Anda di halaman 1dari 36

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TN.

S DENGAN CARDIAC
HEART FAILURE (CHF) DI RUANG IGD RSUD PADANG PARIAMAN

DISUSUN OLEH :

PRODI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NAN TONGGA LUBUK
ALUNG
2019

1
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT,
karena dengan rahmat dan karunia-Nya kami masih diberi kesempatan
untuk menyelesaikan makalah ini. Tanpa pertolongan-Nya maka kami tidak
akan sanggup menyelesaikannya dengan baik. Tidak lupa pula kami
ucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Keperawatan Dewasa dan
teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam menyelasaikan
makalah ini.
Karya ilmiah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu
tentang Keperawatan Gawat Darurat khususnya pada “Asuhan
Keperawatan Pada pasien CHF“ yang kami sajikan berdasarkan
peninjauan dan pengamatan dari berbagai sumber. Karya Ilmiah ini disusun
dengan berbagai rintangan baik itu dari diri penyusun maupun yang datang
dari luar.
Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari
ALLAH SWT akhirnya karya ilmiah ini dapat terselesaikan. Kami
menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan,
oleh sebab itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun. Semoga dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca dan teman-teman. Terima Kasih.

Padang, November 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................ i


DAFTAR ISI ............................................................................................................... ii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang ........................................................................................... 2
B. Tujuan penulisan........................................................................................ 2
BAB II. TINJAUAN TEORITIS
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. Definisi ...................................................................................................... 3
2. Etiologi ...................................................................................................... 3
3. Anatomi fisiologi ....................................................................................... 4
4. Klasifikasi gagal jantung ........................................................................... 7
5. Manifestasi klinis....................................................................................... 9
6. Komplikasi ................................................................................................. 10
7. Penatalaksanaan ......................................................................................... 10
B. ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
1. Pengkajian ................................................................................................. 12
2. Diagnosa ................................................................................................... 16
3. Intervensi keperawatan .............................................................................. 17
BAB III. LAPORAN KASUS
A. Identitas klien ............................................................................................ 17
B. Riwayat kesehatan ..................................................................................... 17
C. Pemeriksaan fisik....................................................................................... 18
D. Aktivitas sehari-hari .................................................................................. 19
E. Analisa data ............................................................................................... 21
F. Intervensi keperawatan .............................................................................. 22
G. Implementasi keperawatan ........................................................................ 23
BAB IV. PEMBAHASAN
1. Pengkajian .................................................................................................. 24
2. Diagnosa keperawatan ................................................................................ 25
3. Intervensi .................................................................................................... 25
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................ 26
B. Saran .......................................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Gagal jantung atau Congestive Heart Failure adalah suatu keadaan
ketika jantung tidak mampu mempertahankan sirkulasi yang cukup bagi
kebutuhan tubuh, meskipun tekanan darah pada vena itu normal. Gagal
jantung menjadi penyakit yang terus meningkat terutama pada lansia. Pada
Congestive Heart Failure atau Gagal Jantung adalah ketidakmampuan
jantung untuk mempertahankan curah jantung yang adekuat guna
memenuhi kebutuhan metabolik dan kebutuhan oksigen pada jaringan
meskipun aliran balik vena yang adekuat (Dewi, 2012).
Prevalensi penyakit gagal jantung meningkat seiring dengan
bertambahnya umur, tertinggi pada umur 65 – 74 tahun (0,5%) untuk yang
terdiagnosis dokter, menurun sedikit pada umur ≥75 tahun (0,4%), tetapi
untuk yang terdiagnosis dokter atau gejala tertinggi pada umur ≥75 tahun
(1,1%). Untuk yang didiagnosis dokter prevalensi lebih tinggi pada
perempuan (0,2%) dibanding laki-laki (0,1%), berdasar didiagnosis dokter
atau gejala prevalensi sama banyaknya antara laki-laki dan perempuan
(0,3%). Prevalensi yang didiagnosis dokter serta yang didiagnosis dokter
atau gejala lebih tinggi pada masyarakat dengan pendidikan rendah
(Riskesdas 2013). Pada tahun 2030 WHO memprediksi bahwa
peningkatan penderita Congestive Heart Failure (CHF) mencapai ±23 juta
jiwa di dunia. Congestive Heart Failure (CHF) merupakan salah satu
masalah khas utama pada beberapa negara industri maju dan negara
berkembang seperti Indonesia (Austaryani, 2012).
Prevalensi gagal jantung berdasar wawancara terdiagnosis dokter di
Indonesia sebesar 0,13 persen, dan yang terdiagnosis dokter atau gejala
sebesar 0,3 persen. Prevalensi gagal jantung berdasarkan terdiagnosis
dokter tertinggi DI Yogyakarta (0,25%), disusul Jawa Timur (0,19%), dan
Jawa Tengah (0,18%). Prevalensi gagal jantung berdasarkan diagnosis dan
gejala tertinggi di Nusa Tenggara Timur (0,8%), diikuti Sulawesi Tengah

4
(0,7%), sementara Sulawesi Selatan dan Papua sebesar 0,5 %. Sedangkan
di Sumatera Barat prevalensi penyakit Gagal Jantung sebanyak 0,13%
(Riskesdas,2013).
Sehubung dengan prevalensi kejadian Congestive Heart Failure
(CHF) masih tinggi yang ditemukan serta masih adanya resiko seperti
dampak kematian yang ditimbulkan akibat Congestive Heart Failure
(CHF) maka peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan untuk
mengobati, mencegah dan meningkatan kesehatan pasien. Agar dapat
memberikan asuhan keperawatan secara maksimal dan optimal maka
diperlukan pemahaman tentang konsep dasar penyakit Congestive Heart
Failure (CHF) dan proses keperawatannya. Maka penulis termotivasi
untuk membahas lebih lanjut karya tulis ilmiah ini yang akan menguraikan
proses usaha keperawatan tentang Congestive Heart Failure (CHF).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah
dalam Karya Tulis Ilmiah ini adalah “Bagaimana Melaksanakan atau
Mengimplementasikan Asuhan Keperawatan pada klien dengan
Congestive Heart Failure (CHF) meliputi Pengajian, Analisa Data,
Penegakan Diagnosa Keperawatan, Perencanaan Keperawatan,
Implementasi Keperawatan, Serta Evaluasi Asuhan Keperawatan, yang
dikelola selama 1 hari.

C. Tujuan penulisan
1. Tujuan Umum
Penulis dapat menerapkan ilmu yang telah di peroleh selama masa
pendidikan Profesi Ners dengan melaksanakan Asuhan Keperawatan
secara komprehensif dari pengkajian sampai dengan evaluasi pada
pasien dengan Congestive Heart Failure (CHF).

2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah :

5
1) Menggambarkan pengkajian pada pasien dengan Congestive Heart
Failure (CHF).
2) Menggambarkan diagnosa keperawatan pada pasien dengan
Congestive Heart Failure (CHF).
3) Menggambarkan rencana keperawatan pada pasien dengan
Congestive Heart Failure (CHF).
4) Menggambarkan implementasi keperawatan pada pasien dengan
Congestive Heart Failure (CHF).
5) Menggambarkan evaluasi keperawatan pada pasien dengan
Congestive Heart Failure (CHF).

D. Manfaat Study Kasus


Berhubungan dengan penulis manfaat yang ingin di capai pada klien
dengan kondisi Congestive Heart Failure (CHF) sebagai berikut :
a. Bagi Penulis
Memperoleh pengalaman dalam melakukan penelitian, disamping itu
meningkatkan pemahaman tentang memberikan dan menyusun
penatalaksanaan Asuhan Keperawatan pada klien dengan Congestive
Heart Failure (CHF)
b. Bagi Klien
Hasil penelitian ini dapat membantu meningkatkan derajat kesehatan
pada klien dengan Congestive Heart Failure (CHF)
c. Bagi Institusi
Mengevaluasi tingkat kemampuan mahasiswa dan sebagai cara untuk
mengevaluasi materi yang telah diberikan kepada mahasiswa
d. Bagi Rumah Sakit Hasil penelitian yang dilakukan dapat di jadikan
sebagai masukan untuk profesi perawat dalam mengaplikasikan
Asuhan Keperawatan dalam klien Congestive Heart Failure (CHF).
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

6
CHF (Congestive Heart Failure) atau Gagal jantung terjadi karena
jantung tidak mampu memompa darah yang cukup untuk memenuhi
kebutuhan oksigen dan nutrient tubuh. Gagal jantung menjadi lingkaran yang
tidak berkesudahan, semakin terisi berlebihan pada ventrikel, semakin sedikit
darah yang dapat dipompa keluar sehingga akumulasi darah dan peregangan
serabut otot bertambah. (Corwin, 2009). Decompensasi cordis adalah
kegagalan jantung untuk mempertahankan peredaran darah sesuai kebutuhan
tubuh (Ahmat, R 2009).
Istilah lainnya adalah payah jantung atau gagal jantung Gagal jantung
adalah keadaan patofisiologik dimana jantung sebagai pompa tidak mampu
memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme jaringan (price, 2003).
Gagal jantung adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah
untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrien (Brummer &
Suddarh, 2000).

1. ETIOLOGI
a. Kelainan otot jantung
Penyebab terbanyak, akan menurunkan kontraktilitas jantung. Kondisi
penyebab kelainan fungsi otot ini adalah aterosklerosis koroner, hipertensi
arterial, dan penyakit ot ot degeneratif atau inflamasi.
b. Aterosklerosis koroner
menyebabkan disfungsi miokardium karena terganggunya alirandarah ke
otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis karena penumpuka asam laktat.
Infark miokardium biasanya tanda terjadinya gagal jantung.
c. Hipertensi sistemik atau pulmonal (peningkatan afterload)
Meningkatkan beban kerja jantung sehingga mengakibatkan hipertropi
serabut otot jantung (hipertropi miokard). Sebenarnya hipertropi miokard
termasuk mekanisme kompensasi karena meningkatkan kontraktilitas
jantung. Tetapi hipertropi otot jantung ini tidak berfungsi normal sehingga
terjadi gagal jantung.
d. Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif
Kondisi ini merusak serabut jantung, menyebabkan kontraktilitas menurun.

7
e. Penyakit jantung lain
Penyakit jantung yang sebenarnya tidak mempengaruhi jantung secara
langsung, seperti: gangguan aliran darah melalui jantung (ex: stenosiskatup
semiluner), ketidakmampua jantung mengisi darah (ex: tamponade
perikardium, perikarditaskonstriktif, stenosis katup AV), pengosongan
jantung abnormal (ex: insufisiensi katup AV), peningkatan mendadak
afterload karena meningkatnya tekanan darah sistemik (hipertensi”maligna”
menyebabkan gagal jantung meski tidak ada hipertropi miokardial.
f. Faktor Sistemik
Meningkatnya laju metabolisme (ex: demam, tirotoksikosis), hipoksia dan
anemia memrlukan peningkatan curah jantung untuk memenuhi kebutuhan
oksigen sistemik. Hipoksia/anemia dapat menurunkan suplai oksigen ke
jantung, Asidosis (respiratorius&metabolik) & abnormalitas elektrolit dapat
menurunkan kontraktilitas jantung. Disritmia jantung dapat terjadi secara
sendirinya atau sekunder akibat gagal jantung menurunkan efisiensi
keseluruhan fungsi jantung.

2. ANATOMI FISIOLOGI
a. Ukuran dan bentuk
Jantung adalah organ berongga berbentuk kerucut tumpul yang
memiliki empat ruang yang terletak antara kedua paru-paru di bagian
tengah rongga toraks. Dua pertiga jantung terletak di sebelah kiri garis
midsternal, basis jantung terletak disebelah luar kanan sternum setinggi
rusuk II dan III sedangkan apeks terletak sekitar dua jari di bawah papilla
mame dan setinggi interkosta V dan VI. Jantung dilindungi mediastinum.
Jantung berukuran kurang lebih sebesar kepalan tangan pemiliknya (Ethel,
2003: 228), berat jantung 250 – 300 gram , ukuran dari basis ke apeks 9
cm dengan lebar 9 cm dan tebal 6 cm.

2. Selaput Jantung
a. Perikardium adalah kantong berdinding ganda yang dapat membesar dan
mengecil, membungkus jantung dan pembuluh darah besar. Kantong ini

8
melekat pada diafragma, sternum dan pleura yang membungkus paru-
paru. Di dalam perikardium terdapat dua lapisan yakni lapisan fibrosa
luar dan lapisan serosa dalam.
b. Rongga perikardial adalah ruang potensial antara membran viseral dan
parietal (Ethel, 2003: 228-229).

3. Dinding Jantung
Terdiri dari tiga lapisan
 Epikardium luar tersusun dari lapisan sel-sel mesotelial yang berada di
atas jaringan ikat.
 Miokardium tengah terdiri dari jaringan otot jantung yang berkontraksi
utnuk memompa darah. Kontraksi miokardium menekan darah keluar
ruang menuju arteri besar.
 Endokardium dalam tersusun dari lapisan endotellial yang melapisi
pembuluh darah yang memasuki dan meninggalkan jantung (Ethel,
2003: 229).
4. Ruang Jantung
Ada empat ruang, atrium kanan dan kiri atas yang dipisahkan oleh septum
intratrial, ventrikel kanan dan kiri bawah dipisahkan oleh septum
interventrikular. Dinding atrium relatif tipis. Atrium menerima darah dari
vena yang membawa darah kembali ke jantung.
a. Atrium kanan terletak dalam bagian superior kanan jantung, menerima
darah dari seluruh jaringan kecuali paru-paru.
Vena cava superior dan inferior membawa darah yang tidak
mengandung oksigen dari tubuh kembali ke jantung.
Sinus koroner membawa kembali darah dari dinding jantung itu
sendiri.
b. Atrium kiri di di bagian superior kiri jantung, berukuran lebih kecil dari
atrium kanan, tetapi dindingnya lebih tebal. Atrium kiri menampung
empat vena pulmonalis yang mengembalikan darah teroksigenasi dari
paru-paru.

9
c. Ventrikel berdinding tebal. Bagian ini mendorong darah ke luar jantung
menuju arteri yang membawa darah meninggalkan jantung.
 Ventrikel kanan terletak di bagian inferior kanan pada apeks
jantung. Darah meninggalkan ventrikel kanan melalui trunkus
ulmonary dan mengalir melewati jarak yang pendek ke paru-paru.
 Ventrikel kiri terletak di bagian inferior kiri pada apeks jantung.
Tebal dindingnya 3 kali tebal dinding ventrikel kanan darah
meninggalkan ventrikel kiri melalui aorta dan mengalir ke seluruh
bagian tubuh kecuali paru-paru.
 Trabeculae carneae adalah hubungan otot bundar atau tidak
teratur yang menonjol dari permukaan bagian dalam kedua
ventrikel ke rongga ventrikuler (Ethel, 2003: 229).
5. Katup Jantung
 Katup Trikuspid yang terletak antara atrium kanan dan ventrikel
kanan.
 Katup Bikuspid yang terletak antara atrium kiri dan ventrikel kiri.
 Katup Semilunar aorta dan pulmonary terletak di jalur keluar
ventrikular jantung sampai ke aorta ke trunkus pulmonar (Ethel,
2003: 229-230).

10
3. KLASIFIKASI GAGAL JANTUNG
Kegagalan arah belakang dan belakang depan.
 Kegagalan arah belakang
Hasil kegagalan ventrikel isinya, menyebabkan akumulasi darah dan
peningkatan tekanan ventrikel, atrium dan vena
 Kegagalan arah depan
Situasi di mana proses patologis primernya adalah penurunan curah
jantung,yang berujung keoada penurunan perfusi organ vital Kedua
kegagalan ini terdapat pada hampir semua pasien gagal jantung kronik.

Kegagalan akut dan kronik


 Akut
Kegagalan jantung terjadi secara cepat di mana kompensasi sistem saraf
simpati tidak efektif, menghasilkan pembentukan edema pulmoner dan
kolaps sirkuasi secaa cepat.

 Kronik
Kegaglan terjadi bertahap, disebabkan ketidakmampua mekame
fisiologis untuknis mengkompensasi
Kegagalan sisi kiri dan kanan
 Gagal jantung kiri
bila isi sekuncup ventrikel kiri menurun, darah terakumulasi di ventrikel
kiri, atrium kiri dan sirkulasi pulmoner.
 Gagal jantung kanan
ketidakmampuan jantung kanan mengosongkan isinya, menyebabkan
aliran balik ke sirkulasi sistemik

Sindroma curah jantung rendah dan tinggi


 Sindroma surah jantung rendah

11
pada tekanan darah tinggi dan hipovolemia, terjadi gangguan
vasokonstriksi perifer.
 Sindroma curah jantung tinggi
pada kondisi-kondisi yang menyebabkanjantung bekerja lebih keras,
seperti peningkatan kebutuhan metabolik (hipotiroidisme, demam,
kehamilan), anemia

Disfungsi sistolik dan diastolik


 Disfungsi sistolik
kegagalan fungsi pompa dan penurunan ejection frasction sehigga
terjadi pembesaran ruang jantung
 Disfungsi diastolik
Peningkatan tahanan pada pengisian jantung dengan peningkatan
tekanan pengisian

Menurut New York Heart Association (NYHA) dalam Gray (2002),


Klasifikasi Gagal Jantung terbagi dalam 4 kelas yaitu:
1) NYHA I: Timbul sesak pada aktifitas fisik berat
2) NYHA II: Timbul sesak pada aktifitas fisik sedang
3) NYHA III: Timbul sesak pada aktifitas fisik ringan
4) NYHA IV:Timbul sesak pada aktifitas fisik sangat ringan atau istirahat

4. MANIFESTASI KLINIS
a. Gagal Jantung Kanan:
 Pembesaran ventrikel kanan
 Murmur
 Edema perifer, terlokalisir, anasarka
 Peningkatan BB
 Peningkatan HR
 Asites

12
 Distensi venajugularis
 Hepatomegali
 Efusi pleura
b. Gagal Jantung Kiri
 Pembesaran ventrikel kiri
 Pernafasan Cheyne-Stokes
 Pulsus alternans
 Peningkatan HR
 Hipertropi ventrikel kiri
 Pertukaran O2 buruk
 Crackles
 Bunyi jantung S3 dan S4
c. Gagal Jantung Akut
Edema pulmoner
Alveoli terisi cairan serosa, penurunan efisiensi ventrikel kiri→
peningkatan tekanan vena pulmoner→ perpindahan cairan ke
intertitial (edema interstitial)→ kerusakan sel dinding
alveoli→perpindahan cairan+SDM ke alveoli (edema alveoli)

d. Gagal Jantung Kronis


 Kelemahan
 Dyspnea
 Takikardi
 Edema
 Nokturia
 Perubahan kulit
 Perubahan memori dan perhatian
 Nyeri dada
 Perubahan berat badan

5. KOMPLIKASI
a. Edema paru akut, terjadi dari gagal ventrikel kiri

13
Gejalanya seperti dispnea, ortopnea, sputum kental, sputum berbintik
darah, wheezing +/+, takikardi, sianosis, ketakutan.
b. Gagal jantung yang sulit/tidak terobati

6. PENATALAKSANAAN
Tujuan dasar penatalaksanaan pasien gagal jantung:
 Dukung istirahat untuk mengurangi beban kerja jantung
 Meningkatkan kekuatan dan efisiensi kontraksi jantung dengan
bahan-bahan farmakologis
 Menghilangkan penimbunan cairan tubuh berlebihan dengan terapi
diuretik diet dan istirahat

Dengan cara:
1. Menurunkan volume intravaskuler
2. Menurunkan venous return
3. Menurunkan afterload
4. Meningkatkan pertukarangas oksigenasi
5. Meningkatkan fungsi jantung
6. Mengurangi kecemasan

PENATALAKSANAAN: KOLABORASI
Dasar terapi farmakologis gagal jantung adalah glikosida jantung,
diuretik dan vasodilator.
 ACE inhibitor
 Obat digitalis
meningkatkan kekuatan kontraksi jantung dan memperlambat frekuensi
jantung
efek: peningkatan curah jantung dengan memperkuat tenaga konstraksi
ventrikel, penurunan tekanan vena dan volume darah, menurunkan
ukuran jantung, peningkatan diueresis, memperlambat kecepatan
ventrikel pada keadaandisritmia supraventrikuler. Digitalis dosis
lengkap diberikan pada penderita gagal jantung berat.Jika tidak,

14
diberikan sebagian. Dosis pemeliharaan setiap hari.Mengatasi keadaan
yang reversibel, termasuk tirotoksikosis, miksidema, dan aritmia.
Dosis digitalis:
 Digoksin oral untuk digitalisasi cepat 0,5-2 mg dalam 4-6
dosis selama 24 jam dan dilanjutkan 2x0,5 mg selama 2-4
hari
 Digoksig iv 0,75-1mg dalam 4 dosis selama 24 jam
 Cedilanid iv 1,2-1,6 mg dalam 24 jam

Cara pemberian digitalis:


Dosis dan cara pembarian digitalis bergantung pada beratnya gagal
jantung. Pada gagal jantung berat dengan sesak napas hebat dan takikardi
> 120/menit, diberikan digitalisasi cepat. Pada gagal jantung ringan
diberikan digitalisasi lambat. Paling sering diberikan secara peroral.
Dengan pemberian oral dosis biasa (pemeliharaan), kadar terapeutik
dalam plasma dicapai dalam waktu 7 hari. Pemberian secara intravena
dilakukan pada keadaan darurat, harus hati-hati dan perlahan-lahan.

B. ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS PADA KLIEN DENGAN CHF

1. Pengkajian
a. Identitas klien
Identitas klien meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, agama,
penanggung jawab, alasan masuk, diagnosa medis, dan informasi medik.
b. Riwayat Kesehatan
RKD : Apakah pernah menderita penyakit gangguan peredaran
darah seperti hipertensi, DM, GGA, asma, ataupun penyakit
infeksi lainnya.
RKS : Pasien mengatakan adanya batuk,nafas pendek, pusing,
konfusi, kelelahan/keletihan, tidak toleran terhadap latihan

15
dan panas, ekstremitas dingin, urin berkurang, denyut
jantung cepat, dispneu, kegelisahan dan kecemasan, adanya
udem, hilangnya selera makan, nokturia, insomnia, nyeri
dada saat aktivitas, penurunan berkemih, diare/konstipasi,
mual muntah, pakaian / sepatu terasa sesak, nyeri pada
abdomen kanan atas, sakit pada otot, batuk dengan atau
tanpa sputum, tidur sambil duduk atau dengan beberapa
bantal, TD rendah, tekanan nadi sempit, takikardi, disritmia,
Bunyi jantung D3&S4, Murmur sistolik&Diastolik, Sianotik.
RKK : Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit
pembuluh darah seperti : hipertensi, DM, stroke dll.

c. Pemeriksaan Fisik
a. Penginderaan/Tingkat Kesadaran
Pasien mengalami konfusi karena volume darah dan cairan pembuluh
darah meningkat.
b. Pernapasan
Paru diauskultasi dengan interval sesering mungkin untuk menentukan
ada/tidak adanya krekel&wheezing, Catat frekuensi dan dalamnya
pernapasan. Takipnea, nafas dangkal, pernafasan labred; penggunana
otot aksesori pernafasan, nasal flaring. Batuk
kering/nyaring/nomproduktif atau mungkin batuk terus menerus
dengan / tanpa pembentukan sputum. sputum mungkin bersemu darah,
merah muda/berbuih(edema pumonal). Bunyi nafas mungkin tidak
tedengar, dengan krakels basilar dan mengi. Fungsi mental munglin
menurun; letargi; kegelisahan. Warna kulit pucat.
c. Jantung
Jantung diauskultasi mengenai adanya S1&S4. Jika ada berarti pompa
mulai mengalami kegagalan. Catat frekuensi dan irama jantung. Jika
frekuensinya terlalu cepat menunjukkan ventrikel perlu waktu lebih
banyak untuk pengisian dan stagnasi darah terjadi di atria, akhirnya di
paru.

16
d. Perifer
Kaji adanya udem di bagian bawah tubuh pasien.Jika pasien duduk
tegak, periksa kaki dan tungkai bawah. Jika pasien berbaring
terlentang, kaji sacrum dan punggungnya.Kaji juga jaridan tangannya.
Terjadi edema periorbital (kelopak mata tertutup karena bengkak).
Hati diperiksa untuk menentukan adanya hepatojugular refluks (HJR).

e. Distesi Vena Jugular


Kaji JVD dengan mengangkat pasien dengan sudut sampai 45° Jarak
antara sudut Louis dan tingginya disertai vena juguler ditentukan. Jika
jaraknya lebih dari 3 cm,tidak normal.
f. Haluaran urin
Pasien bisa mengalami oliguria atau anuria. Catat keluar masuk
cairan.Pasian ditimbang setiap hari, saat & menggunakan timbangan
yang sama.
g. Aktivitas dan istirahat
Gelisah, perubahan status mental, mis letargi. Tanda-tanda vital
berubah pada aktivitas
h. Sirkulasi
Tekanan darah mungkin rendah (gagal pemompaan); normal (GJK
ringan atau kronis; atau tinggi (kelebihan beban caiaran/peningkatan

d. Pemeriksaan Diagnostik
 EKG :
Hipertrofi atrial atau entrikular, penyimpangan aksis, iskemia, dan
kerusakan pola mungkin terlihat. Disritmia,mis., takikardia, fibrilasi
atrial, mungkin sering terdapat KVP. Kenaikan segmen ST/T
persisten 6 minggu atau lebih setelah infark miokard menunjukkan
adanya aneurisme ventrikular (dapat menyebabkan gagal/disfungsi
jantung).
 Sonogram (ekokardiogram, ekokardiagram dopple) :

17
Dapat menunjukkan dimensi perbesaran bilik, perubahan dalam
fungsi/struktur katup, atau area penurunan kontraktilitas ventrikular.
 Scan Jantung :
(Multigated acquisition (MUGA) : Tindakan penyuntikan fraksi dan
memperkirakan gerakan dinding.
 Kateterisasi jantung :
Tekanan abnormal merupakan indikasi dan membantu membedakan
gagal jantung sisi kanan versus sisi kiri, dan stenosis katup atau
insufisiensi. Juga mengkaji patensi arteri koroner. Zat kontras
disuntikan ke dalam ventrikel menunjukkan ukuran abnormal dan
ejeksi fraksi/perubahan kontraktilitas.
 Rontgen dada :
Dapat menunjukkan perbesaran jantung, bayangan mencerminkan
dilatasi/hipertrofi bilik, atau perubahan dalam pembuluh darah
mencerminkan peningkatan tekanan pulmonal. Kontur abnormal,
misl., bulging pada perbatasan jantung kiri, dapat menunjukkan
aneurisme ventrikel.
 Enzim Hepar :
Meningkat dalam gagal/kongesti hepar.
 Elektrolit :
Mungkin berubah karena perpindahan cairan/penurunan fungsi
ginjal, terapi diuretik.
 Oksimetri nadi:
Saturasi oksigen mungkin rendah, terutama jika GJK akut
memperburuk PPOM atau GJK kronis.
 AGD :
Gagal ventrikel kiri ditandai dengan alkalosis respiratorik ringan
(dini) atau hipoksemia dengan peningkatan PCO2 (akhir).
 BUN, kreatinin :
Peningkatan BUN menandakan penurunan perfusi ginjal. Kenaikan
baik BUN dan kreatinin merupakan indikasi gagal ginjal.
 Albumin/transfer in serum :

18
Mungkin menurun sebagai akibat penurunan masukan protein atau
penurunan sistesis protein dalam hepar yang mengalami kongesti.

 HSD :
Mungkin menunjukkan anemia, polisitemia, atau perubahan
kepekatan menandakan retensi air, SDP mungkin meningkat,
mencerminkan MI baru/akut, perikarditis, atau status inflamasi atau
infeksius lain.
 Kecepatan sedimentasi (ESR) :
Mungkin meningkat, menandakan reaksi inflamasi akut.
 Pemeriksaan tiroid :
Peningkatan aktivitas tiroid menunjukkan hiperaktivitas tiroid
sebagai pre-pencetus GJK.

2. Kemungkinan Diagnosa Keperawatan yang Muncul Pada pasien dengan


CHF
 Penurunan curah jantung b/d perubahan kontratilitas miocard, perubahan
struktural, perubahan frekuensi, irama dan konduksi listrik.
 Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan antara supplay O2 dengan
kebutuhan tubuh.
 Kelebihan volume cairan b/d menurunnya laju filtrasi
glomerulo/meningkatkan produksi ADH dan retensi natrium dan air.
 Resiko tinggi kerusakan pertukaran gas b/d perubahan membran kapiler
alveolus
 Gangguan perfusi jaringan perifer b/d statis vena
 Kecemasan b/d kesulitan nafas dan kegelisahan akibat oksigensi yang
tidak adekuat
 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anneksia, mual dan
muntah
 Potensial kurang pengetahuan mengenai program perawatan b/d tidak bisa
menerima perubahan gaya hidup baru yang dianjurkan

19
 Perubahan jalan nafas tidak efektif b/d peningkatna produksi sekret, sekret
tertahan, sikresi kental, peningkatan energi dan kelemahan
3. Rencana asuhan keperawatan teoritis (intervensi) pada klien dengan
CHF

No DX NOC NIC Aktivitas keperawatan


1. Penurunan curah  Setelah dilakukan  Monitoring  Evaluasi terhadap adanya
jantung b.d intervensi keadaan keluhan nyeri dada
kurangnya suplai keperawatan jantung  Kaji data ada / tidaknya
O2 dan darah ke selama 2x24 jam aritmania jantung
miokard diharapkan klien  Awasi tanda-tanda
bebas dari tanda- penurunan curah jantung
tanda penurunan  Monitoring TTV klien
curah jantung  Instruksikan klien untuk
membatasi aktivitas dan
meningkatkan waktu
istirahat

2 Intoleransi  Penghematan  Pengelolaan  Pantau tanda-tanda vital


aktivitas energy: tingkat energy: segera setelah aktifitas
berhubungan pengelolaan pengelolaan  Catat respon
dengan energy aktif energy untuk kardiopulmonal terhadap
ketidakseimbangan untuk memelihara merawat aktifitas, catat takikardi,
antar suplai aktifitas kelelahan disritmia, bekeringat dan
oksigen/ pucat
kebutuhan,
 Evaluasi peningkatan
kelemahan umum,
intolerasi aktifitas
tirah baring lama
 Bantu klien dalam
pemenuhan kebutuhannya

2. Perubahan nutrisi  Status gizi :  Pengelolaan  Tentukan motivasi pasien


kurang dari Tingkatkan zat makanan :

20
kebutuhan tubuh gizi untuk beri untuk mengubah kebiasaan
b.d penurunan memenuhi makanan makan
nafsu makan kebutuhan sedikit tapi
akibat mual dan metabolic sering  Ketahui makanan
muntah  Asupan makanan  Pengelolaan kesukaan pasien
dan cairan : nutrisi :
jumlah makanan bantuan/  Ajarkan pasien/keluarga
dan cairan yang pemberian metode untuk perencanaan
dikosnumsi tubuh asupan diet, makanan
selama 24 jam makanan dan
cairan  Ajarkan pasien/keluarga
seimbang tentang makanan yang
bergizi dan tidak mahal

21
BAB III
LAPORAN KASUS

Tanggal Pengkajian : 11/09/2019


Ruangan : IGD

A. Identitas Klien
Nama : Tn S
No. MR : 50.23.76
Umur : 82 tahun
Pekerjaan : -
Agama : Islam
Status perkawinan ; kawin
Alamat :
Tanggal Masuk RS : 11-09-2019
Alasan masuk RS : Sesak nafas, dirasakan hilang timbul
Alat bantu yang dipakai : klien masuk IGD dengan mengggunakan
brankar.

B. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat kesehatan dahulu
Klien pernah dirawat sebelumnya dengan keluhan sesak nafas,
sering terbangun tiba-tiba tengah malam karena sesak nafas dan nyeri
dada.
2. Riwayat kesehatan sekarang
Klien mengeluh sesak nafas, kadang hilang-hilang timbul. Klien
tampak bernafas dengan bantuan otot dada. Klien mengatakan susah
bernafas dan sering kelelahan. Klien mengatakan pusing dan mengeluh
nyeri dada. Klien mengeluh tidak nafsu makan karena mual dan muntah,
porsi makanan yang dihabiskan hanya 2 sendok makan. Seluruh aktivitas
klien dibantu oleh keluarga. Klien terlihat lemah dan pucat.

22
3. Riwayat kesehatan keluarga
Tidak ada keluarga klien yang mengalami penyakit yang sama
dengan klien
C. Pemeriksaan Fisik
1. Tanda-tanda Vital
TD : 148/100 mmHg
N : 65 x/i
P : 20 x/i
S : 37 CC
2. Tinggi badan : 165 cm
Berat badan : 55 kg
LILA :
3. Kepala
Rambut : Bersih, beruban
Mata : Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-)
Hidung : Simetris kiri-kanan, cuping hidung (-), tidak ada
polip
Telinga : Simetris kiri-kanan, lubang telinga kurang bersih,
terdapat serumen dilubang telinga
4. Leher
JVP : 5+2 cm H2O
Trakea : Normal, ditengah
5. Thorak
I : simetris dada kiri dengan dada kanan
P : Tidak ada benjolan
P : Redup
A : Tidak terdengar ronkhi
Jantung
I : Ictus tidak terlihat
P : Ictus teraba di RIC V medial LMLS
P : Redup

23
A : irama tidak teratur
6. Abdomen
I : Tidakada kelainan
P : Pekak
P : Nyeri tekan (-)
A : Bising usus (+), normal, 15 kali/menit
7. Ekstremitas
- Kekuatan otot : 0, 0, 1
- Tonus otot : teraba lembek, lunak
- Klien terpasang infus RL di ekstremitas anterior dan
inferior sebelah kanan
- Refleks fisiologi : +/+
- Refleks patologis : -/-
8. Intergumen
I : Tidak ada kelainan
P : Nyeri tekan (-), udema (-)
9. Mammae
I : Simetris kiri-kanan
P : Tidak ada nyeri tekan
10. Urogenital
I : Tidak dilakukan pemeriksaan
P : Tidak dilakukan pemeriksaan
11. Anus
I : Tidak dilakukan pemeriksaan
P : Tidak dilakukan pemeriksaan

D. Aktifitas Sehari-hari
 Nutrisi

24
- Makan :
Sehat : makan tiga kali sehari habis 1 porsi dengan nasi, lauk,
sayur
Sakit : Makanan yang dihabiskan hanya dua sendok makan dari
porsi yang disediakan
- Minum :
Sehat : 7-8 gelas sehari
Sakit : 5-6 gelas sehari
 Eliminasi
- Miksi :
Sehat : tidak ada keluhan
Sakit : Klien terpasang kateter, tidak ada keluhan
Jumlah haluaran urin/24jam 2000 cc
- Defekasi :
Sehat : 1 kali sehari,Tidak ada keluhan saat BAB
Sakit : 1 kali sehari menggunakan pispot dbantu perawat dan
keluarga
 Aktivitas perawatan diri
Sehat : klien melakukan aktivitas personal higine secara mandiri
Sakit : Semua aktivitas klien dibantu oleh keluarga / perawat
 Istirahat dan tidur
Sehat : 6-7 jam sehari,tidak ada gangguan
Sakit :Tidur 4-5 jam sehari, sering terbangun karena sesak nafas
 Data Sosio ekonomi
Klien tidak terlalu memikirkan biaya pegobbatan karena klien dirawat
menggunakan jasa ASKES
 Data psikososial
Klien sering mengerang, ucapan klien kadang tidak jelas

 Data spritual
Semenjak sakit klien kesulitan beribadah
 Pemeriksaan penunjang

25
Eco : LA LU dilaktasi (LUH (-), kontraktilitas global LV
menurun Ek 16%, hipokinetik global, MR senere, PH TR
mild E/A > 2
Labor tangggal 11/10/2011 :
- Hb :11,8 gr/dl ( 12-14 gr/dl )
- Leukosit :12400 /mm (5000-10000 mm3)
- Trombosit :120000 /mm (150-250 mm3)
-
-
Ro Thorax : CTR 60%

 Pengobatan
Infus terpasang RL 1 kolf / 24 jam
- Injeksi : cefriaxone 1x2 gr
- Lasix 1x2 ampul
- Nebu ventolin 3x/hari

26
E. ANALISA DATA

Nama klien : TN. S


Ruang rawat : IGD
No. MR : 502376

NO Data penunjang Masalah keperawatan Etiologi


1. DO : Penurunan curah jantung Kurangnya suplay O2
 Klien terlihat lemah dan darah ke miokard
 Klien terlihat gelisah
 Frekuensi jantung meningkat
 Cuping hidung (+)
 Kulit pucat
 TD : 148/100 mmHg
 P : 20 x/menit
DS :
 Klien mengeluh sesak napas dan
nyeri pada dada
 Klien mengatakan mudah lelah

2 Intoleransi aktivitas ketidakseimbangan


DO :
antar suplai oksigen/
 Klien terlihat lemah
kebutuhan, kelemahan
 Klien terlihat pucat
umum, tirah baring
 P: 20 x/menit
lama
 Aktivitas lebih bny/……
DS :
 Klien mengatakan susah bernafas
dan sering kelelahan
 Klien mengtakan semua aktivitas
dibantu oleh keluarga dan perawat
3

