Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KONSEP KEWIRAUSAHAAN ISLAM

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah “Etika Bisnis Islam”

Dosen Pengampu: Jaya Miharja, M.Si

1. Suci Ramadhani Putri (170201027)


2. Dedi Hardianto (170201036)
3. Dara Karindayani (170201022)

JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARIAH (MUAMALAH)

FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM

2019/2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb.

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Shalawat dan salam senantiasa kita haturkan kepada Nabi
Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam yang gelap gulita menuju alam
yang terang benderang. Dan semua perkataan, perbuatan, pengakuan dan sifatnya
adalah panutan bagi semua umatnya.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “Etika Bisnis Islam"
pada jurusan Hukum Ekonomi Syariah, Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram.
Makalah ini berjudul “Konsep Kewirausahaan Islam” yang akan membahas tentang
apa saja problematika dalam praktik gadai dan fidusia.

Demikianlah yang dapat kami sampaikan, kurang lebihnya kami mohon maaf
bila ada salah-salah kata. Sesungguhnya segala kekurangan dan kesalahan itu
datangnya dari kami sendiri. Sedangkan segala kelebihan itu datangnya dari Allah
SWT semoga Allah SWT meridhai kita. Tiada gading yang tak retak. Sekian.

Wassalamu’alaikum wr.wb.

Mataram, 10 Oktober 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1

A. Latar Belakang ................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 2

C. Tujuan ................................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................. 3

A. Pengertian Kewirausahaan Islam ....................................................................... 3

B. Pentingnya Kewirausahaan Islam ...................................................................... 6

C. Konsep Kewirausahaan Islam ............................................................................ 8

BAB III PENUTUP .................................................................................................... 13

A. Kesimpulan ...................................................................................................... 13

B. Saran ................................................................................................................. 13

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al-Qur’an merupakan kitab suci yang memberikan petunjuk


kepada jalan yang benar, memberi kabar gembira pada muslim yang
mengajarkan amal shaleh. Al-Qur’an diturunkan Allah SWT yang di
wahyukan kepada Nabi Muhammad SAW dengan membawa kebaikan
dan kebenaran. Tujuan diturunkannya Al-Qur’an sebagai petunjuk (hudâ),
penerang jalan hidup (bayyinât) pembeda antara yang benar dan yang
salah (furqân), penyembuh penyakit hati (syifâ), nasihat atau petuah
(mau,idzah) dan sumber informasi (bayân).1 Sebagai sumber informasi
Al-Qur’an mengajarkan banyak hal kepada manusia; dari persoalan
keyakinan, moral, prinsip-prinsip ibadah dan muamalah sampai kepada
asas-asas ilmu pengetahuan dalam berdagang (wirausaha).

Implementasi konsep berwirausaha syariah masyarakat Indonesia


pada dasarnya memiliki dua dimensi yaitu dimensi horizontal dan dimensi
vertikal, dimana dimensi vertikal berkaitan dengan hubungan manusia
dengan tuhan (hablumminallah) dan dimensi horizontal berkaitan dengan
hubungan manusi dengan manusia (hablumminannas).

Agama dan aktivitas wirausaha memiliki hubungan yang komplek


dan saling tergantung. Penelitianpenelitian terkini mengenai hubungan
agama dan kewirausahaan menunjukkan bahwa agama mempengaruhi
aktivitas kewirausahaan. Agama mampu mempengaruhi keputusan umat
manusia untuk menjadi pengusaha karena merupakan kewajiban untuk
memenuhi kebutuhan.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian kewirausahaan Islam?
2. Bagaimana arti penting kewirausahaan Islam?
3. Bagaimana konsep kewirausahaan dalam Islam?
C. Tujuan
1. Apa pengertian kewirausahaan Islam.
2. Bagaimana arti penting kewirausahaan Islam.
3. Bagaimana konsep kewirausahaan dalam Islam.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kewirausahaan Islam

Kewirausahaan berasal dari kata dasar Wirausaha. Wirausaha dari segi


etimologi berasal dari kata wira dan usaha. Wira, berarti pejuang, pahlawan,
manusia unggul, teladan, berbudi luhur, gagah berani dan berwatak agung.
Usaha, berarti perbuatan amal, berbuat sesuatu. Sedangkan, Pengertian
Kewirausahaan (Inggris: Entrepreneurship) atau Wirausaha adalah proses
mengidentifikasi, mengembangkan, dan membawa visi ke dalam kehidupan.

