Anda di halaman 1dari 32

BAB I : Proses peradilan

- Kasus pidana = pelanggaran terhadap hukum pidana meliputi


pelanggaran yang sifatnya intensional (kesengajaan), recklessness
(kecerobohan), atau negligence (kurang kehati-hatian)  merugikan
Negara, menganggu kewibawaan pemerintah dan menganggu
ketertiban umum.
- Kasus perdata = kerugian bagi yang bersangkutan

Proses peradilan pidana


- tingkat penyelidikan oleh penyelidik
penyelidikan  tindakan mencari dan menemukan suatu peristiwa
yang diduga sebagai tindak pidana
- tingkat penyidikan dan penyidikan tambahan oleh penyidik
penyidikan  tindakan mencari dan mengumpulkan bukti-bukti
sehingga bukti-bukti tersebut perkaranya jelas
- tingkat penuntutan oleh penuntut umum
penuntut umum mempunyai waktu 7 hari untuk memberitau kepada
penyidik bahwa berkas sudah lengkap  jika belum lengkap 
penuntut umum mengembalikan berkas untuk dilengkapi dalam waktu
14 hari harus dikembalikan kembali ke penuntut umum
- tingkat pemeriksaan di sidang oleh pengadilan hakim
penuntut umum membuat surat dakwaan  pengadilan negeri
menentukan apakah perkara tersebut menjadi kewenangan atau tidak.

Proses peradilan perdata


- inisiatif perkara datang dari pihak yang merasa dirugikan
- terdiri dari hakim, pihak yang bersengketa yaitu penggugat dan
tergugat

BAB II : status dokter dalam proses peradilan pidana


- pasal 1 butir 28 KUHAP
keterangan ahli  keterangan yang diberikan oleh seorang yang
memiliki keahlian khusus yang dapat membuat terang perkara
- pasal 133 ayat 1 KUHAP
korban luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena tindak
pidana  berhak mengajukan keterangan ahli kepada ahli kedokteran
- pasal 179 ayat 1 KUHAP
setiap orang yang diminta sebagai ahli kedokteran kehakiman wajib
memberikan keterangannya.

Perbedaan saksi dan ahli :


- saksi hanya boleh menceritakan apa yang dilihat, didengar atau
dialaminya saja sedangkan ahli boleh memberikan kesimpulan
(interpretasi)
- saksi tertentu tetap harus menghormati kerahasiaan medic sedangkan
ahli tidak sebab yang diperiksa ahli bukan pasien
- di sidang saksi wajib bersumpah akan memberikan keterangan yang
sebenar-benarnya sebagai saksi sedangkan ahli wajib memberikan
keterangan berdasarkan pengetahuannya yang sebaik-baiknya
- saksi tidak boleh memberikan keterangan tertulis sedangkan ahli boleh
memberikan keterangan tertulis

BAB III : bantuan dokter sebagai ahli


tingkat penyelidikan
pemeriksaan jenazah di TKP menfaatnya :
- dapat memastikan korban sudah mati atau belum
- dapat menentukan cara kematiaannya : akibat pembunuhan, bunuh
diri atau kecelakaan
- dapat membantu mencari, mengumpulkan dan menyelamatkan barang
bukti

kondisi jenazah dapat dilihat ciri-cirinya, yaitu :


1. ciri pembunuhan
- lokasi luka : di sembarang tempat
- luka tangkis (defensive wounds)
- pakaian : terdapat robekan pada bagian pakaian yang menutupi
daerah luka
2. ciri bunuh diri
- lokasi luka : di bagian tubuh yang yang mematikan dan dapat
dijangkau oleh bersangkutan
- luka percobaan (tentative wounds)
ciri : tidak mematikan, lukanya dangkal, jumlahnya lebih dari satu,
lokasi luka disekitar luka yang mematikan
- pakaian : tidak ada robekan pakaian akibat senjata
3. ciri kecelakaan
tidak terdapat ciri-ciri pembunuhan dan bunuh diri

tingkat penyidikan
1. memberikan keterangan tentang suatu obyek
- obyek tersangka / terdakwa
a. tersangka yang diduga menderita kelaianan jiwa (pasal 44
KUHP)  tidak dapat dihukum, bantuan dokter : menderita
gangguan jiwa atau tidak, jenisnya apa dan apakah
menyebabkan ketidakmampuan bertanggung jawab
b. tersangka yang tidak jelas umurnya  dewasa atau anak-anak.
Jika anak-anak : sidang pengadilan tertutup, di tempat yang
tidak berkesan sebagai ruang sidang pengadilan, hakim tidak
memakai toga, jika bersalah maka hukuman yang diberikan
hukuman alternative
c. tersangka tindak pidana seksual yang mengaku impotensi 
membuktikan apakah impoten organic akibat DM menahun atau
psikik
d. tersangka pembunuhan bayi sendiri tetapi menyangkal telah
melahirkan anak. Bukti melahirkan anak : ada tanda melahirkan
anak, ada hubungan darah antara tersangka dengan jenazah
bayi yang ditemukan.
2. obyek korban
a. Jenazah / korban mati yang diduga akibat pembunuhan,
penganiayaan, kelalaian orang lain
- identitasnya
- proses : kapan, dimana, dengan apa dilakukan, bagaimana cara
melakukannya
- identitas pelaku
b. jenazah bayi
bantuan otopsi untuk :
- bayi viable atau tidak
- lahir hidup atau lahir mati
- berapa lama hidup di luar kandungan
- sebab bayi meninggal
c. korban hidup
untuk membuktikan :
- ada luka atau tidak
- benda yang menjadi penyebabnya
- cara memukul
- derajat luka
d. korban tindak pidana seksual
untuk mengetahui :
- ada tanda persetubuhan
- identitas laki-laki yang menyetubuhi
- tanda kekerasan atau tidak : kekerasan fisik

3. obyek lain
 bagian lain dari tubuh manusia

BAB IV : Fungsi dokter di sidang pengadilan


- pasal 183 KUHAP : hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada
seseorang kecuali dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang
syah
- pasal 6 ayat 2 UUD no 14 th 1970 : tidak seorang pun dapat dijatuhi
pidana kecuali apabila pengadilan karena alat pembuktian yang syah,
mendapat keyakinan bahwa seseorang tersebut bersalah
- pasal 184 KUHAP : alat bukti persidangan :
keterangan saksi
keterangan ahli
surat
petunjuk
keterangan terdakwah

keterangan dokter kapasitasnya sebagai ahli dapat berupa :


1. alat bukti
- keterangan ahli dalam bentuk lisan dengan mengucapkan sumpah/janji
- kategori surat diberikan dalam bentuk tertulis
2. keterangan yang disamakan nilainya dengan alat bukti
jika dokter berhalangan hadir ( pasal 162 KUHAP)
3. keterangan yang dapat menguatkan keyakinan hakim
pasal 161 KUHAP = apabila ahli menolak bersumpah tanpa alasan
yang syah  disendera di rumah tahanan Negara selama 14 hari 
jika masih menolak untuk bersumpah  keterangan yang diberikan
hanya berlaku sebagai keterangan yang menguatkan hakim

BAB V : tatalaksana dokter sebagai ahli


Peran dokter di proses peradilan pidana :
1. penyelidikan
untuk mendapatkan informasi medic sebagai tambahan bagi penyelidik
guna untuk menentukan tindak pidana atau tidak
2. penyidikan dan penyidikan tambahan
untuk mendapatkan bukti
3. penuntutan
4. pemeriksaan di pengadilan
untuk menguji alat bukti agar hakim memperoleh keyakinan

pejabat yang berhak mengajukan permintaan :


1. penyelidik
pejabat kepolisian. Menurut pasal 5 KUHAP penyelidik memiliki
kewenangan untuk meminta bantuan ahli
2. penyidik dan penyidik pembantu
pejabat kepolisian Negara atau PNS yang diberi kewenangan oleh
undang-undang. Pangkat serendah-rendahnya pembantu letnan dua,
sedangkan bagi penyidik pembantu serendah-rendahnya sersan dua
3. hakim
berhak meminta bantuan ahli tetapi yang melaksanakannya jaksa
penuntut umum

cara mengajukan permintaan : diajukan secara tertulis

dokter yang boleh dimintai bantuan sebagai ahli : ahli forensic, dokter umum,
dokter spesialis.
Yang harus diperhatikan :
- spesialisasinya
- fasilitasnya

cara dokter menyampaikan keterangan :


- tertulis
keterangan tertulis dibuat dengan mengingat sumpah dan janji ketika
menerima jabatan sebagai dokter. Sumpah atau janji sebagai ahli
dilakukan di depan penyidik sebelum pemeriksaan
- lisan
dapat disampaikan secara lisan, baik di tingkat penyidikan maupun di
sidang pengadilan  jika di tingkat penyidikan sebaiknya diberikan
sumpah /janji sebagai ahli (keuntungan jika berhalangan hadir).
Keterangan di sidang pengadilan harus disertai sumpah/janji sebagai
ahli

BAB VI : kewajiban dokter sebagai ahli


Kewajiban melakukan pemeriksaan serta kewajiban memberikan keterangan
terdapat pada pasal 120 KUHAP :
- jika penyidik perlu, ia dapat minta pendapat ahli
- ahli dapat mengangkat sumpah atau mengucapkan janji di muka
penyidik
pasal 179 KUHAP ayat 1 :
- setiap orang yang dimintai pendapatnya sebagai ahli kedokteran
kehakiman atau dokter wajib memberikan keterangan
- alasan dokter mengundurkan diri adalah :
keluarga sedarah garis lurus ke atas atau ke bawah sampai derajat tiga
saudara dari terdakwah, saudara ibu atau bapak, yg mempunyai
hubungan karena perkawinan sampai derajat tiga
suami atau isteri terdakwah
pasal 179 KUHAP ayat 2 :
- semua yang berlaku untuk saksi juga berlaku untuk ahli dengan
mereka mengucapkan sumpah atau janji
pasal 169 KUHAP
- membolehkan memberikan keterangan di bawah sumpah atau janji
dengan syarat :
mereka sendiri yang menghendaki
penuntut umum setuju
terdakwah menyetujuinya
pasal 224 KUHAP :
- barang siapa yang dipanggil sebagai saksi, ahli atau juru bahasa
menurut undang-undang dengan segaja tidak memenuhi kewajibannya
berdasarkan undang-undang yang harus dipenuhinya, diancam :
dalam perkara pidana  penjara paling lama 9 bulan
dalam perkara lain, paling lama 6 bulan
kewajiban mengucapkan sumpah atau jani sanksinya adalah disendera di
rumah tahanan Negara paling lama 14 hari sesuai dengan bunyi pasal 161
KUHAP :
- saksi atau ahli menolak untuk bersumpah atau berjanji sebagaimana
dimaksud dalam pasal 160 ayat 3 dan ayat 4 maka pemeriksaan tetap
dilakukan, sedangkan ia disendera di rumah tahanan negara selama 14
hari
- jika habis masa tahanan masih belum bersumpah maka keterangan
yang diberikan merupakan keterangan yang dapat menguatkan
keyakinan hakim (ditingkat pengadilan bukan penyidikan)
BAB VI : THANATOLOGI
 ilmu yang mempelajari segala macam aspek yang berkaitan dengan mati
- mati adalah berhentinya secara permanen fungsi berbagai organ-organ
vital (paru-paru, jantung dan otak) sebagai suatu kesatuan yang utuh,
yang ditandai dengan berhentinya konsumsi oksigen
- mati suri  suatu keadaan dimana proses vital turun ke tingkat yang
paling minimal untuk mempertahankan kehidupan sehingga tanda
kliniknya tampak sudah mati

konsep “brain stem death is death” :


- mustahil dapat mendiagnosis brain death dengan memeriksa seluruh
fungsi otak dalam keadaan koma karena fungsi otak tertentu
(mendengar, mencium, dll) hanya bisa diperiksa dalam keadaan
komposmentis
- proses brain death tidak terjadi serentak karena resistensi otak yang
berbeda  brain stem merupakan bagian yang paling tahan
dibandingkan kortek dan thalamus
- brain stem merupakan bagian yang mengatur fungsi vital yaitu
pernapasan

kriteria brain stem death :


- hilangnya semua respon terhadap sekitarnya (respon perintah, taktil)
- tidak ada gerakan otot serta postur
- tidak ada reflek pupil
- tidak ada reflek kornea
- tidak ada respon motoric dari syaraf kranial terhadap rangsangan
- tidak ada reflek menelan atau batuk
- tidak ada reflek vestibulo-okularis terhadap rangsangan air es yang
dimasukkan kedalam telinga
- tidak ada napas spontan ketika respirator dilepas untuk waktu yang
cukup lama
 tes diatas tersebut boleh dilakukan paling cepat 6 jam setelah onset
koma serta apneu dan diulangi lagi paling cepat 2 jam kemudian

konsep “ permanent cessation of heart beating and respiration is death” :


- dikatakan berhenti secara permanen karena jika fungsi jantung dan
paru terhenti sekitar 10 menit  sel otak mengalami kerusakan yang
irreversible
1. tes pada paru-paru
- auskultasi
- tes winslow
meletakkan gelas berisi air di atas perut dan dada  jika bergoyang
berarti masih ada gerakan nafas
- tes cermin
meletakkan cermin di depan mulut dan hidung
- tes bulu burung
meletakkan bulu burung di depan hidung

2. tes pada jantung


- auskultasi  dilakukan selama 10 menit terus-menerus
- tes magnus
mengikat jari tangan  jika ada bendungan berwarna sianotik (masih
ada sirkulasi)
- tes icard
menyuntikkan larutan campuran 1 gr zat fluorescein dan 1 gr natrium
bicarbonas didalam 8 ml air subkutan  perubahan warna kuning
kehijauan (masih ada sirkulasi)
- insisi arteri radialis

Perubahan-perubahan sesudah mati :


1. perubahan kulit muka
berhentinya sirkulasi darah pada kapiler dan venula  mengalir ke
bagian yang lebih rendah  raut muka tampak lebih pucat
2. relaksasi otot
relaksasi primer : otot polos akan mengalami relaksasi akibat hilangnya
tonus.
rahang bawah akan melorot  mulut terbuka, relaksasi otot polos 
iris dan spingter ani mengalami dilatasi
relaksasi sekunder : kaku mayat
3. perubahan pada mata
pandangan mata terlihat kosong, reflek cahaya dan kornea negative
10-12 jam sesudah mati kelopak mata baik terbuka dan tertutup akan
berubah menjadi putih dan keruh
4. penurunan suhu tubuh
mati  metabolism menghasilkan panas terhenti  suhu tubuh turun
pada jam pertama penurunan panas sangat lambat karena masih
adanya produksi panas dari proses glikogenolisis  penurunan cepat
 kembali lambat ( kurva S sigmoid)
penurunan suhu 0,9-1 derajat celcius perjam (pengukuran dilakukan
perrekatal)
penurunan suhu dipengaruhi oleh beberapa factor :
- suhu tubuh pada saat mati
suhu tubuh tinggi (infeksi)  penurunan suhu cepat, sedangkan suhu
tubuh rendah (hipotermia)  penurunan suhu lambat
- suhu medium
semakin besar perbedaan suhu medium dengan suhu mayat 
semakin besar tingkat penurunannya
- keadaan udara sekitar
udara lembab dan berangin  penurunan cepat
- jenis medium
air merupakan konduktor yang baik  cepat turun
- keadaan tubuh mayat
bayi lebih cepat turun suhunya dibandingkan dewasa karena luas
permukaan tubuh bayi yang lebih besar. Kurus lebih cepat turun
dibandingkan dengan yang gemuk
- pakaian mayat
 estimasi saat kematian dengan memanfaatkan suhu mayat hanya bisa
dilakukan pada kematian kurang dari 12 jam
5. lebam mayat = livor mortis
gaya gravitasi  darah yang menggumpul di bagian terendah
awalnya darah menggumpul pada vena besar  kemudian cabangnya
 perubahan warna kulit menjadi merah kebiruan  cabang vena
pecah (terdieu spot)
setelah 4 jam  kapiler akan mengalami kerusakan dan butir merah
akan rusak  pecahan darah merah mewarnai jaringan sekitar dan
menetap (> 12 jam  lebam mayat menetap)
warna lebam mayat :
- keracunan CO = merah cerah
- keracunan potassium chlorate = cokelat
- asifiksia = berwarna lebih gelap
6. kaku mayat = rigor mortis
ATP dipecah menjadi ADP karena persediaa glikogen habis maka
terjadi penumpukan ADP  otot menjadi kaku
- awal kaku mayat terjadi pada otot-otot yang kecil karena persediaan
glikogen sedikit.
- Kurang 6 jam  seluruh tubuh akan menjadi kaku (kekakuan
berlangsung selama 36-48 jam)  mayat akan mengalami relaksasi
(relaksasi sekunder)
Factor yang mempengaruhi kaku mayat :
- persediaan glikogen
- kegiatan otot
melakukan aktivitas berlebihan sebelum kematian  kaku mayat
menjadi lebih cepat
- suhu udara di sekitarnya
suhu tinggi  kekakuan mayat lebih cepat dan berlangsung singkat,
jika pada suhu rendah  lebih lambat dan berlangsung lebih lama.
- umur
kekakuan pada anak-anak lebih cepat timbul dibandingkan dewasa

rigor mortis perlu dibedakan dengan :


- cadaveric spasme
 kekakuan serombongan otot akibat ketegangan jiwa atau ketakutan
sebelum kematian
- heat stiffening
mayat terbakar  kekakuan otot akibat proses koagulasi protein.
Pengaruh panas pada daerah kulit sangatlah kuat
- freezing
disebabkan pembukan cairan sendi atau didalam sel otot
7. pembusukan
disebabkan karena proses otolisa dan aktifitas mikroorganisme
- proses otolisa  pengaruh enzim yang dilepaskan oleh sel yang sudah
mati  yang terkena nucleoprotein  yang terkena sitoplasma 
dinding sel mengalami kehancuran (suhu panas dan dingin
menghambat proses otolisa)
- mikroorganisme : clostridium welchii (pada usus besar)  kuman
dengan leluasa masuk ke dalam pembuluh darah (sistem pertahanan
sudah hilang)  menyebabkan pencairan bekuan darah, pencairan
thrombus atau emboli, perusakan jaringan dan pembentukan gas
pembusukan (48 jam sesudah mati)
tanda pembusukan :
- warna kehijauan pada dinding perut sebelah kanan bawah (karena
reaksi antara H2S dan Hb)
- pelebaran pembuluh darah vena superfisial (akibat desakan gas
pembusukan  cabang-cabang pembuluh darah Nampak lebih jelas
seperti pohon gundul / arborescent pattern)
- muka membengkak
- perut mengembung akibat timbunan gas pembusukan
- skrotum laki-laki atau vulva membengkak
- kulit terlihat mengelembung atau melepuh
- cairan darah keluar dari lubang hidung dan mulut
- bola mata menjadi lunak
- lidah dan bola mata menonjol akibat desakan gas pembusukan
- dinding perut atau dada pecah akibat tekanan gas
- kuku dan rambut lepas
- organ-organ dalam membusuk dan kemudian hancur

organ yang paling cepat membusuk : otak, hati, lambung, usus halus,
limpa, Rahim wanita hamil
organ yang lambat membusuk : esophagus, jantung, paru-paru,
diafragma, ginjal dan kandung kencing
organ yang paling lambat membusuk : prostat dan Rahim wanita yang
tidak sedang hamil

factor yang mempengaruhi pembusukan :


factor luar :
- mikroorganisme
- suhu di sekitar mayat
proses pembusukan yang optimal : 70-100 F  pertumbuhan
mikroorganisme yang optimal
- kelembapan udara
semakin tinggi kelembapan  semakin cepat pembusukan
- medium di mana mayat berada

factor dalam :
- umur
orang tua proses pembusukan lambat karena lemak tubuh sedikit
pada bayi yang belum pernah diberi makan karena tidak ada
mikroorganisme yang masuk
- sebab kematian
mayat orang mati mendadak lebih lambat proses pembusukannya
daripada mati karena penyakit kronis
- keadaan mayat
proses pembusukan yang cepat terjadi pada tubuh mayat yang gemuk,
edematous, luka-luka
proses pembusukan yang lambat terjadi pada mayat yang hidupnya
mengalami dehidrasi

kekhususan pembusukan mayat :


- mummifikasi
keadaan disekitar mayat kering, kelembapan rendah, suhu tinggi dan
tidak ada kontaminasi bakteri
tanda :
mayat menjadi kecil, kering, mengkerut atau melisut, warna cokelat
kehitaman, kulit melekat erat dengan tulang di bawahnya, tidak
berbahu, keadaan anatominya masih utuh.
- saponifikasi
mayat berada di dalam suasana hangat, lembab atau basah
asam lemak tak jenuh  mengalami dehidrogenasi  asam lemak
jenuh  bereaksi dengan alkali menjadi sabun yang tak larut
tanda : warna keputihan, bau tengik seperti bau minyak kelapa

5 tahap pembusukan
- fresh stage (0-1 hari)
dimulai saat kematian dan ditandai adanya tanda penggelembungan
pada tubuh
- bloated stage (2-3 hari)
tahapan pembusukan yang sedang dimulai  akibat aktivitas bakteri
pembusuk, perut mayat menggembung dan cairan tubuh keluar
melalui hidung
- decay stage (4-8 hari)
ditandai dengan kerusakan kulit dan mengakibatkan gas keluar dari
tubuh
- postdecay stage (9-12 hari)
sisa-sisa tubuh seperti kulit, dan usus sudah mengalami pembusukan,
sisa jaringan tubuh yang masih ada mengering
- skeletal stage (13-15 hari)
tersisa hanya tulang belulang dan rambut
8. perubahan pada darah
mati  penurunan pH darah akibat penumpukan CO2 saat akhir
kehidupan , bisa karena penumpukan asam laktat, pemecahan asam
amino dan pemecahan lemak
24 jam dari saat kematian  darah mulai berubah menjadi basa akibat
pemecahan protein secara enzimatik
- kadar gula darah turun
- kadar dekstrose pada vena cava inferior mengalami kenaikan sebagai
akibat pemecahan glikogen di dalam hati
9. kematian sel
ketahanan hidup sel tanpa oksigen berbeda :
- sel usus mampu hidup sampai 2 jam sesudah mati
- sel otot mampu hidup 3 jam sesudah mati
- sel jantung tidak segera mati dan masih berdenyut lemah
- otot pupil masih dapat melebar jika diberi atropine
- spermatozoa mampu hidup selama beberapa jam sesudah mati

kegunaan thanatology :
- untuk diagnosis kematian
- untuk penentuan saat kematian
perubahan eksternal : penurunan suhu, lebam mayat, kaku mayat,
pembusukan
perubahan internal : kenaikan potassium cairan bola mata, kenaikan
non protein nitrogen dalam darah, kenaikan ureum darah, penurunan
kadar gula darah, kenaikan kadar dekstrose pada VCI
- perkiraan sebab kematian
perubahan warna lebam mayat : merah merah  keracunan CO,
cokelat  keracunan potassium chlorate, lebih gelap  kekurangan
oksigen
keluarnya urin, feses atau vomitus memberi petunjuk relaksasi
sphincter akibat kerusakan otak, anoksia atau kejang-kejang
- untuk perkiraan cara kematian

BAB VIII : TRAUMATOLOGI


 ilmu yang mempelajari semua aspek yang berkaitan dengan kekerasan
terhadap jaringan tubuh manusia yang masih hidup.

Traumatology dapat dimanfaatkan untuk membantu menentukan :


1. jenis penyebab trauma
a. benda mekanik
- benda tajam
ciri :
batas luka teratur, tepinya rata dan sudutnya runcing
bila ditautkan menjadi rapat
tebing luka rata dan tidak ada jembatan jaringan
disekitar luka tidak ada memar
- benda tumpul
memar : kerusakan jaringan tanpa disertai dengan diskontinuitas
jaringan. Mula-mula berwarna merah kebiruan  4-5 hari berubah
menjadi kuning kehijauan  seminggu menjadi kekuningan.
memar Lebam mayat
lokasi Dimana saja Bagian terendah
pembengkakan + -
Bila ditekan Warna tetap Memucat/hilang
mikroskopik Reaksi jaringan + Reaksi jaringan -

Luka lecet : luka yang diakibatkan lepasnya lapisan luar kulit.


