Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA

“BAGAIMANA PANCASILA MENJADI DASAR NEGARA REPUBLIK


INDONESIA?”

DI SUSUN OLEH :

1. KHOLISA SEPTIANI PUTRI (E1R019078)


2. LALU ABDAL GAFFAR (E1R019080)
3. LALU AKHMAD AZHARI ABROR(E1R019081)
4. LALU M. IZZUDDIN IZMI IHSAN (E1R019083)
5. M. ZAENI FEBRIAN (E1R019091)
6. MELINIA PUTRI PRATAMA (E1R019097)
7. MUAFIRA HARMAN (E1R019099)

DOSEN PEMBIMBING
I NENGAH AGUS TRIPAYANA, S.Pd, M.Pd

PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MATARAM
2019
BAB III

“BAGAIMANA PANCASILA MENJADI DASAR NEGARA REPUBLIK


INDONESIA?”

A. MENELUSURI KONSEP NEGARA, TUJUAN NEGARA, DAN


URGENSI DASAR NEGARA
B. MENANYA ALASAN DIPERLUKANNYA KAJIAN PANCASILA
SEBAGAI DASAR NEGARA
C. MENGGALI SUMBER YURIDIS, HISTORIS, SOSIOLOGIS, DAN
POLITIS TENTANG PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA
D. MEMBANGUN ARGUMEN TENTANG DINAMIKA DAN
TANTANGAN PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA
E. MENDESKRIPSIKAN ESENSI DAN URGENSI PANCASILA
SEBAGAI DASAR NEGARA
 ESENSI DAN URGENSI PANCASILA SEBAGAI DASAR
NEGARA
 HUBUNGAN PANCASILA DENGAN PROKLAMASI
KEMERDEKAAN RI
 HUBUNGAN PANCASILA DENGAN PEMBUKAAN
UNDANG-UNDANG DASAR 1945
 PENJABARAN PANCASILA DALAM PASAL-PASAL
UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA RI
 IMPLEMENTASI PANCASILA DALAM PERUMUSAN
KEBIJAKAN
F. RANGKUMAN TENTANG MAKNA DAN PENTINGNYA
PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA
A. MENELUSURI KONSEP NEGARA, TUJUAN NEGARA, DAN
URGENSI DASAR NEGARA
a. Konsep Negara

Dalam Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 disebutkan bahwa, “Negara Indonesia
adalah Negara hukum .” Ketentuan mengenai negara hukum ini secara tegas
tercantum dalam rumusan UUD RIS Tahun 1949 dan UUDS Tahun 1950, tetapi
tidak tercantum secara eksplisit dalam Pasal UUD 1945. UUD 1945 hanya
menyebutkan dianutnya prinsip Negara hukum ini dalam penjelasanya, yang
dengan menyatakan bahwa Indonesia menganut paham Negara hukum atau
“Rechstaat” bukan “Machstaat” atau Negara kekuasaan. Dalam perubahan
(amandemen) keempat pada tahun 2002 , konsepsi Negara hukum atau
Rechstaat yang sebelumnya hanya tercantum dalam penjelasan itu, baru
dirumuskan dengan tegas dalam Pasal ayat (3) UUD 1945.
Pada tahap perkembangan terakhir ini, pada pokoknya,yang disebut sebagai
pemerintahan adalah hukum itu sendiri sebagai satu system. Sedangkan ,orang
per orang yang menjalankan hukum itu hanya bertindak sebagai “wayang” dari
skenario sistem yang mengaturnya. Dalam sejarah modern, gagasan Negara
hukum itu sendiri dibangun dengan mengembangkan perangkat hukum sebagai
system yang fungsional dan berkeadilan, denga menata supra dan infra struktur
kelembagaan politik, ekonomi dan sosial yang tertib dan teratur, serta
membangun budaya dan kesadaran hukum yang rasional dan impersonal dalam
kehidupan bermasyrakat, berbangsa dan bernegara
Mahfud MD Dalam membahas perihal konsepsi Negara hukum membaginya
dengan dua bagian, yaitu negara hukum formal dan Negara hukum material.
Negara hukum klasik (formal) mempunyai ciri-ciri sesuai dengan apa yang
pernah dikemukakan oleh Friedrich Julius Stahl yang menyebutkan
karakteristik atau unsure unsur rechtsstaat sebagai berikut :

 Pengakuan Hak hak asasi manusia


 Pemisahan atau pembagian kekuasaan untuk menjamin hak-hak asasi
manusia itu yang biasa kita kenal sebagai trias politika.
 Pemerintahan berdasarkan peraturan-peraturan
 Peradilan administrasi dalam perselisihan
Sedangkan A.V. Dicey menguraikan adanya tiga cirri penting dalam setiap
Negara hukum yang disebut dengan istilah The Rule Of Law,yaitu :
a. Supremasi hukum ,dalam arti tidak boleh ada kesewenang-wenangan
sehingga seseorang hanya boleh dihukum jika melanggar hukum.
b. Kedudukan yang sama di depan hukum baik bagi rakyat biasa maupun
bagi pejabat
c. Terjaminnya hak hak manusiaoleh undang-undang dan keputusan-
keputusan pengadilan.

b. Menelusuri Tujuan Negara

Dewasa ini Negara merupakan suatu organisasi yang sangat kompleks dan
mempunyai berbagai segi." Dari uraian di atas jelaslah bahwa Negara
bukanlah tujuan, melainkan untuk mencapai suatu tujuan. Sesuai dengan hal
tersebut, pemimpin-pemimpin menganggap Negara sebagai suatu jembatan
yang menghubungkan kita dengan masa depan yang lebih baik. Ada juga yang
menyamakannya dengan sebuah bahtera yang menyangkut seluruh rakyat ke
pelabuhan kesejahteraan. Pada hakikatnya negara adalah suatu lembaga sosial
yang dibentuk oleh orang-orang untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan vital
mereka yang tidak dapat dipenuhl dengan jalan lain.
c. Urgensi Dasar Negara
Soekarno menggambarkan urgensi pancasila secara ringkas tetapi
meyakinkan. Pancasila adalah Weltanschauung, satu dasar falsafah dan juga
satu alat pemersatu bangsa yang juga pada hakikatnya satu alat
mempersatukan dalam perjuangan melenyapkan segala macam penjajahan
terutama imperialisme. Memahami urgensi pancasila sebagai dasar negara,
bisa menggunakan dua pendekatan yaitu, Pendekatan institusional dan
pendekatan sumber daya manusia, Pendekatan institusional adalah membentuk
dan menyelenggarakan negara yang berdasarkan pada nilai-nilai pancasila
sehingga negara Indonesia dapat mewujudkan tujuan negara atau terpenuhinya
kepentingan nasional.
Sementara itu pendekatan sumber daya manusia terdapat pada dua aspek,
yaitu orang-orang yang menjalankan pemerintahan dengan cara melaksanakan
nilai-nilai Pancasila secara murni dan konsekuen di dalam mengemban tugas
dan bertanggung jawab. Tetapi melihat kejadian yang jauh dari sikap
penerapan nilai-nilai pancasila pada Indonesia seperti, masyarakat yang hanya
memeluk agama tertentu karena faktor mayoritas sehingga ia tidak bisa
menjalani ajaran agamanya dengan baik, sikap tidak adil terhadap sesama
hanya karena perbedaan suatu hal, aksi bentrok antar suku karena rendahnya
kesadaran dan rasa persatuan, dan perlakuan tidak adil di beberapa tempat
sosial karena faktor perbedaan RAS.
Untuk mengatasi beberapa masalah yang ada perlu pemahaman yang
mendalam terhadap urgensi pancasila sebagai dasar negara. Dalam
pemahaman tersebut ada tahap implementasi juga yaitu tahap yang selalu
memperhatikan prinsip-prinsip good governance, antara lain transparan,
akuntabel, dan fairness sehingga akan terhindar dari KKN (Korupsi, Kolusi
dan Nepotisme) dan warga negara yang berkiprah dalam bidang bisnis, harus
menjadikan Pancasila sebagai sumber nilai-nilai etika bisnis yang
menghindarkan warga negara melakukan free fight liberalism, tidak terjadi
monopoli dan monopsoni, serta warga negara yang bergerak dalam bidang
organisasi kemasyarakatan dan bidang politik. Maka Indonesia akan mencapai
tujuan yang di cita-citakan seperti yang diharapan pejuang-pejuang pada masa
dulu jika rakyat Indonesia menerapkan nila-nilai yang terkandung dalam
pancasila.

B. MENANYA ALASAN DIPERLUKANNYA KAJIAN PANCASILA


SEBAGAI DASAR NEGARA
Pancasila merupakan pandangan hidup dan kepribadian bangsa yang nilai-
nilainya bersifat nasional yang mendasari kebudayaan bangsa, maka nilai-nilai
tersebut merupakan perwujudan dari aspirasi (cita-cita hidup bangsa)

Dengan adanya Pancasila, Perpecahan bangsa di Indonesia akan mudah


dihindari karena pandangan Pancasila bertumpu pada pola hidup yang berdasarkan
keseimbangan, keselarasan, dan keserasian sehingga perbedaan apapun yang ada
dapat dibina menjadi suatu pola kehidupan yang dinamis, penuh dengan
keanekaragaman yang berada dalam satu keseragaman yang kokoh. Dengan
peraturan yang berlandaskan nilai-nilai Pancasila, maka perasaan adil dan tidak
adil dapat diminimalkan. Pancasila memberikan arah tentang hukum harus
menciptakan keadaan negara yang lebih baik dengan berlandaskan pada nilai-nilai
ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan.

Nilai-nilai Pancasila digali dari adat dan budaya bangsa Indonesia, Pancasila
menjamin kebebasan warga-negara untuk beribadah menurut agama dan
keyakinannya, Pancasila memberikan landasan bagi bangsa Indonesia dalam
mengantisipasi ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan dalam hidup
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

C. MENGGALI SUMBER YURIDIS, HISTORIS, SOSIOLOGIS, DAN


POLITIS TENTANG PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA
1. Sumber Yuridis Pancasila sebagai Dasar Negara
Secara yuridis ketatanegaraan, Pancasila merupakan dasar negara Republik
Indonesia sebagaimana terdapat pada Pembukaan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia tahun 1945, yang kelahirannya ditempa dalam
proses kebangsaan Indonesia. Peneguhan Pancasila sebagai dasar negara
sebagaimana terdapat pada pembukaan, juga dimuat dalam Ketetapan MPR
Nomor XVIII/MPR/1998, tentang Pencabutan Ketetapan MPR Nomor
II/MPR/1978 tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila
(Ekaprasetya Pancakarsa) dan ketetapan tentang Penegasan Pancasila sebagai
Dasar Negara. Selain itu, juga ditegaskan dalam Undang-Undang Nomor 12
tahun 2011 tentang Pembentukan Perundang-undangan bahwa Pancasila
merupakan sumber dari segala sumber hukum negara.

