Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

ANALISIS PENELITIAN PENDIDIKAN BIOLOGI


MENGGUNAKAN DESAIN PRE-EKSPERIMEN DAN
EKSPERIMEN SEJATI

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metodologi Penelitian Pendidikan Biologi
yang Diampu oleh Prof. Dr. Bambang Subali, M.S.

Disusun oleh:
Christine Juliana (19725259002)
Edysyah Putra (19725251044)
Fitrahmawati (19725251053)

Pendidikan Biologi C

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penelitian eksperimental merupakan suatu metode yang sistematis dan logis
untuk menjawab pertanyaan: “Jika sesuatu dilakukan pada kondisi-kondisi yang
dikontrol dengan teliti, maka apakah yang akan terjadi?” Dalam hubungan ini, peneliti
memanipulasikan sesuatu stimuli, tritmen, atau kondisi-kondisi eksperimental,
kemudian mengobservasi pengaruh, atau perubahan yang diakibatkan oleh manipulasi
secara sengaja dan sistematis. Untuk mendapatkan pengaruh yang benar-benar terjadi
pada faktor-faktor yang dimanipulasikan, maka peneliti perlu melakukan kontrol yang
cermat terhadap kemungkinan akan adanya pengaruh dari faktor lain.
Penelitian eksperimental, tentu saja yang dimaksud untuk menguji sesuatu
hipotesis. Karena itu, setelah masalahnya dibatasi, peneliti perlu mengembangkan
hipotesis yang akan diuji (sebuah jawaban sementara akan diuji melalui suatu
eksperimen). Dalam pengujian dimaksud, hipotesisnya boleh jadi bisa diterima (teruji
kebenarannya), tapi bisa juga ditolak (kebenarannya tidak terbukti). Diterima atau
ditolaknya hipotesis, tergantung pada hasil observasi terhadap hubungan
variabel-variabel pada obyek eksperimen.
Metode eksperimental sering digunakan di laboratorium. Walau demikian,
jenis metode ini juga telah digunakan secara efektif di non laboratorium misalnya di
ruang kelas atau lainnya, dimana faktor atau variabel-variabel signifikannya bisa
dikontrol sampai pada suatu tingkat tertentu. Tujuan jangka dekat dari eksperimen
adalah untuk memprediksi kejadian atau peristiwa di dalam latar eksperimental.
Sedangkan tujuan akhir dari eksperimen adalah untuk menarik generalisasi
hubungan-hubungan antar variabel yang mencakup juga populasi lebih luas.

B. Tujuan
1. Menganalisis spesifikasi perancangan penelitian pre-eksperimen dan
eksperimen sejati.
2. Menganalisis pelaksanaan penelitian pre-eksperimen dan eksperimen sejati.
3. Menganalisis pelaporan penelitian pre-eksperimen dan eksperimen sejati.
4. Mengetahui contoh permasalahan yang dapat diselesaikan dengan penelitian
pre-eksperimen dan eksperimen sejati.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Spesifikasi Perancangan Penelitian Pre-eksperimen dan Eksperimen Sejati


1. Ciri penelitian eksperimen
Penelitian eksperimen memiliki ciri-ciri:
a. Suatu variabel bebas dimanipulasi.
b. Semua variabel lainnya, kecuali variabel bebas dipertahankan tetap.
c. Pengaruh manipulasi variabel bebas terhadap variabel terikat diamati (Ary,
2010: 23).
Penelitian eksperimen yang dikategorikan sebagai penelitian
pra-eksperimen atau penelitian yang belum sepenuhnya memperhatikan prinsip
eksperimen, yakni adanya kelompok atau grup pembanding (reference group atau
control group) dan/atau adanya kontrol yang ketat terhadap suppressor/nuisance
variable. Dalam rancangan ini, peneliti mengamati satu kelompok utama dan
melakukan intervensi di dalamnya sepanjang penelitian. Tidak ada kelompok
kontrol untuk diperbandingkan dengan kelompok eksperimen.
Dalam rancangan true experiment, peneliti mulai memasukkan secara acak
para partisipan dalam kelompok-kelompok yang akan dilakukan penelitian
(randomisasi). Randomisasi merupakan salah satu cara untuk membagi rata
kelompok eksperimen maupun control terhadap variable ekstraneus (pengganggu).
Dalam quasi experiment, peneliti menggunakan kelompok kontrol dan eksperimen
tetapi tidak secara acak memasukkan para partisipan ke dalam kedua kelompok
tersebut (nonrandom assignment) (Creswell, 2014: 238).