Ciri-ciri :
Bentuk luka tak teratur, batas tak teratur, tepi tidak rata
Permukaan tertutup krusta (serum yang telah mengering)
Warna cokelat kemerahan
Px mikroskopis terlihat adanya bagian yang masih ditutupi epitel dan
reaksi inflamasi

jika pada orang yang sudah meninggal : warna kuning mengkilat,


lokasi di daerah penonjolan tulang, px mikroskopis tidak ditemukan
adanya sisa-sisa epitel dan inflamasi

luka terbuka/robek : luka yang mampu merobek seluruh lapisan kulit


dan jaringan dibawahnya.
Ciri :
Batas luka tidak teratur, tepi luka tidak rata
Bila ditautkan tidak rapat
Tebing luka tidak rata serta terdapat jembatan jaringan
Disekitar luka terdapat memar
- benda yang mudah pecah/kaca
luka campuran : luka iris, tusuk dan lecet

b. benda fisik
- benda bersuhu tinggi
- benda bersuhu rendah
vasokonstriksi pemda superfisial  pucat, paralise vasomotor control
 kemerahan
- sengatan listrik
tempat arus masuk : kerusakan lapisan kulit dengan tepi yang agak
menonjol dan disekitarnya terdapat daerah pucat, dikelilingi daerah
hiperemis, sering ditemukan metalisasi.
Kematian  fibrilasi ventrikel
- petir
luka gabungan akibat listrik, panas dan ledakan udara.
Korban mati  arborescent mark (percabangan pemda yang terlihat
seperti percabangan pohon), metalisasi benda logam yang dipakai
- tekanan (barotrauma)
hiperbarik : disebabkan karena tekanan yang tinggi antara lain :
pewasat turun, turun gunung, berada di kedalaman air
gejala :
barotrauma pulmoner : pneumothorak, emboli udara, emfisema
interstisialis
barotalgia : rasa nyeri, membrane timpani pecah, vertigo
barodontalgia : rasa nyeri
narcosis nitrogen : disorientasi
hipobarik : perubahan tekanan rendah, seperti : naik ke tempat tinggi
 menyebabkan pembentukan dan pengumpulan gelembung-
gelembung udara di dalam jaringan lunak atau organ berongga
gejala :
sendi terasa kaku + nyeri hebat
rongga dada terasa tercekik, sesak nafas
emboli
perut terasa kembung
gigi nyeri / barodontalgia
c. kombinasi mekanik dan fisik
luka senjata api  anak peluru berjalan giroskopis
(berputar/mengebor)
luka tembak terdiri dari : lubang, dikelilingi oleh cincin lecet yang
diameternya lebih besar (d cincin lecet = d caliber peluru)
d. zat kimia korosif
- golongan asam
cara kerja :
mengekstraksi air dari jaringan
mengkoagulasi protein menjadi albuminat
mengubah hemoglobin manjadi acid hematin
ciri luka :
kering
berwarna cokelat kehitaman
perabaan keras dan kasar
- golongan basa
cara kerja :
mengadakan ikatan dengan protoplasma membentuk alkaline albumin
dan sabun
mengubah hemoglobin menjadi alkaline hematin
ciri luka :
basah dan edematous
berwarna merah kecoklatan
perabaan lunak dan licin

2. waktu terjadinya kekerasan


a. luka antemortem dan post mortem
dilihat adanya tanda intravital yang menunjukkan :
jaringan masih hidup ketika terjadi trauma
organ masih berfungsi
- jaringan yang masih hidup ketika terjadi trauma
retraksi jaringan : serabut elastis yang dibawah kulit terpotong dan
kemudian mengkerut  menarik kulit diatasnya

reaksi vaskuler : jika pada trauma panas  eritema, vesikel atau


bulla. Pada trauma benda keras  memar

reaksi mikroorganisme : infeksi saat jaringan masih hidup


ciri warna kemerahan, terlihat bengkak, terdapat pus
reaksi biokimiawi : kenaikan kadar serotonin (10 menit setelah
trauma), kenaikan kadar histamine (20-30 menit setelah trauma),
kenaikan kadar enzim (ATP, aminopeptidase, acid phosphatase dan
alkali phosphatase)
- organ yang masih berfungsi ketika terjadi trauma
perdarahan hebat : sebab jantung masih memompa darah keluar lewat
luka. Perdarahan luka intravital dibagi menjadi 2 yaitu perdarahan
internal dan perdarahan eksternal (ada tanda anemis, limpa melisut,
jantung dan nadi utama tidak terisi darah)

emboli udara : emboli venosa yang menyumbat paru, emboli arteri


yang menyumbat pemda coroner dan otak

emboli lemak : lemak yang pecah akibat trauma dan masuk ke pemda
lalu paru

pneumothorak : sistem ventil --> paru-paru menjadi kolaps

emfisema subkutis : pada fraktur iga  menusuk paru  saat


ekspirasi udara paru masuk ke jaringan ikat dibawah kulit
b. umur luka
- pemeriksaan makroskopis
mula-mula luka berwarna merah kebiruan  4-5 hari warna berubah
menjadi kuning kehijauan  seminggu menjadi kuning
pada luka robek atau terbuka : 12 jam sesudah trauma 
pembengkakan pada tepi luka
- pemeriksaan mikroskopis
infiltrasi perivaskuler dari leukosit PMN  4 jam pasca trauma
epitalisasi terjadi pada hari ke-3
jaringan granulasi + vaskularisasinya  sesudah 3 hari
serabut kolagen  4-5 hari sesudah trauma
jaringan parut  akhir minggu pertama
12 hari pasca trauma  aktivitas sel epitel dan jaringan dibawahnya
mengalami regresi  epitel mengalami atrofi, vaskularisasi berkurang
diganti dengan kolagen
- pemeriksaan histokemik
separoh potongan difiksasi dgn formalin 10% di kulkas dengan suhu 4
C  membuktikan adanya aktivitas esterase dan fosfatase
separohnya dibekukan dengan isopentane dengan es kering 
mendeteksi adanya ATP dan aminopeptidase

peningkatan ATP dan esterase  setengah jam setelah trauma


peningkatan aminopeptidase  2 jam pasca trauma
peningkatan acid phosphatase dan alkali phosphatase 4 jam pasca
trauma
- pemeriksaan biokemik
pemeriksaan histamine dan serotonin merupakan zat vasoaktif untuk
inflamasi akut
kenaikan histamine (20-30 menit) sedangkan kenaikan serotonin (10
menit)
3. cara melakukan kekerasan
- diiriskan
ciri :
panjang luka lebih besar dari dalam luka
- ditusukkan
ciri :
dalam luka lebih besar dari panjang luka
- dibacokkan
ciri :
ukuran besar dan menganga
panjang luka lebih sama dengan dalam luka
tulang dibawahnya ikut menderita
- ditembakkan
tegak lurus : letak lubang luka terhadap cincin lecet konsentris
miring : letak lubang luka terhadap cincin lecet episentris

jika ditembakkan dengan jarak kontak : bentuk seperti bintang


(cruciform), terlihat memar sirkuler akibat hentakan balik dari
moncong senjata

jika ditembakkan dengan jarak dekat : lubang berbentuk bulat yang


dikelilingi oleh cincin lecet, terdapat produk mesiu (tattoo, sisa mesiu
atau jelaga)

jika ditembakkan dengan jarak jauh : lubang berbentuk bulat yang


dikelilingi oleh cincin lecet, tidak terdapat produk mesiu
4. akibat trauma
- aspek medis
kelainan fisik/organic : hilangnya jaringan atau organ tertentu
gangguan fungsi dari organ tertentu : lumpuh, buta
infeksi
penyakit
kelainan psikik : tanda psikik traumatic  keadaan mental sehat
sebelum trauma, trauma marusak SSP, trauma meyebabkan kerusakan
pada bagian yang mempengaruhi emosi, korban dihantui oleh kejadian
- aspek yuridis
luka ringan : luka yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan
dalam menjalankan pekerjaan jabatan

luka sedang : luka yang mengakibatkan penyakit atau halangan dalam


menjalankan pekerjaan jabatan sementara waktu

luka berat (90 KUHP) :


luka yang tidak dapat diharapkan akan sembuh sempurna
luka yang dapat mendatangkan bahaya maut
luka yang dapat menimbulkan rintangan dalam menajalankan
pekerjaan
kehilangan salah satu panca indera
cacat besar
lumpuh
gangguan daya piker selama dari 4 minggu lamanya
keguguran atau kematian janin
5. konteks peristiwa penyebab luka
- pembunuhan
ciri :
lokasi di sembarang tempat (mematikan maupun tidak mematikan)
lokasi yg dapat dijangkau maupun tidak dijangkau
pakaian yang menutupi luka ikut robek
luka tangkisan/defensive wound
- bunuh diri
ciri :
lokasi luka didaerah yang mematikan
lokasi dapat dijangkau oleh penderita
pakaian yang menutupi luka tidak ikut robek
luka percobaan/tentative wounds
- kecelakaan

BAB IX : TRAUMA TEMBAK


Jenis senjata :
1. berdasarkan tenaga pendorong
- senjata api = menggunakan mesiu sebagai sumber energy kinetiknya
mesiu hitam : terdiri dari balerang
ciri : menimbulkan banyak asap, tenaga lontarnya kurang kuat

mesiu putih : terdiri dari nitroselulosa (single base powder) atau


nitroselulosa dan nitrogliserin (double)
ciri : asap sedikit, sisa pembakaran sedikit, tenaga lontar lebih kuat
- senjata angin
 senjata yang menggunakan kompresi udara atau cairan CO2
sebagai sumber energy untuk melontarkan peluru
2. berdasarkan cara menggunakan
- senapan
 mengoperasikan senjata dengan kedua tangan sambil
memanfaatkan bahu
- senjata genggam
 cukup dengan 1 tangan
3. berdasarkan bentuk permukaan dalam laras
- senjata berlaras rata
- senjata beralur melingkar

Mekanisme Terjadinya luka


A. bagian tubuh masuknya anak peluru
factor yang menyebabkan luka :
- gaya kinetic anak peluru
- suhu panas anak peluru
- semburan api
- ledakan gas dari mesiu
- percikan mesiu yang tak terbakar
tergantung jarak :
1. jarak kontak (tempel)
- bentuknya seperti bintang (cruciform) sebagai akibat ledakan gas
- terdapat memar sirkuler disekitarnya sebagai akibat hentakan balik
dari moncong senjata
- terdapat jelaga atau derivate dari gas CO pada jaringan tepi luka
- terdapat tattoo disekitarnya (mesiu yang tidak terbakar)
2. jarak dekat
- bentuk luka bulat
- bagian tengah berupa lubang
- bagian tepi dikelilingi cincin lecet
- diameter cincin lecet sedikit lebih kecil dari diameter anak peluru
- terdapat tattoo
- rambut disekitar terbakar
3. jarak jauh
- bentuk bulat
- bagian tengah berupa lubang
- bagian tepi dikelilingi cincin lecet
- diameter cincin lecet sedikit lebih kecil dari diameter anak peluru
- tidak ditemukan produk dari ledakan mesiu
B. Bagian tubuh sebelah dalam
Factor :
- gaya kinetic anak peluru
- penyebaran gaya kinetic ke jaringan sekitarnya
- gerakan giroskopik anak peluru

factor  kavitas yang besarnya melebihi ukuran anak peluru


C. Bagian tubuh tepat keluarnya anak peluru
Factor yang menyebabkan luka :
- gaya kinetic anak peluru
- perubahan bentuk anak peluru sesudah membentur tulang
- perubahan arah anak peluru sesudah membentur tulang
- serpihan tulang sebagai anak peluru sekunder (secondary missiles)

factor  luka tembak keluar lebih besar dibanding diameter pelurunya

ciri-ciri luka tembak keluar :


- bentuknya bulat, kadang-kadang tidak teratur
- kadang-kadang hanya berupa robekan kulit
- d luka keluar > d anak peluru
- tidak ditemui produk dari ledakan mesiu
ciri luka tembak masuk :
- terdapat cincin lecet
- terdapat memar bentuk sirkuler akibat hentakan senjata
- terdapat produk ledakan mesiu (tattoo, jelaga, atau sisa mesiu)
- lintasan berbentuk corong pada tulang dibawahnya
- terdapat produk ledakan mesiu yang menempel pada baju sekitar
masuk anak peluru
- serabut baju yang terkena tembakan mengarah ke dalam tubuh

informasi pemeriksaan forensic :


1. proses terjadinya tembakan
a. senjata yang digunakan
- jenisnya
- caliber
akibat elastis kulit  diameter anak peluru lebih besar dari diameter
cincin lecet, jika dekat dengan tulang  diameter anak peluru hampir
sama dengan diameter cincin lecet
b. cara melakukan tembakan
- arah tembakan
bila letaknya konsentris berarti arah tembakan tegak lurus terhadap
permukaan sasaran, bila episentris berarti arahnya miring.
- jarak tembak
2. kontek peristiwa
- bunuh diri
ciri :
biasanya menggunakan pistol atau revolver
senjata tergeletak di dekatnya atau kadang-kadang masih dalam
keadaaan digenggam
sering terdapat cadaveric spasme dengan senjata masih tetap dalam
keadaan tergenggam erat
sasarannya di daerah tertentu yang mematikan

tes : tes paraffin (tes Gonzales)  menggunakan paraffin cair untuk


mengambil residu dari tangan dan kemudian menambahkannya
dengan diphenylamine  untuk mendeteksi adanya nitrat dan nitrit

tes Harrison dan Gilroy  menggunakan kasa yang dibasahi HCl 


untuk mendeteksi adanya unsur logam mercury, antimony, barium
atau timah
tes yang lebih spesifik : AAS dan FAAS
- kecelakaan
- pembunuhan
senjata tidak ditemukan dan biasanya jarak jauh

SHOTGUN
Jarak tempel :
- bentuk seperti bintang (cruciform)
jarak dekat : (masih membentuk massa solid)
- berupa lubang bulat atau oval
- batasnya tidak rata
- disekitarnya terdapat jelaga, sisa mesiu
pada jarak sedang : (terdapat anak peluru yang masih solid juga anak peluru
yang mulai menyebar)
- bagian sentral berupa lubang besar
- di sekitarnya terdapat lubang kecil yang mengelilingi lubang sentral
- terdapat sisa karton atau plastic
- tak jelas terlihat sisa jelaga
pada jarak jauh :
- anak pelurunya sudah dalam keadaan kondisi menyebar
- lukanya berupa lubang kecil

daya tembus peluru tergantung pada berat masa serta kecepatannya

BAB XI : ASFIKSIA
Anoksia  keadaan dimana tubuh sangat kekurangan oksigen.
Dibagi menjadi 4 golongan :
- anoksia anoksik  anoksia yang disebabkan karena oksigen tidak
dapat mencapai darah sebagai akibat kurangnya oksigen yang masuk
paru-paru
- anoksia anemic  anoksia yang disebabkan karena darah tidak dapat
menyerap oksigen, seperti pada karacunan karbon monoksida
- anoksia stagnan  disebabkan karena darah tidak mampu membawa
oksigen ke jaringan, seperti pada heart failure atau embolism
- anoksia histotoksik  disebabkan karena jaringan tidak mampu
menyerap oksigen, seperti pada keracunan sianida
2,3,4  disebabkan oleh penyakit atau keracunan, 1 disebabkan
kekurangan oksigen atau obstruksi mekanik  asfiksia / mechanical
asphyxia

jenis-jenis asfiksia
1. strangulasi
- gantung /hanging
- penjeratan / strangulation by ligature
- cekikan / manual strangulation
2. sufokasi
3. pembengkapan / smothering
4. penyumpalan / choking/gaging
5. tenggelam / drowning
6. crush asphyxia
- tekanan pada dada oleh benda berat
- berdesakan
gejala klinik asfiksia
1. dyspnea
gerakan pernapasan menjadi lebih cepat dan berat, denyut nadi lebih
cepat, tekanan darah naik serta sianosis (akibat rangsangan di medulla
oleh kurangnya oksigen pada SDM disertai penumpukan CO2)
2. konvulsi
konvulsi klonik  konvulsi tonik  spasme opistotonik
pupil melebar dan jantung menjadi lebih lambat
3. apneu
depresi pusat pernapasan  gerakan nafas menjadi sangat lemah atau
berhenti. Keluarnya sperma, urine atau feses
4. stadium akhir
paralyse komplit dari pusat pernapasan

tanda umum pada jenazah


1. sianosis
kurangnya oksigen  darah menjadi lebih gelap dan encer, warna kulit
dan mukosa terlihat lebih gelap
2. kongesti vena
kongesti sistemik yang terjadi di kulit dan organ selain paru  bintik-
bintik perdarahan (tardieu spot)
mudah terlihat pada: jaringan longgar (bawah kelopak mata), organ
yang membrane transparan (plaura, pericardium atau kelenjar timus)
3. edema
kerusakan pemda kapiler  permeabilitas meningkat  edema paru