27
Perubahan nutrisi : Penurunan nafsu makan
DO : kurang dari kebutuhan akibat Mual dan
 Porsi makanan yang dihabiskan tubuh muntah
hanya dua sendok makan
 Klien terlihat kurus
 Mukosa bibir klien terlihat kering.
DS :
 Klien mengeluh tidak nafsu makan
karena mual dan muntah

NO Diagnosa keperawatan Tgl ditegakkan Tanda Tgl teratasi Tanda tangan


tangan
1. Penurunan curah jantung 11-10-2011
b.d kurangnya suplai O2
dan darah ke miokard
2 Intoleransi aktivitas b.d 11-10-2011
ketidakseimbangan antar
suplai oksigen/ kebutuhan,
kelemahan umum, tirah
baring
3 Perubahan nutrisi : 12-10-2011
Kurang dari kebutuhan
tubuh b.d mualdan muntah

28
F. INTERVENSI

No DX NOC NIC Aktivitas keperawatan


1 Penurunan curah  Setelah dilakukan  Monitoring  Evaluasi terhadap adanya
jantung b.d intervensi keadaan keluhan nyeri dada
kurangnya suplai keperawatan jantung  Kaji data ada / tidaknya
O2 dan darah ke selama 2x24 jam aritmania jantung
miokard diharapkan klien  Awasi tanda-tanda
bebas dari tanda- penurunan curah jantung
tanda penurunan  Monitoring TTV klien
curah jantung  Instruksikan klien untuk
membatasi aktivitas dan
meningkatkan waktu
istirahat
2 Intoleransi  Penghematan  Pengelolaan  Pantau tanda-tanda vital
aktivitas energy: tingkat energy: segera setelah aktifitas
berhubungan pengelolaan pengelolaan  Catat respon
dengan energy aktif energy untuk kardiopulmonal terhadap
ketidakseimbangan untuk memelihara merawat aktifitas, catat takikardi,
antar suplai aktifitas kelelahan disritmia, bekeringat dan
oksigen/ pucat
kebutuhan,
 Evaluasi peningkatan
kelemahan umum,
intolerasi aktifitas
tirah baring lama
 Bantu klien dalam
pemenuhan kebutuhannya
Perubahan nutrisi
kurang dari
3 kebutuhan tubuh
b.d mual dan  Status gizi :  Pengelolaan
muntah Tingkatkan zat makanan :
gizi untuk beri
memenuhi makanan

29
kebutuhan sedikit tapi
metabolic sering
 Asupan makanan  Pengelolaan  Tentukan motivasi pasien
dan cairan : nutrisi : untuk mengubah kebiasaan
jumlah makanan bantuan/ makan
dan cairan yang pemberian  Ketahui makanan
dikosnumsi tubuh asupan diet, kesukaan pasien
selama 24 jam makanan dan  Ajarkan pasien/keluarga
cairan metode untuk perencanaan
seimbang makanan
 Ajarkan pasien/keluarga
tentang makanan yang
bergizi dan tidak mahal

30
BAB IV
PEMBAHASAN

1. Pengkajian
Pada saat dilakukan pengkajian pada riwayat kesehatan dahulu klien
mengalami sesak nafas dan sering tebangun tengah malam karena sesak nafas
dan nyeri dada. Sesdangkan pada riwayat kesehatan sekarang klien
mengeluhkan sesak nafas kadang hilang timbul, klien juga mengeluhkan tidak
nafsu makan karena mual dan muntah klien terlihat lemah dan pucat,
kemudian pada riwayat kesehatan keluarga klien, tidak ada anggota keluarga
klien yang menderita CHF dan kelainan jantung lainnya.
Sedangkan pada pengkajian teoritis yaitu pada riwayat kesehatan
dahulu didapatkan data tentang penyakit yang berhubungan dengan penyakit
yang dialami klien saat masuk rumah sakit, biasanya klien mengatakan dia
mempunyai riwayat hipertensi, DM, GGA, ataupun penyakit infeksi lainnya.
Sedangkan pada riwayat kesehatan sekarang biasanya pasien mengatakan
adanya batuk,nafas pendek, pusing, konfusi, kelelahan/keletihan, tidak toleran
terhadap latihan dan panas, ekstremitas dingin, urin berkurang, denyut
jantung cepat, dispneu, kegelisahan dan kecemasan, adanya udem, hilangnya
selera makan, nokturia, insomnia, nyeri dada saat aktivitas, penurunan
berkemih, diare/konstipasi, mual muntah, nyeri pada abdomen kanan atas,
sakit pada otot, batuk dengan atau tanpa sputum, tidur sambil duduk atau
dengan beberapa bantal, TD rendah, tekanan nadi sempit, takikardi, disritmia,
Murmur sistolik&Diastolik, Sianotik, sedangkan pada riwayat kesehatan
keluarga mungkin didapatkan beberapa keluarga yang menderita penyakit
kronis seperti DM, hipertensi, atau kelainan jantung lainnya.

2. Diagnosa keperawatan
Pada diagnosa keperawatan teoritis terdapat beberapa diagnosa
keperawatan yang mungkin muncul yaitu, Penurunan curah jantung b/d
kurangnya suplai O2 dan darah ke miokard. Perubahan nutrisi kurang dari

31
kebutuhan tubuh b/d anneksia, mual dan muntah. Kecemasan b/d kesulitan
nafas dan kegelisahan akibat oksigensi yang tidak adekuat.
Sedangkan pada kasus didapatkan tiga diagnosa yaitu, Penurunan
curah jantung b.d kurangnya suplai O2 dan darah ke miokard. Intoleransi
aktivitas b.d ketidakseimbangan antar suplai oksigen/ kebutuhan, kelemahan
umum, tirah baring. Perubahan nutrisi :Kurang dari kebutuhan tubuh b.d
mualdan muntah.

3. Intervensi
Setelah mendapatkan diagnosa keperawatan di kasus, kelompok
mendapatkan beberapa intervensi yaitu
Dx 1 Penurunan curah jantung b.d kurangnya suplai O2 dan darah ke
miokard.
- Atur posisi klien senyaman mungkin.
Memungkinkan klien utuk mendapatkan asupan O2 yang adekuat ,karena
dengan posisi fowler sirkulasi O2 menjadi lancar.
- Evaluasi terhadap adanya keluhan nyeri dada
- Kaji data ada / tidaknya aritmania jantung.
Biasanya terjadi takikardia untuk mengkompensasi penurunan
kontraktilitas ventrikel.
- Awasi tanda-tanda penurunan curah jantung.
Penurunan curah jantung dapat menunjukkan penurunan nadi
- Monitoring TTV klien.
TTV adalah gambaran umum klien saat itu, dan TD klien dapat saja
meningkat sewaktu-waktu.
- Instruksikan klien untuk membatasi aktivitas dan meningkatkan waktu
istirahat.
Istirahat klien harus dipertahankanuntuk memperbaiki efisiensi kontraksi
jantung dan keja jantung yang keras.

32
Dx 2 Perubahan nutrisi :Kurang dari kebutuhan tubuh b.d
penurunan nafsu makan akibat mual dan muntah
- Tentukan motivasi pasien untuk mengubah kebiasaan makan
Memudahkan mengidentifikasi faktor penyebab mual dan muntah pada
klien
- Ketahui makanan kesukaan pasien
agar dapat memacu selera makan klien
- Berikan klien makan dalam porsi sedikit tapi sering
Untuk memenuhi keadekuatan nutrisi klien
- Ajarkan pasien/keluarga metode untuk perencanaan makanan
Agar keluarga lebih mudah dalam mengontrol pola makan klien

Dx 3 intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antar suplai


oksigen/ kebutuhan, kelemahan umum, tirah baring
- Pantau tanda-tanda vital segera setelah aktifitas
Hipotensi ortistatik dapat terjadi dengan aktifitas karena efek obat
- Catat respon kardiopulmonal terhadap aktifitas, catat takikardi, disritmia,
bekeringat dan pucat
Penurunan/ketidakmampuan miokardium untuk meningkatkan volume
sekuncup selama aktifitas
- Evaluasi peningkatan intoleransi aktifitas
Dapat menunjukkan peningkatan dekompensasi jantung dari kelebihan
aktifitas
- Bantu klien dalam pemenuhan kebutuhannya
Agar kebutuhan klien dapat terpenuhi secara maksimal dengan
keterbatasan gerak klien

33
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Gagal jantung adalah : Keadaan patofisiologis dimana jantung
tidak mampu memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme jaringan
(Anderson, 2005). Menurut Braunwald : Gagal jantung adalah suatu
keadaan fatofisiologis adanya kelainan fungsi jantung berakibat jantung
gagal memompakan darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme
jaringan dan/atau kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian
tekanan pengisian ventrikel kiri (Syaefullah, 2006).
Gagal jantung adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa
darah untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrien
(Brummer & Suddarh, 2000).
Tujuan dasar penatalaksanaan pasien gagal jantung:
1. Dukung istirahat untuk mengurangi beban kerja jantung
2. Meningkatkan kekuatan dan efisiensi kontraksi jantung
dengan bahan-bahan farmakologis
3. Menghilangkan penimbunan cairan tubuh berlebihan dengan
terapi diuretik diet dan istirahat
Dengan cara:
1. Menurunkan volume intravaskuler
2. Menurunkan venous return
3. Menurunkan afterloadMeningkatkan pertukarangas oksigenasi
4. Meningkatkan fungsi jantung
5. Mengurangi kecemasan

B. Saran
Dalam menerapkan Asuhan Keperawatan pada klien denganChronik
Heart Failure (CHF) atau gagal jantung kongestif di perlukan pengetahuan
dan pemahaman tentang konsep dan teori penyakit bagi seorang perawat.
Informasi yang adekuat dan penkes sangat bermanfaat bagi klien,
agar klien mampu mengatasi masalah nya secara mandiri.

34
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2006. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. (edisi
kedelapan), volume 2. Jakarta : EGC
Bruner & Suddart. 2005, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta EGC.
Corwin, J. Elizabeth. 2009. Buku saku Patofisiologi. Jakarta. EGC Depatemen
Kesehatan RI.2008.Profil Kesehatan Indonesia.Jakarta Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI.
Paul M. Paulman, Audrey A, Paulman.2010.Jakarta: EGC Doenges E. Marlynn.
2010. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC. Jakarta Dochterman, Joanne.
2009. Nursing Classification (NIC) Fifth Edition.Mosby Elsevier Firdaus,
Isman. 2011. Buku Saku Jantung Dasar. Jakarta: Ghalia Indonesia
Herdman, Heather. 2010. Diagnosa Keperawatan: definisi dan klasifikasi 2009-
2011. Jakarta: EGC Kozier B. 2010.Buku Ajar Praktek Klinik
Keperawatan: konsep, proses, praktik. Jakarta: EGC
Marilyn. E. Doenges. 2005. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk
Perencanaan dan pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi Ketiga.
Jakarta: EGC. Marulam. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta:
Pusat Penerbitan
Masjoer, Arif M,dkk,2005,Kapita Selekta Kedokteran,Edisi 3.Jakarta: Media
Aesculapius Fakultas kedokteran universitas Indonesia
Moorhead, Sue dkk. 2009.Nursing Outcomes Classification (NOC) Fourth
Edition.Mosby Elsevier
Muttaqin, A 2014, Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Pernapasan.Jakarta: Salemba Medika
Nanda Internasional, 2014, Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-
2014, EGC, Jakarta.
Perry & Potter. 2005. Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik.
Jakarta: EGC Price,
Sylvia A, et al. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses- Proses Penyakit.
Jakarta: EGC

35
Price, Sylvia Anderson dan Lorraine MW. 2005. Patofisiologi Vol 1. ed 6. Jakarta
: EGC
Rilantono, Lily L. 2012. Penyakit Kardiovaskuler: 5 Rahasia. Jakarta: Badan
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Safitri, R & Andriyani, A. 2011. Keefektifan pemberian posisi semi fowler
terhadap penurunan sesak nafas pada pasien asama di ruang rawat inap
kelas III RSUD dr. Moewardi Surakarta. GASTER, Volume VIII, No.2.
Supadi, E., Nurachmah, & Mamnuah. 2008. Hubungan analisa posisi tidur semi
fowler dengan kualitas tidur pada klien gagal jantung di RSU Banyumas
Jawa Tengah. Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Volume IV No.2 hal
97-108
Suparmi, Y, dkk. 2008. Panduan Praktik Keperawatan Kebutuhan Dasar
Manusia. Yogyakarta: PT Citra Aji Parama
Saputra, L. 2008.Inti Sari Ilmu Penyakit Dalam. Tangerang: Karisma
Udjianti, W J. 2010. Keperawatan Kardiovaskuler.Jakarta: Salemba Medika

36

Anda mungkin juga menyukai