Visi tersebut bisa berupa ide inovatif, peluang, cara yang lebih baik
dalam menjalankan sesuatu. Hasil akhir dari proses tersebut adalah penciptaan
usaha baru yang dibentuk pada kondisi risiko atau ketidakpastian. Jadi, secara
umum pengertian kewirausahaan adalah kegiatan penciptaan bidang usaha yg
baru. Istilah wirausaha sering dipadankan dengan istilah wirasawasta. Secara
etimologis, wiraswasta terdiri dari tiga kata: wira, swa, dan sta yang masing-
masing berarti berani, sendiri, dan berdiri. Adapun secara istilah, wiraswasta
berarti keberanian, keutamaan, serta keperkasaan dalam memenuhi kebutuhan
serta memecahkan permasalahan hidup dengan kekuatan yang ada pada diri
sendiri.1

Kewirausahaan disebut dengan istilah entrepreneurship dalam kamus


sering diartikan dengan istilah kewiraswastaan. Sedangkan entrepreneurship
itu sendiri diambil atau diserap dari dalam bahasa dari bahasa perancis yaitu
entreprende yang berarti melakukan atau dalam bahasa Inggris sering
diartikan “in beetween taker” di antara-pengambil dan “go-beetwen” menuju -

3
antara.2 Di sini di artikan bahwa kewirausahaan adalah melakukan sesuatu
dengan segala aspek yang ada baik faktor produksi-lahan kerja, tenaga kerja,
modal untuk mendapatkan sebuah peluang usaha baru baik berupa profit dan
non profit.

Sedangakan dalam Lampiran Keputusan Menteri Koperasi dan


Pembinaan Pengusaha Kecil Nomor 961/KEP/M/XI/1995, dicantumkan
bahwa:

1. Wirausaha adalah orang yang mempunyai semangat, sikap, perilaku dan


kemampuan kewirausahaan.
2. Kewirausahaan adalah semangat, sikap, perilaku dan kemampuan
seseorang dalam menanganai usaha atau kegiatan yang mengarah pada
upaya mencari, menciptakan serta menerapkan cara kerja, tekhnologi dan
produk baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan
pelayanan yang lebih baik dan atau memperoleh keuntungan yang lebih
baik.

Beberapa pengertian Kewirausahaan Menurut para Ahli adalah sebagai


berikut:

Soeparman Spemahamidjaja mendifinisikannya sebagai suatu


kemampuan (ability) dalam berfikir kreatif dan berperilaku inovatif yang
dijadikan dasar, sumber daya, tenaga penggerak tujuan, siasat kiat dan proses
dalam menghadapi tantangan hidup.

S. Wijandi mendifinisikannya sebagai suatu sifat keberanian,


keutamaan dalam keteladanan dalam mengambil resiko yang bersumber pada
kemampuan sendiri.

2
Robert D. Hisrich, Entrepreneurship Kewirausahaan, ( Salemba Barat, Jakarta: 2008), hlm.
6.

4
Richard Cantillon mendifinisikannya sebagai bekerja sendiri (self-
employment).

Drucker mendefinikannya sebagai suatu kemampuan untuk


menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (ability to create the new and
different).

Zimmerer mendefinisikannya sebagai suatu proses penerapan


kreativitas dan inovasi dalam memecahkan persoalan dan menemukan
peluang untuk memperbaiki kehidupan.

Dari definisi tentang Entrepreneurship di atas terdapat 3 tema penting


yang dapat di identifikasi:

1. Pursuit of opportunities, mampu membaca peluang karena perubahan


situasi dan lingkungan sekitar baik lingkungan sosial maupun lingkungan
alam.
2. Innovation, melakukan perubahan baik pada bentuk, cara maupun produk
yang dihasilkan berbeda dan mengalami kemajuan dari sebelumnya.
3. Growth. Menginginkan pertumbuhan yang lebih besar dan semakin besar
dengan segala kreatifitas dan inovasi yang baru untuk menghindarkan
kejenuhan dan kebosanan.

Gambaran ideal manusia wiraswasta adalah orang yang dalam keadaan


bagaimanapun daruratnya, tetap mampu berdiri atas kemampuan sendiri untuk
menolong dirinya keluar dari kesulitan yang dihadapinya, termasuk mengatasi
kemiskinan tanpa bantuan instansi pemerintah atau instansi sosial. Dalam
keadaan yang biasa (tidak darurat) manusia-manusia wiraswasta bahkan akan
mampu menjadikan dirinya maju, kaya, dan berhasil lahir dan batin.

Simpulannya adalah wirausaha sama saja dengan wiraswasta,


walaupun rumusnya berbeda-beda tetapi isi dan karakteristiknya sama.

5
Namun ada perbedaan penekanan antara kedua istilah tersebut. Wirausaha
lebih menekankan pada jiwa dan semangat yang kemudian diaplikasikan
dalam segala aspek kehidupan, sedangkan wiraswasta lebih fokus pada obyek,
pada usaha yang mandiri.

B. Pentingnya Kewirausahaan Islam

Kewirausahaan dan perdagangan dalam pandangan Islam merupakan


aspek kehidupan yang dikelompokkan ke dalam masalah muamalah. Masalah
yang erat kaitannya dengan hubungan yang bersifat horisontal, yaitu
hubungan antar manusia yang akan dipertanggungjawabkan kelak di akhirat.

Manusia diperintahkan untuk memakmurkan bumi dan membawanya


ke arah yang lebih baik serta diperintahkan untu berusaha mencari rizki.
Dalam mencari rizki maka harus mencari pintu yang terbuka lebar dan jumlah
yang banyak yang bagikan oleh Allah Swt. Pintu rizki yang banyak dan
terbuka lebar adalah melalui kewirausahaan.

Semangat kewirausahaan terdapat dalam QS. Hud ayat 61, QS. Al-
Mulk ayat 15, dan QS. Al-Jumuh ayat 10. 8 Sehingga jelas bahwa dalam
Alquran tidak membedakan antara wirausaha dengan agama. Hal sebaliknya
terjadi Alquran sangat mendukung adanya peningkatan kualitas dalam
kewirausahaan.

Kewirausahaan dalam Islam merupakan suatu ibadah yang akan


mendapatkan pahala apabila dilaksanakan dan salah satu penulis seminar
internasional (Nur Suhaili Ramli, Auckland, New Zealand dalam tulisan
Islamic Entrepreneurship) mengatakan kewirusahaan merupakan fardhu
kifayaah. Ketrampilan masing masing individu wajib dikembangkan tetapi
tidak semua orang harus memiliki skill yang sama.

6
Lebih detailnya Nur Suhaili mengatakan rumusan kewirausahaan
dalam Islam adalah:3

1. Kewirausahaan merupakan bagian integral dari agama Islam.


2. Berdasarkan sifat manusia, para pengusaha Muslim 'khalifah' yang diutus
Allah (SWT) dan memiliki tanggung jawab mengembangkan
kemakmuran dan melihat bisnis sebagai bagian dari ibadah dan perbuatan
baik.
3. Kewirausahaan sebagai Motivasi. Keberhasilan dalam Islam bukan hanya
diukur dengan hasil akhir tetapi juga cara dan sarana untuk mencapai
mereka.
4. Kewirausahaan sebagai bagian dari Ibadah. kegiatan usaha adalah bagian
dari ibadah atau "perbuatan baik"
5. Posisi Kewirausahaan dan bisnis dalam Islam: - Islam mendorong
umatnya untuk menjelajah ke bisnis. Nabi Muhammad SAW mengatakan
bahwa 9 dari 10 sumber rizki (livlihood) dapat ditemukan dalam bisnis.
6. Kewirausahaan merupakan bagian dari Sistem Ekonomi Islam.
Kewirausahaan Islam harus beroperasi dalam domain sistem Ekonomi
Islam dan bertindak sebagai kendaraan menuju penerimaan global Sistem
ini.
7. Prinsip-prinsip Kewirausahaan Islam diambil dari hasanah ilmu di
Alquran dan Alhadits
8. Etika kewirausahaan yang baik adalah etika kewirausahaan berdasarkan
perilaku teladan dari Nabi Muhammad SAW.

3
Sri Wegati, Kewirausahaan Islam (Aplikasi dan Teori), (UIN Sunan Ampel, Surabaya:
2016), hlm. 11.

7
C. Konsep Kewirausahaan Islam

Nabi Muhammad SAW mengajarka melakukan berwirausaha dan


transaksi dilakukan secara jujur, adil dan jangan membuat konsumen kecewa.
Allah SWT berfirman dalam Surat Ar-Ra’d:11:

   


   
       
    
    
      
     

Artinya: Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya


bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas
perintah Allah[767]. Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan
sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan[768] yang ada
pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan
terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan
sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.

Selain dalam Al-Qur’an, dalam hadits dijelakan. Nabi Muhammad


SAW bersabda “Berusaha untuk mendapatkan penghasilan halal merupakan
kewajiban, disamping sejumlah tugas lain yang telah diwajibkan”. (H.R.
Baihaqi). Dalam HR.Bukhari, Nabi Muhammad SAW bersabda “Tidak ada
satupun makanan yang lebih baik daripada yang dimakan dari hasil keringat
sendiri”.