GANTUNG
 seluruh atau sebagian dari berat tubuh seseorang ditahan di bagian
lehernya oleh tali
ciri gantung diri sebagian :
- jejas jerat tidak begitu nyata
- letak jejas jerat di leher lebih rendah
- arah jejas jerat lebih mendekati horizontal
- efek tali hanya menekan vena  muka sembab, warna merah kebiruan
dan ditemuka tardieu spot

penyebab kematian gantung


- asfiksia
- ggn sirkulasi darah ke otak
- syok karena vagal reflek
- kerusakan medulla spinalis akibat dislokasi dari sendi atlantoaxial

kelainan post mortem


tanda-tanda umum :
- sianosis
- bintik-bintik perdarahan dan pelebaran pembuluh darah
- kongesti di daerah kepala, leher dan otak
- darah lebih gelap dan lebih encer
tanda-tanda khusus :
- jejas jerat yaitu berupa lekukan melingkari leher dan disekitarnya
terlihat adanya bendungan
- jejas tidak melingkar secara harisontal melainkan mengarah ke atas
menuju kearah simpul dan membentuk sudut
- warna jejas cokelat kemerahan, perabaan keras seperti kertas
perkamen
- px mikroskopis : adanya pelepasan deskuamasi epitel serta reaksi
jaringan
- resapan darah pada jaringan bawah kulit dan otot
- patah tulang : os hyoid atau cartilage cricoid
- lebam mayat  bagian bawah tubuh
- lidah  menjulur keluar dan berwarna lebih gelap
cara kematian : bunuh diri, pembunuhan dan kecelakaan
hal yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan tempat kejadian :
- keadaan lokasi : adanya benda penumpu
- posisi korban
- keadaan tali
- keadaan korban
JERATAN DENGAN TALI (STRANGULATION BY LIGATURE)
Sebab kematian :
- tertutup jalan napas  hipoksia
- tertutupnya vena sehingga menyebabkan anoksia pada otak
- vagal reflek
- tertutupnya pemda karotis  jaringan otak kekurangan darah
kelaianan post mortem
1. leher
jejas jerat :
- tidak sejelas gantung
- kedalamannya regular
lecet / memar : korban berusaha membuka jeratan
2. kepala
- terlihat tanda-tanda asfiksia
- kongesti dan bintik perdarahan
3. tubuh bagian dalam
leher bagian dalam :
- resapan darah pada otot dan jaringan ikat
- fraktur dari tulang rawan
- kongesti pada jaringan ikat
4. paru-paru
- ditemukannya edema paru
- buih halus pada jalan nafas

CEKIKAN
Sebab kematian :
- tertutupnya jalan nafas  anoksia
- tertutupnya pembuluh vena  anoksia otak
- tertutupnya pemda karotis  ggn sirkulasi ke otak
kelainan post mortem
1. leher
bagian luar : memar (tekanan jari), lecet berbentuk bulan sabit (bekas
kuku)
bagian dalam : resapan darah lebih jelas dibandingkan dengan
strangulasi, fraktur tulang tiroid, cricoid dan hyoid
2. paru-paru
edema paru

SUFOKASI
 terjadi jika oksigen yang ada di udara local kurang memadai
sebab kematian : kombinasi anoksia, keracunan CO2, hawa panas dan luka
akibat runtuhnya tempat penambangan

PEMBEKAPAN/smothering
 penutupan lubang hidung dan mulut
kematian akibat smothering lebih cepat dibandingkan dengan sufokasi

CHOCKING/GAGING
 asfiksia yang diakibatkan blockade jalan nafas oleh benda asing yang
datang dari luar ataupun dalam
gejala : dimulai dengan batuk-batuk yang tiba-tiba, disusul dengan sianosis
px post mortem : tanda asfiksia yang jelas, adanya material yang
memblokade jalan nafas

inhalasi makanan  vagal reflek  café coronaries (kesan seperti serangan


jantung)

CRUSH ASPHYXIA
 dada dan perut mendapatkan tekanan bersamaan oleh sesuatu tekanan
px post mortem : tanda umum asfiksia : sianosis, tampak bintik perdarahan,
edema pada bola mata, kongesti tubuh bagian atas.

TENGGELAM
Sebab kematian :
1. vagal reflek
kematian sangat cepat
px post mortem : tidak ditemukannya tanda asfiksia ataupun air di
dalam paru-paru  dry drowning
2. spasme laring
px post mortem : ditemukannya tanda-tanda asfiksia, paru-paru tidak
didapati air
3. tenggelam di air tawar
menimbulkan anoksia + gangguan elektrolit
masuknya air tawar di dalam paru  mengakibatkan hemodilusi dan
hemolysis  pecahnya eritrosit  ion kalium intrasel meningkat 
hiperkalemi  fibrilasi ventrikel
px post mortem : tanda asfiksia, kadar NaCl jantung kanan > kiri,
adanya air dan buih di paru
4. tenggelam di air asin
anoksia + hemokonsentrasi (tidak ada gangguan elektrolit)
px post mortem : adanya tanda asfiksia, kadar NaCl jantung kiri >
kanan, ditemukan adanya air dan buih di paru

kelainan post mortem


1. pemeriksaan luar
tanda sebagai berikut :
- pakaian basah
- kulit basah, keriput dan kulit seperti kulit angsa (cutis anserina)
- washer woman hand
- lebam mayat terutama pada kepala dan leher
- ditemukan adanya tanda asfiksia
- kadang ditemukan cadaveric spasm
- ditemukannya buih halus
2. pemeriksaan dalam
- saluran napas ditemukan adanya buih
- paru-paru membesar dan pucat, bila permukaannya ditekan
meninggalkan lekukan dan bila diiris terlihat buih berair  emfisema
aquosum
- lambung dan esophagus berisi air dengan butir pasir dan alga
- jika hemolysis  bercak hemolysis pada dinding aorta

dilakukan TES KONFORMASI :


1. tes asal air
untuk :
- membedakan apakah air dalam paru berasal dari luar atau dari proses
edema
- mencocokan air dalam paru dengan air di lokasi tempat tenggelam
tes dilakukan dengan memeriksa air di paru atau lambung secara
mikroskopis
2. tes kimia darah
untuk mengetahui ada tidaknya hemokonsentrasi atau hemodilusi.
Tes gettler : mengukur kada chloride di jantung, pada air tawar
jantung kanan > kiri sedangkan pada air asin sebaliknya
Tes durlacker : mengukur kadar plasma di jantung
3. tes diatome jaringan / tes destruksi paru
tes getah paru  memotong paru  air sisa potongan di letakkan di
glass object
tes destruksi asam  100 gr paru + H2SO4 selama 12-24 jam 
ditambahkan HNO3 selama 6-12 jam  di sentrifuge  di letakkan di
glass object

BAB XI : KEJAHATAN SEKSUAL


Senggama legal dilakukan dgn prinsip :
- ada izin / consent dari wanita yang disetubuhi
menurut hukum : harus sadar, wajar dan tanpa keraguan dan atas
kemauan sendiri
- wanita tersebut sudah cukup umur, sehat akalnya, tidak sedang terikat
perkawinan dengan laki-laki lain dan bukan anggota keluarga dekat.

PERKOSAAN
Pasal 285 KUHP “ barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan
memaksa perempuan yang bukan isterinya bersetubuh dengannya, dihukum
karena memperkosa, dengan hukuman penjara selama 12 tahun.”

