Anda di halaman 1dari 2

PERUBAHAN NOMAL SEIRING PENUAAN

Keyakinan atau sistem nilai yang dipegan setiap Individu memberi kekuatan, harapan dan
makna untuk hidup tersebut (Carpineto,1993). Keyakina dan nilai merupakan suatu serangka untuk
memahami kehidupan dan tujaun seta tempat seseorang di bumi ini (Eliovouli,1997;Oldbnall,1996)
Karya Erik Erikson, yakni neo-reudian (1963), menjelaskan tugas usia lanjut. Erikson yakin
bahwa pada tahap akhir kehidupan, sebelum kepuasaaan dapat dirasakan, Indivudu harus meletakkan
hidup mereka kedalam persektip. Apabila tugas ini, yang disebut’’Integritas ego’’ tidak dapat berhasil
dicapai, individu yang mengelami penuaan tersebut akan mengalami putus asa. Putus asa adalah
“tugas spertual’ penuaan (Plazer,1991).
Pada usia lanjut, terdapat suatu kesadaran yang selalu ada tentang keterbatasan waktu.
Rosowsky (1996) menjelaskan suatu misi psiko-spritual yang mengajak lansia untuk
‘meninjau,mereplesikan,menyelesaikan,mempebaikidan mempersiapkan’(Hlm.1996), yang
membantu lansia menghilangkan nyeri dan taku saat mereka mendekai akhir kehidupan. Sejalan
dengan pengatahuan bahwa hidup seseorang terbatas dan mendekati akhirnya, timbul peningkatan
kebutuhan spritual (Koenig,Larson dan Maptthaews,1996). Tugas-tugas ini bukan hanya menantang
lansia, tetapi juga memberi kesempatan untuk [ertumbuhan spritual selama proses penuaan
(Berggriem-Phomaf tomas dan Griggs,1995;Tric,Stevens,laberre,1995).

A. Spritualitas
Konsep Keperawatan holestik mengarahkan perawat untuk memerhatikan kebutuhan biolgis,
Fsikologis,sosiologis,dan Spritual Klien mereka (Ellis, 1992;Espeland,1999). Memelihara kehidupan
spritual lansia penting dalam mencapai keseimbangan pikiran, tubuh, dan jiwa yang sehat
(Hungellman, Kenkel-Rossi,Klassen,dan Spollenwerk,1996).Spritualitas dapat bergantung pada setiap
aspek pengalamam manusia yang menstimulasi makna kehidupan untuk seseoran, dan dengan
demikian, unik untuk setiap insan manusia (Blazer,1991). Spitualitas berhubungan dengan sesuatu
yang bersipat tidak dapat dipersepsikan tentang makna pentig untuk semua insan manusia;nilai,
hubungan, dan penemuan makna serta tujuan dalam hidup;(Gewell,1999,hlm.10).
Lansia dihadapkan pada banyak tantangan spritual;kehilangan peran, kehilangan identitas,
Inkapasitas, kehilangan orang yang dicintai, dan mengdekat kematian (Berggren-Thomas dan
Griggs,1995.,Blazer,1991). Perawat dapat memeptimbangkan pertumbuhan spritual sebagai suatu
perjalanan seumur hidup dan pemeliharaan spritual menjadi kebutuhan banyak lansia.
B. Religiusitas
Kendati merupakan salah satu aspek spritulitas, relegiusitas telah menjadi topik yang banyak
diteliti. Agama terbukti memberi banyak orang suatu dasar dan kerangka kerja guna menyusun nilai
dan keyakinan serta membatu meeka sampai pada pemahan tentang kebeadaan intenal atau
spritualitas mereka. Mereka religius memiliki makna atau tujuan lebih besar pada kehidupan lanjutn
(Forbis,1998). Tobin(1991) menemukan bahwa agama adalah mekanismeyang dapat digunakan
individu lansia untuk menghadapi perubahan perubahan dalam hidup mereka.
Nelson (1990) melihat hubungan positip diantara derajat orientasi relegius intrinsip
(didepiniskan sebagai memiliki ima) dan hargai diri pada individu lansia;semakin tinggi tingkat iman
dalam diri seseorang, semakin kecil depesi yang dialami. Namun, menurut Wilderiuest dan Bavidhizar
(1994), bahkan jika suatu pemahaman sempurna tentang spritualitas tidak pernah dicapai, hal yang
sangat penting adalah perwat menjadi seorang pendengar yang baik
Perawat dan propisional layanan keshatan dan layan manusia harus meninjau
spritulitas,keyakina, serta nilia yang mereka miliki jika mereka ingin menbahas kondisi spritulitas klien
meeka. Meeka pelu merasa nyaman dengan spritulitas mereka, sadar akan sumbe personal terhadap
hubungan emosional, dan mengetahui tingkat pertumbuahn spiritual serta filosopi mereka tentang
kematian(Poddhrd,1995;Brice ep al;1995). Menurut Stilef (1990), pemberian perawatan asuhan
bukan hanya bagian-Integral keperawatan untuk individu seutuhnya, tetapi dapat merevitalisasi
kehidupan propesional perawat
DISTRES SPRITUAL
Distres Spritual, atau Distres jiwa manusia, adalah respons manusua yang subkjektip terhadap
gangguan dalam prinsip hidup yang mempengaruhi keberadaan utuh individu yang mengentegrasi
serta melampui sifat biologis dan spikososial seseorang (North American Nursing Diagnosis
Association;NANDA;1999, Hlm 67)
Jiwa manusia adalah dimensi yang tidak dapat depersepsikan dari individu seutuhnya, yang di
espresikan dengan Spritulitas.Spritulitas mencukupi tetapi tidak terbatas pada keyakanian relegius
akan tetapi kesulitan dapat mincul dalam upaaya memisahkan sprutulitas dari relegiusitas serata saat
memisahkan masalah dalam dimensi spritual, dari masalah dalam dimensi ekososial (Manseng, 1993).
Spritulitas, suatu kualitas dasar atau kuliatas yng melekat pada segenap manusia, merupakan konsep
multi dimensi yang luas, yang mencakup tujuan dan makna hidup individu (Dossey, Guzzetta, dan
Kenner, 1992;Haase, Britt,Coward,Leidg, dan Penn,1992). Stoll (1999) menyusun suatu perangka
untuk Spritulitas yang mencakup dimensi pertikal dan horizontal. Demisnse perikal terkait dengan nilai
yang dipilih secara sadar atau tidak sadar yang mengatur hidup seseoan dan berpunsi sebagai
motifator untuk memenuhi dan tujaun, kebutahan, dan aspirasin. Unsur hirizontal mencerminkan
pengalaman dalam hubungan seseorang dengan sesuatu kekuatan yang lebih besar, begitu pula
keyakinan dan nilai seseorang, gaya hidup, kualitas hidup, sera intragrasi dengan diri sendiri, orang
lain, dan sifat.
Reed (1992) mendefenisikan spritulitas sebagai”ekspesi kapasitas perkembangan untuk
ransendensi diri kecendurungan untuk mencari makna melalui suatu keterkaitan denagan dimensi
melampui diri sendiri sedemikain rupa sehinnga membeeri kekuatan serta tidak mengurai nilai
individidu yang besangkuatan’’(Hlm 350). Transidensi diri adalah karakterestik kehidupan lanjut, yang
didalamnya batasan pribadi diperluas terhadap orang lain dan lingkungan, terhadap keadaran yang
lebih besar tentang nilai dan keyakinan, serta terhadap integrasi masa lalu dan masa depan pada saat
ini (Reed 1991,1996). Seperti dijelaskan oleh walton (1996,spritulitas dapat muncul kapan saja dan
pada sutuasi mapin baik itu melibatkan kepedihan, duka cita, atau suka cita (Hlm242).

Anda mungkin juga menyukai