Konsep berwirausaha dalam islam dikenal dengan istilah tijarah


(berdagang atau bertransaksi). Konsep berwirausaha dalam Islam yang

8
mengacu pada konsep wirausaha Nabi Muhammad SAW yang perlu ditiru
dan diterapkan umat muslim, sebagai berikut:4

1. Shiddiq (Benar dan Jujur)

Shiddiq artinya adalah berkata benar dan jujur. Seorang wirausaha


islam harus mampu meniru sifat Rasulullah SAW yaitu berkata benar,
bertindak benar atau diam saja (jika tidak mampu berkata dan bertindak
benar). Artinya baik pemimpin ataupun karyawan dalam berwirausaha
harus bisa berperilaku benar dan jujur kepada setiap keputusan dan
tindakan, jujur terhadap konsumen, pesaing sehingga usaha yang
dijalankan dikelola dengan prinsip kebenaran dan kejujuran. Jujur dalam
hal berkaitan dengan pada saat bertransaksi dengan nasabah,
mengedepankan kebenaran informasi, menjelaskan keunggulan barang.
Jika ada kelemahan atau cacat pada produk, maka disampaikan kepada
calon pembeli.

Dalam berwirausaha kejujuran sangat penting karena bentuk


kesungguhan dan ketepatan (mujahadah dan itqan) dalam hal ketepatan
waktu, janji, pelayanan, pelaporan, mengakui kelemahan dan kekurangan,
menjauhkan diri dari berbuat bohong dan menipu (baik kepada diri
sendiri, teman sejawat, perusahaan maupun mitra kerja).

2. Amanah (Dapat Dipercaya)


Amanah yaitu sifat kepercayaan baik dari dari sisi internal maupun
eksternal. Amanah dan bertanggung jawab merupakan kunci sukses dalam
menjalankan wirausaha. Memiliki sifat amanah akan membentuk

4
Bahri, Kewirausahaan Islam: Penerapan Konsep Berwirausaha dan Bertransaksi Syariah
dengan Metode Dimensi Vertikal (Hablumminallah) dan Dimensi Horizontal (Hablumminannas),
Jurnal Ekonomi Syariah dan Bisnis Volume 1 Nomor 2 November 2018, hlm 78-80.

9
kredibilitas yang tinggi dan sikap penuh tanggung jawab pada setiap diri
seorang muslim.
Sifat amanah memainkan peranan yang fundamental dalam
ekonomi dan bisnis, karena tanpa kredibilitas dan tanggung jawab
,kehidupan ekonomi dan bisnis akan hancur. Tugas manusia adalah
amanah dari Allah yang harus dipertanggungjawabkan. Implikasi dari cara
pandang ini adalah pengakuan sekecil apapun upaya dan perbuatan
manusia, baik atau buruk, tetap mendapat perhatian dari Allah dan akan
mendapatkan balasan yang kembali pada dirinya sendiri.
Sekecil apapun upaya dan perbuatan manusia, baik atau buruk,
tetap mendapat perhatian dari Allah dan akan mendapatkan balasan yang
kembali pada dirinya sendiri. Manusia bebas memilih jalan yang salah,
musyrik, munkar yang akan mengantarkannya pada kerusakan, kesesatan
dan kehancuran moral. Sebagai konsekuensinya, jika manusia berbuat
kebaikan, maka dia diberi pahala dan kehidupan yang baik.
3. Tabligh (Argumentatif/Komunikatif)

Tabligh yaitu kemampuan menyampaikan, kemampuan


berkomunikasi efektif. Wirausaha yang efektif merupakan kempuan
menyampaikan komunikasi. Kewajiban semua Nabi untuk menyampaikan
kepada manusia apa yang diterima dari Allah berupa wahyu yang
menyangkut didalamnya hukum agama. Dalam sudut pandang
kewirausahaan berbasis syariah, tuhan telah memberikan kemampuan
Istimewa pada manusia, tentu sudah sepantasnya manusia juga memilih
jalan hidup yang istimewa dengan kemampuan yang dimilikinya.

Para wirausahawan harus mampu melatih diri dalam


menyampaikan ide dan produk bisnisnya, harus mampu menyampaikan
dan mempromosikan keunggulan-keunggulan produk dengan menarik dan
tepat sasaran, serta mampu mengkomunikasikannya secara tepat dan

10
mudah dipahami oleh siapapun yang mendengarkannya. Hal yang paling
penting harus mampu menjembatani antara pihak perusahaan dan pihak
customer.

4. Fathonah (Cerdas dan Bijaksana)

Sifat fathonah merupakan memiliki kecerdasan dalam berbisnis.


Dalam hal ini, pengusaha yang cerdas merupakan pengusaha yang mampu
memahami, menghayati dan mengenal tugas dan tanggung jawab
bisnisnya dengan sangat baik.

Dalam kewirausahaan berbasis syariah, Allah menghendaki


manusia bersikap cerdas dalam menyikapi kehidupan. Allah telah
menyediakan dan memudahkan alam ini bagi manusia. Allah juga telah
menganugerahi manusia potensi berupa berbagai kemampuan mengelola
dan mengatur alam. Manusia cerdas adalah manusia yang pandai
memanfaatkan alam untuk memenuhi kebutuhan fisik dan psikisnya
seraya tetap mengharapkan ridho dari Allah SWT.

Dalam berwirausaha sifat fathanah adalah bahwa semua kegiatan-


kegiatan dalam suatu perusahaan harus dilakukan dengan kecerdasan,
dengan memanfaatkan potensi akal dan pikiran yang ada untuk mencapai
tujuan. Memiliki sifat jujur, benar, dan bertangguang jawab tidak cukup
dalam mengelola bisnis secara profesional. Para pelaku wirausaha juga
harus memiliki sifat fathanah, yaitu sifat cerdas, cerdik, dan bijaksana
agar usahanya labih efektif dan efisien.Wirausaha cerdas harus selalu
melatih diri dalam mengasah kecerdasan karena wirausaha diperlukan visi,
kreatifitas, ketekunan, inovasi dan kreativitas agar barang atau produk
diterima oleh

11
Bisnis adalah perdagangan dunia, sedangkan melaksanakan kewajiban
syariat adalah perdagangan akhirat. Keuntungan akhirat pasti lebih utama
ketimbang keuntungan dunia. Maka para pedagang muslim sekali-kali tidak
boleh tidak boleh terlalu menibukkan dirinya semata-mata untuk mencari
keuntungan materi dengan meninggalkan keuntungan akhirat. Sehingga jika
datang waktu shalat, mereka wajib melaksanakannya sebelum habis
waktunya. Alangkah baiknya, jika mereka bergegas bersama-sama
melakasanakan shalat berjamaah ketika adzan telah dikumandangkan.5

5
Muhammad Arief Mufraini, dkk. Etik Bisnis Islam, (Gramata Publishing, Depok: 2011),
hlm. 92-100

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Kewirausahaan berasal dari kata dasar Wirausaha. Wirausaha dari segi
etimologi berasal dari kata wira dan usaha. Wira, berarti pejuang,
pahlawan, manusia unggul, teladan, berbudi luhur, gagah berani dan
berwatak agung. Usaha, berarti perbuatan amal, berbuat sesuatu.
Sedangkan, Pengertian Kewirausahaan (Inggris: Entrepreneurship) atau
Wirausaha adalah proses mengidentifikasi, mengembangkan, dan
membawa visi ke dalam kehidupan.
2. Kewirausahaan dalam Islam merupakan suatu ibadah yang akan
mendapatkan pahala apabila dilaksanakan dan berwirausaha merupakan
fardhu kifayaah. Ketrampilan masing masing individu wajib
dikembangkan tetapi tidak semua orang harus memiliki skill yang sama.
3. Konsep Kewirausahaan Islam yaitu; siddiq, amanah tabligh dan fathanah.
B. Saran

Saran kami baik bagi para usahawan adalah agar selalu menanamkan
nilai-nilai Islam dalam setiap kegiatan usahanya. Dan sedangkan bagi civitas
akademika kami menyarankan untuk leih lagi melakukan penelitian-penelitian
di bidang wirausaha syariah.

13
DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Soemanto, Wasty. 1984, Sekuncup ide Operasional Pendidikan Wiraswasta,


Jakarta: Bumi Aksara.

D.Hisrich, Robert. 2008, Enterpreneurship Kewirausahaan, Jakarta: Salemba


Barat.

Wegati, Sri. 2016, Kewirausahaan Islam (Aplikasi dan Teori), Surabaya: UIN
Sunan Ampel.

B. Jurnal
Bahri, Kewirausahaan Islam: Penerapan Konsep Berwirausaha dan
Bertransaksi Syariah dengan Metode Dimensi Vertikal (Hablumminallah)
dan Dimensi Horizontal (Hablumminannas), Jurnal Ekonomi Syariah dan
Bisnis Volume 1 Nomor 2 November 2018.

14

Anda mungkin juga menyukai