2. Sumber Historis Pancasila sebagai Dasar Negara


a. Pancasila sebagai ideologi negara masa pemerintahan Pres.
Soekarno

Pada masa pemerintahan ini, Pancasila ditegaskan sebagai pemersatu


bangsa. Penegasan ini dikumandangkan oleh Soekarno dalam berbagai pidato
politiknya dalam kurun waktu 1945-1960.
Dalam pidato 1 Juni 1945, Soekarno menyebut dasar negara dengan
menggunakan bahasa Belanda, Philosophische grondslag bagi Indonesia
merdeka. Philosophische grondslag itulah fundamen, filsafat, pikiran yang
sedalam-dalamnya, jiwa, hasrat yang sedalam-dalamnya untuk di atasnya
didirikan gedung Indonesia merdeka. Soekarno juga menyebut dasar negara
dengan istilah ‘Weltanschauung’ atau pandangan dunia.
Selain pengertian yang diungkapkan oleh Soekarno, “dasar negara”
dapat disebut pula “ideologi negara”, seperti dikatakan oleh Mohammad
Hatta:

“Pembukaan UUD, karena memuat di dalamnya Pancasila sebagai


ideologi negara, beserta dua pernyataan lainnya yang menjadi bimbingan
pula bagi politik negeri seterusnya, dianggap sendi daripada hukum tata
negara Indonesia. Undang-undang ialah pelaksanaan daripada pokok itu
dengan Pancasila sebagai penyuluhnya, adalah dasar mengatur politik
negara dan perundang-undangan negara, supaya terdapat Indonesia
merdeka seperti dicita-citakan: merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan
makmur” (Hatta, 1977: 1; Lubis, 2006: 332).

b. Pancasila sebagai ideologi dalam masa pemerintahan Pres.


Soeharto

Diawali dengan keluarnya TAP MPR No. II/1978 tentang pemasyarakatan


nilai-nilai Pancasila yang menjadi landasan bagi dilaksanakannya penataran P-
4 bagi semua lapisan masyarakat.
c. Pancasila sebagai ideologi dalam masa pemerintahan Pres.
Habibie
Presiden Habibie menggantikan Presiden Soeharto yang mundur pada 21
Mei 1998, atas desakan berbagai pihak Habibie menghapus penataran P-4. Di
samping itu, lembaga yang bertanggungjawab terhadap sosialisasi nilai-nilai
Pancasila dibubarkan berdasarkan Keppres No. 27 tahun 1999 tentang
pencabutan Keppres No. 10 tahun 1979 tentang Badan Pembinaan Pendidikan
Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (BP-7).
d. Pancasila sebagai Ideologi dalam masa pemerintahan Pres.
Gusdur
Pada masa pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid muncul wacana
tentang penghapusan TAP NO.XXV/MPRS/1966 tentang pelarangan PKI dan
penyebarluasan ajaran komunisme. Di masa ini, yang lebih dominan adalah
kebebasan berpendapat sehingga perhatian terhadap ideologi Pancasila
cenderung melemah.
e. Pancasila sebagai ideologi dalam masa pemerintahan Pres.
Megawati
Pada masa ini, Pancasila sebagai ideologi semakin kehilangan
formalitasnya dengan disahkannya Undang-Undang SISDIKNAS No. 20
tahun 2003 yang tidak mencantumkan pendidikan Pancasila sebagai mata
pelajaran wajib dari tingkat Sekolah Dasar sampai perguruan tinggi.

f. Pancasila sebagai ideologi dalam masa pemerintahan Presiden


Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)
Pada masa ini,presiden SBY menandatangani Undang-Undang RI No. 12
tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi yang mencantumkan mata kuliah
Pancasila sebagai mata kuliah wajib pada pasal 35 ayat (3).

Pancasila dijadikan sebagai dasar negara, yaitu sewaktu ditetapkannya


Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia
tahun 1945 pada 8 Agustus 1945. Pada mulanya, pembukaan direncanakan
pada tanggal 22 Juni 1945, yang terkenal dengan Jakarta-charter (Piagam
Jakarta), tetapi Pancasila telah lebih dahulu diusulkan sebagai dasar filsafat
negara Indonesia merdeka yang akan didirikan, yaitu pada 1 Juni 1945, dalam
rapat Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia.

3. Sumber Sosiologis Pancasila sebagai Dasar Negara

Berikut ini pokok-pokok moralitas dan haluan kebangsaan-kenegaraan


menurut alam Pancasila sebagai berikut:

