Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui apa itu pengertian konseling sufistik.
2. Untuk mengetahui urgensi konseling sufistik.
3. Untuk mengetahui dasar-dasar konseling sufistik.
4. Untuk mengetahui metode dan materi konseling sufistik.
5. Untuk mengetahui teknik dan pendekatan konseling sufistik
1
BAB II
PEMBAHASAN
1
Duski Samad, Konseling Sufistik. (Depok:Rajawali Perss, 2017).h. 2
2
Syamsu Yusuh dan Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling, (Bandung:PT.Remaja Rosdakarya,
2014), h. 9
2
bimbingan dan konseling yang berhadapan dengan obyek garapan yang sama,yaitu problem
atau masalah. Perbedaannya terletak pada titik berat perhatian dan perlakuan terhadap
masalah tersebut.
Fungsi atau kegiatan bimbingan dan konseling, bukan sekadar yang bersifat preventif
dan kuratif atau korektif yakni mencegah timbulnya masalah pada seseorang Fungsi
preventif atau pencegahan. Keadaan preventif dan developmental, yakni memelihara agar
keadaan yang telah baik tidak menjadi tidak baik kembali dan mengembangkan keadaan yang
sudah baik itu menjadi lebih baik. Konseling secara tradisi berkaitan dengan seorang konselor
yang memberikan nasehat atau bimbingan tentang bagaimana seorang konseli (orang yang
dikonseling) harus hidup. Namun belakangan ini konseling dikaitkan dengan suatu proses
psikoterapi yang menyeluruh, yang mana seorang konselor terlibat di dalam tindakan
penyembuhan kepada konseli yang mengalami tekanan atau masalah hidup yang
mengakibatkan gangguan mental, disintegrasi, dan disfungsi kepribadian. Tugas konselor
disini membawa konseli kepada suatu kondisi yang lebih sehat dan utuh. Di era globalisasi
ini konseling sangat penting dan dibutuhkan oleh setiap orang, yang berhadapan dengan
permasalahan yang semakin kompleks.
(1). Konseling Sebagai Proses. Konseling sebagai proses berarti konseling tidak dapat
dilakukan sesaat. Butuh proses yang merupakan waktu untuk membantu klien dalam
memecahkan masalah mereka, dan bukan terjadi hanya dalam satu pertemuan. Permasalahan
klien yang kompleks dan cukup berat, konseling dapat dilakukan beberapa kali dalam
3
pertemuan secara berkelanjutan.
(2). Konseling Sebagai Hubungan Spesifik. Hubungan antara konselor dan klien merupakan
unsur penting dalam konseling. Hubungan koseling harus dibangun secara spesifik dan
berbeda dengan hubungan sosial lainnya. Karena konseling membutuhkan hubungan yang
diantaranya perlu adanya keterbukaan, pemahaman, penghargaan secara positif tanpa syarat,
dan empati.
(3). Konseling adalah Membantu Klien. Hubungan konseling bersifat membantu (helping).
Membantu tetap memberikan kepercayaan pada klien dalam menghadapi dan mengatasi
permasalahan mereka. Hubungan konseling tidak bermaksud mengalihkan pekerjaan klien
pada konselor, tetapi memotivasi klien untuk lebih bertanggung jawab terhadap dirinya
sendiri dan mengatasi masalahnya.
(4). Konseling untuk Mencapai Tujuan Hidup. Konseling diselenggarakan untuk
mencapai pemahaman dan penerimaan diri, proses belajar dari perilaku adaptif, dan belajar
melakukan pemahaman yang lebih luas tentang dirinya yang tidak hanya membuat ”know
about” tetapi juga ”how to” sejalan dengan kualitas dan kapasitasnya. Tujuan akhir konseling
pada dasarnya adalah sejalan dengan tujuan hidupnya yang oleh Maslow (1968) disebut
aktualisasi diri.
2. Konseling Sufistik.
Kata sufistik yang disandingkan dengan konseling adalah istilah yang berhubungan
sufi artinya orang-orang yang mengamalkan Islam dengan taat dan membangun hubungan
sedekat mungkin dengan Allah. Konseling sufistik yang dimaksudkan adalah melakukan
bimbingan dan konseling dengan pendekatan ilmu tasawuf atau praktek yang dilakukan
kalangan sufi. Konseling sufistik berdasarkan pada nilai-nilai dasar ajaran Islam. Konseling
sufistik juga dapat dikatakan semakna dengan konseling Islam.
Kemudian fungsi atau kegiatan bimbingan dan konseling, lazimnya, seperti telah
disebutkan oleh para ahli bukan hanya sekedar yang bersifat preventif dan kuratif saja,
melainkan sebagai berikut: (a).fungsi preventif atau pencegahan, yakni mencegah timbulnya
masalah pada seseorang. (b).Fungsi kuratif atau korektif, yakni memecahkan atau
4
menanggulangi masalah yang sedang dihadapi seseorang. (c). Fungsi preventive dan
developmental, yakni memelihara agar keadaan yang telah baik tidak menjadi tidak baik
kembali, dan mengembangkan keadaan yang sudah baik itu menjadi lebih baik lagi.
Bimbingan Islam adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar mampu
hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehinngga dapat mencapai kebahagiaan
hidup didunia dan akhirat. Bimbingan Islam merupakan proses bimbingan sebagaimana
kegiatan bimbingan lainnya, tetapi dalam seluruh seginya berlandaskan Al-quran dan sunnah
rasul. Bimbingan Islam adalah proses bimbingan bantuan, artinya bimbingan tidak
menentukan atau mengharuskan, melainkan sekedar membantu individu. Individu dibantu,
dibimbing, agar mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah.
Visi bimbingan konseling berbasis sufistik di dasarkan pada pandangan bahwa
manusia adalah individu yang mempunyai kemampuan megubah nasibnya sendiri dengan
berpijak pada kekuatan ketuhanan yang melekat dalam dirinya sendiri. Misi bimbingan dan
konseling sufistik terdiri dari beberapa empat tahapan, pertama membantu individu
mengetahui, mengenal dan memahami diri sesuai dengan hakikatnya, atau mengenal kembali
keadaan dirinya (arafa nafsahu). Selanjutnya manusia bergerak menuju pengenalan pada
hakikat diri untuk mengenal hakikat Tuhan. (Man ‘arafa nafsahu faqad ‘arafa rabbahu).
Kedua, membantu individu agar menerima keadaan diri seperti adanya, segi baik dan
buruknya, kekuatan kelemahannya, sebagai takdir Allah atas dirinya (qana’ah). Ketiga ,
membantu individu agar memahami dan menerima keadaan (situasi dan kondisi) yang
dihadapi individu yang bersangkutan (tawakkal). Keempat, membantu individu agar
menemukan alternatif pemecahan dan mengantisipasi masa depan, sehingga ia mampu
memperkirakan kemungkinan akibat yang akan terjadi berdasarkan perbuatan atau tindakan
saat ini (khauf wa al-raja’).
5
komunitas. Akibat lanjutan dari pelanggaran, kesalahan dan kejahatan yang dilakukan
membawa kesulitan, kesusahan dan ketidakbahagian hidup.
Kehadiran agama dalam sistim nilai kehidupan manusia adalah memberikan
bimbingan, nasehat, petunjuk dan pembeda antara yang benar dan salah, (hudan lin nas wa
bayyinatu minal huda wal furqan). Agama memberikan bimbingan dan nasehat dalam dua
kategori besar. Pertama sistim upacara bagaimana menyatakan dan melakukan hubungan
ketaatan, loyalitas dan penyembahan kepada-Nya, kemudian dilanjutkan pada tatacara
melakukan membangun hubungan sedekat mungkin dengan sang pemilik hidup, Allah swt,
dalam bahasa agama Islam dinamakan hubungan dengan Allah (hablum minal Allah). Kedua
berkaitan dengan pengaturan sistim hidup yang teratur, aman, nyaman dan saling menghargai
sesama manusia, lingkungan dan alam semesta, (hablum minnas).
sMasyarakat dengan pola pemikiran dan gaya hidup hedonistik, dan materialistik
demikian telah kehilangan visi ke-Ilahian yang tumpul penglihatannya terhadap realitas hidup
dan kehidupan. Kemajuan-kemajuan yang terjadi telah merambah dalam berbagai aspek
kehidupan, baik sosial, ekonomi budaya dan politik. Kondisi ini mengharuskan individu
untuk beradaptasi terhadap perubahan-perubahan yang terjadi secara cepat dan pasti. Padahal
dalam kenyataannya tidak semua individu mampu melakukannya sehingga yang terjadi justru
masyarakat atau manusia yang menyimpan banyak problem. Bagi masyarakat, kehidupan
semacam ini sangat terasa di daerah-daerah perkotaan yang saling bersaing dalam segala
bidang. Sehingga kondisi tersebut memaksa tiap individu untuk beradaptasi dengan cepat.
Padahal tidak semua orang mampu untuk itu. Akibatnya yang muncul adalah individu-
individu yang menyimpan berbagai problem psikis dan fisik, dengan demikian dibutuhkan
cara efektif untuk mengatasinya.
Pentingnya bimbingan dan konseling sufistik adalah untuk meningkatkan kesehatan
mental yang mudah ternganggu oleh dampak kehidupan modern sebagaimana dijelaskan di
atas. Para ahli kesehatan mental mengemukakan wawasan kesehatan mental dan ciri-ciri
mental yang sehat menurut Islam. Menurut seorang ahli psikoterapi, Saparinah Sadli
mengemukakan tiga orientasi dalam kesehatan mental. Pertama, orientasi klasik, yaitu
seseorang dianggap sehat bila tidak mempunyai keluhan tertentu, seperti ketegangan, rasa
lelah, cemas, rendah diri atau perasaan tidak berguna, yang semuanya menimbulkan perasaan
“sakit” atau “rasa tidak sehat” serta mengganggu efisiensi aktivitas sehari-hari. Kedua,
orientasi penyesuaian diri, yaitu seseorang dianggap sehat secara psikis bila ia mampu
mengembangkan diri sesuai dengan tuntutan orang lain dan lingkungan sekitar. Ketiga,
orientasi pengembangan potensi, yaitu seseorang dianggap mencari taraf kesehatan mental,
6
bila mendapat kesempatan untuk mengembangkan potensinya menuju kedewasaan, sehingga
ia dihargai orang lain dan dirinya sendiri.
Atas dasar pandangan-pandangan tersebut dapat dajukan beberapa ciri kesehatan
mental, atau kondisi jiwa yang sehat secara operasional, yaitu: (1) bebas dari gangguan dan
penyakit kejiwaan, (2) mampu secara luwes menyesuaikan diri dan menciptakan hubungan
antar pribadi yang bermanfaat dan menyenangan, (3) mengembangkan potensi-potensi
pribadi (bakat, kemampuan, sikap), (4) beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, dan
berupaya menerapkan ajaran agama dalam keseharian.
7
hamba-Nya yang mendapatkah hidayah. Artinya tersirat bahwa hidayah atau jalan kebenaran
hak adalah hak mutlak Allah swt, namun hamba harus menyediakan diri dan kesempatan
untuk menemukan dan menekuni jalan hidayah itu melalui dakwah bijaksana.
(2). Nasehat Bijak (Taushiyah).
Nasehat tentang pengunaan waktu menjadi salah hal penting yang harus di taushiyahkan.
Waktu adalah salah kondisi yang dapat membawa kerugian. Orang-orang beriman dan
beramal saleh diperintah Allah swt untuk mengunakan waktu. Mereka yang bisa mengunakan
waktunya dengan memberikan bimbingan dan nasehat dikatakan sebagai orang yang tidak
merugi. Materi nasehat yang beruntung adalah bila memenuh kreteria kebenaran yang
dilakuan dengan metode kesabaran.
Artinya: Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat
menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.
(QS. Al-‘ashri/103:3).
Menasehati dituntut dengan cara yang baik dan benar. Sehingga ditegaskan bahwa metode
dan pendekatan bimbingan dan nasehat juga harus dilakukan dengan sabar dan santun.
Artinya: Dan Dia (tidak pula) Termasuk orang-orang yang beriman dan saling berpesan
untuk bersabar dan saling berpesan untuk berkasih sayang. (QS. Al-Balad/90:17)
(3). Irsyadiyah, (Pencerdasan).
Usaha memberikan bimbingan dan nasehat tidak baik bila dipaksakan. Pemaksaaan
bimbingan dan nasehat, lebih lagi pemaksaan keyakinan agama adalah perilaku yang dilarang
Allah. Mencerdaskan dengan membukakan kebaikan dan nilai-nilai keutamaan adalah
bimbingan yang disuruh Allah swt. Kebenaran adalah reliatas yang pastikan akan diikuti dan
dipilih ketika awan kegelapan, yakni kebodohan dan ketertutupan, sudah terbuka.
Pencerdasan adalah cara terbaik yang hendaknya dilakukan dalam bimbingan dan konseling.
8
Artinya: Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya telah jelas
jalan yang benar daripada jalan yang sesat. karena itu Barangsiapa yang ingkar kepada
Thaghut[Thaghut ialah syaitan dan apa saja yang disembah selain dari Allah s.w.t.] dan
beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang Amat
kuat yang tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui. (QS. Al-
Baqarah/2:256).
(4). Hijrah.
Metode sabar yang disertai dengan hijrah (menghindarkan diri) terhadap kondisi yang
merusak tatanan nilai adalah bentuk atau cara bimbingan yang berakar dari perintah ayat.
Memberikan bimbingan dan nasehat hakikatnya adalah menjadikan orang dibimbing terbebas
dari masalah yang menimpannya. Dalam hal ini dapat dilakukan tindakan pengisolasian diri.
Artinya: Dan bersabarlah terhadap apa yang mereka ucapkan dan jauhilah mereka dengan
cara yang baik.(QS. Al-Muzammil/73:10).
(5). Tazkiyah.
Metode bimbingan dan nasehat dalam bentuk tazkiyah (penyucian diri) adalah cara yang
dilakukan oleh Rasul Muhammad saw. Jelas sekali bahwa metode tazkiyah adalah cara yang
diperintahkan Allah dan menyatakan itu fungsi Rasul yang sesungguhnya.
Artinya: Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara
mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan
mengajarkan mereka kitab dan Hikmah (As Sunnah). dan Sesungguhnya mereka sebelumnya
benar-benar dalam kesesatan yang nyata, (QS. A-Jumu’a70:3)
(6) Latihan Diri (Riyadhah).
9
Riyadhah artinya melatih diri dengan amalan tertentu dan terus melakukan menerapkan
prilaku terpuji. Riyadah artinya latihan nafs artinya diri. Riyadtun adalah melatih diri agar
terus berada dijalan ilahi. Membiasakan diri dengan akhlak mulia, menanamkan sifat terpuji
setiap nafas kehidupan adalah wujud nyata dari latihan diri. Latihan diri adalah mengerahkan
segala kemampuan (mujahadah) untuk menerapkan sifat batin yang baik dan menjauhi sifat
batin yang buruk. Riyadhah itu pembentukan karakter keilahian sehingga melahirkan
manusia yang dijamin diredhai Allah dan benar loyal pada-Nya.
Artinya: Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah syurga 'Adn yang mengalir di bawahnya
sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan
merekapun ridha kepadanya. yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut
kepada Tuhannya. (QS. Al-Bayyinah,8).
Artinya: Tetapi (dia memberikan itu semata-mata) karena mencari keridhaan Tuhannya yang
Maha tinggi. Dan kelak Dia benar-benar mendapat kepuasan. (QS. Al-Lail, 20-1)
Dari sisi keilmuan konseling sufistik berdiri di atas pandangan manusia bahwa manusia
terdiri dari berbagai unsur yang menjadi satu kesatuan utuh yang tidak terpisahkan. Manusia
memiliki empat fungsi sifat atau kedudukan, antara lain: (1) Sebagai makhluk Allah, yaitu
makhluk yang diciptakan dan wajib mengabdi kepada Allah.(2) Sebagai makhluk individu.
(3) Sebagai anggota masyarakat manusia atau makhluk sosial.(4) Sebagai “khalifatullah” di
muka bumi yang wajib mengelola dan memakmurkan bumi (makhluk berbudaya).
10
Bimbingan konseling individu yaitu bimbingan konseling yang memungkinkan klien
mendapat layanan langsung tatap muka dalam rangka pembahasan dan pengentasan
permasalahan yang sifatnya pribadi yang dideritanya. Dalam konseling ini hendaknya
konselor bersikap penuh simpati dan empati. Simpati artinya menunjukkan adanya sikap turut
merasakan apa yang sedang dirasakan oleh klien. Dan empati artinya berusaha
menempatkann diri dalam situasi diri klien dengan segala masalah-masalah yang
dihadapinya. Dengan sikap ini klien akan memberikan kepercayaan sepenuhnya kepada
konselor. Dan ini sangat membantu keberhasilan konseling.
Bentuk khusus teknik konseling, (a). Konselor yang paling berperan, (b). Konselor berusaha
mengarahkan konseli sesuai dengan masalahnya, (c).Berpusat pada konseli, (d).Konselor
hanya menampung pembicaraan yang berperan konseli, (e).Konseli bebas bicara, sedangkan
konselor menampung dan mengarahkan. Pembimbing dalam hal ini melakukan komunikasi
langsung secara individual dengan pihak yang dibimbingnya.
Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan teknik; a.Percakapan pribadi, yakni
pembimbing melakukan dialog langsung tatap muka dengan pihak yang dibimbing.
b Kunjungan ke rumah (home visit), yakni pembimbing mengadakan dialog dengan kliennya
tetapi dilaksanakan di rumah klien sekaligus untuk mengamati keadaan rumah klien dan
lingkunsgannya. c. Kunjungan dan Observasi kerja, yakni pembimbing/konseling jabatan,
melakukan percakapan individual sekaligus mengamati kerja klien dan lingkungannya.
(2). Metode Kelompok.
Pembimbing melakukan komunikasi lansung dengan klien dalam kelompok. Hal ini
dapat dilakukan dengan teknik-teknik: Diskusi kelompok. Diskusi kelompok merupakan
suatu cara dimana murid-murid akan mendapat kesempatan untuk memecahkan masalah
bersama-sama. Setiap murid dapat menyumbangkan pikiran masing-masing dalam
memecahkan suatu masalah. Dalam diskusi itu dapat tertanam pula rasa tanggung jawab dan
harga diri.
(3). Karyawisata (field trip).
Karyawisata atau field trip selain berfungsi sebagai kegiatan rekreasi atau metode
mengajar, dapat pula berfungsi sebagai salah satu tehnik dalam bimbingan kelompok.
Dengan berkaryawisata murid mendapat kesempatan meninjau objek-objek yang menarik dan
mereka mendapat informasi yang lebih baik dari objek itu. Disamping itu murid-murid
mendapat kesempatan untuk memperoleh penyesuaian dalam kehidupan kelompok, misalnya
dalam berorganisasi, kerja sama, rasa tanggungjawab, percaya pada diri sendiri. Juga dapat
mengembangkan bakat dan cita-cita yang ada. Dalam contoh seorang anak dapat kesempatan
11
untuk mengembangkan kesenangannya dan bakatnya dalam karyawisatanya. Ia dapat
menunjukkan kemampuannya kepada teman-temannya dan mengembalikan harga dirinya.
(4). Sosiodrama.
Sosiodrama dipergunakan sebagai suatu tehnik didalam memecahkan masalah-
masalah social dengan melalui kegiatan bermain peranan. Di dalam sosiodrama ini individu
akan memerankan suatu peranan tertentu dari suatu masalah social. Dalam kesempatan itu
individu akan menghayati secara langsung situasi masalah yang dihadapinya. Dari
pementasan itu kemudian diadakan diskusi mengenai cara-cara pemecahan masalahnya.
(5). Psikodrama.
Jika sosiodrama merupakan tehnik memecahkan masalah social, maka psikodrama
adalah tehnik untuk memecahkan masalah-masalah psychis yang dialami oleh individu.
Dengan memerankan suatu peranan tertentu, konflik atau ketegangan yang ada dalam dirinya
dapat dikurangi atau dihindari. Kepada sekelompok murid dikemukakan suatu cerita yang
didalamnya tergambarkan adanya ketegangan psyshis yang dialami individu. Kemudian
murid-muri d diminta untuk memainkan dimuka kelas. Bagi murid yang mengalami
ketegangan, permainan dalam peranan itu dapat mengurangi ketegangannya.
(6).Remedial teaching.
Remedial teaching atau pengajaran remedial yaitu bentuk pengajaran yang diberikan
seorang murid untuk membantu memecahkan kesulitan belajar yang dihadapinya. Remedial
ini mungkin berbentuk bermacam-macam seperti penambahan pelajaran, pengulangan
kembali, latihan-latihan, penekanan aspek-aspek tertentu, tergantung dari jenis dan tingkat
kesulitan belajar yang dialami murid. Tehnik remedial ini dilakukan setelah diadakan
diagnose terhadap kesulitan yang dialami murid.
(7). Metode Tidak Langsung.
Metode tidak langsung (metode komunikasi tidak langsung) adalah metode
bimbingan/konseling yang dilakukan melalui media komunikasi masa. Hal ini dapat
dilakukan secara individual maupun kelompok, bahkan massal. Metode dan teknik mana
yang dipergunakan dalam melaksanakan bimbingan atau konseling, tergantung pada :
(a) Masalah/problem yang sedang dihadapi/digarap,(b). Tujuan penggarapan
masalah,(c).Keadaan yang dibimbing/klien,(d). Kemampuan pembimbing/konselor
mepergunakan metode/teknik,(e). Sarana dan Prasarana yang tersedia, (f). Kondisi dan situasi
lingkungan sekitar,(g). Organisasi dan administrasi layanan bimbingan & konseling dan
(h). Biaya yang tersedia
12
2. Materi Konseling Sufistik.
(1). Penjernihan Hati.
Bimbingan, nasehat dan pembinaan yang metode yang dapat digunakan dalam
konseling Islami sebagaimana disebutkan ayat Alqur’an di atas bisa dapat berfungsi dan
efektif ketika jiwa manusia baik. Menjaga hati jangan sampai terjatuh pada hati jangan
sampai dikatakan quswah, kesat, kasar dan tidak bergeming atas kebenaran. Artinya
mencegah agar hati tidak rusak dan menjadi hati munafiq adalah fungsi yang harus dilakukan
oleh Islam.
Artinya: Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi.
Padahal diantara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-sungai dari padanya dan
diantaranya sungguh ada yang terbelah lalu keluarlah mata air dari padanya dan
diantaranya sungguh ada yang meluncur jatuh, karena takut kepada Allah. dan Allah sekali-
sekali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan. QS. al-Baqarah/2:74
(2) Internalisasi Nilai dan Sikap Sufistik (Tasawuf).
Nilai dan sikap sufistik dapat dipelajari dan pada akhirnya diinternalisasikan melalui
tasawauf. Kini muncul kecenderungan masyarakat untuk mengikuti kegiatan-kegiatan
spiritual (tasawuf). Tasawuf sebagai inti ajaran Islam muncul dengan memberi solusi dan
terapi bagi problem manusia dengan cara mendekatkan diri kepada Allah yang Maha
Pencipta. Selain itu berkembang pula kegiatan konseling yang memang bertujuan membantu
seseorang menyelesaikan masalah. Karena semua masalah pasti ada penyelesaiannya serta
segala penyakit pasti ada obatnya. Peluang tasawuf dalam menangani penyakit-penyakit
psikologis atas segala problem manusia, semakin terbentang lebar di era modern ini. Maka
dari itu, penulis mencoba untuk melakukan analisis terhadap tasawuf sebagai terapi atas
problem manusia dalam perspektif konseling Islam.
Tasawuf pada dasarnya merupakan jalan atau cara yang ditempuh oleh seseorang
untuk mengetahui tingkah laku nafsu dan sifat-sifat nafsu, baik yang buruk maupun yang
13
terpuji. Karena itu kedudukan tasawuf dalam Islam diakui sebagai ilmu agama yang berkaitan
dengan aspek-aspek moral serta tingkah laku yang merupakan substansi Islam. Dimana
secara filsafat sufisme itu lahir dari salah satu komponen dasar agama Islam, yaitu Iman,
Islam dan Ihsan. Kalau iman melahirkan ilmu teologi (kalam), Islam melahirkan ilmu syari'at,
maka ihsan melahirkan ilmu akhlaq atau tasawuf.
(3) Materi Meluruskan Tujuan Hidup.
Bimbingan dan konseling sufistik pada dasarnya bertujuan adalah membantu klien
atau konseli, yakni orang yang dibimbing, mencapai kebahagiaan hidup yang senantiasa
didambakan oleh setiap muslim.
Artinya: “Dan di antara mereka ada orang yang berdoa: Ya Tuhan kami, berilah kami
kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka”. (QS. Al-
Baqarah:201).
Manusia menurut pandangan Islam, memiliki sifat-sifat yang baik sekaligus
mempunyai sifat-sifat lemah. Sifat-sifat yang baik merupakan sifat yang dikembangkan oleh
bimbingan dan konseling sufistik. Bimbingan dan konseling sufistik membantu klien atau
yang dibimbing, memelihara, mengembangkan, menyempurnakan sifat-sifat yang baik
tersebut.
(4) Mengembangkan Kefitrahan.
Bimbingan dan konseling sufistik merupakan bantuan kepada klien atau konseli untuk
mengenal, memahami dan menghayati fitrahnya, sehingga segala gerak tingkah laku dan
tindaknya sejalan dengan fitrahnya tersebut. Manusia menurut Islam, dilahirkan dalam
dengan keadaan fitrah yaitu berbagai kemampuan potensial bawaan dan kecenderungan
sebagai muslim atau beragama Islam. Bimbingan dan konseling membantu klien atau konseli
untuk mengenal dan memahami fitrahnya itu, atau mengenal kembali fitrahnya tersebut
manakala pernah tersesat serta menghayatinya, sehingga dengan demikian akan mampu
mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat karena bertingkah laku sesuai dengan
fitrahnya itu.
14
Artinya: Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas)
fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada
fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui[Fitrah
Allah: Maksudnya ciptaan Allah. manusia diciptakan Allah mempunyai naluri beragama
Yaitu agama tauhid. kalau ada manusia tidak beragama tauhid, Maka hal itu tidaklah wajar.
mereka tidak beragama tauhid itu hanyalah lantara pengaruh lingkungan.], (QS. Al-
Ruum,30)
(5) Memperkuat Nila-Nilai Keikhlasan.
Bimbingan dan konseling sufistik diselenggarakan semata-mata karena Allah.
Konsekuensinya pembimbing melakuakan tugasnya dengan penuh keikhlasan tanpa pamrih,
sementara yang dibimbing pun menerima atau meminta bimbingan atau konseling dengan
ikhlas dan rela karena semua pihak merasa semua yang dilakukan adalah karena untuk
pengabdian kepada Allah semata, sesuai dengan fungsi dan tugasnya sebagai makhluk Allah
yang harus senantiasa mengabdi pada-Nya. ”Katakanlah: Sesungguhnya salatku, ibadahku,
hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam”. (QS.Al-An’am:162).
Secara etimologis, kata ikhlas merupakan bentuk mashdar dari kata akhlasha yang
berasal dari akar kata khalasha. Menurut Luis Ma’luuf, kata khalasha ini mengandung
beberapa macam arti sesuai dengan konteks kaliamatnya. Ia bisa berarti shafaa (jernih), najaa
wa salima (selamat), washala (sampai), dan I’tazala (memisahkan diri). Maksudnya, didalam
menjalankan amal ibadah apa saja harus disertai dengan niat yang ikhlas tanpa pamrih
apapun.
(6). Memahami dan Mengisi Makna Hidup.
Islam menghendaki keharmonisan, keselarasan, keseimbangan, keserasian dalam
segala segi. Dengan kata lain, Islam menghendaki manusia berlaku adil terhadap haknya
dirinya sendiri, hak orang lain, hak alam semesta dan juga hak Tuhan. Salah satu hadits juga
menyiratkan keharusan adanya keseimbangan atau keharmonisan yaitu yang artinya:
“Sebaik-baik perkara itu yang tengah-tengahnya”.
(7) Menjaga dan Meningkatkan Keutuhan Diri.
Manusia itu dalam hidupnya di dunia merupakan satu kesatuan jasmaniah rohaniah.
Bimbingan dan konseling Islami memperlakukan kliennya sebagai makhluk jasmaniah
rohaniah, tidak memandangnya sebagi makhluk biologis semata, atau makhluk rohaniah
semata. Bimbingan dan konseling Islami membantu individu untuk hidup dalam
15
keseimbangan jasmaniah rohaniah tersebut. “Hampir-hampir kekafiran itu membawa ke
dalam kekufuran”. (HR.Abu Na’im dari Anas).
Rohani manusia memiliki unsur daya kemampuan pikir, merasakan atau menghayati
dan kehendak atau hawa nafsu, serta juga akal. Kemampuan ini merupakan sisi lain
kemampuan fundamental potensial untnuk mengetahui, memperhatikan, menganalisis, dan
menghayati. Orang yang dibimbing diajak untuk menginternalisasikan norma dengan
mempergunakan semua kemampuan rohaniah potensialnya tersebut bukan cuma mengikuti
hawa nafsu semata.
(8). Membiasakan Musyawarah.
Bimbingan dan konseling sufistik dilakukan dengan asas musyawarah artinya antara
pembimbing konselor dengan yang dibimbing atau klien terjadi dialog yang baik, satu sama
lain tidak saling mendiktekan, tidak ada perasaan tertekan dan keingina tertekan dengan
dukungan orang-orang yang memang memiliki keahlian di bidang tersebut, baik keahlian
dalam metodologi, dan teknik-teknik bimbingan dan konseling, maupun dalam bidang yang
menjdai permasalahan objek garapan atau materi bimbingan dan konseling. “Jika sesuatu
perkara diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya maka tunggu sajalah saat
kehancurannya”. (HR. Bukhari).
16
bersifat alternative yang dapat dipilih oleh individu, disertai kemungkinan keberhasilan dan
kegagalan. d) Hendaknya, individu mau dan mampu mempertanggung jawabkan keputusan
yang diambilnya.
Tekhnik nasehat sufistik dapat dilakukan dengan menerapkan panduan al-Qur’an dan
hadis, bahwa agama Islam itu adalah nasehat, ad dinun nasehat, la dina liman nasehatu lahu,
agama Islam itu berisikan nasehat, siapa saja yang tidak mau dinasehati maka ia tidak dapat
dikatakan sebagai orang beragama. Tata cara dan etika memberi nasehat disebutkan al-
Qur’an, tawashawil haq, watawashabil shbari, tawashaubil marhamah, berilah nasehat
dengan kebenaran, kesabaran dan penuh kasih sayang.
fcfrMuhasabah dan peringatan dapat dilakukan individual dan dapat juga dengan
berkelompok. Bimbingan kelompok merupakan bantuan terhadap individu yang dilaksanakan
dalam situasi kelompok. Bimbingan kelompok dapat berupa penyampaian informasi ataupun
aktivitas kelompok membahas masalah-masalah pendidikan, pekerjaan, pribadi, dan sosial.
Bimbingan kelompok dilaksanakan dalam tiga kelompok, yaitu kelompok kecil (2–6 orang),
kelompok sedang (7–12 orang), dan kelompok besar (13–20 orang) ataupun kelas (20-40
orang). Pemberian informasi dalam bimbingan kelompok terutama dimaksudkan untuk
meningkatkan pemahaman tentang kenyataan, aturan-aturan dalam kehidupan, dan cara-cara
yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan tugas, serta meraih masa depan dalam studi,
karier, ataupun kehidupan. Aktivitas kelompok diarahkan untuk memperbaiki dan
mengembangkan pemahaman diri dan pemahaman lingkungan, penyesuaian diri, serta
pengembangan diri.
b. Melakukan Pencerdasan (Irsyad.)
Bimbingan dan konseling sebagaimana telah diuraikan, dalam term Islam dikenal
dengan istilah Irsyad, yaitu sebagai salah satu bentuk kegiatan dakwah yang lebih spesifik
dipahami sebagai bimbingan agama, yakni kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dalam
rangka memberikan bantuan kepada orang lain yang mengalami kesulitan rohaniah dalam
hidupnya, agar ia bisa mengatasi permasalahannya sendiri, karena timbul kesadaran atau
penyerahan diri terhadap kekuasaan Tuhan. Sehingga pada pribadinya timbul sesuatu harapan
kebahagiaan hidup saat ini dan di masa depan.
Irsyad merupakan dakwah dari segi bentuk kegiatannya, sedangkan terapi merupakan
salah satu fungsi dari Irsyad. Proses Irsyad itu sendiri dapat berlangsung dalam konteks
dakwah nafsiyah, fardiyah, dan fi’ah. Menurut para mufasir, antara lain Fakhruddin
(1994:16-17), bentuk asal kata Irsyad yaitu al-Irsyad yang berarti petunjuk, kebenaran,
ajaran, dan bimbingan dari Allah SWT, yang mengandung suasana kedekatan antara pemberi
17
dan penerima al-Irsyad. Secara istilah Irsyad berarti menunjukkan kebenaran ajaran, dan
membimbing orang lain dalam menjalankannya yang berlangsung dalam suasana tatap muka
dan penuh keakraban. Irsyad dalam pengertian diatas, dalam prosesnya akan melibatkan
unsur, (1), mursyid (pembimbing), (2) maudhu (pesan atau materi bimbingan), (3) metode,
(4) mursyad bih (peserta bimbingan atau klien), (5) tujuan yang akan dicapai.
c. Pengobatan Jiwa (Syifa’)
Istilah al-syifa’ dan al-Dawa’ (proses pengobatan penyakit rohani atau jasmani) yang
merupakan salah satu dari bentuk metode dakwah. Secara manthuq (implisit) kata-
kata syifa’ berararti, (1) bahwa Allah yang menyembuhkan segala penyakit yang ada di
dalam dada manusia khususnya manusia beriman, (2) bahwa makanan dan minuman serta
perbuatan, dapat menjadi obat penyakit yang di derita manusia, dan (3) bahwa Al-Qura’an
menjadi obat bagi orang-orang yang beriman.
Al-Qur’an dilihat dari salah satu fungsinya merupakan obat bagi penyakit qolb yang
ada di dalam dada manusia, juga bagi penyakit badan (fisik) manusia bahkan seluruh ayat Al-
Qur’an mengandung aspek pengobatan.
Artinya: Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi
orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang
zalim selain kerugian.( QS. Al-Isra,82).
Mencermati penjelasan di atas, ternyata bimbingan dan konseling dalam Islam
merupakan sebuah penawaran cara pencarian solusi setiap masalah manusia. Tidak
dipungkiri lagi, Islam dengan rujukan Al-Qur’an yang kaya akan materi menjadi rujukan
paling komplit saat ini dan yang masa mendatang. Bimbingan dan konseling, merupakan
sebuah kajian yang banyak membutuhkan kontemplasi yang akan melibatkan proses istimbati
terhadap Al-Qur’an dan hadits-hadits dengan pendekatan maudhu’i. Maka, apapun hasilnya
masih membutuhkan pengkajian ulang untuk mendapatkan hasil yang lebih par excellent.
2. Pendekatan Konseling Sufistik.
Pendekatan sufistik pada hakikatnya dapat dihubungkaitkan dengan aspek-aspek
psikologis dalam pelaksanaan bimbingan konseling yang meliputi pribadi, sikap, kecerdasan,
perasaan, dan seterusnya yang berkaitan dengan klien dan konselor. Bagi pribadi muslim
yang berpijak pada pondasi tauhid pastilah seorang pekerja keras, namun nilai bekerja
18
baginya adalah untuk melaksanakan tugas suci yang telah Allah berikan dan percayakan
kepadanya, ini baginya adalah ibadah.
Pelaksanaan bimbingan konseling, bagi pribadi muslim agar memiliki
ketangguhan pribadi tentunya dengan menegaskan prinsip-prinsip sebagai berikut : (1).
Selalu memiliki prinsip landasan dan prinsip dasar yaitu hanya beriman kepada Allah SWT.
(2).Memiliki prinsip kepercayaan, yaitu beriman kepada malaikat.(3). Memiliki prinsip
kepemimpina, yaitu beriman kepada Nabi dan Rasulnya. (4). Selalu memiliki prinsip
pembelajaran, yaitu berprinsip kepada Al-Qur’an Al Karim. (5).Memiliki prinsip masa depan,
yaitu beriman kepada “Hari Kemudian” dan (6). Memiliki prinsip keteraturan, yaitu beriman
kepada “Ketentuan Allah”.
Pendekatan rukun iman dan rukun Islam diikuti dengan pengunaan teknik yang bersifat lahir
ini menggunakan alat yang dapat di lihat, di dengar atau dirasakan oleh klien (anak
didik)yaitu dengan menggunakan tangan atau lisan antara lain: (a)Dengan menggunakan
kekuatan, power dan otoritas, (b).Keinginan, kesungguhan dan usaha yang keras,
(c) Sentuhan tangan (terhadap klien yang mengalami stres dengan memijit di bagian kepala,
leher dan pundak), (d). Nasehat, wejangan, himbauan dan ajakan yang baik dan benar.
Maksudnya dalam konseling, konselor lebih banyak menggunakan lisan yang berupa
pertanyaan yang harus dijawab oleh klien dengan baik, jujur dan benar. Agar konselor bisa
mendapatkan jawaban dan pernyataan yang jujur dan terbuka dari klien, maka kalimat yang
dilontarkan konselor harus mudah dipahami, sopan dan tidak menyinggung perasaan atau
melukai hati klien. Demikian pula ketika memberikan nasehat hendaklah dilakukan denagn
kalimat yang indah, bersahabat, menenangkan dan menyenangkan. (e). Membacakan do'a
atau berdo'a dengan menggunakan lisan. (f)Sesuatu yang dekat dengan lisan yakni dengan air
liur hembusan (tiupan)
19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Konseling sufistik adalah melakukan bimbingan dan konseling dengan pendekatan ilmu
tasawuf atau praktik yang dilakukan kalangan sufi.konseling sufistik berdasarkan pada nilai-
nilai dasar ajaran Islam dan juga dapat dikatakan semakna dengan konseling Islam.
Kehadiran agama dalam sistim nilai kehidupan manusia adalah memberikan bimbingan,
nasehat, petunjuk dan pembeda antara yang benar dan salah, (hudan lin nas wa bayyinatu
minal huda wal furqan). Alqur’n mendidik umat tentang dasar-dasar nash agama yang
mengharuskan adanya bimbingan dan konseling dalam mengarahkan dan menasehati, antara
lain;
1. Bimbingan Hikmah.
2. Nasihat bijak
3. Pencerdasan
4. Hijrah
5. Tazkiyah
6. latihan Diri
B. Kritik dan Saran
Dalam penyusunan makalah ini, pemakalah menyadari masih terdapat kelemahan-
kelemahan. Untuk itu, pemakalah sangat mengharapkan saran dan masukan dari para
pembaca demi kesempurnaan makalah ini dikemudian hari. Atas saran dan masukannya,
saya selaku penulis makalah mengucapkan terimakasih.
20