Anda di halaman 1dari 16

REVISI MAKALAH

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fiqih


Pembahasan Tentang Pernikahan

Dosen Pengampu :
Muhammad Zainul Muttaqin M. H.

Disusun oleh Kelompok 8 T.Biologi 1C :


1. Novita Ayu Rachmawati (12208183049)
2. Dewi Mardiana (12208183058)
3. Nurul Fadilah (12208183118)
4. Imma Silvia Yustiani (12208183127)
5. Gilang Dikky Depi Budiartha (12208183175)

JURUSAN TADRIS BIOLOGI


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI(IAIN) TULUNGAGUNG
NOPEMBER 2018
DAFTAR ISI

BAB I Pendahuluan ........................................................................................ 3


1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 3
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 3
BAB II Pembahasan ..................................................................................... 4
2.1 Pengertian Pernikahan .............................................................................. 4
2.2 Dasar Hukum Nikah ................................................................................. 6
2.3 Rukun Nikah ............................................................................................. 6
2.4 Perempuan Yang Dibolehkan Untuk Dinikahi ......................................... 7
2.5 Perempuan Yang Diharamkan Untuk Dinikahi ........................................ 8
2.6 Pihak Yang Dapat Menjadi Wali Nikah dan Syaratnya ............................ 8
2.7 Pengertian Nikah Sirri Dan Mut’ah Dan Apa Status Hukumnya ............. 9
2.8 Tujuan Dari Pernikahan ............................................................................ 10
BAB III Penutup ........................................................................................... 11
3.1 Analisis ..................................................................................................... 11
3.2 Hasil Diskusi ............................................................................................. 11
3.3 Kesimpulan ............................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 16

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pernikahan adalah proses bersatunya dua insan manusia yang saling
berkomitmen dan saling mengikat. Harapan utama sebuah pernikahan adalah
meraih kebahagiaan, tentunya untuk mewujudkan hal tersebut ada syarat dan
rukun dalam menjalankan pernikahan yang sesuai dengan syariat agama.
Pernikahanpun telah tercantum dalam berbagai hukum baik hukum negara,
agama, maupun adat. Sehingga dengan adanya hukum yang mengatur, tidak
ada permasalahan terkait dengan pernikahan.
Dalam undang-undang No.1 tahun 1974 pasal 1 ayat 1 dinyatakan bahwa
“perkawinan ialah ikatan lahir batin seorang wanita dengan seorang laki– laki
sebagai suami-istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga).
Oleh sebab itu, kami akan menyajikan hal-hal yang terkait dengan pernikahan,
syarat pernikahan, dan hukum-hukum yang mengatur tentang pernikahan.
Selain untuk memenuhi tugas kuliah, ini juga berfungsi untuk menambah
wawasan kita tentang pernikahan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan pernikahan?
2. Apa saja dasar hukum nikah?
3. Apa saja rukun nikah?
4. Siapa saja perempuan yang dibolehkan untuk dinikahi?
5. Siapa saja perempuan yang diharamkan untuk dinikahi?
6. Siapa saja pihak-pihak yang dapat menjadi wali nikah dan apa saja syarat-
syaratnya?
7. Apa pengertian nikah sirri dan mut’ah dan apa status hukumnya?
8. Apa Tujuan dari pernikahan ?