a) nilai-nilai ketuhanan (religiusitas) sebagai sumber etika dan spiritualitas


(yang bersifat vertical transcendental) dianggap penting sebagai fundamental
etika kehidupan bernegara.Dapat ditemukan dalam kehidupan beragama
masyarakat Indonesia dalam berbagai bentuk kepercayaan dan keyakinan
terhadap adanya kekuatan gaib.
b) nilai-nilai kemanusiaan universal yang bersumber dari hukum Tuhan,
hukum alam, dan sifat-sifat sosial (bersifat horizontal) dianggap penting
sebagai fundamental etika-politik kehidupan bernegara dalam pergaulan
dunia. Dapat ditemukan dalam hal saling menghargai dan menghormati hak-
hak orang lain, tidak bersikap sewenang-wenang.
c) nilai-nilai etis kemanusiaan harus mengakar kuat dalam lingkungan
pergaulan kebangsaan yang lebih dekat sebelum menjangkau pergaulan dunia
yang lebih jauh.Dapat ditemukan dalam bentuk solidaritas, rasa setia kawan,
rasa cinta tanah air yang berwujud pada mencintai produk dalam negeri.
d) nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, dan nilai serta cita-cita kebangsaan
itu dalam aktualisasinya harus menjunjung tinggi kedaulatan rakyat yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan. Dapat ditemukan dalam bentuk
menghargai pendapat orang lain, semangat musyawarah dalam mengambil
keputusan.
e) nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai dan cita kebangsaan serta
demokrasi permusyawaratan itu memperoleh artinya sejauh dalam
mewujudkan keadilan social. Dapat ditemukan tercermin dalam sikap suka
menolong, menjalankan gaya hidup sederhana, tidak menyolok atau
berlebihan.
4. Sumber politis pancasila sebagai dasar Negara
Dalam pasal 1 ayat (2) UUD 1945, terkandung makna bahwa pancasila
menjelma menjadi asas dalam sistem demokrasi kontitusional. Selain itu, bagi
warga negara yang berkiprah dalam sektor pemerintah, pancasila merupakan
norma hukum yang memformulasikan kebijakan public yang menyangkut hajat
hidup orang banyak. Di sisi lain, warga Negara yang berkiprah dalam sektor
masyarakat, maka pancasila menjadi kaidah penuntun dalam setiap aktivitas
polotiknya. Dengan demikian, diharapkan akan terwujud clean government
dan good government demi terwujudnya masyarakat yang adil dan makmur.

D. MEMBANGUN ARGUMEN TENTANG DINAMIKA DAN


TANTANGAN PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA
1. Arguman tentang Dinamika Pancasila
Pancasila diresmikan oleh presiden Soekarno pada tanggal 18 Agustus 1945
dengan dimasukkannya sila-sila pancasila dalam pembukaan Undang Undang
Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, dengan bersumberkan budaya,
adat istiadat, dan agama. Nilai nilai pancasila diyakini kebenarannya dan
senantiasa melekat dalam kehidupan bangsa dan Negara Indonesia. Setelah
dilaksanakan Dekrit Presiden, Indonesia kembali diganggu oleh paham lain.
Pada saat itu system demokrasi liberal ditinggalkan dan kedudukan pancasila
diperkuat.Tetapi keadaan tersebut dimanfaatkan oleh paham haluan kiri
(komunis). Peristiwa ini memicu berakhirnya pemerintahan Presiden Soekarno.
Kemudian pada masa pemerintahan Presiden Soeharto, ditegaskan bahwa
pancasila sebagai dasar Negara akan dilaksanakan secara murni dan konsekuen.
Menyusul kemudian diterbitkan Ketetapan MPR No.II/MPR/1978 tentang
Pedoman Penghayatan dan Pengalaman Pancasila (P-4). Namun, Pemerintahan
Presiden Soeharto dianggap menyimpang dari garis politik pancasila dan UUD
1945. Pada tahun 2004 sampai sekarang, berkembang gerakan para akademisi
dan pemerhati serta pencinta pancasila yang kembali menyuarakan pancasila
sebagai dasar negara. Hal tersebut ditujukan untuk mengembalikan eksistensi
Pancasila dan membudayakan nilai nilai Pancasila sebagai pandangan hidup
serta sebagai sumber hokum dalam menyelenggarakan kehidupan berbangsa
dan bernegara.
2. Argument tentang Tantangan terhadap Pancasila
Pada era globalisasi ini, banyak hal yang akan merusak nilai moral Pancasila
yang menjadi kebanggaan bangsa Indonesia. Tantangan yang muncul antara
lain berasal dari derasnya arus paham paham yang bersandar pada pada otoritas
materi, aeperti liberalism, komunisme, kapitalisme, dan sebagainya. Dengan
demikian, Indonesia perlu waspada dan berupaya agar ketahanan mental
ideology bangsa tidak tergerus.

Tantangan yang melanda bangsa Indonesia dapat diidentifikasika menjadi 2,


yaitu :

1. Dalam kehidupan masyarakat, perubahan sistem pemerintahan yang


begitu cepat termasuk digulirkannya otonomi daerah yang seluas-luasnya,
masyarakat merasa bebas tanpa tuntutannilai dan norma. Akibatnya sering
ditemukan prilaku anarkisme yang masyarakat terhadap fasilitas public dan
asset milik masyarakat lainnya yang tidak cocok dengan paham yang dianutnya.
Selain itu, euforia politik juga dapat memperlemah integrasi nasional.
2. Dalam bidang pemerintahan, terdapat banyak fenomena prilaku aparatur
yang mementingkat kepentingan kelompoknya saja. Hal tersebut perlu dicegah
dengan meningkatkan efektifitas penegak hokum dan melakukan upaya yang
sistematis dalam membudayakan nilai nilai Pancasila bagi para aparatur negara.

Tantangan terhadap Pancasila sebagaimana yang diuraikan diatas, hanya


merupakan sebagian kecil saja. Hal ini menggambarkan bahwa upaya menjawab
tantangan tersebut tidak mudah. Oleh karena itu masyarakat harus bahu
membahu dan bertanggung jawab guna memperkokoh nilai nilai pancasila
sebagai kaidah penuntun bagi setiap warga negara.

E. MENDESKRIPSIKAN ESENSI DAN URGENSI PANCASILA


SEBAGAI DASAR NEGARA
 ESENSI DAN URGENSI PANCASILA SEBAGAI DASAR
NEGARA
Esensi berasal dari kata essence, dalam KBBI esensi adalah kata benda yang
artinya hakikat, inti, hal yang pokok. Sebagaimana dipahami bahwa Pancasila
secara legal formal telah diterima dan ditetapkan menjadi dasar dan ideologi
negara Indonesia sejak 18 Agustus 1945.
Pancasila sebagai dasar negara menurut pasal 2 Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 12 Tahun 2011 tentang pembentukan Peraturan Perundang-
undangan, merupakan sumber dari segala sumber hukum negara, juga Pancasila
sebagai dasar dan ideologi negara serta sekaligus dasar filosofis negara sehingga
setiap materi muatan peraturan perundang-undangan tidak boleh bertentangan
dengan nila-nilai yang terkandung dalam Pancasila.

Beberapa contoh penerapan esensi pancasila sebagai dasar negara :

1. Sila pertama
Rakyat Indonesia memiliki hak untuk memilih agama yang akan ia anut
tanpa ada unsur paksaan, bebas melaksanakan kegiatan agama, dan saling
menghormati antar umat beragama.
2. Sila kedua
Majikan tidak sewenang-wenangnya bertindak ke pembantunya yang tidak
berperikemanusiaan.
3. Sila ketiga
Tidak terlalu menonjolkan kebudayaan masing-masing daerah untuk
melihat siapa yang terbaik tetapi dipelajari dan ikut melestarikan dengan ikut
serta meyakinkan bahwa perbedaan itu baik.
4. Sila keempat
Bermusyawarah untuk memecahkan masalah yang ada, seperti rapat warga
setiap RT untuk membahas masalah dalam lingkungannya.
5. Sila kelima
Pemerintah mengadakan program wajib bersekolah selama 9 tahun tanpa
membeda-bedakan calon pelajarnya.

Urgensi Pancasila sebagai Dasar Negara


Dalam KBBI Urgensi memiliki arti sebuah hal yang sangat penting.
Ir.Soekarno menggambarkan urgensi pancasila adalah weltanschauung, satu
dasar falsafah dan juga satu alat pemersatu bangsa. Memahami urgensi
Pancasila sebagai dasar negara, bisa menggunakan dua pendekatan yaitu,
* Pendekatan institusional adalah membentuk dan menyelenggarakan
negara yang berdasarkan pada nilai-nilai Pancasila
* Pendekatan sumber daya manusia terdapat pada dua aspek, yaitu orang-
orang yang menjalankan pemerintahan dengan cara melaksanakan nilai-nilai
Pancasila secara murni dan konsekuen didalam mengemban tugas dan
bertanggung jawab.

 HUBUNGAN PANCASILA DENGAN PROKLAMASI


KEMERDEKAAN RI
Proklamasi merupakan titik kulminasi perjuangan bangsa Indonesia yang
bertekad untuk merdeka yang disemangati oleh jiwa Pancasila. Sehingga bisa
dikatakan bahwa nilai-nilai dalam pancasila yang mendasari perjuangan bangsa
Indonesia untuk merebut kemerdekaan yang puncaknya ditandai dengan
Proklamasi.
Pada peristiwa proklamasi juga dilakukan penegakan, penyelamatan, dan
pengangkatan derajat nilai-nilai pancasila yang pada saat penjajahan nilai-nilai
tersebut telah direndahkan, dilecehkan, serta diinjak-injak.
Jadi kesimpulannya, hubungan Pancasila dengan Proklamasi adalah
pancasila sebagai tonggak dasar dari peristiwa proklamasi kemerdekaan
Indonesia. Pancasila juga sebagai penjelasan dari dilaksanakannya proklamasi
dan sebagai penegasan atas peristiwa proklamasi.

 HUBUNGAN PANCASILA DENGAN PEMBUKAAN


UNDANG-UNDANG DASAR 1945

Pembukaan UUD 1945 bersama sama dengan Undang – undang dasar 1945
dituangkan dalam berita Republik Indonesia tahun II No,7, ditetapkan oleh
PPKI tanggal 18 Agustus 1945.

Oleh karena itu justru dalam pembukaan itulah secara formal yuridis
pancasila ditetapkan sebagai dasar filsafat negara Republik Indonesia. Maka
hubungan antara pembukaan UUD 1945 adalah secara timbal balik sebagai
berikut:

a. Hubungan Secara Formal

Dengan dicantumkannya Pancasila secara formal di dalam Pembukaan


UUD 1945, maka pancasila memperoleh kedudukan sebagai dasar hukum
positif. Dengan demikian tata kehidupan bernegara tidak hanya bertopang pada
asas asas sosial, ekonomi, politik akan tetapi dalam perpaduannya dengan
keseluruhan asas yang melekat padanya, yaitu perpaduan asas-asas kultural,
religius dan asas asas kenegaraan yang unsurya terdapat pada pancasila. Jadi
berdasarkan terdapatnya Pancasila secara formal dapat disimpulkan sebagai
berikut:

 Bahwa Rumusan Pancasila sebagai dasar Negara Republik Indonesia


adalah seperti yang tercamtum dalam pembukaan UUD 1945 alinea IV.
 Bahwa Pembukaan UUD 1945, berdasarkan pengertian ilmiah,
merupakan pokok kaidah Negara yang Fundamental dan terhadap tertib hukum
indonesia mempunyai dua mcama kedudukan yaitu:

1. Sebagai dasarnya, karena Pembukaan UUD 1945 itulah yang


memberikan faktor faktor mutlak bagi adanya tertib hukum di Indonesia
2. Memasukkan dirinya di dalam tertib hukum tersebut sebagai tertib
hukum tertinggi.

