Anda di halaman 1dari 11

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hutan mangrove merupakan salah satu bentuk ekosistem hutan yang unik

dan khas, terdapat di daerah pasang surut di wilayah pesisir, pantai, dan atau

pulau-pulau kecil, dan merupakan potensi sumber daya alam yang sangat

potensial. Hutan mangrove memiliki nilai ekonomis dan ekologis yang

tinggi, tetapi sangat rentan terhadap kerusakan apabila kurang bijaksana

dalam mempertahankan, melestarian dan pengelolaannya.

Sumber daya ekosistem mangrove termasuk dalam sumber daya wilayah

pesisir, merupakan sumber daya yang bersifat alami dan dapat terbaharui

(renewable resources) yang harus dijaga keutuhan fungsi dan

kelestariannya, supaya dapat menunjang pembangunan dan dapat

dimanfaatkan seoptimal mungkin dengan pengelolaan yang lestari.

B. Pembatasan Masalah

Agar lebih terarahnya proses penelitian dan memperoleh hasil yang


maksimal, maka penulis ingin membatasi permasalahan hanya pada :
1. Pengertian hutan mangrove.

2. Kebiasaan positif dan negatif pengunjung.

3. Dampak manusia terhadap ekosistem hutan mangrove.

4. Sebab kebiasaan positif dan negatif pengunjung.


C. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah diatas maka rumusan masalah


dalam penelitian ini adalah

D. Tujuan Penelitian

Berkaitan dengan rumusan masalah di atas, penelitian ini disusun dengan

tujuan:

1.

E. Kegunaan Penelitian

Manfaat yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :


1. Bagi penulis :

a. Merupakan sebagai penerapan ilmu yang diperoleh penulis

selama studi wisata di daerah Desa Karangsong Kecamatan

Indramayu Kabupaten Indramayu.

b. Sebagai syarat untuk menyelesaikan tugas Bahasa Indonesia.

2. Bagi akademik :

a. Merupakan sarana untuk menambah pengetahuan mengenai

pengaruh kebiasaan pengunjung terhadap lingkungan hutan

mangrove di Pantai Karangsong Desa Karangsong

Kecamatan Indramayu Kabupaten Indramayu.


BAB II

KAJIAN TEORITIS

A. Deskripsi Teoritis

1. Pengertian Hutan Mangrove

Hutan mangrove merupakan suatu tipe hutan yang tumbuh di atas rawa-

rawa berair payau yang terletak pada garis pantai dan dipengaruhi oleh

pasang-surut air laut tumbuh khususnya di tempat-tempat di mana terjadi

pelumpuran dan akumulasi bahan organik. Baik di teluk-teluk yang

terlindung dari gempuran ombak, maupun di sekitar muara sungai di

mana air melambat dan mengendapkan lumpur yang dibawanya dari hulu,

terutama di pantai yang terlindung, laguna dan muara sungai yang

tergenang pada saat pasang dan bebas dari genangan pada saat surut yang

komunitas tumbuhannya bertoleransi terhadap garam.

Kata mangrove merupakan kombinasi antara bahasa Portugis ”Mangue”

dan bahasa Inggris ”grove”. Dalam bahasa inggris kata mangrove

digunakan baik untuk komunitas tumbuhan yang tumbuh di daerah

jangkauan pasang surut maupun untuk individu-individu jenis tumbuhan

yang menyusun komunitas tersebut.

Hutan mangrove dikenal juga dengan istilah tidal forest, coastal

woodland, vloedbosschen dan hutan payau (bahasa Indonesia). Hutan

mangrove oleh masyarakat sering disebut pula dengan hutan bakau atau

hutan payau.
Mangrove tersebar di seluruh lautan tropik dan subtropik, tumbuh hanya

pada pantai yang terlindung dari gerakan gelombang bila keadaan pantai

sebaliknya, benih tidak mampu tumbuh dengan sempurna dan

menjatuhkan akarnya. Pantai-pantai ini tepat di sepanjang sisi pulau-pulau

yang terlindung dari angin, atau serangkaian pulau atau pada pulau massa

daratan di belakang terumbu karang di lepas pantai yang terlindung.

Mangrove di Indonesia memiliki keanekaragaman yang luar biasa.

Mangrove sendiri dikelompokkan menjadi 2 yaitu: sejati dan asosiasi.

Mangrove sejati sendiri terdiri dari 2 jenis yaitu mayor dan minor.

Mangrove mayor memiliki 34 jenis dan mangrove minor ada 20 jenis.

Mangrove asosiasi adalah pohon yang mempunyai banyak kesamaan

dengan bakau, maka mangrove pun digabungkan dalam kelompok bakau.

Mangrove assosiasi memiliki 60 jenis. Di Indonesia, ada beberapa

mangrove sejati, seperti Family Rhizophoraceae, Family Sonneratiaceae

dan Family Avicenniaceae.

Ekosistem mangrove adalah suatu sistem di alam tempat berlangsungnya

kehidupan yang mencerminkan hubungan timbal balik antara makhluk

hidup dengan

lingkungannya dan diantara makhluk hidup itu sendiri, terdapat pada

wilayah pesisir,

terpengaruh pasang surut air laut, dan didominasi oleh spesies pohon atau
semak yang

khas dan mampu tumbuh dalam perairan asin/payau.

Ekosistem hutan mangrove bersifat khas, baik karena adanya pelumpuran

yang mengakibatkan kurangnya aerasi tanah; salinitas tanahnya yang

tinggi; serta mengalami daur penggenangan oleh pasang-surut air laut.

Hanya sedikit jenis tumbuhan yang bertahan hidup di tempat semacam ini,

dan jenis-jenis ini kebanyakan bersifat khas hutan bakau karena telah

melewati proses adaptasi dan evolusi. Dalam suatu paparan mangrove di

suatu daerah tidak harus terdapat semua jenis

spesies mangrove.

Formasi hutan mangrove dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti

kekeringan, energi gelombang, kondisi pasang surut, sedimentasi,

mineralogi, efek neotektonik .

Sedangkan IUCN (1993), menyebutkan bahwa komposisi

spesies dan karakteristik hutan mangrove tergantung pada faktor-faktor

cuaca, bentuk

lahan pesisir, jarak antar pasang surut air laut, ketersediaan air tawar, dan

tipe tanah.

2. Kebiasaan positif dan negatif pengunjung.


Kebiasaan adalah suatu cara yang lazim yang wajar dan diulang-ulang

dalam melakukan sesuatu oleh sekelompok orang. Masing-masing

manusia pasti mempunyai perilaku-perilaku tertentu yang menyenangkan

sehingga akan dikerjakan setiap waktu. Perilaku-perilaku tersebut bisa

sama atau bisa juga berbeda dengan individu yang lain. Perbuatan atau

perilaku yang dilakukan secara berulang-ulang dan rnenjadi pola hidup

seperti itulah yang disebut kebiasaan. Di masyarakat, juga terdapat

kebiasaan-kebiasaan tertentu yang diikuti oleh setiap warganya. Kebiasaan

itu bisa berupa cara-cara melakukan atau memanfaatkan sesuatu ataupun

perilaku-perilaku tertentu yang dianggap praktis dan juga benar.

Kebiasaan-kebiasaan tersebut dianggap sebagai suatu cara yang lazim,

wajar, dan juga benar. Karena dianggap wajar dan benar, maka dilakukan

berulang-ulang dan menjadi bagian dari kehidupan bermasyarakat.

Kebiasaan positif pengunjung antara lain:

1. Tidak membuang sampah sembarangan.

2. Tidak memetik daun, buah pada tanaman.

3. Mematuhi peraturan yang ada.

Kebiasaan negatif pengunjung antara lain:

1. Membuang sampah sembarangan.

2. Tidak menjaga kebersihan lingkungan.

3. Memetik daun, buah pada tanaman.

4. Tidak tertib pada aturan yang ada.


3. Dampak Kegiatan Manusia Terhadap Hutan Mangrove

Secara ekologis ekosistem hutan mangrove memiliki peran utama sebagai

daerah pemijahan (spawning ground), daerah asuhan (nursery ground) dan

tempat mencari makan (feeding ground) sebagian besar jenis biota laut

(ikan, udang, kepiting) yang bernilai ekonomi penting. Sekitar 80% dari

jenis-jenis ikan laut daerah tropika menghabiskan masa hidupnya paling

tidak satu fase dalam daur hidupnya didaerah pesisir berhutan mangrove.

Kegiatan manusia baik sengaja maupun tidak sengaja telah menimbulkan

dampak terhadap ekosistem mangrove. Beberapa aktivitas manusia

terhadap ekosistem mangrove beserta dampaknya adalah

a. Berubahnya komposisi tumbuhan, pohon-pohon mangrove akan

digantikan oleh spesies-spesies yang nilai ekonominya rendah dan hutan

mangrove yang ditebang ini tidak lagi berfungsi sebagai daerah mencari

makan (feeding ground) dan daerah pengasuhan (nursery ground) yang

optimal bagi bermacam ikan dan udang stadium muda yang penting secara

ekonomi.

b. Menurunnya tingkat kesuburan hutan mangrove karena pasokan zat-zat

hara melalui aliran air tawar berkurang. Pengalihan aliran air tawar,

misalnya pada pembangunan irigasi.


c. Peningkatan salinitas hutan (rawa) mangrove menyebabkan dominasi

dari spesies-spesies yang lebih toleran terhadap air yang menjadi lebih

asin; ikan dan udang dalam stadium larva dan juvenil mungkin tidak dapat

mentoleransi peningkatan salinitas, karena mereka lebih sensitif terhadap

perubahan lingkungan. Mengancam regenerasi stok-stok ikan dan udang di

perairan lepas pantai yang memerlukan hutan (rawa) mangrove sebagai

nursery ground larva atau stadium muda ikan dan udang.

d. Pencemaran laut oleh bahan-bahan pencemar yang sebelum hutan

mangrove dikonversi dapat diikat oleh substrat mangrove.

e. Pendangkalan perairan pantai karena pengendapan sedimen yang

sebelum hutan mangrove dikonversi mengendap di hutan mangrove

f. Intrusi garam melalui saluran-saluran alam yang bertahankan

keberadaannya atau melalui saluran-saluran buatan manusia yang

bermuara di laut.

g. Pembuangan sampah cair (Sewage) menyebabkan penurunan

kandungan oksigen terlarut dalam air, bahkan dapat terjadi keadaan

anoksik dalam air sehingga bahan organik yang terdapat dalam sampah

cair mengalami dekomposisi anaerobik yang antara lain menghasilkan

hidrogen sulfida (H2S) dan aminia (NH3) yang keduanya merupakan

racun bagi organisme hewani dalam air. Bau H2S seperti telur busuk yang

dapat dijadikan indikasi berlangsungnya dekomposisi anaerobik.


h. Pembuangan sampah padat menyebabkan kemungkinan terlapisnya

pneumatofora dengan sampah padat yang mengakibatkan kematian pohon-

pohon mangrove. Perembesan bahan-bahan pencemar dalam sampah padat

yang kemudian larut ke perairan di sekitar pembuangan sampah.

i. Pencemaran minyak dalam jumlah besar menyebabkan kematian pohon-

pohon mangrove akibat terlapisnya pneumatofora oleh lapisan minyak.

j. Penambangan dan ekstraksi mineral menyebabkan kerusakan total di

lokasi penambangan dan ekstraksi mineral yang dapat mengakibatkan :

1. Musnahnya daerah asuhan (nursery ground) bagi larva dan bentuk-

bentuk juvenil ikan dan udang yang bernilai ekonomi penting dilepas

pantai, dan dengan demikian mengancam regenerasi ikan dan udang

tersebut.

2. Pengendapan sedimen yang berlebihan mengakibatkan terlapisnya

pnematofora oleh sedimen yang pada akhirnya dapat mematikan pohon

mangrove.

B. Kerangka Berpikir
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian

Observasi dilakukan pada pagi hari pukul 05.00, pada hari sabtu

tanggal 29 Oktober 2016.

2. Tempat Penelitian

Tempat yang digunakan untuk penelitian ini di Pantai Karangsong


Desa Karangsong Kecamatan Indramayu Kabupaten Indramayu.

B. Metode Penelitian

Metode yang dilakukan dalam Penelitian ini adalah metode survei


yaitu dengan cara penyelidikan yang dilakukan oleh memperoleh fakta
dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan yang faktual dan
melakukan evaluasi secara langsung terhadap pemandu disana.

C. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara :


1. Observasi atau pengamatan, yaitu cara pengumpulan data dengan cara

mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang diamati.

2. Interview atau wawancara, yaitu proses tanya jawab dalam penelitian

yang berlangsung secara lisan dalam dua orang atau lebih, bertatap

muka mendengarkan secara langsung informasi atau keterangan

melalui pertanyaan dari kusioner dan bertujuan untuk mendapatkan

data yang selengkap-lengkapnya mengenai pertanyaan yang diajukan.


3. Dokumentasi, dilakukan untuk pengambilan gambar dan lain

sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai