PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peradilan Agama adalah terjemahan dari Godsdienstige
Rechtspraak (Bahasa Belanda), berasal dari kata godsdienst yang berarti agama;
ibadat; keagamaan dan kata rechtspraak berarti peradilan, yaitu daya upaya
mencari keadilan dan penyelesaian perselisihan hukum yang dilakukan menurut
peraturan-peraturan dan lembaga-lembaga tertentu dalam pengadilan. Undang-
Undang Nomor 50 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama menyatakan bahwa yang
dimaksud Peradilan Agama dalam undang-undang ini adalah peradilan bagi
orang-orang yang beragama Islam. Sedangkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun
2006 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang
Peradilan Agama menyatakan bahwa Peradilan Agama adalah salah satu
pelaksana kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari keadilan yang beragama
Islam mengenai perkara tertentu sebagaimana dimaksud dalam undang-undang
ini.
4 Ibid.
5Moh. Taufik Makaro, SH. MH, Pokok-Pokok Hukum Acara Perdata, 2004. Jakarta: PT.
Rineka Cipta. Hal. 116
7 Ibid.
8M. Yahya Harahap,S.H. Hukum Acara Perdata, 2010. Jakarta: Sinar Grafita. Hal.15
9Prof. Dr. Sudikno Mertokusumo, S.H. Hukum Acara Perdata Indonesia, 1998.
Yogyakarta: Liberty Yogyakarta. Hal. 118-122
10 Ibid.
11 Ibid.
12 Ibid. hal.123
13 Ibid.
14Abdullah Tri Wahyudi, Hukum Acara Peradilan Agama. (dilengkapi Contoh Surat-Surat
Dalam Praktik Hukum Acara Di Peradilan Agama). Edisi Revisi, (Bandung: CV Mandar Maju,
2018), hal. 237
15 Ibid.
16 Ibid. hal 237-239
17http://garasihukumsulaiman.blogspot.com/2015/12/kata-pengantar-alhamdulillah-
pujisyukur.html. Diakses pada rabu 6 november 2019 pukul 20.35 WITA.
PENUTUP
A. Kesimpulan