 Bahwa dengan demikian Pembukaan UUD 1945 berkedudukan dan


berfungsi, selain sebagai Mukadimah dari UUD 1945 dalam kesatuan yang tidak
dapat dipisahkan, juga berkedudukan sebagai suatu yang bereksistensi sendiri
yang hakikat kedudukan hukumnya berbeda dengan pasal pasalnya.
karena Pembukaan UUD 1945 yang intinya Pancasila adalah tidak tergantung
pada pada Batang Tubuh (Pasal pasal) UUD 1945, bahkan sebagai sumbernya.
 Bahwa Pancasila dengan demikian dapat disimpulkan mempunyai
hakikat, sifat, kedudukan, dan fungsi sebagai Pokok Kaidah Negara yang
Fundamental, yang menjalankan dirinya sebagai dasar kelangsungan hidup
Negara Republik Indonesia yang diprolamirkan pada 17 Agustus 1945.
 Bahwa Pancasila sebagai inti pembukaan UUD 1945, dengan demikian
mempunyai kedudukan yang kuat tetap dan tidak dapat diubah dan terlekat pada
kelangsungan hidup Negara Republik Indonesia. Dengan demikian kedudukan
formal yuridis dalam pembukaan, sehingga baik rumusan maupun yuridiksinya
sebagai dasar negara adalah sebagaimana terdapat dalam UUD 1945. Maka
perumusan yang menyimpang dari pembukaan tersebut adalah sama halnya
dengan mengubah secara tidak sah Pembukaan UUD 1945, bahkan
berdasarkan hukum positif sekalipun dan hal ini dalam sejarah ini telah
ditentukan dalam ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1996.

b. Hubungan Secara Material

Hubungan Pembukaan UUD 1945 dengan Pancasila selain hubungan


bersifat formal, sebagaimana dijelaskan di atas juga hubungan secara material.
Bila kita kembali ke proses perumusan Pancasila dan Pembukaan UUD 1945,
maka secara kronologis, materi yang dibahas oleh BPUPK yang pertama tama
adalah dasar filsafat pancasila baru kemudian Pembukaan UUD 1945. Setelah
pada sidang pertama pembukaan UUD 1945 BPUPK membicarakan dasar
filsafat negara Pancasila berikutnya tersusunlah Piagam Jakarta yang disusun
oleh Panitia 9, sebagai wujud bentuk pertama Pembukaan UUD 1945.
Jadi berdasarkan urut-urutan tertib hukum indonesia pembukaan UUD
1945 adalah sebagai tertib hukum yang tertinggi, adapun tertib hukum indonesia
bersumberkan pancasila, atau dengan perkataan lain sebagai sumber tertib
hukum indonesia. Hal ini berarti secara material hukum indonesia
dijabarkan dari nilai nilai yang terkandung dalam pancasila, pancasila sebagai
sebagai sumber tertib hukum indonesia meliputi sumber nilai, sumber materi,
sumber bentuk dan sifat. Notonogoro (1982:24-26) menegaskan bahwa :

a Undang–Undang Dasar tidak merupakan peraturan hukum yang tertinggi.


Di atasnya,masih ada dasar poko bagi Undang-Undang Dasar,yang dinamika
pokok kaidah negara yang fudemental (staatfundementalnorm). Secara ilmiah
kaidah negara yang fudemental mengandung beberapa unsur mutlak.

 PENJABARAN PANCASILA DALAM PASAL-PASAL


UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA RI
Setelah Amandemen atau perubahan ke-4 (dalam 2002),Undang-Undang
Dasar Negeri Republik Indonesia Tahun 1945 terdiri atas pembukaan dan pasal-
pasal (pasal ll aturan tambahan UUD 1945 ). Hal ini menjelaskan bahwa
penjelas UUD 1945 sudah tidak lagi menjadi bagian dari ketentuan dalam UUD
1945 namun pejelasan yang bersifat normatif sudah dimuat dalam pasal-pasal
UUD 1945. Terkait dengan penjabaran pancasila dalam pasal-pasal UUD
1945,maka inilah bunyi penjelasan UUD 1945 sebagai berikut :

“pokok-pokok pikiran tersebut meliputi suasana kebatianan dari Undang-


Undang Dasar Negara Indonesia. Pokok-pokok pikiran ini mewujudkan cita-
cita hukum(rechtsidee) yang menguasai hukum dasar negara,baik hukum yang
tertulis (Undang-Undang Dasar) maupun hukum yang tidak tertulis. Undang-
Undang Dasar menciptakan pokok-pokok pikiran ini dalam pasal-pasalnya”

Inilah contoh penjabaran pancasila dalam pasal-pasal UUD 1945 sebagai


berikut:

 Sila 1 ( ketuhanan Yang Maha Esa )


1. Pasal 28E ayat (1) : “Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat
menurut agamanya, memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan,
memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah negara dan
meninggalkannya, serta berhak kembali”
2. Pasal 29 : ”negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk
memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan
kepercayaannya itu.”
3. Dll.
 Sila 2 ( Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab)
1. Pasal 1 ayat ( 3 ) : “Negara Indonesia adalah negara hukum. Negara
hukum yang dimaksud adalah negara yang menegakkan supremasi hukum untuk
menegakkan keadilan dan kebenaran dan tidak ada kekuasaan yang tidak
dipertanggung-jawabkan.”
2. Pasal 26 ayat (1) dan (2) : “(1) Yang menjadi warga negara ialah orang-
orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan
undang-undang sebagai warga negara.” “(2) Penduduk ialah warga negara
Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia.”
3. Pasal 27 ayat (1) dan (2) : “(1) Segala warga negara bersamaan
kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum
dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya”. “(2) Tiap-tiap warga negara
berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.”
 Sila 3 ( Persatuan Indonesia)
1. Pasal 25A : "Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara
kepulauan yang berciri Nusantara dengan wilayah yang batas-batas dan hak-
haknya ditetapkan dengan Undang-Undang."
2. Pasal 27 ayat (3) : “Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta
dalam upaya pembelaan negara”
3. Pasal 30 ayat (1) : Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta
dalam usaha pertahanan dan keamanan negara.** )

