Ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah Islam Nusantara dan Kepesantrenan yang dibimbing
oleh Bapak Irfa’ Asy’at Firmansyah, M.Pd.I
Penyusun
Daftar Isi
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Islam pertama kali turun di Makkah lalu tersebar ke Madinah dan ke daerah-daerah
lain seperti Yaman, Mesir, Irak, India, Pakistan, Indonesia dan di seluruh daerah di seluruh
dunia.Islam dalam penyebaran itu tentunya bertemu dengan budaya-budaya setempat. Pada
mulanya islam di Makkah bertemu dengan budaya Makkah dan sekitarnya, alkulturasi
antara budaya dan agama ini sebagaimana juga terjadi di daerah-daerah lainnya juga pada
penyebaran agama Islam, maka oleh Islam dibagi menjadi 3 yaitu : 1. Adakalanya Islam
menolak budaya setempat 2. Islam merevisi budaya yang tealah ada 3. Islam hadir
menyetujui budaya yang telah ada tanpa menolak dan merevisi. Kata Islam Nusantara itu
akan salah jika dimaknai dalam struktur na’at man’ut (penyifatan) karena akan berarti
Islam yang dinusantarakan. Islam Nusantara akan benar jika dimaknai dalam struktur
idhafah (penunjukan tempat) yang akan menghasilkan artian Islam di Nusantara.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui sejarah singkat mengenai masuknya Islam di Indonesia
2. Untuk mengetahui apa saja nilai-nilai Islam Nusantara
3. Untuk mengetahui proses munculnya Islam Nusantara
BAB II
Pembahasan
1
Rahayu Permana, Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia, 2012, hlm. 3.
Pada teori ini dijelaskan bahwa masuknya Islam ke Indonesia adalah melalui perantara
masyarakat muslim China. Migrasi masyarakat muslim China dari Kanton ke
Nusantara, khususnya Palembang pada abad ke 9 menjadi awal mula masuknya budaya
Islam ke Nusantara. Hal ini dikuatkan dengan adanya bukti bahwa Raden Patah (Raja
Demak) adalah keturunan China, penulisan gelar raja-raja Demak dengan istilah China,
dan catatan yang menyebutkan bahwa pedagang China lah yang pertama menduduki
pelabuhan-pelabuhan di Nusantara.
2
Hanum Jazimah Puji Astuti, ISLAM NUSANTARA: Sebuah Argumentasi Beragama dan Bingkai
Kultural, 2017, hlm. 28
kedamaian, harmoni, dan silaturahmi termasuk kerukunan dan welas asih, yang sebenarnya
hanya merupakan manifestasi dari inti ajaran Islam itu sendiri. Kenyataan ini disambut baik
oleh budaya khas nusantara pra-Islam maupun oleh kenyataan bahwa Islam yang dihayati
oleh mayoritas muslin di negri ini didasarkan pada modernisasi, keseimbangan, dan
toleransi.
Alkulturasi antara agama dan budaya akan terus-menerus berproses serta akan
memperkaya kehidupan dan membuatnya tidak gersang, kekayaan variasi budaya akan
memungkinkan adanya persinambungan antara berbagai kelompok atas dasae persamaan-
persamaan baik persamaan budaya maupun agama. Rekonsiliasi antara budaya dan agama
bukan karena kekhawatiran terjadinya ketegangan santara keduanya, sebab kalau manusia
dibiarkan pada fitrah rasionalisnya, ketegangan seperti itu akan reda dengan sendirinya.
Islam Nusantara adalah Islam yang khas ala Indonesia, gabungan nilai Islam
teologis dengan nilai-nilai tradisi local, budaya dan adat istiadat di Tanah Air. Karakter
Islam Nusantara menunjukkan adanya kearifan local di Nusantara yang tidak melanggar
ajaran Islam, namun justru menyinergikan ajaran Islam dengan budaya adat-istiadat yang
ada. Dengan kata lain, Islam Nusantara dating untuk memperkaya dan mengislamkan
tradisi dan budaya yang ada secara bertahap.
Islam Nusantara adalah Islam yang ramah, terbuka, dan mampu memberi solusi-
solusi terhadap masalah besar bangsa dan negara. Islam bukan hanya cocok di terima oleh
nusantara, tetapi juga pantas mewarnai budaya nusantara untuk mewujudkan sifat
akomodatifnya yakni rahmatan lil ‘alamin. Oleh karena itu, Islam Nusantara merupakan
cara melaksanakan Islam melalui pendekatan kultural, sehingga merawat dan
mengembangkan budaya atau tradisi local dengan nilai-nilai Islam manakala budaya atau
tradisi tersebut masih belum senafas dengan Islam. Islam sangat menghargai kreasi-kreasi
kebudayaan masyarakat, sejauh tidak menodai prinsip kemanusiaan, ia akan tetap
dipertahankan3
3
Hanum Jazimah Puji Astuti, ISLAM NUSANTARA: Sebuah Argumentasi Beragama dan Bingkai
Kultural, 2017, hlm 38
BAB III
Penutup
Kesimpulan
Mengubah doktrin Islam bukan merupakan ide dari Islam Nusantara. Bagaimana
caranya menyatukan Islam dengan budaya masyarakat yang sangat beragam adalah inti
pokok pembahasan Islam Nusantara.
Islam nusantara berkonsep mengedepankan budaya, oleh karna itu masyarakat
Indonesia dikatakan multicultural. Sehingga ketika mendengar istilah Islam Nusantara
maka dapat berkaitan dengan pluralism. Dalam Islam Nusantara, budaya merupakan
bagian dari agama, dapat dilihat dari awal mula masuknya Islam ke Nusantara adalah
melalui alkulturasi budaya yang digadang-gadang sangat merakyat sehingga Islam dengan
mudah di terima di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA