahaya yang
keluar dari inti serat.
Gambar 15. Percobaan pengaruh tekanan
c. Karakterisasi sensor strain tanah terhadap pergeseran puncak panjang
gelombang FBG menggunakan tensile
Pengukuran dengan metoda
machine.
sweeping laser digunakan juga untuk
melihat pengaruh tekanan pada sensor
pada puncak transmisi FBG. Setu up
percobaan sama dengan pengukuran
pengaruh temperature, namun untuk
pengukuran ini sensor diberi tekanan
dengan menggunakan tensile machine.
Sensor diberi tekanan tertentu dan
diamati puncak transmisinya dengan
cara men-sweep panjang gelombang
laser. Photo percobaan seperti
ditunjukan pada gambar 15. Gambar 16 : Grafik hubungan antara
Perlakuan tekanan pada FBG perubahan panjang gelombang transmisi
berguna untuk memperhitungkan FBG akibat perubahan tekanan operasi FBG

B22
BerkalaFisika ISSN : 1410 - 9662
Vol 13. , No.2, Edisi khusus April 2010, hal B15-B24

KESIMPULAN [2]. H. Iwaki. H. Yamakawa and A.


Dari hasil hasil percobaan awal Mita, “FBG based displacement
yang dilakukan dalam tahun pertama ini and strain sensor for health
dapat disimpulkan beberapa hal yaitu: monitoring of smart stuncture”
 Pembuatan sensor pergeseran tanah Fith International conference on
secara elektronik didapatkan motion and vibration, , Sidney 4-
ketelitian 0,1 mm dan regangan 8 Des 2000
maksimum 150 mm, sehinga sangat [3]. T.Fukuzono. Creep model of
memungkinkan untuk diujicobakan Kanto Loam and its application
dilapangan. to time prediction of landlide.
 Dari hasil karakterisasi FBG Ladndsliges.(Eds:Chacon., J.,
diperoleh hasil bahwa sesuai dengan Irigary, C and Fernadez). Pages
kajian teoritis bahwa FBG 221-233, 1996
mempunyai respon yang linear [4]. Bambang Widiyatmoko.,
terhadap perubahan tekanan/strain proposal kompetitif 2009 (tidak
sehingga sangat cocok untuk dipakai diterbitkan)
sebagai sensor Strain. [5]. M.Ando et.al, “Dependence of
 Evaluator FBG yang dikembangkan fiber bragg grating on its length”
dengan teknik sweeping laser dapat Japanese journal of apllied
dipakai sebagai evaluator yang handal physics, Vol 42, No 7A, pp 4234-
dan murah, sehingga perlu 4235, 2004
dikembangkan lebih lanjut. [6]. Keio Fujita, et.al, Dynamics
evolution of the spectrum of
UCAPAN TERIMA KASIH long-periodefiber bragg grating”
Penulis mengucapkan Aplied Optics Vol 44, No 33, 20
terimakasih kepada seluruh anggota Nov, 2005
groupTHz-Photonics, P2F – LIPI atas [7]. Yoshifumi Suzaki, et.al.,
segala support dankerjasamanya. Apodization method owing to the
Penelitian ini dibiayai oleh LIPI melalui finete length of UV laser
program Kompetitif sub program coherence in Fabricating fiber
Lingkungandan kebencanaan. bragg grating, Japanese journal
of applied physics vol 45 no 12,
DAFTAR PUSTAKA 2006
[1]. Andreas Terzis, I-Jeng Wang, [8]. Edward Mutafungwa, Lecture I,
et.al., Slip surface Localization in Introduction of Fiber Optica
Wireless Sensor Network for Communications, Helsinki
Landslide Prediction., University of Technology.
Proceeding of IPSN2006, [9]. B. Widiyatmoko and Prabowo
Nashvile, Tennesse, USA, April Poranto, Pembuatan
19-1, 2006 extensometer elektronik untuk
deteksi pergeseran tanah,
ASTECHNOVA 2009,
Jogyakarta

B23
Bambang Widiyatmoko dkk Pengembangan Sistem Pengukuran….

[10]. H.H. Mofjeild, V.V. Titov, [12]. Shoji SAKATA and Bambang
F.I.Gonzalez, and J.C Widiyatmoko, “Prospect
Newman,”Analitycal theory of Application of Laser Tsunami
Tsunami wave scattering in open meter for Tsunami Early
ocean with application to nort Warning System in Indonesia”
pacific., NOAA Technical Proceedings of the SIEM 2005
memorandum OAR PMEL 116, ISSN 1344-7491,Tokyo
January 2000 University of Marine Science and
[11]. Koshimura S., F.Imamura and N. Technology, Japan.
Shuto., “Propagations of
obliquent incident tsunamis on a
slope parts II: characteristics of
on-ridge tsunamis.” Coast engg,
Journal, No:41, 165-182, 1999

B24

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai