Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN WAHAM

A. PENGERTIAN

Waham adalah keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas yang


salah. Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang
budaya klien (Keliat, 2006). Gangguan isi pikir dapat di identifikasi dengan adanya
waham. Waham atau delusi adalah ide yang salah dan bertentangan atau berlawanan
dengan semua kenyataan dan tidak ada kaitannya degan latar belakang budaya
(Morgon, 2004).
Waham adalah keyakinan terhadap sesuatu yang salah dan secara kukuh
dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan
realita normal (Fitria, 2009, hlm.75).
Macam-macam waham :
1. Waham kebesaran, meyakni bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan
khusus, diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
2. Waham curiga , meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha
merugikan/mencederai dirinya, diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai
dengan kenyataan.
3. Waham agama, memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan,
diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
4. Waham somatik, meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya
terganggu/terserang penyakit, diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai
kenyataan.
5. Waham nihilistik, meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia/meninggal,
diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan.
(Keliat, 2009, hlm.165-166)
B. TANDA DAN GEJALA (MANIFESTASI KLINIS)

Data subjektif :
Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya ( tentang agama, kebesaran,
kecurigaan, keadaan dirinya) berulang kali secara berlebihan tetapi tidak sesuai
kenyataan.
Data objektif :
Klien tampak tidak mempunyai orang lain, curiga, bermusuhan, merusak (diri, orang
lain, lingkungan), takut, kadang panik, sangat waspada, tidak tepat menilai
lingkungan / realitas, ekspresi wajah klien tegang, mudah tersinggung.

C. PENYEBAB

a. Predisposisi
1. Faktor perkembangan
Hambatan perkembangan akan mengganggu hubungan interpersonal seseorang.
Hal ini dapat meningkatkan stress dan ansietas yang berakhir dengan gangguan
persepsi, klien menekan perasaannya sehingga pematangan fungsi intelektual dan
emosi tidak efektif
2. Faktor sosial budaya
Seseorang yang merasa diasingkan dan kesepian dapat menyebabkan timbulnya
waham.
3. Faktor psikologis
Hubungan yang tidak harmonis, peran ganda/bertentangan, dapat menimbulkan
ansietas dan berakhir pengingkaran terhadap kenyataan.
4. Faktor biologis
Waham diyakini terjadi karena adanya atrofi otak, pembesaran ventrikel di otak,
atau perubahan pada sel kortikal dan limbik
5. Faktor genetik
(Fitria, 2009, hlm.77)
b. Faktor Presipitasi
1. Faktor Sosial Budaya
Waham dapat dipicu karena danya perpisahan dengan orang yang berarti atau
diasingkan dari kelompok
2. Faktor biokimia
3. Dopamin, norepinefrin, dan zat halusinogen lainnya diduga dapat menjadi
penyebab waham pada seseorang.
4. Faktor psikologis
Kecemasan yang memanjang dan terbatasnya kemampuan untuk mengatasi
masalah sehingga klien mengembangkan koping untuk menghindari kenyataan
yang menyenangkan.
(Fitria, 2009, hlm.77)
D. RENTANG RESPON, JENIS, DAN FASE-FASE WAHAM

Rentang respon
Respon Adaptif <-----------------------------------> Respon Maladaptif
Pikiran Logis Distorsi Pikiran Gangguan Pikiran
1. Persepsi Kuat 1. Ilusi 1. Sulit Berespon
2. Emosi Konsisten 2. Reaksi Emosi 2. Emosi
3. Dengan Pengalaman 3. Berlebihan 3. Perilaku kacau
4. Perilaku Sesuai
5. Berhubungan Sesuai

Jenis-jenis

1. Waham agama keyakinan klien terhadap suatu agama secara berlebihan,


diungkapakan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan.
2. Waham kebesaran klien yakin bahwa ia memiliki kebesaran dan kekuasaan
khusus, diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan.
3. Waham somatik klien yakin bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu atau
terserang penyakit, diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan.
4. Waham curiga klien yakin bahwa seseorang atau kelompok yang berusaha
merugikan atau mencederai dirinya, diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai
kenyataan.
5. Waham nihilistik klien yakin bahwa dirinya sudah tidak ada lagi/meninggal,
diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan.
6. Waham sisip pikir klien yakin bahwa ad aide atau pikiran orang lain yang
disisipkan kedalam pikirannya, diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai
kenyataan.
7. Waham siar pikir klien yakin orang lain mengetahui apa yang dia pikirkan
walaupun tidak dinyatakannya kepada orang tersebut , diucapkan berulang kali
tetapi tidak sesuai kenyataan.
8. Waham kontrol pikir klien yakin pikirannya dikontrol oleh kekuatan dari luar, ,
diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan.

Fase-fase
a. Fase Lack of Human need
Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhn-kebutuhan klien baik secara fisik
maupun psikis. Secar fisik klien dengan waham dapat terjadi pada orang-orang
dengan status sosial dan ekonomi sangat terbatas. Biasanya klien sangat miskin dan
menderita. Keinginan ia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya mendorongnya untuk
melakukan kompensasi yang salah. Ada juga klien yang secara sosial dan ekonomi
terpenuhi tetapi kesenjangan antaraReality dengan selft ideal sangat tinggi. Misalnya
ia seorang sarjana tetapi menginginkan dipandang sebagai seorang dianggap sangat
cerdas, sangat berpengalaman dn diperhitungkan dalam kelompoknya. Waham terjadi
karena sangat pentingnya pengakuan bahwa ia eksis di dunia ini. Dapat dipengaruhi
juga oleh rendahnya penghargaan saat tumbuh kembang ( life span history ).

1. Fase lack of self esteem

Tidak ada tanda pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan


antara self idealdengan self reality (kenyataan dengan harapan) serta dorongan
kebutuhan yang tidak terpenuhi sedangkan standar lingkungan sudah melampaui
kemampuannya. Misalnya, saat lingkungan sudah banyak yang kaya, menggunakan
teknologi komunikasi yang canggih, berpendidikan tinggi serta memiliki kekuasaan
yang luas, seseorang tetap memasang self ideal yang melebihi lingkungan tersebut.
Padahal self reality-nya sangat jauh. Dari aspek pendidikan klien, materi, pengalaman,
pengaruh, support system semuanya sangat rendah.

2. Fase control internal external

Klien mencoba berfikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa-apa yang ia
katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak sesuai dengan kenyataan.
Tetapi menghadapi kenyataan bagi klien adalah sesuatu yang sangat berat, karena
kebutuhannya untuk diakui, kebutuhan untuk dianggap penting dan diterima lingkungan
menjadi prioritas dalam hidupnya, karena kebutuhan tersebut belum terpenuhi sejak kecil
secara optimal. Lingkungan sekitar klien mencoba memberikan koreksi bahwa sesuatu
yang dikatakan klien itu tidak benar, tetapi hal ini tidak dilakukan secara adekuat karena
besarnya toleransi dan keinginan menjaga perasaan. Lingkungan hanya menjadi
pendengar pasif tetapi tidak mau konfrontatif berkepanjangan dengan alasan pengakuan
klien tidak merugikan orang lain.

3. Fase environment support

Adanya beberapa orang yang mempercayai klien dalam lingkungannya


menyebabkan klien merasa didukung, lama kelamaan klien menganggap sesuatu yang
dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran karena seringnya diulang-ulang. Dari sinilah
mulai terjadinya kerusakan kontrol diri dan tidak berfungsinya norma ( Super Ego ) yang
ditandai dengan tidak ada lagi perasaan dosa saat berbohong.

4. Fase comforting

Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta menganggap


bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan mendukungnya. Keyakinan sering
disertai halusinasi pada saat klien menyendiri dari lingkungannya. Selanjutnya klien lebih
sering menyendiri dan menghindar interaksi sosial ( Isolasi sosial ).

5. Fase improving

Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap waktu


keyakinan yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham yang muncul sering
berkaitan dengan traumatik masa lalu atau kebutuhan-kebutuhan yang tidak terpenuhi
( rantai yang hilang ). Waham bersifat menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi waham dapat
menimbulkan ancaman diri dan orang lain. Penting sekali untuk mengguncang keyakinan
klien dengan cara konfrontatif serta memperkaya keyakinan relegiusnya bahwa apa-apa
yang dilakukan menimbulkan dosa besar serta ada konsekuensi social

E. PSIKOPATOLOGI

Gangguan proses pikir: waham biasanya diawali dengan adanya riwayat


penyakit berupa kerusakan pada bagian korteks dan limbik otak. Bisa dikarenakan
terjatuh atau didapat ketika lahir. Hal ini mendukung terjadinya perubahan emosional
seseorang yang tidak stabil. Bila berkepanjangan akan menimbulkan perasaan rendah
diri, kemudian mengisolasi diri dari orang lain dan lingkungan. Waham kebesaran
akan timbul sebagai manifestasi ketidakmampuan seseorang dalam memenuhi
kebutuhannya. Bila respon lingkungan kurang mendukung terhadap perilakunya
dimungkinkan akan timbul risiko perilaku kekerasan pada oranglain (Fitria, 2009,
hlm.79-80).
POHON MASALAH

Resiko tinggi
mencederai diri, orang
Kerusakan komunikasi lain dan lingkungan
verbal
Perubahan isi
pikir: waham Core problem

Gangguan konsep
diri: harga diri
rendah

F. DIAGNOSIS KEPERAWATAN UTAMA

Perubahan proses pikir : waham


G. INTERVENSI KEPERAWATAN

Tujuan :
1. Pasien dapat berinteraksi kepada realitas secara bertahap
2. Pasien dapat memenuhi kebutuhan dasar
3. Pasien mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan
4. Pasien menggunakan obat dengan teratur
Tindakan :
1. Bina hubungan salling percaya. Sebelum memulai mengkaji pasien dengan
waham. Anda harus membina hubugan saling percaya terlebih dahulu agar
pasien merasa aman dan nyaman saat berinteraksi dengan anda. Tindakan
yang harus anda lakukan dalam rangka membina hubungan saling percaya
adalah :
a. Mengucapkan salam terapeutik
b. Berjabat tangan
c. Menjelaskan tujuan interaksi
d. Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiapkali bertemu pasien.
2. Bantu orientasi realita
a. Tidak mendukung atau membantah waham pasien
b. Yakinkan pasien berada dalam kedaan aman
c. Observasi pengaruh waham terhadap aktivitas sehari-hari
d. Jika pasien terus-menerus membicarakan wahamnya dengarkan tanpa
memberikan dukungan atau menyangkal sampai pasien berhenti
membicarakannya
e. Fokuskan pembicaraan pada realitas (mis, memanggil nama pasien),
menjelaskan hal yang sesuai realita
f. Berikan pujian bila penampilan dan orientasi pasien sesuai dengan realita
3. Diskusikan kebutuhan psikologis/emosional yang tidak terpenuhi sehingga
menimbulkan kecemasan, rasa takut, dan marah.
4. Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan fisik dan emosional
pasien
5. Berdiskusi tentang kemampuan psoitif yang dimiliki
6. Bantu melakukan kemampuan yang dimiliki
7. Berdiskusi tentang obat yang diminum
8. Melatih minum obat yang benar
(Keliat, 2007, hlm.167)

Tindakan keperawatan Untuk Keluarga


Tujuan :
1. Keluarga mampu mengidentifikasi waham pasien
2. Keluarga mampu memfasilitasi pasien untuk memenuhi kebutuhan yang
dipenuhi oleh wahamnya
3. Keluarga mampu mempertahankan program pengobatan pasien secara optimal
Tindakan :
1. Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga saat merawat pasien dirumah
2. Diskusikan dengan keluarga tentang waham yang dialami oleh pasien
3. Diskusikan dengan keluarga tentang :
a. Cara merawat pasien waham dirumah
b. Follow up dan keteraturan pengobatan
c. lingkungan yang tepat untuk pasien
4. Diskusikan dengan keluarga tentang obat pasien (nama obat, dosis, frekuensi,
efek samping, akibat penghentian obat)
5. Diskusikan tentang kondisi pasien yang memerlukan konsultasi segera
6. Latih cara merawat
7. Latih keluarga perawatan lanjutan untuk pasien.
(Keliat, 2007, hlm.138-139)
DAFTAR PUSTAKA

Fitria, Nita. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta: Salemba Medika.
H.
Keliat. 2007. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas CMHN (Basic Course).
Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
STRATEGI PELAKSANAAN

Masalah Utama : Waham

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
Klien mengatakan bahwa dia adalah nabi, tampak selalu memakai pakaian putih,
tampak bicara banyak, mendominasi pembicaraan.

2. Diagnosa Keperawatan : Gangguan Proses Pikir: Waham


B. STRATEGI PELAKSANAAN
a. Tindakan keperawatan untuk pasien
Tujuan :

1) Pasien dapat berorientasi kepada realitas secara bertahap


2) Pasien dapat memenuhi kebutuhan dasar
3) Pasien mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan
4) Pasien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar
SP 1 Pasien : Membina hubungan saling percaya; mengidentifikasi kebutuhan yang
tidak terpenuhi dan cara memenuhi kebutuhan; mempraktekkan
pemenuhan kebutuhan yang tidak terpenuhi

ORIENTASI

“Selamat pagi, perkenalkan nama saya Nia , saya Mahasiswa dari UNW, saya merawat mas
selama 1 minggu. Nama mas siapa, senangnya dipanggil apa?”

“Bisa kita berbincang-bincang tentang apa yang mas B rasakan sekarang?”

“Berapa lama mas B mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit?” “Dimana
enaknya kita berbincang-bincang, mas?”

KERJA

“Saya mengerti mas B merasa bahwa mas B adalah seorang nabi, tapi sulit bagi saya untuk
mempercayainya karena setahu saya semua nabi sudah tidak adalagi, bisa kita lanjutkan
pembicaraan yang tadi terputus mas?”

“Tampaknya mas B gelisah sekali, bisa mas ceritakan apa yang

mas B rasakan?”

“O... jadi mas B merasa takut nanti diatur-atur oleh orang lain dan tidak punya hak untuk
mengatur diri mas sendiri?”

“Siapa menurut mas B yang sering mengatur-atur diri mas?”

“Jadi ibu yang terlalu mengatur-ngatur ya mas, juga kakak dan adik mas yang lain?”

“Kalau mas sendiri inginnya seperti apa?”

“O... bagus mas sudah punya rencana dan jadual untuk diri sendiri”

“Coba kita tuliskan rencana dan jadual tersebut mas”

“Wah..bagus sekali, jadi setiap harinya mas ingin ada kegiatan diruangan ini ya.

TERMINASI

“Bagaimana perasaan mas setelah berbincang-bincang dengan saya?”

”Apa saja tadi yang telah kita bicarakan? Bagus”

“Bagaimana kalau jadual ini mas coba lakukan, setuju mas?”

“Bagaimana kalau saya datang kembali dua jam lagi?”

”Kita bercakap-cakap tentang kemampuan yang pernah Mas miliki? Mau di mana kita
bercakap-cakap? Bagaimana kalau di sini lagi?”
SP 2 Pasien: Mengidentifikasi kemampuan positif pasien dan membantu
mempraktekkannya

ORIENTASI :
“Selamat pagi mas B, bagaimana perasaannya saat ini? Bagus!”

“Apakah mas B sudah mengingat-ingat apa saja hobi atau kegemaran amas?”

“Bagaimana kalau kita bicarakan hobi tersebut sekarang?”

“Dimana enaknya kita berbincang-bincang tentang hobi mas B tersebut?”

“Berapa lama mas B mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 20 menit tentang hal
tersebut?”

KERJA :
“Apa saja hobby amas? Saya catat ya Mas, terus apa lagi?”

“Wah.., rupanya mas B pandai main catur ya, tidak semua orang bisa bermain catur seperti
itu lho B”(atau yang lain sesuai yang diucapkan pasien).

“Bisa mas B ceritakan kepada saya kapan pertama kali belajar main catur, siapa yang dulu
mengajarkannya kepada mas B, dimana?”

“Bisa mas B peragakan kepada saya bagaimana bermain catur yang baik itu?”

“Wah..baik sekali permainannya”

“Coba kita buat jadual untuk kemampuan mas B ini ya, berapa kali sehari/seminggu mas B mau
bermain catur?”

“Apa yang mas B harapkan dari kemampuan bermain catur ini?”

“Ada tidak hobi atau kemampuan mas B yang lain selain bermain catur?”

TERMINASI :
“Bagaimana perasaan mas B setelah kita bercakap-cakap tentang hobi dan kemampuan amas?”

“Setelah ini coba mas B lakukan latihan catur sesuai dengan jadual yang telah kita buat ya?”

“Besok kita ketemu lagi ya mas?”

“Bagaimana kalau nanti sebelum makan siang? Di ruang tamu saja, ya setuju?”

“Nanti kita akan membicarakan tentang obat yang harus mas B minum, setuju?”

“Bagaimana kalau sekarang mas B teruskan kemampuan bermain catur tersebut...”


SP 3 Pasien :Mengajarkan dan melatih cara minum obat yang benar

ORIENTASI:
“Selamat pagi mas B.”

“Bagaimana mas sudah dicoba latihan caturnya? Bagus sekali”

“Sesuai dengan janji kita dua hari yang lalu bagaimana kalau sekarang kita membicarakan
tentang obat yang mas B minum?”

“Dimana kita mau berbicara? Di ruang tamu ini saja?”

“Berapa lama mas B mau kita berbicara? 20 atau 30 menit?

KERJA:
“Mas B berapa macam obat yang diminum/ Jam berapa saja obat diminum?”

“ Mas B perlu minum obat ini agar pikirannya jadi tenang, tidurnya juga tenang”

“Obatnya ada tiga macam mas, yang warnanya oranye namanya CPZ gunanya agar tenang,
yang putih ini namanya THP gunanya agar rileks, dan yang merah jambu ini namanya HLP
gunanya agar pikiran jadi teratur. Semuanya ini diminum 3 kali sehari jam 7 pagi, jam 1 siang,
dan jam 7 malam”.

“Bila nanti setelah minum obat mulut mas B terasa kering, untuk membantu mengatasinya
amas bisa banyak minum ”.

“Sebelum minum obat ini mas B dan ibu mengecek dulu label di kotak obat apakah benar
nama mas tertulis disitu, berapa dosis atau butir yang harus diminum, jam berapa saja harus
diminum. Baca juga apakah nama obatnya sudah benar”

“Obat-obat ini harus diminum secara teratur dan kemungkinan besar harus diminum dalam
waktu yang lama. Agar tidak kambuh lagi sebaiknya mas B tidak menghentikan sendiri obat
yang harus diminum sebelum berkonsultasi dengan dokter”.

TERMINASI :

“Bagaimana perasaan mas B setelah kita bercakap-cakap

tentang obat yang mas B minum?. Apa saja nama obatnya? Jam berapa minum obat?”

“Mari kita masukkan pada jadual kegiatan amas. Jangan lupa minum obatnya dan nanti saat
makan minta sendiri obatnya pada perawat”
“Jadwal yang telah kita buat kemarin dilanjutkan ya Mas!”
“mas, besok kita ketemu lagi untuk melihat jadwal kegiatan yang telah dilaksanakan.
”Bagaimana kalau seperti biasa, jam 10 dan di sini?”
“Sampai besok.”
b. Tindakan keperawatan untuk keluarga
Tujuan :

1.) Keluarga mampu mengidentifikasi waham pasien


2.) Keluarga mampu memfasilitasi pasien untuk memenuhi kebutuhan yang
dipenuhi oleh wahamnya.
3.) Keluarga mampu mempertahankan program pengobatan pasien secara
optimal
Tindakan :

1) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga saat merawat pasien di rumah.


2) Diskusikan dengan keluarga tentang waham yang dialami pasien
3) Diskusikan dengan keluarga tentang:
 Cara merawat pasien waham dirumah
 Follow up dan keteraturan pengobatan
 Lingkungan yang tepat untuk pasien.
4) Diskusikan dengan keluarga tentang obat pasien (nama obat, dosis,
frekuensi, efek samping, akibat penghentian obat)
5) Diskusikan dengan keluarga kondisi pasien yang memerlukan konsultasi
segera
6) Latih cara merawat
7) Menyusun rencana pulang pasien bersama keluarga
SP 1 Keluarga : Membina hubungan saling percaya dengan keluarga; mengidentifikasi
masalah menjelaskan proses terjadinya masalah; dan obat
pasien.

ORIENTASI

“Selamat pagi pak, bu, perkenalkan nama saya Nia , saya Mahasiswa dari UNW yang dinas
di ruangan A ini .... Saya yang merawat mas B selama ini. Nama bapak dan ibu siapa,
senangnya dipanggil apa?”

“Bagaimana kalau sekarang kita membicarakan tentang masalah mas B dan cara merawat B
di rumah?”

“Dimana kita mau berbicara? Bagaimana kalau di ruang ruang tamu ini?”

“Berapa lama waktu bapak dan ibu? Bagaimana kalau 30 menit”


KERJA

“Pak, bu, apakah ibu dan bapak sudah mengetahui apa yang terjadi dengan mas B ini?yang
terjadi pada mas B ini merupakan salah satu gangguan proses berpikir. Untuk itu akan saya
jelaskan sikap dan cara menghadapinya. Setiap kali anak bapak dan ibu berkata bahwa ia
seorang nabi bapak/ ibu dengan mengatakan pertama:

‘Bapak/Ibu mengerti mas B merasa seorang nabi, tapi sulit bagi bapak/ibu untuk
mempercayainya karena setahu kami semua nabi sudah meninggal.”

“Kedua: bapak dan ibu harus lebih sering memuji B jika ia melakukan hal-hal yang baik.”

“Ketiga: hal-hal ini sebaiknya dilakukan oleh seluruh keluarga yang berinteraksi dengan B”

“Bapak/Ibu dapat bercakap-cakap dengan B tentang kebutuhan yang diinginkan B, misalnya:


“Bapak/Ibu percaya B punya kemampuan dan keinginan. Coba ceritakan kepada bapak/ibu. B
khan punya kemampuan ............ “ (kemampuan yang pernah dimiliki oleh anak)

“Keempat: Bagaimana kalau dicoba lagi sekarang?”(Jika anak mau mencoba berikan pujian)
“Pak, bu, B perlu minum obat ini agar pikirannya jadi tenang, tidurnya juga tenang”

“Obatnya ada tiga macam, yang warnanya oranye namanya CPZ gunanya agar tenang, yang
putih ini namanya THP guanya supaya rileks, dan yang merah jambu ini namanya HLP
gunanya agar pikiran tenang semuanya ini harus diminum secara teratur 3 kali sehari jam 7
pagi, jam 1 siang, dan jam 7 malam, jangan dihentikan sebelum berkonsultasi dengan dokter
karena dapat menyebabkan B kambuh kembali” (Libatkan keluarga saat memberikan
penjelasan tentang obat kepada klien).

“Mas B sudah mempunyai jadwal minum obat. Jika dia minta obat sesuai jamnya, segera beri
pujian.

TERMINASI

“Bagaimana perasaan bapak dan ibu setelah kita bercakap-cakap tentang cara merawat B di
rumah?”

“Setelah ini coba bapak dan ibu lakukan apa yang sudah saya jelaskan tadi setiap kali.”

“Baiklah bagaimana kalau dua hari lagi saya datang kembali kesini dan kita akan mencoba
melakukan langsung cara merawat B sesuai dengan pembicaraan kita tadi”

“Jam berapa bapak dan ibu bisa ?”

“Baik saya tunggu, kita ketemu lagi di tempat ini ya pak, bu”

SP 2 Keluarga : Melatih keluarga cara merawat pasien


ORIENTASI
“Selamat pagi pak, bu, sesuai janji kita dua hari yang lalu kita sekarang ketemu lagi”

“Bagaimana pak, bu, ada pertanyaan tentang cara merawat yang kita bicarakan dua hari
yanglalu?”

“Sekarang kita akan latihan cara-cara merawat tersebut ya pak, bu?”

“Kita akan coba disini dulu, setelah itu baru kita coba langsung ke B ya?”

“Berapa lama bapak dan ibu punya waktu?”

KERJA
“Sekarang anggap saya B yang sedang mengaku-aku sebagai nabi, coba bapak dan
ibupraktekkan cara bicara yang benar bila B sedang dalam keadaan yang seperti ini”
“Bagus, betul begitu caranya”
“Sekarang coba praktekkan cara memberikan pujian kepada kemampuan yang dimiliki
B.Bagus.”
“Sekarang coba cara memotivasi B minum obat dan melakukan kegiatan positifnya
sesuaijadual?”
“Bagus sekali, ternyata bapak dan ibu sudah mengerti cara merawat B”
“Bagaimana kalau sekarang kita mencobanya langsung kepada B?”
(Ulangi lagi semua cara diatas langsung kepada pasien)

ORIENTASI
“Selamat
TERMINASIpagi pak, bu, karena mas B rencana mau pulang, bagaimana kalau kita
berbincang
“Bagaimanatentang perawatan
perasaan bapak danlanjutan untuk B?”
ibu setelah kita berlatih cara merawat B?”
“Setelah ini coba bapak dan ibu lakukan apa yang sudah dilatih tadi setiap kali bapak dan ibu
“Nah sekarang
membesuk B” bagaimana kalau bicarakan jadual di rumah? Mari Bpk/Ibu duduk di
sini”
“Baiklah bagaimana kalau dua hari lagi bapak dan ibu datang kembali kesini dan kita akan
mencoba lagi cara merawat B sampai bapak dan ibu lancar melakukannya”
“Berapa lamabapak
“Jam berapa bapakdan
danibuibu
bisapunya waktu? Baik 30 menit saja, sebelum Bpk/Ibu
kemari?”
menyelesaikan administrasi
“Baik saya tunggu, di depan.”
kita ketemu lagi di tempat ini ya pak, bu”

KERJA
“Pak/Bu, ini jadwal B yang sudah dibuat. Coba diperhatikan. Apakah kira-kira dapat
dilaksanakan semu? Jangan lupa memperhatikan B, agar ia tetap menjalankan di rumah,
SP 3 jangan
dan Keluarga : Menjelaskan
lupa perawatan
memberi tanda lanjutanBpasien
M (mandiri), (bantuan), atau T (tidak mau
melaksanakan).”
“Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan oleh
anak ibu dan bapak selama di rumah. Kalau misalnya B mengaku sebagai seorang nabi
terus menerus dan tidak memperlihatkan perbaikan, menolak minum obat atau
memperlihatkan perilaku membahayakan orang lain. Jika hal ini terjadi segera kontrol
ke rumah sakit ya”

TERMINASI
“Apa yang ingin Bapak/Ibu tanyakan?Bagaimana perasaan Bpk/Ibu? Sudah siap
melanjutkan di rumah?”

“Ini jadwal kegiatan hariannya. Kalau ada apa-apaBpk/Ibu boleh juga menghubungi
kami. Sampai jumpa!”

Anda mungkin juga menyukai