2. Variabel Penelitian Eksperimen


Variabel adalah kondisi atau karakteristik yang dimanipulasikan, dikontrol,
atau diobservasi. Ada beberapa istilah variable yang digunakan dalam penelitian
eksperimen, antara lain:
a. Variabel organismik atau variabel atribut, menunjuk pada karakteristik yang
tak dapat diubah oleh peneliti, misalnya umur, jenis kelamin, suku, dll.
Variabel tersebut dapat digunakan sebagai variable bebas.
b. Variabel acak, yaitu variable yang tidak akan mengganggu hasil eksperimen
sehingga dapat diabaikan.
c. Variabel intervensi, yaitu variable yang mungkin mempengaruhi hubungan
variable bebas-tergayut dan tidak dapat diukur secara langsung.
d. Variabel imbuhan (extraneous variable), yaitu factor lain yang harus
dikendalikan oleh peneliti karena dapat ikut mempengaruhi hasil eksperimen
selain variable bebas (Best, 1982: 85-86)
Variabel yang bukan merupakan focus penelitian harus diminimalisasi
pengaruhnya terhadap variable tergayut, dengan cara:
a. Meniadakan variable, dengan cara memilih sampel yang karakteristiknya sama
saja, misalnya menggunakan sampel peserta didik perempuan saja.
b. Penjodohan kasus, dengan cara memilih pasangan individu yang
karakteristiknya sama atau mendekati sama, kemudian memasukkan salah satu
ke kelompok control dan satunya ke kelompok eksperimen.
c. Penyeimbangan kasus (balancing case), dengan memilih subjek ke kelompok
eksperimen dan control sedemikian sehingga mendekati nilai rata-rata dan
varian kedua kelompok tersebut.
d. Analisis kovarian, dengan mengeliminasi perbedaan permulaan beberapa
variable kelompok control dan eksperimen dengan menggunakan statistika.
e. Pengacakan (randomisasi), dengan ini masing-masing subjek memiliki
kesempatan yang sama untuk masuk ke dalam kelompok sampel maupun
eksperimen (Best, 1982: 86-88).

3. Jenis-jenis Penelitian Pre-eksperimen


a. Studi kasus dengan satu bidikan (One-Shot Case Study)
Desain one shoot case study memiliki kelemahan utama yakni peneliti tidak
memiliki kelompok atau grup pembanding (reference group atau control group)
dan kedua peneliti tidak melakukan pengukuran sebelum perlakuan/ intervensi
diberikan. Secara skematis digambarkan sebagai berikut:
X ---- O
Keterangan:
X = kelompok yang diberi perlakuan/ intervensi X
O = pengukuran/ observasi