Unsur pemerkosaan : male crime, extra marital crime


1. unsur pelaku
- harus laki-laki
- mampu melakukan persetubuhan
2. unsur korban
harus orang perempuan
bukan isteri dari pelaku
3. unsur perbuatan
- persetubuhan dengan paksa
- pemaksaan tersebut dilakukan dengan menggunakan kekerasan fisik
atau ancaman kekerasan

Pembuktian pemerkosaan
1. korban, dengan tujuan :
- mengungkapkan apakah korban seorang perempuan
- mengungkapkan apakah betul terjadi senggama
- mengungkapkan identitas laki-laki yang menyetubuhinya
- mengungkapkan apakah betul telah terjadinya kekerasan fisik
2. tersangka, dengan tujuan :
- mengungkapkan apakah tersangka benar laki-laki
- mengungkapkan apakah tersangka dapat melakukan senggama / tidak
impoten

pemeriksaan terhadap korban


1. tanda persetubuhan
tanda langsung :
- robeknya selaput dara akibat penetrasi penis
- lecet atau memar akibat gesekan penis
- adanya sperma akibat ejakulasi
tanda tak langsung
- terjadinya kehamilan
- terjadinya penularan penyakit kelamin
2. tanda kekerasan
tanda kekerasan yang berada di luar alat kelamin : cekikan leher,
pukulan kepala
pemeriksaan terhadap suspek
- menentukan suspek impoten atau tidak
pemeriksaan barang bukti medic
- sperma atau bercak sperma
 membuktikan adanya senggama, bisa mengetahui golongan darah
serta DNA pelaku
- rambut kepala
- rambut kelamin
- darah  DNA pelaku
- gigi
- jejas gigit dan air liur  golongan darah atau DNA

BAB XII : PENGGUGURAN KANDUNGAN


Pembagian abortus :
1. abortus spontaneous
2. abortus provocatus : illegal dan legal
aborsi legal diatur di dalam UU no 23 th 1992

teknik aborsi criminal


1. dengan menggunakan kekerasan umum / kegiatan fisik berlebihan
2. dengan menggunakan kekerasan local
- tanpa alat
- dengan alat medis
- dengan alat non medis
- dengan zat kimia
3. menggunakan obat-obatan abortifisien
- obat emetika
- obat purgative atau laxantia : castor oil
- obat emenagoga atau pelancar haid : apiol, oleum rutae
- obat atau perangsang otot Rahim : ergotamine, pituitrin, kinina

komplikasi aborsi
1. kematian segera (immediate) terjadi karena :
- vagal reflek : akibat rangsangan dari canalis cervicalis
- emboli udara : akibat aborsi dengan alat semprot
2. kematian yang tak begitu cepat
- emboli cairan  nekrosis jaringan atau hemolysis
- perdarahan  akibat robeknya vagina, cervix atau uterus
3. kematian lambat
- sepsis : karena alat tidak steril
- gagal ginjal akut : saat keadaan syok

pemeriksaan post mortem


1. wanita tersebut hamil atau tidak
tanda wanita hamil :
- payudara : tampak besar akibat proliferasi kelenjar susu
- uterus : tampak besar, ditemukan sisa janin, ditemukan sel trofoblast
dan sel decidua
2. adanya tanda upaya aborsi
- memar, laserasi atau perdarahan pada alat kelamin dalam dan
sekitarnya
- infeksi atau sepsis akibat menggunakan alat tidak steril
3. sebab kematian

BAB XIII : PEMBUNUHAN BAYI


Perbedaan kinderdoodslag (pasal 341 KUHP) dan kindermoord (pasal 342
KUHP)  kinderdoodslag tanpa rencana sedangkan kindermoord dengan
rencana

Kriteria merampas nyawa bayi :


- pelakunya harus ibu kandung
- korban harus bayi anak kandung sendiri
- pembunuhan harus dilakukan pada saat dilahirkan atau tidak lama
kemudian
- motif pembunuhan karena takut ketahuan telah melahirkan anak

pemeriksaan post mortem


1. viabilitas bayi
 kemampuan bayi mempertahankan hidupnya di luar kandungan
tanpa peralatan yang khusus
bayi dikatakan viable jika :
- telah dikandung ibunya selama paling tidak 28 minggu
- tidak mempunyai cacat berat

tanda bayi dikandung selama 28 minggu :


a. tanda terukur
- panjang badan 35 cm
- BB 1,5 kg atau lebih
b. tanda tidak terukur
- jenis kelamin sudah dapat dibedakan meskipun testis belum turun
- bulu badan, alis dan bulu mata sudah tumbuh
- kuku sudah melewati ujung jari
- inti penulangan sudah terbentuk pada tulang kalkaneus atau talus
- pertumbuhan gigi sudah sampai tingkat kalsifikasi  px ronsenologik

2. lahir hidup atau lahir mati


lahir hidup  menunjukkan tanda hidup sesudah seluruh tubuhnya
berpisah dari ibunya
tanda lahir hidup :
a. sistem pernafasan pernah berfungsi
- dada sudah mengembang
- tulang iga lebih mendatar
- sela iga melebar
- paru-paru : memenuhi rongga dada, tepi tumpul, warna berubah dari
merah keunguan menjadi bercak merah muda seperti mozaik (mottled
pink), perabaan lembut seperti busa, tes apung paru (tes hidrostatik)
mengapung, px mikroskopis : terlihat edema, alveoli sudah
mengembang dan diselaputi membrane hialin
b. sistem pencernaan
ditemukannya makanan atau bakteri di dalam usus
berslau test : lambung 15 menit, duodenum 1-2 jam, usus besar 5-
6 jam dan rectum 12 jam
c. tunggul tali pusat
pengeringan dan pelisutan tunggul tali pusat  hari ke-2
terbentuknya red line of separation  hari ke 4
pemisahan secara sempurna  hari ke 6
epitelisasi  hari ke-9 sampai dengan 12
d. pemeriksaan kardiovaskuler
tekanan jantung sebelah kiri meningkat  foramen ovale menutup
(3-4 minggu)
arteri dan vena tidak berfungsi  obliterasi (3-4 hari)
 dapat dilihat beberapa minggu sesudah dilahirkan

3. sebab kematian
 menentukan ini kematian wajar atau tidak wajar
kematian tidak wajar : pembekapan, pemukulan kepala, pencekikan
dan penjeratan
4. lama hidup diluar kandungan
kondisi bayi hidup diluar kandungan :
- kondisi bayi, masih kotor atau sudah dirawat
- meconium, biasanya sesudah 2 hari tidak ada lagi meconium
- tingkat proses pelepasan tunggul tali pusat
- icterus, biasanya hari ke-4 sampai ke-10
- foramen ovale, biasanya menutup sesudah beberapa minggu (3-4
minggu)
- pembuluh darah umbilical mengalami obliterasi sesudah beberapa
minggu (3-4 hari)

pemeriksaan terhadap suspek


1. adanya bekas kehamilan :
- striae gravidarum
- dinding perut kendor
- rahim dapat diraba diatas symphisis
- payudara besar dan kencang
2. adanya bekas persalinan
- robekan perineum
- keluarnya cairan lochea
3. adanya hubungan genetic antara suspek dan korban

BAB IV : IDENTIFIKASI
Objek identifikasi
Identifikasi terhadap orang tak dikenal yang masih hidup meliputi :
- penampilan umum : tinggi badan, berat badan, jenis kelamin, umur,
warna kulit, rambut dan mata
- pakaian
- sidik jari
- jaringan parut
- tattoo
- kondisi mental
- antropometri

sedangkan identifikasi terhadap orang yang sudah meninggal dunia dapat


dilakukan terhadap :
- jenazah yang masih baru dan utuh
- jenazah yang sudah membusuk dan utuh
- bagian dari tubuh jenazah

bantuan dokter pada proses identifikasi


1. menentukan manusia atau bukan
jika tidak khas  pemeriksaan imunologik (precipitin test)
2. menentukan jenis kelamin
a. jaringan lunak tertentu
uterus dan prostat merupakan jaringan lunak yang lebih tahan
terhadap pembusukan dan dapat menentukan jenis kelamin
jaringan kulit dan tulang rawan  pemeriksaan sex chromatin
b. tulang-tulang tertentu
tengkorak Laki-laki Perempuan
dahi rendah Tinggi
Tepi orbital Lebih menonjol Kurang menonjol

orbital Persegi empat Bulat


Tonjolan mastoid besar Kecil
rigi kasar Halus

pelvis Laki-laki Wanita


bentuk Sempit dan panjang Lebar dan pendek
Arcus pubis <90 derajat >90 derajat
Foramen ischiadica oval Segitiga
Incisura ischiadica dalam Dangkal
Os sacrum Kurang lebar Lebih lebar

Bentuk rahang dan gigi :


- rahang pada laki-laki umumnya seperti huruf V
- sedangkan pada wanita seperti huruf U

3. menentukan umur
- tulang manusia dan gigi dapat memberikan informasi perkiraan umur
manusia
- pada fetus dan neonates  perkiraan didasarkan pada inti penulangan
melalui pemeriksaan ronsenologik atau otopsi
- pada anak-anak dan adolescen sampai umur 20 tahun  penutupan
epifise
- pada dewasa  sulit jika berdasarkan tulang
jika berdasarkan gigi :
- pada bayi didalam kandungan : menganalisa jaringan yang tumbuh
menjadi gigi
- sesudah dilahirkan : berdasarkan mineralisasi, pembentukan mahkota
gigi, erupsi gigi dan resorbsi gigi

4. menentukan tinggi badan


- ukuran orang yang sudah mati sedikit lebih panjang (2,5 cm) dari
tinggi saat hidup
- jenazah yang tidak utuh  penentuan tinggi badan dilakukan
menggunakan tulang panjang (rumus karl pearson)

Identitas personal
- jika jenazah tak dikenal  data pembanding : sidik jari, medical record
gigi geligi serta contoh DNA

penerapan teknologi DNA


- bagian DNA yang sangat poliformis (minisatelites atau variable number
of tandem repeats)  sarana identifikasi spesifik (personal)
- metode “southern blots dan ratio actively labeled DNA probes” 
mampu mendeteksi loki polimorfisme dengan materi DNA sekecil 60
nanogram, sedangkan dengan PCR hanya memerlukan sampel DNA
sejumlah beberapa nanogram
- southern blots dengan single locus atau multi loci VNTR-DNA untuk
kasus paternitas karena berat molekul yang dibutuhkan besar
- PCR  cocok untuk sampel di tempat perkara

Syarat melakukan DNA typing dengan metode PCR :


- lokus yang dipilih harus sangat poliformis
- proses typing dengan PCR harus mencakup pendekatan setiap alel
yang ada
- data populasi genetic harus sudah diketahui tentang distribusi alela
dan frekuensi mutasi

BAB XV : PATERNITAS
Dasar pemeriksaan :
- pemeriksaan genetic marker dari antigen eritrosit
- pemeriksaan enzyme eritrosit, serum protein, HLA dan DNA
macam-macam tes
1. tes dengan marker genetic dari antigen eritrosit
tes terhadap genetic marker dari antigen eritrosit (caranya mudah dan
reagen mudah diperoleh)
- sistem ABO
- sistem MN
- sistem rhesus
- sistem kell
- sistem duffi
- sistem kidd
2. tes dengan marker genetic dari serum protein
penggolangan serum protein didasarkan pada pengukuran pergerakan
dari berbagai protein dibawah pengaruh listrik pada elektroforesis
3. tes dengan marker genetic dari enzim eritrosit
enzim eritrosit membantuk kerja eritrosit. Contoh :G6PD, PGM, ADA,
AK, Acid phosphatase, GPT
4. tes dengan marker genetic HLA
persentase penyingkiran sangat tinggi (96%)
5. penerapan metode DNA
polimorfisme yang berlebihan terdapat pada lokus VNTR ataupun
mikrosatelit pada umumnya terjadi karena proses “deletion insertion”
sebagai konsekuensi dari peristiwa “ anequal crossing”

cara mengambil kesimpulan


2 tahapan :
- penyingkiran terhadap orang yang jelas tidak ada hubungan keturunan
- penentuan terhadap orang yang tidak disingkirkan
genetic marker  tidak menunjukkan seseorang ayah tapi menyingkirkan

BAB XVI : BARANG BUKTI MEDIK


1. darah
pemeriksaan laboratoris
menentukan :
- bercak itu darah atau bukan
- darah manusia atau bukan
- jenis golongan darahnya

langkah yang dilakukan :


1. persiapan
bercak darah yang menempel dikerok dan kemudian di rendam pada
larutan garam fisiologis, jika menempel pada pakaian bisa langsung di
rendam.
2. tes penyaringan = presumptive test
membedakan itu adalah darah atau bukan
tes yang dilakukan :leuko-malachite green test (tes benzidine) atau
castle mayer test (tes phnolphtalein)
3. tes meyakinkan = confirmatory test
a. tes serologic
tes precipitin dengan menggunakan anti-human globulin 
konfirmasi itu darah manusia atau binatang
b. tes kimiawi
tes takayama dan teichman  melihat Kristal Hb
c. spektroskopik
larutan reduksi Hb  memberikan warna yang khas
d. mikroskopik
4. penentuan golongan darah

2. sperma
a. pemeriksaan spermatozoa
pengambilan specimen : diambil dari liang senggama  jika tidak
ada  penyemprotan cairan fisiologis ke fornix posterior  cairan
diambil dan di sentrifuse  diperiksan dengan mikroskop (dicat
dengan metylen blue atau hematoxylin eosin)

jika specimen kering  dikerok + ditetesi garam fisiologis atau


asam asetat glacial
jika sulit dikerok  bercak yang menempel ditetesi HCL 1% atau
asam asetat glacial 0,3%

keduanya di lakukan screening dulu dengan fluorescensi

b. pemeriksaan plasma sperma


pemeriksaan unsur plasma :
- pemeriksaan acide phosphatase
- pemeriksaan spermine (barberio test)
ditetesi larutan asam jenuh  mikroskop : Kristal-kristal dari spermine
nitrat (bentuk seperti jarum dan berwarna kuning)
- pemeriksaan choline (florens test)
melihat Kristal choline iodide (bentuknya seperti jarum atau belah
ketupat dan berwarna cokelat)

3. rambut
a. saat meninggal dunia
sifat rambut yang dipakai untuk menentukan saat kematian korban
:
- tingkat pertumbuhannya yaitu 0,4 mm per hari
saat meninggal pertumbuhan rambut akan berhenti
- lepasnya rambut akibat pembusukkan
jika kematian 48-72 jam  rambut kepala akan mudah lepas
- perubahan warna
penguburan dangkal : perubahan warna 1-3 bulan jika dalam 6-12
bulan
b. sebab kematian
c. jenis kejehatan
d. identitas korban
 umur, jenis kelamin, ras, golongan darah
e. identitas pelaku
f. benda / senjata yang digunakan
akibat senjata api : rambut terbakar, hitam, rapuh, terpilin atau
menjadi keriting
dilihat pangkal rambut : jika atrofi maka lepas secara alami, jika
dipaksa terdapat robekan pada sarung rambut dan pada bulbus
terlihat tak teratur

pemeriksaan rambut
1. keasliaan rambut
rambut utuh : akar (jaringa ikat longgar), batang (kutikula, kortek dan
medulla) dan ujung
2. penentuan rambut manusia atau bukan
ciri rambut manusia : halus dan tipis, kutikula mempunyai sisik kecil
dan bergerigi, medulla sempit, kortek tebal, index medulla kurang dari
0,3, pigmen lebih ke arah perifer
tambut biantang : kasar dan tebal, kutikula mempunyai sisik lebar dan
polihidral, medulla lebar, kortek tipis, indek medulla lebih dari 0,5,
pigmen di perifer ataupun sentral

menggunakan tes presipitasi


3. identifikasi
- umur
rambut lenugo pada bayi : sifatnya halus, tidak berpigmen, tak
bermedulla
- jenis kelamin
laki-laki : kaku, lebih kasar dan lebih gelap
wanita : halus, panjang dan meruncing kearah ujung
sel akar rambut kepala  dilakukan pemeriksaan sex chromatin
- ras
- golonga darah
menggunakan sistem ABO, PGM, EsD ataupun GLO-I

Anda mungkin juga menyukai