Anda di halaman 1dari 10

BAB 1

PENDADULUAN

Permasalahan sosial dan kemasyarakatan yang terjadi akhir-akhir ini, sebagian besar
disebabkan oleh krisis karakter Sumber Daya Manusia.Setiap individu yang sudah
melewati berbagai sistem pendidikan, mulai dari pendidikan dalam keluarga, sosial,
masyarakat, sampai di pendidikan formal, kurang memiliki kualitas karakter yang
baik. Kesalahan ini bukan semata-mata terjadi dalam individu saja sebagai peserta
didik, akan tetapi sistem pendidikan yang diterapkan perlu mendapat perhatian yang
serius. Pendidikan yang hanya memperhatikan aspek kognitif dan mengabaikan aspek
afektif karena dianggap adalah aspek non akademik, adalah sebuah sistem pendidikan
yang gagal.

Pendidikan perlu memperhatikan penanaman nilai-nilai luhur sebagai unsur utama


dalam aspek afektif. Nilai-nilai luhur kehidupan manusia seperti kasih, kejujuran,
adil, disiplin, toleransi, menghargai, bertanggungjawab, dan hidup dalam moralitas
yang baik, harus senantiasa mewarnai corak pendidikan masa kini. Harapannya
adalah agar setiap peserta didik hidup dalam nilai-nilai yang sudah ditanamkan,
sehingga tercipta generasi yang memiliki tanggungjawab moral yang baik. Jika hal ini
terjadi, maka berbagai persoalan dalam kemasyarakatan yang seringkali
menimbulkan kekacauan akan dapat diminimalisir.

Praktek Pendidikan Agama Kristen (PAK) baik yang diselenggarakan di sekolah-


sekolah formal maupun di gereja, sudah sepatutnya memperhatikan
aspek afektif.Perlu diingat bahwa sumber utama PAK adalah Alkitab sebagai dasar
kehidupan iman Kristen.Aspek afektif dalam PAK berarti usaha menanamkan nilai-
nilai kebenaran Firman Tuhan kedalam kehidupan peserta didik.Peserta didik yang
memiliki kompetensi afektif ditandai dengan perubahan tingkah laku, hidup menurut
kebenaran Firman Tuhan.Untuk mewujudkan tujuan belajar yang optimal, yaitu
setiap peserta didik memiliki perubahan tingkah laku, memerlukan sebuah strategi
pembelajaran yang tepat.Penerapan strategi pembelajaran yang tidak sesuai dengan
tujuan belajar membuat perubahan pada peserta didik tidak dapat diukur dengan baik.
Jika yang akan ditanamkan adalah nilai-nilai, maka strategi pembelajaran yang dipilih
adalah strategi pembelajaran afektif, yang memang pada dasarnya memberikan
penekanan kepada penanaman, dan pengindoktrinasian nilai-nilai kebenaran Firman
Tuhan.

Praktek PAK di Gereja dan di Sekolah perlu memfokuskan perhatiannya pada


pembentukan nilai dan watak Kristiani, untuk melahirkan generasi yang berkarakter
Kristus, hidup dalam takut akan Tuhan. Hal ini adalah sebagai wujud tindakan
preventif mengatasi berbagai persoalan yang diakibatkan oleh krisis karakter sumber
daya manusia.Kenakalan remaja, kecanduan, perkelahian, kekerasan, kriminalitas,
adalah bentuk krisis karakter sumber daya manusia yang memerlukan perhatian
serius. Mengajarkan nilai-nilai kebenaran Firman Tuhan dimaksudkan untuk
membentuk prilaku yang benar, membawa peserta didik hidup dalam pertobatan,
sebagai manusia baru.

 PENGERTIAN NILAI

Nilai adalah sebuah konsep abstrak yang dapat dilihat dan diamati pada saat nilai
tersebut dianut dipercayai dan dilakukan dalam kehidupan individu, keluarga maupun
sekelompok masyarakat.Nilai adalah sesuatu yang dianggap berharga, layak
dipercayai, sesuatu yang indah, berguna, membawa kehidupan manusia kepada
keluruharan dan kemuliaan hidup yang sesungguhnya.