 Sila 4 (Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam


Permusyawaratan/Perwakilan )
1. Pasal 1 ayat (1) : “Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan, yang
berbentuk Republik.”
2. Pasal 1 ayat (2) : “Kedaulatan berada ditangan rakyat dan dilaksanakan
menurut Undang-Undang Dasar”
3. Pasal 2 : “Majelis Permusyawaratan Rakyat terdiri atas anggota Dewan
Perwakilan Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan Daerah yang dipilih melalui
pemilihan umum,dan diatur lebih lanjut oleh undang-undang.”

 Sila 5 ( Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia)

Pasal 28 H :

a) Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal,
dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak
memperoleh pelayanan kesehatan.

b) Setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus


untuk memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai
persamaan dan keadilan.

c) Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan


pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat.

d) Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik
tersebut tidak boleh diambil alih secara sewenang-wenang oleh siapa pun

Pasal 31 : “Setiap warga negara wajib mengikuti Pendidikan dasar dan


pemerintah wajib membiayainya. Pemerintah mengusahakan dan
menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan
keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang.”

Pasal 32 :

1. Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban


dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan
mengembangkan nilai nilai budayanya
2. Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan
budaya nasional..

Pasal 33 :

1. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas azas


kekeluargaan.

2. Cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara dan yang menguasai


hajat hidup orang banyak dikuasai oleh Negara.

3. Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh
Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

4. Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi


ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan,
berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan
kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.

 IMPLEMENTASI PANCASILA DALAM PERUMUSAN


KEBIJAKAN
A. Bidang Politik
Implementasi pancasila dalam perumusan di bidang politik dapat
ditransformasikan melalui sistem politik yang bertumpu kepada asas kedaulatan
rakyat berdasarkan konstitusi,mengacu pasal 1 ayat (2) UUD 1945.
Implementasi asas kedaulatan rakyat dalam sistem politik Indonesia baik pada
sektor suprastruktur maupun infrastruktur politik,dibatasi oleh konstitusi.
Dengan demikian,pejabat publik akan terhindar dari perilaku sewenang-
wenangan dalam merumuskan dan mengimplementasikan kebijakan publik dan
sektor masyarakat pun akan terhindar dari perbuatan anarkis dalam
memperjuangkan haknya.

Beberapa konsep dasar implementasi nilai-nilai Pancasila dalam bidang


politik,sebagai berikut:
1) Sektor Suprastruktur Politik
Suprastruktur politik adalah semua lembaga-lembaga pemerintahan seperti
legislatif,eksekutif,yudikatif,dan lembaga-lembaga pemerintahan lainnya baik
di pusat maupaun di daerah. Lembaga-lembaga pemerintahan tersebut berfungsi
memformulasikan, mengimplementasikan, dan mengevaluasi kebijakan publik
dalam batas kewenangan masing-masing. Semua lembaga pemerintah harus
bertumpu pada nilai – nilai pancasila sebagai dasar negara dan merupakan
terjemahan dari kepentingan masyarakat.

2) Sektor Masyarakat
Sesuai dengan ketentuan pasal 28 J ayat (1) dan ayat (2) UUD 1945. Indikator
bahwa seseorang bertindak dalam koridor nilai-nilai Pancasila sebagai dasar
negara adalah sejauh perilakunya tidak bertentangan dengan konstitusi dan
peraturan perundang-undangan.

B. Bidang Ekonomi

Koperasi,badan usaha milik perorangan atau swasta,dan badan usaha milik


negara (BUMN) merupakan tiga badan usaha yang diakui keberadaannya
bahkan menempati posisi yang sama pentingnya dalam meningkatkan ekonomi
nasional dan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Namun, bentuk badan usaha
koperasi terkesan mendapat perhatian yang lebih besar berdasarkan Pasal 33
ayat (1) UUD 1945. Padahal, apabila dicermati ketentuan dalam Pasal 27
ayat(2), maka terasa bahwa bentuk badan usaha milik swasta juga menempati
kedudukan yang strategis dalam meningkatkan ekonomi nasional dan
kesejahteraan rakyat. Di sisi lain, apabila dicermati ketentuan dalam Pasal 33
ayat (2) dan ayat (3) UUD 1945, maka Badan Usaha Milik Negara juga
menempati posisi yang strategis dalam meningkatkan ekonomi nasional dan
meningkatkan kesejahteraan rakyat. Selain itu, mengacu kepada ketentuan
dalam Pasal 34 ayat (1), (2), (3), dan ayat (4) UUD 1945, negara Indonesia
berkewajiban mengembangkan sistem jaminan sosial, memberdayakan
masyarakat yang lemah, serta memelihara kelompok marginal, khususnya fakir
miskin dan anak terlantar.
Nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara dalam bidang ekonomi
mengidealisasikan terwujudnya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Oleh karena itu, kebijakan ekonomi nasional harus bertumpu kepada asasasas
keselarasan, keserasian, dan keseimbangan peran perseorangan, perusahaan
swasta, badan usaha milik negara, dalam implementasi kebijakan 107 ekonomi.
Selain itu, negara juga harus mengembangkan sistem jaminan sosial bagi
seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah termasuk fakir
miskin dan anak terlantar, sesuai dengan martabat kemanusiaan sebagaimana
diamanatkan Pasal 34 ayat (1) sampai dengan ayat (4) UUD 1945. Kebijakan
ekonomi nasional tersebut tidak akan terwujud jika tidak didukung oleh dana
pembangunan yang besar. Dana pembangunan diperoleh dari kontribusi
masyarakat melalui pembayaran pajak. Pajak merupakan bentuk distribusi
kekayaan dari yang kaya kepada yang miskin, sehingga pada hakikatnya pajak
itu dari rakyat untuk rakyat