Jadi begitu kelompok eksperimen diberi perlakuan/ intervensi kemudian


sesudahnya diobservasi. Dengan demikian, tidak diketahui keadaan sebelum
dilakukan eksperimen. Asumsi yang digunakan bahwa sebelum eksperimen
dilakukan, kelompok tersebut sama sekali tidak memiliki kemampuan yang akan
diintervensi selama eksperimen berlangsung. Misalkan diketahui dengan pasti
bahwa subjek eksperimen sama sekali tidak ada yang mengenal mikroskop.
Dengan metode yang dikembangkan peneliti ingin mengganti metode
konvensional yang selama ini dipraktekkan di sekolah, yang rata-rata memerlukan
waktu 5 jam siswa baru bisa terampil menggunakan mikroskop. Dengan demikian,
informasi awal tersebut dijadikan parameter populasi (atau µ0). Dengan demikian,
ia dapat menguji hasil eksperimennya dengan menggunakan uji terhadap parameter
menggunakan uji t-student, karena setalah ia melakukan pengukuran setelah
perlakuan/ intervensi dikenakan, ia memiliki nilai statistik sampel berupa nilai
rata-rata (Ỹ) dan simpangan baku sampel sebagai penduga simpangan baku
populasi (Subali, 2017).
Contoh lain dari desain ini yaitu penggunaan model ceramah yang sudah
lama digunakan kemudian diterapkan baru yaitu model Problem Based Learning
(PBL) pada materi bakteri. Dengan model pembelajaran yang baru siswa berusaha
memecahkan permasalahan sendiri secara kontekstual dengan apa yang mereka
lihat dan juga siswa dapat berlatih berpikir kritis.
b. Rancangan Pra-Tes Pos-Tes pada Satu Kelompok (One-Group Pre-Test)
Pada jenis penelitian eksperimen one group pretest-posttest design biasanya
terdapat tiga langkah yaitu mengelola pretest mengukur variabel dependen,
menerapkan perlakuan eksperimental X pada subjek, dan mengelola posttest
mengukur variabel dependen. Perbedaan yang dikaitkan dengan penerapan
eksperimental kemudian dievaluasi dengan membandingkan skor pretest dan
posttest (Ary, D., Jacobs, 2010).
Pada desain ini terdapat kelemahan utama bahwa peneliti tidak
menggunakan kelompok/grup pembanding meskipun ia melakukan pengukuran
sebelum dan sesudah perlakuan/intervensi diberikan. Secara skematis dapat
dituliskan sebagai berikut:
O1 --- X ---- O2
Keterangan:
O1 = pengukuran/observasi sebelum perlakuan/ intervensi
X = kelompok yang diberi perlakuan/intervensi X
O2 = pengukuran/observasi setelah perlakuan/intervensi
Kelemahan desain ini bahwa jika perlakuan/intervensi dilakukan dalam
waktu yang singkat, dan yang diukur adalah penguasaan dalam aspek pengetahuan,
maka besar kemungkinan subjek penelitian masih mengingat soal-soal pretest yang
diujikan, sehingga ia akan berhasil lebih baik saat mengerjakan posttest. Hal ini
dikenal dengan istilah testing effect. Jika perlakuan/ intervensi berlangsung terlalu
lama juga akan timbul error yang disebabkan oleh maturation effect sejalan dengan
berkembangnya mental subjek penelitian (Subali, 2017).
Hasil eksperimen dengan desain ini dapat diuji dengan uji t-student untuk
data berpasangan bila memenuhi persyaratan parametrik atau diuji dengan uji
peringkat bertanda Wilcoxon bila tidak memenuhi persyaratan parametrik. Bila
desainnya diperluas sehingga ada k grup karena perlakuan/intervensinya dilakukan
lebih dari sekali, maka dapat diuji menggunakan uji ragam dwi arah bila memenuhi
persyaratan parametrik atau uji ragam berperingkat Friedmen bila tidak memenuhi
persyaratan parametrik (Subali, 2017).
Contoh yang menggambarkan penggunaan desain ini, asumsikan bahwa
seorang guru biologi SMA ingin mengevaluasi efektivitas teknik baru untuk
mengajar biologi kelas sepuluh. Pada awal tahun ajaran, siswa diberi tes standar
(pretest) yang tampaknya menjadi ukuran yang baik untuk pencapaian tujuan
biologi kelas sepuluh. Guru kemudian memperkenalkan teknik pengajaran baru
dan pada akhir semester mengelola tes standar yang sama (post test),
membandingkan skor siswa dari pretest dan posttest untuk menentukan apakah
paparan teknik pengajaran baru membuat perbedaan. Keterbatasan desain ini
adalah karena tidak ada kelompok kontrol yang digunakan, eksperimen tidak dapat
mengasumsikan bahwa peningkatan skor disebabkan oleh teknik baru.
Dua variabel asing (variabel pengganggu) yang jelas tidak dikontrol dalam
desain ini adalah sejarah dan pematangan. Hal-hal terjadi antara pretest dan post
test, selain perlakuan eksperimental yang dapat mempengaruhi pembelajaran.
Dalam contoh biologi, minat media yang luas terhadap pendidikan biologi,
peningkatan penekanan pada biologi di sekolah, atau pengenalan guru yang sangat
efektif dapat meningkatkan prestasi siswa di bidang ini. Atau yang menyebabkan
peningkatan absen dapat menekan prestasi. Antara pretest dan posttest, anak-anak
tumbuh mental dan fisik, dan mereka mungkin memiliki pengalaman belajar itu
dapat mempengaruhi prestasi mereka. Sejarah dan pematangan menjadi lebih
mengancam validitas internal karena waktu antara pra dan post test meningkat.
Instrumentasi dan regresi juga menghadirkan ancaman yang tidak terkendali
terhadap validitas internal desain ini.
Kelemahan lain adalah bahwa Desain 1 tidak memberikan cara untuk
menilai efek dari pretest. Kita tahu ada efek praktik ketika subjek mengikuti tes
untuk kedua kalinya atau bahkan mengambil bentuk lain dari tes atau mereka dapat
belajar sesuatu hanya dari mengikuti tes dan akan melakukan yang lebih baik
untuk kedua kalinya. Untuk mengatasi masalah ini, beberapa peneliti telah
menggunakan Desain 1 tanpa pretest. Namun, menghilangkannya pretest hanya
akan membuat desain yang buruk menjadi lebih buruk. Penelitian ini dilakukan
dalam desain eksperimental menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain
One-Group Pretest-Posttest. Penelitian eksperimental adalah penyelidikan ilmiah
di mana penyidik memanipulasi dan mengendalikan satu atau lebih variabel
independen dan mengamati variabel dependen atau variabel untuk.. Variasi
bersamaan dengan manipulasi variabel independen Penelitian eksperimental dapat
dilakukan di laboratorium, di kelas dan di lapangan (Ary, 2010).
c. The Static Group Comparison
Jenis penelitian eksperimen The Static Group Comparison menggunakan
dua atau lebih yang sudah ada sebelumnya atau utuh (kelompok statis, hanya satu
yang terkena perlakuan eksperimental. Meskipun desain ini menggunakan dua
kelompok untuk perbandingan. Ini merupakam kelemahan karena subjek tidak
secara acak ditugaskan ke kelompok dan tidak ada pretest yang digunakan. Peneliti
membuat asumsi bahwa kelompok tersebut setara dalam semua aspek yang relevan
sebelum studi dimulai dan berbeda hanya dalam penjelasan terhadap X. Untuk
mencoba menilai efek dari X treatment, peneliti membandingkan kelompok pada
variabel-variabel dependen (Ary, D., Jacobs, 2010).
Pada eksperimen dengan desain ini, peneliti menggunakan kelompok/grup
pembanding. Namun, ia tidak melakukan pengukuran sebelum perlakuan/
intervensi diberikan. Peneliti tidak melakukan pengacakan dalam arti random
asignment. Secara skematis dapat dituliskan sebagai berikut:
X1 ---- O1
X2 ---- O2
Keterangan:
O1 = pengukuran/ observasi sebelum perlakuan/ intervensi
X1 = kelompok yang diberi perlakuan X1 atau yang tidak diberi
perlakuan/ intervensi (sebagai kelompok pembanding)
O2 = pengukuran/ observasi setelah perlakuan/ intervensi
X2 = kelompok yang diberi perlakuan/ intervensi X2 (atau disingkat
kelompok perlakuan)

Kelemahan desain ini adalah bila tidak terpenuhinya asumsi bahwa kedua
kelompok (kelompok perlakuan dan kelompok pembanding) benar-benar homogen,
karena peneliti tidak melakukan pengacakan dalam arti random asigment, yakni
pengacakan agar setiap subjek eksperimen berpeluang sama untuk mendapatkan
suatu perlakuan (Subali, 2017).
Hasil eksperimen dengan desain ini dapat diuji dengan uji t-student untuk
data tidak berpasangan bila memenuhi persyaratan parametrik atau diuji dengan uji
U Mann-Whitney bila tidak memenuhi persyaratan parametrik. Bila desainnya
diperluas sehingga ada K grup, maka dapat diuji menggunakan uji ragam eksa arah
bila memenuhi persyaratan parametrik atau uji ragam berperingkat Kruskal-Wallis
bila tidak memenuhi persyaratan parametrik (Subali, 2017). Contoh desain
penelitian ini yaitu pengaruh perbedaan guru PPG dan non PPG terhadap
kemapuan berpikir ilmiah pada aspek iquiri siswa SMA kelas X.
d. Randomized Matched Equivalent Subject: Posttest Only Control-Group
Design
Pada eksperimen dengan desain ini, peneliti menggunakan kelompok/grup
pembanding yang diasumsika merupakan kelompok yang setara/equivalent tanpa
melakukan random asignment. Namun, ia tidak melakukan pengukuran sebelum
perlakuan/ intervensi diberikan. Ia hanya melakukan pengukuran setelah
perlakuan/ intervensi diberikan.
X1 ---- O1
X2 ---- O2
Keterangan:
O1 = pengukuran/observasi sebelum perlakuan/intervensi
X1 = kelompok yang diberi perlakuan X1 atau yang tidak diberi
perlakuan/intervensi (sebagai kelompok pembanding)
O2 = pengukuran/observasi setelah perlakuan/intervensi
X2 = kelompok yang diberi perlakuan/intervensi X2 (atau disingkat
kelompok perlakuan)
Desain ini diukur dengan 1Q atau skor membaca tentu saja variabel
pencocokan yang digunakan adalah variabel yang mungkin memiliki korelasi
signifikan dengan variabel dependen. Meskipun pretest tidak termasuk dalam
desain ini. Jika skor pretest pada variabel dependen tersedia, hal tersebut dapat
digunakan dengan efektif untuk prosedur pencocokan. Langkah-langkah
diterapkan sehingga skor anggota yang berlawanan sedekat mungkin.
Kelemahan desain ini adalah bila tidak terpenuhinya asumsi bahwa kedua
kelompok (kelompok perlakuan dan kelompok pembanding) benar-benar homogen,
karena peneliti tidak melakukan pengacakan dalam arti random asignmen, yakni
pengacakan agar setiap subjek eksperimen berpeluang sama untuk mendapatkan
suatu perlakuan (Subali, 2017).
Hasil eksperimen eksperimen dengan desain ini dapat diuji dengan uji
t-Student untuk data tidak berpasangan bila memenuhi persyaratan parametrik atau
diuji dengan uji U Mann-Whiney bila tidak memenuhi pesyaratan parametrik. Bila
desainnya diperluas sehingga ada k grup, maka dapat diuji menggunakan uji ragam
eka arah bila memenuhi persyaratan parametrik atau uji ragam berperingkat
Kruskal-Wallis bila tidak memenuhi persyratan parametrik. Contoh desain
penelitian ini yaitu pengaruh perbedaan guru lulusan S1 dan S2 terhadap
kemampuan berpikir ilmiah pada aspek inquiri siswa SMA kelas X.
e. Randomizet Control-Group Posttest Only Design

Pada eksperimen dengan desain ini, peneliti menggunakan kelompok/grup


pembanding. Kedua kelompok diacak dengan prinsip random assigment. Namun,
ia tidak melakukan pengukuran sebelum perlakuan/intervensi diberikan. Ia hanya
melakukan pengukuran setelah perlakuan/intervensi diberikan. Secara skematis
dapat dituliskan sebgai berikut.
X1 ---- O1
X2 ---- O2
Keterangan:
O1 = pengukuran/ observasi sebelum perlakuan/ intervensi
X1 = kelompok yang diberikan perlakuan X1 atau yang tidak diberi
perlakuan/ intervensi (sebagai kelompok pembanding)
O2 = pengukuran/ observasi setelah perlakuan/ intervensi
X2 = kelompok yang diberi perlakuan / intervensi X2 (atau disingkat
kelompok perlakuan)
Catatan : subjek penelitian diundi untuk memenuhi syarat random
asigment

Kelemahan desain ini adalah karena peneliti tidak melakukan pretest, ia


tidak akan mengetahui ada tidaknya efek interaksi pretest dan treatment. Hasil
eksperimen dengan desain ini dapat diuji dengan uji t-Student untuk data yang
tidak berpasangan bila memenuhi persyaratan parametrik atau diuji dengan uji U
Mann-Whitney bila tidak memenuhi persyaratan parametrik. Bila desainnya
diperluas sehingga ada k grup, maka dapat diuji menggunakan uji ragam eka arah
bila memenuhi persyaratan parametrik atau uji ragam berperingkat Kruskal-Wallis
bila tidak memenuhi persyaratan parametrik. Contoh desain ini yaitu pengaruh
metode pembelajaran inquiry terhadap kemampuan berpikir kritis siswa.
4. Jenis-jenis Penelitian Eksperimen Sejati
Berikut Rancangan True Experiment (Creswell, 2014:243-244)
a. Rancangan Pra-Tes Pos-Tes pada kelompok kontrol (Pre-Test Post-Test
Control Group Design)
Rancangan ini merupakan rancangan klasik dan tradisional yang
menerapkan prosedur random assignment (R) pada para partisipan untuk
ditempatkan ke dalam dua kelompok (A dan B). Peneliti menerapkan pre-test dan
post-test pada dua kelompok ini. Meski demikian, yang di-treatment hanya
kelompok eksperimen (A) saja.
Kelompok A R O X O
Kelompok B R O O
Kelemahan desain ini adalah karena peneliti tidak memiliki kelompok yang
tanpa diberi pretest, sehingga ia tetap tidak dapat menyelidiki efek interaksi
perlakuan dengan pretest. Hasil eksperimen dengan desain ini dapat diuji dengan
uji ragam multi jalur pola kovarians, dimana pretest dijadikan kovariabel, termasuk
bila desainnya diperluas. Bila tidak memenuhi persyaratan parametrik maka diuji
menggunakan kombinasi uji peringkat bertanda Wlcoxon dan uji U Mann-Whitney.
Contoh desain ini yaitu pengaruh metode pembelajaran inquiry terhadap
kemampuan berpikir kritis siswa.

b. Rancangan Pos-Tes pada kelompok-kontrol (Post-Test-Only Control-Group


Design)
Rancangan post test ini merupakan salah satu rancangan eksperimen yang
cukup populer dan diterapkan karena pre-test memberikan efek-efek yang kurang
diharapkan. Para partisipan dikategorisasikan atau ditempatkan secara acak
(random assignment) dalam dua kelompok. Peneliti sama-sama melakukan post
test pada kedua kelompok tersebut, dan hanya kelompok eksperimen (A) saja
di-treatment.
Kelompok A R X O
Kelompok B R O
Desain ini mengatasi kelemahan desain sebelumnya karena ia dapat
mengetahui efek interaksi pretest dengan perlakuan meskipun tidak secara
langsung. Hasil eksperimen dengan desain ini dapat diuji dengan uji ragam multi
jalur pola kovarians, dimana pretes dijadikan kovariabel, termasuk bila desainnya
diperluas, dikombinasi dengan uji t untuk melihat efek interaksi pretest dan
perlakuan. Bila tidak memenuhi persyaratan parametrik maka diuji menggunakan
kombinasi uji peringkat bertanda Wlcoxon dan uji U Mann-Whitney. Contoh
desain ini yaitu pengaruh metode pembelajaran inquiry terhadap kemampuan
berpikir kritis siswa (dua kelas pretest dan satu tanpa pretest).
c. Rancangan Solomon empat-Kelompok (Solomon Four-Group Design)
Rancangan ini merupakan salah satu bentuk rancangan faktorial 2 x 2 yang
menerapkan prosedur random assigment (R) pada para partisipan untuk
dikategorisasi ke dalam empat kelompok (A, B,C, dan D). Peneliti bisa
memberikan pre-test dan treatment secara variatif pada masing-masing kelompok.
Hanya saja, peneliti harus melakukan post-test untuk semua Kelompok tersebut,
tanpa terkecuali.
Kelompok A R O X O
Kelompok B R O O
Kelompok C R X O
Kelompok D R O
Desain ini mengatasi kelemahan desain sebelumnya karena ia dapat
mengetahui efek interaksi pretest dengan perlakuan secara langsung. Hasil
eksperimen dengan desain ini dapat diuji dengan uji ragam multi jalur pola
kovarians, dimana pretest dijadikan kovariabel, termasuk bila desainnya diperluas,
dikombinasi dengan uji t untuk melihat efek interaksipretest dan perlakuan. Bila
tidak memenuhi persyaratan parametrik maka diuji menggunakan kombinasi uji
peringkat bertanda Wlcoxon dan uji U Mann-Whitney. Contoh desain ini yaitu
pengaruh metode pembelajaran inquiry terhadap kemampuan berpikir kritis siswa
(dua kelas pretest dan dua kelas tanpa pretest).
5. Faktorial design

Rancangan faktorial (berfaktor) bukan bagian dari true experiment bila


tidak ada rmanipulasi faktor sebelum penelitian dilakukan. Artinya,
variabel-variabel bebas yang diteliti sudah ada variansinya di lapangan. Disebut
eksperimen faktorial atau eksperimen berfaktor karena melibatkan lebih dari satu
variabel bebas yang dijadikan faktor, dan kedua faktor tersebut secara teoritik
ada interaksinya. Dalam eksperimen faktorial peneliti dapat melibatkan dua faktor
sehingga disebut eksperimen faktorial bifaktor. Peneliti juga dapat melibatkan tiga
faktor sehingga disebut eksperimen faktorial trifaktor. Contohnya yaitu efektivitas
kombinasi metode dan model pembelajaran pada hasil belajar kognitif/
kemampuan berpikir saintifik, hasil penelitian dapat berupa variabel bersarang
(nested) atau berupa efektivitas kombinasi variabel (faktorial).
B. Pelaksanaan
Prosedur pelaksanaan penelitian eksperimen adalah sebagai berikut (Cohen
& Manion, 1984: 168).
1. Merumuskan tujuan
2. Mengidentifikasi dan menetapkan rumusan masalah.
3. Menyusun hipotesis
4. Memperhitungkan populasi yang ingin dibuat generalisasi dengan memutuskan
ukuran sampel dan metode pengambilan sampel.
5. Memilih instrumen, uji, dan metode analisis data yang akan digunakan.
6. Melakukan uji coba metode eksperimen untuk mengidentifikasi hambatan yang
berhubungan dengan penelitian.
7. Melakukan eksperimen dengan menggunakan rancangan yang sesuai
8. Memproses data, menganalisis hasil penelitian dan menyusun laporan.
Dalam rancangan eksperimen (experimental design) yang menerapkan
informasi kategoris untuk variable bebas dan informasi berkelanjutan untuk
variable terikat, peneliti dapat menerapkan statistika inferensial tergantung pada
data penelitian. Peneliti dapat menerapkan t-test, analysis of variance (ANOVA),
analysis of covariance (ANCOVA), atau multivariate analysis of variance
(MANOVA-multiple dependent measures). Akan tetapi apabila berupa data
nonparametrik (tidak homogen dan atau tidak terdistribusi normal), peneliti dapat
menggunakan statistika nonparametrik.
1) Uji Beda
a. Satu Variabel
Nilai Parametrik/ Dependen/
Uji
rata-rata Nonparametrik Independen
Dependen Uji t data dependen
Parametrik
Independen Uji t data independen
2 nilai
Dependen Uji peringkat bertanda Wilcoxon
rata-rata
Nonparametrik Independen Uji peringkat berjenjang U
Mann- Whitney
Dependen Two way ANOVA
Parametrik
Independen One way ANOVA
>2 nilai
Dependen Uji Varians bertingkat Friedman
rata-rata
Nonparametrik Independen Uji peringkat bertanda Kruskal
Wallis
b. Lebih dari Satu Variabel
Analisis Multivariat
2) Uji Hubungan Antarvariabel
a. Uji regresi
Uji regresi digunakan untuk mencari model matematika untuk
menjelaskan hubungan antara variabel bebas dan tergayut. Hubungan
antara dua variable merupakan hubungan stimulus respons (kausatif).
b. Uji Korelasi
Uji korelasi digunakan untuk mengukur derajat hubungan antara dua
variable yang memiliki hubungan simetris. Keeratan hubungan dinyatakan
dalam bentuk koefisien korelasi (C). Uji korelasi data parametric
menggunakan uji korelasi “product moment” Pearson, sedangkan non
parametric menggunakan uji korelasi berperingkat Spearman.
c. Uji Chi-square
Apabila data yang dimiliki oleh peneliti merupakan data cacah
sehingga berbentuk data frekuensi, maka uji yang dilakukan untuk melihat
ada tidaknya perbedaan yang terjadi akibat adanya perlakuan atau
perubahan kondisi menggunakan uji Chi-square (χ2). Uji ini juga
digunakan untuk melihat besarnya hubungan antara dua variable yang
dinyatakan dalam bentuk koefisien asosiasi atau koefisien kontingensi (C)
(Bambang Subali, 2011: 4.23-5.64)
Masalah Validitas Internal dan Eksternal
Ada dua macam validitas, yaitu validitas internal dan eksternal. Campbell
& Stanley dan Bracht & Glass (dalam Cohen & Manion, 1984: 164) membedakan
validitas internal dan eksternal. Validitas internal berhubungan dengan pertanyaan,
apakah perlakuan eksperimen menyebabkan adanya perbedaan pada eksperimen
yang ketat? Sedangkan validitas eksternal berhubungan dengan pertanyaan: pada
populasi atau setting seperti apakah kesimpulan penelitian dapat digeneralisasikan?
John. W. Best (1982) menjelaskan bahwa peneliti mempunyai 2 tujuan
besar, yaitu:
1) Berusaha menentukan apakah faktor-faktor yang telah dimodifikasi
benar-benar memberikan pengaruh atau efek sistematis pada latar eksperimen,
dan apakah tampakan gejala/peristiwa yang diobservasi benar-benar tidak
dipengaruhi oleh faktor-faktor yang tidak dikontrol. Bila tujuan tersebut
tercapai, berarti mencapai validitas inernal (internal validity) dari suatu
eksperimen.
2) Menentukan hubungan-hubungan sistematis yang telah diidentifikasi,
dikontrol dan diukur sehingga dapat digeneralisasikan atau dapat digunakan
untuk memprediksi hubungan-hubungan di luar latar eksperimen. Sepanjang
hal itu dicapai, berarti suatu ukuran menggambarkan validitas eksternal
(external validity).

C. Pelaporan
Dalam laporan interpretasi, peneliti harus menjelaskan hal-hal sebagai berikut:
1. Apakah hipotesis tersebut disetujui atau ditolak?
2. Apakah treatment yang diimplementasikan benar-benar menciptakan perbedaan
bagi para partisipan?
3. Alasan mengapa hasil signifikan atau tidak signifikan berdasarkan literatur, teori
atau logika persuasif.
4. Adakah hasil penelitian yang muncul karena prosedur eksperimental yang tidak
tepat atau karena adanya ancaman terhadap validitas internal dan eksternal?
5. Bagaimana menggeneralisasi hasil.
6. Dampak dari hasil penelitian terhadap populasi yang diteliti atau bagi penelitian
selanjutnya (Creswell, 2014: 251).
D. Contoh Penelitian
1. Pre-eksperimen

- Latar belakang : Proses pembelajaran di SMA N 1 Lasem masih berpusat pada


guru (Teacher Centered Learning). Permasalahan pembelajaran ini dapat diatasi
dengan kegiatan laboratorioum dilaksanakan berbasis inkuiri. Siswa dapat
mengamati fenomena, merumuskan masalah, membuat hipotesis, menguji
hipotesis denga melakukan percobaan, menganalisis data, dan membuat
kesimpulan.
- Jenis Penelitian : Pre-eksperimen dengan desain One Shot Case Study
menggunakan sampel 64 siswa kelas XI SMA N 1 Lasem.
- Data penelitian : data aktivitas siswa, hasil belajar siswa, tanggapan siswa dan
guru.
- Data aktivitas siswa, hasil belajar siswa dan tanggapan siswa dianalisis secara
deskriptif kuantitatif, sedangkan data tanggapan guru dianalisis secara deskriptif.
- Hasil penelitian:
 Lebih dari 75% siswa sangat aktif sebesar 89,84%
 89,06% siswa mencapai ketuntasan belajar
 Lebih dari 75% memberikan tanggapan yang sangat baik terhadap
pembelajaran.
- Kesimpulan: Kegiatan laboratorium berbasis inkuiri efektiff diterapkan pada
pembelajaran materi sistem pernapasan manusia di SMA N 1 Lasem.

2. Eksperimen Sejati

- Jenis penelitian : Eksperimen sejati dengan desain Posttest Only Control Group
Design
- Populasi : siswa Kelas 11 IPA MAN Tempursari-Ngawi. Sampel : 45 siswa dari
11 IPA 1, 11 IPA 2 dan 11 IPA 3 dengan teknik pengambilan sampel : simple
random sampling,
- Variabel bebas : penggunaan model Open inquiry dan Guided inquiry. Variabel
terikat : kemandirian belajar siswa dan hasil belajar siswa berfikir tingkat tinggi.
- Analisis data: analisis varians satu jalur (One way ANOVA).
- Hasil: terdapat perbedaan kemandirian belajar dan kemampuan berfikir tingkat
tinggi siswa pada model pembelajaran Open Inquiry dan Guided inquiry. siswa
dengan pembelajaran Open Inquiry dan Guided inquiry memiliki kemandirian
belajar lebih baik daripada perlakuan kontrol.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penelitian eksperimen yang dikategorikan sebagai penelitian pra-eksperimen atau
penelitian yang belum sepenuhnya memperhatikan prinsip eksperimen, yakni adanya
kelompok atau grup pembanding (reference group atau control group) dan/ atau
adanya kontrol yang ketat terhadap suppressor/ nuisance variable. Pada rancangan
pra-experimental, peneliti mengamati satu kelompok utama dan melakukan intervensi
di dalamnya sepanjang penelitian. Pada rancangan ini, tidak ada kelompok kontrol
untuk diperbandingkan dengan kelompok eksperimen.

Penelitian eksperimen pendidikan dapat dipisahkan menjadi penelitian


pra-eksperimen (pre-experiment), eksperimen sesungguhnya (true experiment), dan
eksperimen semu (quasy experiment). Ketiga jenis penelitian eksperimen tersebut
dibedakan atas kemampuan peneliti mengontrol variabel penekan/ pengganggu
(suppressor variable atau nuisance variable atau extraneus variable, meskipun ada
yang mendefinisikan extraneus variable adalah semua variabel selain independent
variable dan dependent variable).
DAFTAR PUSTAKA

Bambang Subali. 2011. Biometri. Jakarta: Universitas Terbuka.


Best, John W. 1982. Metode Penelitian Pendidikan. Surabaya: Usana Offset.
Cohen, Louis dan Lawrence Manion. Research Methods in Education. Inggris:
Biddles, Ltd.
Creswell, John. 2014. Research Design. Singapore: SAGE Publications Ltd.
Donald, Ary et al. 2010. Introduction in Research Education 8th Edition. USA:
Wadsworth, Cengage Learning.
Laily Mu’ayadah, Nur Rahayu Utami, Supriyanto. 2012. “Efektivitas Kegiatan
Laboratorium Berbasis Inkuiri pada Materi Sistem Respirasi Manusia” dalam
Unnes Journal of Biology Education 1 (1) (2012) 79-85.
Novita Adiqka Putri, Nurwidodo, dan Yuni Pantiwati. 2014. “Perbedaan Model
Pembelajaran Open Inquiry dan Guided Inquiry Berdasarkan Kemandirian Belajar
dan Berfikir Tingkat Tinggi pada Mata Pelajaran Biologi Kelas 11 MAN
Tempursari – Ngawi” dalam Jurnal Pendidikan Biologi Indonesia Vol 1 No 4.
Hlm. 27-34.

Anda mungkin juga menyukai