Nilai adalah suatu konsep yang berada dalam pikiran manusia yang sifatnya
tersenbunyi, tidak berada di dalam dunia yang empiris.Nilai berhubungan dengan
pandangan seseorang tentang baik dan buruk, indah dan tidak indah, layak dan tidak
layak, adil dan tidak adil, dan lain sebagainya.Pandangan seseorang tentang semua itu
tidak bisa diraba, kita hanya mungkin dapat mengetahuinya dari perilaku yang dalam
kehidupannya setiap hari. Pendidikan nilai pada dasarnya merupakan proses
penanaman nilai kepada peserta didik yang diharapkan, oleh karenanya dapat
berperilaku sesuai dengan pandangan yang dianggapnya baik dan tidak bertentangan
dengan norma-norma yang berlaku.

1.3. HAKEKAT PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN

Pertama kali seorang manusia menerima pendidikan adalah dalam lingkungan


keluarga, setelah bertambah usia pendidikan dilanjutkan di sekolah dalam pendidikan
formal secara berjenjang. Namun demikian proses belajar itu berlangsung sepanjang
kehidupan manusia. Selain di keluarga dan di sekolah pendidikan agama juga
senantiasa diajarkan di tempat ibadah atau dalam lembaga agama masing-masing.
Dapat dikatakan bahwa proses belajar pendidikan agama adalah proses belajar yang
paling panjang dan rutin dilakukan oleh sebagian besar orang. Bisa jadi seseorang
berhenti belajar sebuah ilmu pengetahuan, namun tidak dapat dipungkiri di akhir
hidupnya banyak orang akan semakin tekun dalam mempelajari agamanya sendiri.
Dalam Kekristenan pendidikan agama ini dikenal dengan nama Pendidikan Agama
Kristen (PAK). Istilah ini lebih baik digunakan dalam konteks pendidikan agama di
Indonesia mengingat di Indonesia memiliki keberagaman agama, sehingga jika hanya
dipakai istilah Pendidikan Agama saja hal ini masih kabur dan belum secara khusus
mengarah ke Agama Kristen. Istilah Pendidikan Agama Kristen diambil dari
terjemahan bahasa Inggris yaitu Christian Religius Education, yang dalam
prakteknya adalah sebuah proses pembelajaran bersumber dari kebenaran Firman
Tuhan.

Banyak pendapat yang memberikan pengertian dan cakupan kajian Pendidikan


Agama Kristen. Menurut Tokoh Reformasi Martin Luter (1488-1548) PAK adalah
pendidikan yang melibatkan warga jemaat untuk belajar teratur dan tertib agar
semakin menyadari dosa mereka serta bersukacita dalam firman Yesus Kristus yang
memerdekakan. Di samping itu PAK memperlengkapi mereka dengan sumber iman,
khususnya yang berkaitan dengan pengalaman berdoa, firman tertulis (Alkitab) dan
rupa-rupa kebudayaan sehingga mereka mampu melayani sesamanya termasuk
masyarakat dan negara serta mengambil bagian dengan bertanggung jawab dalam
persekutuan Kristen. Selain itu menurut John Calvin PAK adalah pendidikan yang
bertujuan mendidik semua putra-putri gereja agar mereka terlibat dalam penelaahan
Alkitab secara cerdas sebagaimana dengan bimbingan Roh Kudus; mengambil bagian
dalam kebaktian dan memahami keesaan Gereja, diperlengkapi untuk memilih cara-
cara mengejawantahkan pengabdian diri kepada Allah Bapa dan Yesus Kristus dalam
pekerjaan sehari-hari serta hidup bertanggung jawab di bawah kedaulatan Allah demi
kemuliaan-Nya sebagai lambang ucapan syukur mereka yang dipilih dalam Yesus
Kristus.

Pendidikan Agama Kristen adalah sebuah usaha yang bersifat pendidikan dan
pembelajaran kepada seluruh warga jemaat secara bertahap untuk mengenal Tuhan
Yesus sebagai Tuhan dan Juru selamat pribadi, yang dituliskan dalam Alkitab sebagai
sumber utama pembelajaran, dengan demikian setiap peserta didik memiliki
pengenalan yang benar akan anak Allah, kedewasaan penuh, dan keteguhan iman
dalam menghadapi berbagai persoalan yang terjadi dalam kehidupan setiap hari,
sehingga dapat mengasihi sesama, dan menunjukkan perananannya di tengah
masyarakat luas. Dari definisi ini dapat dijelaskan bahwa pengertian PAK adalah:

1. Usaha yang bersifat pendidikan dan pembelajaran.


2. Peserta didik adalah semua warga jemaat
3. Sumber utama materi dan kajian Pendidikan Agama Kristen adalah dari Alkitab.
4. PAK memiliki hasil yang jelas.
1. PAK adalah Usaha yang Bersifat Pendidikan dan Pembelajaran

Pendidikan jika ditinjau dari akar kataya berarti “menuntun atau memimpin ke luar“,
pengertian ini didasarkan dari bahasa Latin ducare. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia pendidikan berarti memelihara dan memberi latihan (ajaran, pimpinan)
mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003,
tentang Sisdiknas, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

PAK bukanlah sekedar kegiatan biasa, akan tetapi sebuah bentuk usaha sadar dari
lembaga gereja, sekolah, dan berbagai lembaga lainnya untuk mencapai tujuan yang
diharapkan. Mengacu pada pegertian pendidikan yang ada di atas dalam pelaksanaan
PAK memerlukan persiapan dan perencanaan yang matang. Pada saat
menyelenggarakan PAK diperlukan tujuan yang jelas, ada kurikulum, terdapat
rencana pokok pembelajaran, memiliki penjadwalan yang teratur, dan berbagai hal
lain yang berhubungan dengan pelaksanaan pembelajaran.

Sebagai sebuah usaha kegiatan pendidikan maka di dalamnya perlu terdapat unsur-
unsur utama dalam pembelajaran, yaitu guru, peserta didik, kurikulum, strategi dan
metode pembelajaran, materi, sarana dan prasarana, pembiayaan, serta evaluasi.
Selain itu yang perlu dipikirkan adalah bahwa PAK harus berkelanjutan mulai dari
masa anak-anak, remaja, pemuda, dewasa lanjut usia, dengan pemberian materi yang
diatur dan direncanakan secara baik dan matang.

Thomas H. Groome mendefinisikan pendidikan sebagai sebuah proses yang memiliki


tiga dimensi, yaitu masa lampau, masa sekarang, dan masa mendatang. “… Hakekat
kegiatan pendidikan sebagai kegiatan politis bersama para peziarah dalam waktu,
yang dengan sengaja bersama orang-orang memperhatikan secara sengaja dimensi
kehidupan yang transenden yang melaluinya hubungan yang sadar dengan dasar
keberadaan yang paling pokok dipromosikan dan diekspresikan.” (T.H. Grome,
2010:32). Dari pengertian ini dapat dikatakan bahwa apa yang sudah diterima sebagai
warisan pendidikan pada masa lalu, dijadikan modal untuk melangsungkan atau
meningkatkan pendidikan pada masa kini, sambil terus belajar untuk mempersiapkan
kehidupan dimasa yang akan datang. PAK perlu diselenggarakan dalam pemikiran
pendidikan yang terus berjalan, dan dapat menjawab berbagai kebutuhan, terutama
kebutuhan rohani orang-orang percaya di sepanjang zaman
2. Peserta Didik adalah semua Warga Jemaat

PAK adalah kegiatan pembelajaran yang terjadi dalam kehidupan orang percaya,
sehingga dalam pelaksanaannya semua warga jemaat perlu terlibat secara aktif dalam
kegiatan PAK ini. Gereja perlu mengadakan PAK mulai dari kategori anak-anak
sampai dengan dewasa dan lanjut usia. Selain itu pada pendidikan formal di sekolah
PAK juga menjadi salah satu bidang studi wajib yang diajarkan. Seluruh warga
jemaat adalah sasaran kegiatan PAK di gereja, atau sekolah di sepanjang rentang
kehidupannya.

Seorang anak yang sedang bertumbuh menjadi dewasa jika tidak dibimbing dalam
memahami dan melakukan iman kristennya akan menjadi generasi yang terhilang dan
tersesat. Atau kekristenannya dangkal karena tidak mempunyai dasar-dasar yang
kuat, dengan demikian akan mudah tergoda oleh tipu daya dunia dan pada akhirnya
meninggalkan iman Kristen.

Kenyataan di dalam kehidupan sehari-hari praktek PAK biasaya hanya terjadi pada
masa anak-anak melalui kegiatan sekolah minggu, kemudian dilanjutkan dengan
katekisasi pada usia remaja serta PAK di sekolah, setelah itu banyak gereja yang
tidak memiliki kegiatan PAK terencana dan berjalan dengan baik. dari hasil
penelitian studi DGI PAK hanya ditujukan pada anak-anak sampai kira-kira berusia
15 tahun saja yaitu melalui Katekisasi dan PAK disekolah-sekolah umum. Hanya
sebagian dari gereja-gereja mencantumkan rencana tujuan-tujuan PAK mereka dan
menyusun kurikulum dengan baik, akan tetapi sebagian besar dari gereja di Indonesia
tidak mempunyai kurikulum sama sekali. (Eli Tanya, 1999:151)

Para orang dewasa dan pemuda selepas katekisasi sudah tidak pernah lagi mendapat
PAK khusus, mereka menerima pengajaran Firman Tuhan hanya dalam kebaktian
umum setiap hari minggu. Hal ini adalah suatu kesalahan besar. Bagaimanapun
sulitnya Gereja harus sadar dan melaksanakan PAK kepada setiap tingkatan usia,
golongan orang secara terencana dengan administrasi dan kurikulum yang jelas.

Perlunya menyelenggarakan PAK Pemuda sampai dengan usia lanjut, adalah karena
pada usia ini justru berbagai persoalan dalam kehidupan semakin bertambah besar.
Pada usia ini jemaat juga diperhadapkan pada berbagai tantangan yang dapat
merongrong keteguhan iman percayanya. Kegiatan PAK yang berjalan dengan
sebuah perencanaan akan membawa kehidupan jemaat bukan saja memiliki
pengetahuan tentang kebenaran Firman Tuhan, akan tetapi Firman Tuhan yang
diterima dalam PAK dapat menjawab berbagai persoalan hidup yang sedang
dihadapi.
3. Sumber Utama Materi PAK adalah dari Alkitab

Alkitab adalah sumber pengajaran iman Kristen yang tertulis, diwahyukan oleh Roh
Kudus dan mejadi dasar serta sumber utama materi Pendidikan Agama Kristen. Tidak
dapat dipungkiri bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah
berdampak terhadap perkembangan Pendidikan Agama Kristen, permasalahannya
adalah apakah Alkitab masih tetap relevan sebagai sumber materi PAK, dan apakah
Alkitab masih dapat menjadi jawaban bagi berbagai persoalan di zaman modern ini?

Sekalipun banyak orang yang meragukannya, namun Alkitab telah membuktikan


dirinya sebagai dasar iman Kristen yang dapat menjawab berbagai persoalan yang
terjadi dalam kehidupan dewasa ini. Jika setiap orang mau jujur dan berpijak pada
kebenaran yang sesunggunya, mereka tanpa ragu-ragu dapat berkata bahwa Alkitab
adalah sumber utama PAK yang relevan pada masa kini, dan akan tetap relevan pada
masa yang akan datang. Alkitab memuat fakta dan kesaksian bahwa keselamatan
hanya ada di dalam Tuhan Yesus Kristus. Peserta didik secara bertahap perlu diajar
untuk mengerti dan mengenal secara pribadi Tuhan Yesus Kristus, melalui Alkitab.

Mengingat perkembangan di berbagai bidang terutama dalam bidang teknologi


informasi, selain Alkitab sebagai sumber utama dan dasar dalam pembelajaran PAK,
perlu juga memberikan wawasan pengetahuan dan pemahaman kepada peserta didik
dengan memakai berbagai sumber belajar yang relevan. Dalam hal ini yang perlu
diperhatikan adalah, setiap sumber belajar harus disesuaikan dengan kebenaran
Firman Tuhan. Sumber belajar dalam PAK tidak harus berbentuk teks atau buku,
akan tetapi dapat berupa lingkungan keluarga, lingkungan gereja, tokoh-tokoh dan
pelayan dalam gereja, teman setingkat, lingkungan masyarakat, internet, dan sumber
belajar lainnya yang relevan.

4. PAK Memiliki Hasil yang Jelas

Kegiatan Pendidikan harus megarah pada tujuan yang diharapkan. Tujuan ini
mengarah kepada peserta didik, sebagai sasaran pelaksanaan PAK. Hasil
pembelajaran diarahkan kepada meningkatnya aspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik secara seimbang. Hasil yang diharapkan ini adalah sejumlah fakta
perubahan pola pikir dan tingkah laku yang terukur, terbukti serta dapat diamati.
Misalnya setelah melalui serangkaian kegiatan PAK pada jenjang atau kategori
tertentu peserta didik memiliki iman dan kepercayaan kepada kedudukan dan
fungsinya dalam kehidupan keluarga, gereja dan masyarakat, memiliki kualitas
kehidupan rohani dewasa yang ditunjukkan dengan kesanggupannya untuk mengatasi
dan menyikapi berbagai persoalan yang muncul dalam kehidupan setiap hari. Hasil
belajar yang diharapkan perlu ditulis dan dirumuskan secara jelas dan terukur.
PAK yang Alkitabiah harus mendasarkan diri pada Alkitab sebagai Firman Allah dan
menjadikan Kristus sebagai pusat beritanya dan harus bermuara pada hasilnya, yaitu
mendewasakan jemaat. Salah satu hasil yang perlu dipikirkan dalam praktek PAK di
gereja dan sekolah adalah seperti yang tertulis dalam Efesus 4:13, “Sampai kita
semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak
Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan
Kristus, sehingga kita bukan lagi anak-anak, yang diombang-ambingkan oleh rupa-
rupa angin pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang
menyesatkan.”

PAK harus dilaksanakan sampai peserta didik memiliki pengetahuan dan pemahaman
kebenaran tentang Anak Allah yang benar dan sehat. Melalui perencanaan dan proses
pembelajaran yang sistematis hal ini akan terwujud. Selain itu mengalami
kedewasaan penuh yang dibuktikan dalam perubahan tingkah laku setiap hari,
bersikap dewasa, kuat, dalam menghadapi berbagai persoalan dalam kehidupannya,
sesuai dengan kasih karunia yang dianugrahkan oleh Tuhan Yesus.

Proses pengenalan akan Allah ini akan membawa peserta didik menuju kepada
pertumbuhan kerohanian yang dinamis. Hasilnya adalah peserta didik menjadi pribadi
yang kuat dan memiliki keteguhan iman sehingga tidak mudah di ombang-ambingkan
oleh rupa-rupa angin pengajaran. Setiap peserta didik diharapkan memiliki kekuatan
sikap dan tidak mudah terpengaruh oleh situasi dunia dengan berbagai pencobaan dan
tantangannya.

BAB II

PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN SEBAGAI TUGAS DALAM GEREJA

2.1. Pendidikan Agama Kristen Sebagai Tugas dalam Gereja

Pengajaran memang tidak dititikberatkan pada hanya salah satu tugas panggilan
gereja, sebab berbicara tentang pengajaran sebenarnya mencakup ketiga panilan tugas
tersebut. Setiap tugas pangilan gereja sesunggunya harus mengandung unsur
pengajaran. Setiap persekutuan pelayanan serta kesaksian yang dilakukan mengjarkan
kepada setiap anggotanya bagaimana kehidupan sesunggunya dari gereja.

Gereja ditugaskan untuk mengajarkan kepada semua bangsa segala sesuatu yang telah
Yesus perintahkan (Mat. 28:18-20). Pengajaran yang dilakukan gereja haruslah
menyebabkan pengetahuan, pengertian serta perubahan untuk mencapai kedewasaan
penuh dalam Kristus (Ef. 4:11-16). Kristus adalah Guru Agung, Dia adalah teladan
yang sempurna dalam segala bentuk pelayanan termasuk di dalamnya mengajar,
sebab Dia sendiri melakukan apa yang Ia ajarkan dan apa yang Ia ajarkan, itu pula
yang Ia lakukan. Penulis Didakhè mengatakan dengan tajam, bahwa setiap nabi yang
tidak melakukan kebenaran yang ia ajarkan adalah nabi palsu (11:10).

Gereja sebagai persekutuan yang organis, fungsinya mencakup penyusunan


pengajaran (didache) yang berasal dari pemberitaan (kerygma) yang dasariah. Ini
merupakan bentuk kesadaran gereja atas pengutusannya. Lebih lanjut Cully
menjelaskan bahwa makna pemberitaan itu menyangkut keseluruhan perbuatan-
perbuatan Allah yang besar dalam melawat dan menebus umatNya. Pemberitaan ini
menghasilkan pengajaran, dengan kata lain pengajaran bersumber dari pemberitaan,
sehingga pengajaran tidak bisa dipisahkan dari kerygma. Apabila hal itu terjadi maka
pengajaran itu cenderung menyimpang. Pengajaran dibutuhkan untuk memelihara
hasil-hasil penginjilan sehingga semakin hari semakin menuju pada kedewasaan
rohani.

Bagaimana gereja mengajar menurut penjelsan Cully, dapat di uraikan sebagai


berikut:

1. Gereja mengajar melalui ibadah bersama;


2. Gereja mengajar melalui perayaan kelender hari-hari raya gerejawi;
3. 3) Gereja mengajar melalui hubungan-hubungan yang ada antara orang dewasa dan
anak-anak di gereja;
4. Gereja mengajar melalui sekolah gereja;
5. Gereja mengajar melalui partisipasi anak-anak dan orang dewasa dalam keseluruhan
kehidupan umat Kristen;
6. Gereja mengajar melalui partisipasi keluarga-keluarga dalam persekutuan yang
beribadah.

Semuanya itu menunjukkan pengajaran terjadi dalam persekutuan dan menuntut


adanya keterlibatan aktif dari seluruh anggota gereja tanpa terkecuali, dari anak-anak
sampai orang dewasa. Kegiatan mengajar oleh gereja tidak boleh berhenti, melainkan
harus terus menerus dilakukan dari generasi ke generasi (Ul. 6:4-9). Daniel Nuhamara
secara eksplisit mengatakan bahwa pengajaran adalah bagian dari pendidikan. Sejalan
dengan itu, Horace Bushnell sebagaimana yang dicatat Boehlke dalam bukunya,
menyebutkan orang tua, jemaat sendiri, pendeta dan anak-anak sebagai pengajar
sedangkan pelajarnya yaitu kaum muda, orang tua dan warga jemaat.
Berkaitan dengan tugas ini, maka kita mengenal Pendidikan Agama Kristen (PAK).
Istilah ini berasal dari bahasa Inggris Christian Religious Education, yang oleh
beberapa ahli didefinisikan sebagai berikut:

 Hieronimus (345-420).

PAK adalah pendidikan yang bertujuan untuk mendidik “jiwa” sehingga


menjadi bait Tuhan. “Haruslah kamu sempurna sama seperti Bapamu yang di
surga adalah sempurna” (Mat. 5:48).

 Augustinus (345-430)

PAK adalah pendidikan yang bertujuan menghantar para pelajarnya untuk


bertumbuh dalam kehidupan rohani, terbuka dengan Firman Tuhan dan
memperoleh pengetahuan akan perbuatan-perbuatan Allah melalui Alkitab
dan bacaan lain. Semuanya itu untuk memperoleh hikmat yang dari Allah
sendiri.

 Martin Luther (1483-1548)

PAK adalah pendidikan yang melibatkan semua warga jemaat khususnya


kaum muda, agar bisa belajar secara teratur dan tertib sehingga sadar akan
dosa dan kemerdekaan yang Allah kerjakan melalui Yesus Kristus. Disamping
itu memperlengkapi mereka dengan berbagai sumber iman sehingga mampu
mengambil bagian secara bertanggung jawab dalam pelayanan terhadap
masyarakat, negara dan gereja.

 Yohanes Calvin (1509-1664)

PAK adalah pendidikan gereja yang bertujuan untuk mendewasakan umat


Allah. Berkaitan dengan hal ini, Calvin mengutip tulisan Paulus dalam Efesus
4: 10.

 G Homrighausen (1955).

PAK adalah pendidikan yang melaluinya “segala pelajar, tua dan muda
memasuki persekutuan iman yang hidup dengan Tuhan sendiri dan oleh dan
dalam Dia mereka terhisap pula pada persekutuan jemaat-Nya yang mengakui
dan mempermuliakan Nama-Nya di segala waktu dan tempat”.
 Clement Suleeman/ Lee Sian Hui (1980)

PAK adalah pelayanan gerejawi dalam “mendidik anggota dan calon


anggotanya untuk hidup dalam kehidupan Kristen”.

Dari pengertian beberapa ahli di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pusat
Pendidikan Agama Kristen adalah Allah sendiri dengan kedewasaan iman jemaat-
Nya sebagai tujuannya. Para pelajar PAK sendiri, pada dasarnya para ahli di atas
setuju bahwa semua warga jemaat adalah pelajar, kendatipun Marthin Luther
menekankan kekhususan dari kaum muda. Sejalan dengan tugas ini, maka dapatlah
dimengerti bahwa di mana gereja ada, disitu pula gereja melaksanakan tugas
mengajar ini. Sehingga bisa dikatakan PAK ada dimana gereja ada yakni di
rumah/keluarga, di sekolah, juga di gereja yang dalam pengertian gereja lokal.

Dalam penerapannya, setiap warga gereja berapapun usianya berhak mendapatkan


pendidikan agama Kristen. Pertumbuhan dan perkembangan manusia baik fisik,
psikis, sosial, emosional dan kerohanian, turut memengaruhi daya tangkap, cara
berpikir, tingkah laku dan kebutuhan-kebutuhan manusia itu sendiri, termasuk di
dalamnya kebutuhan akan pendidikan.

Perbedaan kemampuan dan kebutuhan dari tingkat usia inilah yang menuntut adanya
perhatian khusus oleh gereja. Sehingga dalam pelaksanaannya, kita mengenal
berbagai kategori dalam PAK yakni PAK untuk anak-anak (usia 0-11 tahun), PAK
untuk Remaja (usia 12-17 tahun), dan PAK untuk orang dewasa (usia 18 tahun ke
atas). Bahkan dalam PAK untuk orang dewasa masih juga dibagi dalam 3 kelompok
yakni kelompok dewasa muda (usia 18-34 tahun), dewasa menengah (usia 35-60
tahun) dan dewasa lanjut usia (usia 60 tahun ke atas). Di samping PAK untuk orang
dewasa, ada juga PAK dalam keluarga. Setiap kategori usia membutuhkan
pendekatan pendidikan berdasarkan ciri khas dari perkembangannya.

Anda mungkin juga menyukai