C. Bidang Sosial Budaya

Strategi yang harus dilaksanakan pemerintah dalam memperkokoh kesatuan


dan persatuan melalui pembangunan sosial-budaya, ditentukan dalam Pasal 31
ayat (5) dan Pasal 32 ayat (1) dan ayat (2) UUD 1945. Berdasarkan ketentuan
dalam Pasal 31 ayat (5) UUD 1945, disebutkan bahwa “ Pemerintah memajukan
ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilainilai agama dan
persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat
manusia”. Di sisi lain, menurut Pasal 32 ayat (1) UUD 1945, dinyatakan bahwa
“Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia
dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan
mengembangkan nilai-nilai budayanya.” Sejalan dengan hal itu, menurut Pasal
32 ayat (3) UUD 1945, ditentukan bahwa “Negara menghormati dan
memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan budaya nasional.”
Nilai-nilai instrumental Pancasila dalam memperkokoh keutuhan atau
integrasi nasional. Kebijakan sosial budaya yang harus dikembangkan dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di Indonesia harus
menekankan rasa kebersamaan dan semangat kegotongroyongan karena gotong
royong merupakan kepribadian bangsa Indonesia yang konstruktif sehingga
budaya tersebut harus dikembangkan dalam konteks kekinian.

D. Bidang Hankam

Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 27 ayat (3) UUD 1945, “Setiap warga
negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara”. Bagi Anda
sebagai warga negara yang baik, bela negara bukan hanya dilihat sebagai
kewajiban, melainkan juga merupakan kehormatan dari negara. Bela negara
dapat didefinisikan sebagai segala sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai
oleh kecintaannya kepada tanah air dan bangsa, dalam menjaga kelangsungan
hidup bangsa dan negara berdasarkan Pancasila guna mewujudkan tujuan
nasional. Wujud keikutsertaan warga negara dalam bela negara dalam keadaan
damai banyak bentuknya, aplikasi jiwa pengabdian sesuai profesi pun termasuk
bela negara.
Implementasi nilai-nilai Pancasila dalam bidang pertahanan dan
keamanan, terkait dengan nila-inilai nstrumental sebagaimana terkandung
dalam Pasal 30 ayat (1), (2), (3),(4), dan ayat (5) UUD 1945. Prinsip-prinsip
yang merupakan nilai instrumental Pancasila dalam bidang pertahanan dan
keamanan sebagaimana terkandung dalam Pasal 30 UUD 1945 dapat
dikemukakan sebagai berikut:
1. Kedudukan warga negara dalam pertahanan dan keamanan
Berdasarkan Pasal 30 ayat (1) UUD 1945, “Tiap-tiap warga negara
berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara”.
2. Sistem pertahanan dan keamanan
Adapun sistem pertahanan dan keamanan yang dianut adalah sistem
pertahanan dan keamanan rakyat semesta yang lazim disingkat Sishankamrata.
Dalam ishankamrata, Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Kepolisian Negara
Republik Indonesia (POLRI) merupakan kekuatan utama, sedangkan rakyat
sebagai kekuatan pendukung.
3. Tugas pokok TNI
TNI terdiri atas Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara,
sebagai alat negara dengan tugas pokok mempertahankan, melindungi, dan
memelihara keutuhan dan kedaulatan Negara.
4. Tugas pokok POLRI
POLRI sebagai alat negara yang menjaga keamanan dan ketertiban
masyarakat masyarakat, mempunyai tugas pokok melindungi,mengayomi,
melayani masyarakat, serta menegakkan hukum.

F. RANGKUMAN TENTANG MAKNA DAN PENTINGNYA


PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA

Pancasila sebagai dasar negara berarti setiap langkah, peraturan, tata cara di
dalam bernegara harus dilandaskan pada nila-nilai yang telah terkandung dan sesuai
dengan nila-nilai pancasila. Pancasila harus senantiasa menjadi ruh atau spirit di
dalam membangun kegiatan seperti mengamandemen UUD dan segala urusan
penyelenggaraan ketatanegaraan.
Urgensi pancasila sebagai dasar negara, yaitu : 1) agar para pejabat public dalam
menyelenggarakan negara tidak kehilangan arah, dan 2) agar partisipasi aktif
seluruhu warga negara dalam proses pembangunan dalam berbagai bidang dalam
kehidupan dijiwai oleh nilai-nilai pancasila. Sehingga, nantinya cita-cita dan tujuan
negara dapat diwujudkan dan mampu mewujudkan masyarakat yang makmur
dalam keadilan dan adil dalam kemakmuran.
DAFTAR PUSTAKA

Buku-Pendidikan-Pancasila-RISTEKDIKTI(2).pdf

https://andiutami.blogspot.com/2017/02/sumber-historis-sosiologis-politis.html dan modul


pendidikan pancasila

Anda mungkin juga menyukai