3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Nikah
Dalam kamus Bahasa Indonesia, perkawinan atau pernikahan
berasal dari kata “kawin” yang menurut bahasa artinya membentuk
keluarga dengan lawan jenis, melakukan hubungan kelamin atau
bersetubuh. Beberapa pendapat penulis juga menyebut pernikahan
dengan kata perkawinan istilah “kawin” digunakan secara umum unttuk
tumbuhan,manusia dan hewan yang menunjukkan proses generatif
secara alami. Berbeda dengan itu, nikah hanya digunakan pada manusia
karena mengandung keabsahan secara hukum nasional, adat istiadat, dan
menurut agama.
Adapun menurut syara’ nikah adalah serah terima antara laki-laki
dan perempuan yang bertujuan untuk membentuk bahtera rumah tangga
yang sakinah serta masyarakat yang sejahtera. Dari keseluruhan
pengertian diatas tampaknya dibuat hanya melihat dari segi kebolehan
hukum dalam hubungan antara seorang laki-laki dan seorang wanita
yang sebelumnya dilarang menjadi dibolehkan. Dalam setiap perbuatan
hukum pasti memiliki tujuan dan akibat ataupun pengaruhnya. Hal
inilah yang menjadi perhatian manusia pada umumnya dalam kehidupan
sehari-hari seperti terjadinya perceraian, kurang adanya keseimbangan
antara suami dan istri sehingga memerlukan penegasan arti pernikahan,
bukan saja dari segi hubungan seksual tetapi juga dari tujuan dan akibat
hukumnya.1
Pernikahan merupakan sunnatullah yang berlaku pada semua
makhluknya baik manusia, hewan, maupun tumbuhan yang merupakan
fitrah dan kebutuhan makhluk demi kelangsungan hidupnya.
Sebagaimana telah tercantum dalam firman Allah SWT:

1
Wahyu Wibisana “Pernikahan Dalam Islam”
( https://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://jurnal.upi.edu/file/05_PERNI
KAHAN_DALAM_ISLAM_-
_Wahyu.pdf&ved=2ahUKEwiBsYfiw5vdAhUJSI8KHS6vCEMQFjAAegQIAxAB&usg=AOvVa
w0tMLsrst08rbTzqdQAFYd6, 2016), Hal 187-188, diakses pada 02-09- 2018 pukul 11.15.

4
Artinya:
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan
untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan
merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih
dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda bagi kaum yang berfikir” (QS. Ar-Ruum : 21)

Artinya:
“...dan sesungguhnya kami telah mengutus beberapa rasul sebelum
kamu dan kami memberikan kepada mereka isteri-isteri dan keturunan,
dan tidak ada hak bagi seorang rasul mendatangkan sesuatu ayat
melainkan dengan izin allah, bagi tiap-tiap masa ada kitab.” (Qs.Ar-ra'd
: 38).2

Artinya:
“.....dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan
orang-orang yang layak dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan
hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin allah
Akan memampukan mereka dengan kurnia-nya. dan allah maha luas lagi
maha mengetahui” (QS. An-Nur : 32)3

2
H.Ahmad sarwat Lc, Fiqih Nikah, (Kampus Syariah, 2009). Hal. 7
3
Ibid Hal.8

5
2.2 Dasar Hukum Nikah
Pada dasarnya hukum nikah adalah mubah. Jika dilihat dari situasi dan
kondisi dan niat seseorang yang akan menikah, maka hukum nikah dapat
dibedakan sebagai berikut :
a. Wajib
Yaitu bagi seseorang yang sudah mampu dan sudah memenuhi syarat
serta khawatir akan terjerumus melakukan perbuatan dosa besar jika tidak
segera menikah.
b. Sunnah
Yaitu bagi seseorang yang sudah mampu untuk berumah tangga,
mempunyai keinginan (niat) nikah dan apabila tidak melaksanakan nikah
masih mampu menahan dirinya dari perbuatan dosa besar (zina).
c. Mubah
Bagi seseorang yang telah mempunyai keinginan menikah, tetapi belum
mampu mendirikan rumah tangga atau belum mempunyai keinginan
menikah, tetapi sudah mampu mendirikan rumah tangga.
d. Makruh
Bagi seseorang yang belum mampu atau belum mempunyai bekal
mendirikan rumah tangga.
e. Haram
Bagi sesorang yang bermaksud tidak akan menjalankan kewajibannya
sebagai suami atau istri yang baik.4

2.3 Rukun Nikah


Rukun nikah adalah suatu hal yang wajib dipenuhi dalam suatu pernikahan,
adapun Rukun Dan Syarat Pernikahan antara lain:
a. Adanya calon suami, adapun syarat-syarat calon suami :
- Beragama Islam
- Laki-laki
- Tidak karena terpaksa

4
“Ensiklopedia Fiqih Islam Kitab Munakahat” hal. 730-731

6
b. Bukan muhrim dengan calon istri tidak sedang ihram haji atau umrah
Adanya calon istri
c. Adanya wali
Syarat-syarat menjadi saksi dalam pernikahan adalah :
1. Beragama Islam
2. Laki-laki
3. Minimal 2 orang
4. Berakal sehat
5. Merdeka
6. Dapat mendengar, melihat, berbicara
7. Orang yang adil
d. Adanya ijab dan qabul
Syarat-syarat ijab dan qabul adalah :
1. Dengan kata-kata tertentu dan tegas, yaitu kata nikah, tajwid atau
terjemahnya
2. Diucapkan oeh wali atau yang mewakili dan dijawab oleh
mempelai laki-laki
3. Antara kata ijab dan qabul harus langsung (muwalah) tidak ada
batas waktu
4. Tidak dengan kata sindiran atau tulisan yang tidak dapat terbaca
5. Lafal ijab dan qabul harus dapat didengar, baik oleh yang
bersangkutan, wali maupun saksi
6. Lafal ijab dan qabul harus sesuai

2.4 Perempuan Yang Dibolehkan Untuk Dinikahi


Dalam sebuah pernikahan adanya calon istri merupakan rukun dalam
terselenggaranya sebuah pernikahan, adapun syarat-syarat calon istri :
1. Beragama Islam
2. Perempuan sejati
3. Bukan muhrim dengan calon suami
4. Tidak sedang bersuami atau sedang menjalani masa iddah
5. Tidak sedang ihram haji atau umrah

7
2.5 Perempuan Yang Diharamkan Untuk Dinikahi
Tidak semua wanita yang ada bisa dijadikan calon istri, berikut kriteria
wanita yang tidak boleh dinikahi :
1. Wanita non muslim.
2. Wanita pezina dan lacur.
3. Istri orang lain.
4. Saudara ipar/saudara wanita dari istri.
5. Wanita dalam masa iddah.
6. Dalam keadaan ihram.
7. Wanita budak.

2.6 Pihak-Pihak Yang Dapat Menjadi Wali Nikah Dan Syarat-Syaratnya


Salah satu rukun nikah adalah pihak perempuan menyertakan wali nikah,
adapun orang-orang yang berhak menjadi wali dalam pernikahan secara
berurutan sebagai berikut :
1. Ayah kandung
2. Kakek dari pihak ayah
3. Saudara laki-laki sekandung
4. Saudara laki-laki seayah
5. Anak laki-laki dari saudara laki-laki sekandung
6. Anak laki-laki saudara laki-laki seayah
7. Paman dari pihak ayah
8. Anak laki-laki paman dari pihak ayah
9. Hakim (jika wali dari nomor 1-8 tidak ada semua atau ada tetapi
berhalangan hadir atau ada tetapi menyerahkan kepada hakim).
Dalam sebuah pernikahan tidak sembarang orang dapat menjadi seorang
wali, seorang wali nikah harus memenuhi syarat –syarat tertentu beikut
syarat-syaratnya :
1. Beragama Islam
2. Laki-laki
3. Sudah baligh atau dewasa
4. Berakal sehat

8
5. Tidak sedang haji atau umrah
6. Tidak sedang dicabut hak perwaliannya
7. Tidak dipaksa dan tidak fasiq.
8. Adanya dua orang saksi.5

2.7 Pengertian Nikah Sirri dan Mut’ah dan Status Hukumnya


Terdapat beberapa jenis penikahan diantaranya nikah sirri dan mut’ah,
1. Nikah Siri
Nikah siri adalah proses suatu pernikahan yang dilakukan tanpa
pencatatan oleh pemerintah yang wewenangnya ada pada KUA ( Kantor
Urusan Agama). Pernikahan ini disebut siri yang secara bahasa diartikan
diam-diam. Karena tanpa pencatatan dari pemerintah pernikahan ini
cenderung merugikan salah satu pihak, khususnya pihak perempuan
apabila terjadi suatu masalah ( perceraian,dll ), etapi dalam Islam
pernikahan ini dibolehkan.
2. Pernikahan Mu’tah
Pernikahan mut’ah yaitu seseorang menikah dalam batas tertentu
dengan memberikan kepada perempuan berupa harta, makanan atau
pakaian. Ketika batas waktu yg disepakati sudah selesai, mereka dengan
sendirinya tanpa harus menjalani suatu perceraian. Dengan demikian, tidak
berlaku hak waris mewaris dan jenis pernikahan ini dilarang oleh
Rasulullah SAW karena bertentangan dengan nilai keadilan dalam Islam. 6.
Sebelumnya pernikahan ini dibolehkan dalam Islam tetapi sekarang sudah
dilarang oleh agama Islam.

5
Muhammad Syukron Maksum, Buku Pintar Agama Islam Untuk
Pelajar(Yogyakarta:Mutiara Media, 2011). Hal.278-279.
6
Ahmad Yani,”Nikah sirri dan mut’ah”www.freedomsiana.com”2018 (diakses pada 29-
09-2018 pukul 11.24)

9
2.8 Tujuan Nikah
Menikah bukan hanya sekedar menyatukan dua orang yang saling
mencintai tetapi juga menyatukan dua keluarga, dua pemikiran, disisi lain
pernikahan memiliki tujuan lain diantara hal tersebut yang juga menjadi
tujuan pernikahan adalah
1. Menikah Untuk Menjauhi Perbuatan Maksiat
Manusia dalah makhluk yang tak lepas dari lupa, doa, dan khilaf yang
bisa kapan saja terjebak dalam nafsu syahwat. Maka untuk menjaga diri
nafsu syahwat dan hal-hal yang mendekati zina maka menikah adalah
pilihan yang baik, tetapi jika masih belum siap maka kita disarankan
untuk menikah.
2. Menikah Sebgai Penyempurna Agama
Menikah juga dianggap sebagai ibadah bahkan ada anggapan bahwa
menikah sama dengan separuh ibadah maka jika kita menikah, kita bisa
dianggap telah menyempurnakan setengah dari ibadah kita.
3. Menikah Demi Memiliki Keturunan
Meniatkan untuk memiliki seorang keturunan yang pandai soleh solehah
uberakhlahk mulia.
4. Menikah Untuk Saing Memberikan Kenyamanan Pada Pasangan
5. Menikah Sebagai Syariat Agama
Kita sebagai umat Islam sudah seharusnya menegakkan syari’at Islam
menikah adalah salah satu perintah agama Islam maka kita juga harus
melaksanakannya sebagai bentuk penegakkan agama Islam
BAB III
PENUTUP
3.1 Analisi
Dari pengertian tentang pernikahan dapat dilihat dari segi kebolehan
hukum, bahwa hubungan antara laki-laki dan perempuan yang sebelumnya
dilarang menjadi diperbolehkan. Mungkin dalam setiap perbuatan, hukum
pasti memiliki tujuan, akibat ataupun pengaruhnya. Hal inilah yang menjadi
perhatian manusia pada umumnya dalam kehidupan sehari-hari seperti
terjadinya perceraian, kurang adanya keseimbangan antara suami dan istri

10
sehingga memerlukan penegasan dalam arti pernikahan, bukan saja dari segi
hubungan seksual, tetapi juga dari tujuan dan akibat hukumnya.
Pernikahan adalah bentuk proses untuk meresmikan pasangan yang
terdiri dari laki-laki dan perempuan untuk berhubungan secara beradab dan
telah memenuhi syarat dan rukun tertentu. Dengan harapan untuk mencapai
kebahagiaan bersama menjadi keluarga yang harmonis, dan sakinah tanpa
adanya paksaan dari salah satu pihak.

3.2Kesimpulan
1. Pernikahan adalah bentuk proses untuk meresmikan pasangan yang terdiri
dari laki-laki dan perempuan untuk berhubungan secara beradab dan telah
memenuhi syarat dan rukun tertentu. Dengan harapan untuk mencapai
kebahagiaan bersama menjadi keluarga yang harmonis, dan sakinah tanpa
adanya paksaan dari salah satu pihak.
2. Pada dasarnya hukum nikah adalah mubah. Jika dilihat dari situasi dan
kondisi dan niat seseorang yang akan menikah, maka hukum nikah dapat
dibedakan sebagai berikut :
- Wajib bagi orang yang sudah memenuhi syarat, siap mental, fisik dan
material. Jika tidak segera dinikahkan khawatir terjerumus di zina.
- Sunnah bagi orang yang sudah siap lahir batin tetapi masih bisa
menahan diri dari nafsu (hal yang mendekatkan diri pada zina).
- Mubah bagi seseorang yang telah mempunyai keinginan menikah,
tetapi belum mampu mendirikan rumah tangga atau belum mempunyai
keinginan menikah, tetapi sudah mampu mendirikan rumah tangga.
- Makruh bagi seseorang yang belum mampu atau belum mempunyai
bekal mendirikan rumah tangga.
- Haram bagi sesorang yang bermaksud tidak akan menjalankan
kewajibannya sebagai suami atau istri yang baik.
3. Rukun nikah adalah suatu hal yang wajib dipenuhi dalam suatu pernikahan,
adapun rukun pernikaha adalah harus ada calon suami, adanya calon istri,
wali, dan ijab dan qabul.

11
4. Dalam sebuah pernikahan adanya calon istri merupakan rukun dalam
terselenggaranya sebuah pernikahan, adapun syarat-syarat calon istri harus
beragama Islam, perempuan sejati, bukan muhrim dengan calon suami,
tidak sedang bersuami atau sedang menjalani masa iddah, dan idak sedang
ihram haji atau umrah.
5. Tidak semua wanita yang ada bisa dijadikan calon istri ada beberapa
wanita yang tidak boleh dinikahi mereka adalah wanita non muslim,
wanita pezina dan lacur, istri orang lain, saudara ipar/saudara wanita dari
istri, wanita dalam masa iddah, dalam keadaan ihram, dan wanita budak.
6. Dalam masalah perwalian nikah juga terdapat syrata syaratnya seorang
walinikah haruslah ayah kandung, kakek dari pihak ayah, saudara laki-laki
sekandung, saudara laki-laki seayah, anak laki-laki dari saudara laki-laki
sekandung, anak laki-laki saudara laki-laki seayah, paman dari pihak ayah,
anak laki-laki paman dari pihak ayah, hakim, jika wali dari nomor 1-8
tidak ada semua atau ada tetapi berhalangan hadir atau ada tetapi
menyerahkan kepada hakim.
Dalam sebuah pernikahan tidak sembarang orang dapat menjadi
seorang wali, seorang wali nikah harus memenuhi syarat sebagai seorang
wali nikah, syaratnya yaitu harus beragama Islam, laki-laki, sudah baligh
atau dewasa, berakal sehat, tidak sedang haji atau umrah, tidak sedang
dicabut hak perwaliannya, tidak dipaksa dan tidak fasiq, adanya dua orang
saksi.
7. Nikah siri adalah proses suatu pernikahan yang dilakukan tanpa
pencatatan oleh pemerintah yang wewenangnya ada pada KUA ( Kantor
Urusan Agama). Pernikahan ini disebut siri yang secara bahasa diartikan
diam-diam. Karena tanpa pencatatan dari pemerintah pernikahan ini
cenderung merugikan salah satu pihak, khususnya pihak perempuan
apabila terjadi suatu masalah ( perceraian,dll ), etapi dalam Islam
pernikahan ini dibolehkan.
Pernikahan mut’ah yaitu seseorang menikah dalam batas tertentu
dengan memberikan kepada perempuan berupa harta, makanan atau
pakaian. Ketika batas waktu yg disepakati sudah selesai, mereka dengan

12
sendirinya tanpa harus menjalani suatu perceraian. Dengan demikian, tidak
berlaku hak waris mewaris dan jenis pernikahan ini dilarang oleh Rasulullah
SAW karena bertentangan dengan nilai keadilan dalam Islam. Sebelumnya
pernikahan ini dibolehkan dalam Islam tetapi sekarang sudah dilarang oleh
agama Islam.
8. Tujuan dari sebuah pernikahan tentunya sebagai melengkapi ibadah kita,
menghindari dari fitnah zina, dan melanjutkan .

13
DAFTAR PUSTAKA
Wahyu Wibisana “Pernikahan Dalam Islam” (
https://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://jurnal.upi.edu/f
ile/05_PERNIKAHAN_DALAM_ISLAM_-
_Wahyu.pdf&ved=2ahUKEwiBsYfiw5vdAhUJSI8KHS6vCEMQFjAAegQIAxA
B&usg=AOvVaw0tMLsrst08rbTzqdQAFYd6, 2016), Hal 187-188, diakses pada
02-09- 2018 pukul 11.15.
H.Ahmad sarwat Lc, Fiqih Nikah, (Kampus Syariah, 2009). Hal. 7
Muhammad Syukron Maksum, Buku Pintar Agama Islam Untuk
Pelajar(Yogyakarta:Mutiara Media, 2011). Hal.278-279.
Ahmad Yani,”Nikah sirri dan mut’ah”www.freedomsiana.com,2018 (diakses pada
29-09-2018 pukul 11.24

14
Hasil Diskusi
1. Bagaimana tanggapan kalian mengenai maraknya dikalangan generasi
sekarang “pernikahan muda”, mereka memang siap emosi dan fisik,
tetapi umur segitu belum siap mental?
(Akhsana Iliyin)
Jawab: maka lebih baik orang tersebut menunggu kesiapan mentalnya terlebih
dahulu karena dalam melaksanakan pernikahan dibutuhkan kesiapan mental,
material dan lain-lain sebagai bentuk persiapan diri untuk menghadapai hidup
baru dengan segala likalikunya.
Apakah ijab dan qabul harus dalam satu kali nafas?
(Faza)
Jawab: dalam pengucapan ijab dan qabul tidak harus dalam sekali tarikan
nafas, tetapi setidaknya dalam pengucapannya tidak terjeda terlalu lama

Apakah boleh atau sah akad melalui video call?


(Galih)
Jawab: dalam pengijab qabulan jika pengantin memiliki kendala maka
boleh mengirim seseorang untuk mewakilinya dan melakuka ijab
sebagai perwakilan, dan bisa tetap melakukan vidio call agar bisa lebih
yakin dan tenang
Mengapa wanita budak tidak boleh dinikahi? Dan apabila nikah, apakah
sah pernikahan tersebut?
(Ulfa Nadhiro)
Jawab: seorang budak adalah milik tuanya begitu juga seorang wanita
budak jika ia ingin dinikahi maka dibebaskandulu lah dia
dimerdekakanlah dia terlebih dahulu sebelum dinikahi, jika seseorang
wanita budak dinikahi sebelum dimerdekakan maka tidak sahlah
pernikahannya karena sebab kepemilikan
Orangtua yang pernikahannya berbeda agama ketika memiliki anak,
dan anak itu akan menikah apakah boleh ayahnya yang jadi wali?atau
memakai wali hakim?
(Indah)

15
Jawab: seorang wali nikah haruslah Islam jika seorang ayah berbeda
agama maka sekiranya mencari seorang kerabat dekat yang telah
memenuhi syarat sebagai seorang wali untuk dijadikan pengganti
ayahnya yang beda agama tersebut jika tidak ada maka dicarikan wali
hakim sebagai wali nikahnya
Hukum laki-laki yang menikah dalam satu susuan?
(Puji)
Jawab: saudara sepersusuan tidak boleh menikah jika sudah melampaui
batas yangsudah dianggap sebagai saudara sepersusuan, minimal batas
sepersusuan adalah saat seorang anak menyusu dan melepas susuannya
tersebut atas kehendak sendiri tanpa adanya paksaan dan hal itu dimulai
sejak kecil hingga dua tahun
Suami yang mengatakan pada istri dengan kalimat “pulanglah
kerumahmu” kalimat tersebut dihukum talak atau tidak?
(Nur Intan)
Jawab: setiap perkataan adalah yang mengarah pada kata perceraian
maka dianggap sebagai talak tetapi tergantung dr jenis kalimat niat dan
intonasinya
Seorang perempuan yang hamil diluar nikah, dan salah satu pihak
keluarga tidak setuju, kemudian memakai kerabat sebagai walinya,
hukumnya?
(Intan Kusumawati)
Jawab: pasangan zina tidak boleh di nikahkan karena ditakutkan akan
melakukan hal yang lebih buruk dr zin.

16

Anda mungkin juga menyukai