Anda di halaman 1dari 11

1.

Jelaskan dan uraikan berbagai bentuk jenis sediaan padat untuk kuratif-
preventif-promotif pada era UHC
 Pulveres (serbuk terbagi)
Serbuk bagi adalah serbuk yang dibagi dalam bobot yang lebih
kurang sama, dibungkus dengan kertas perkamen atau bahan pengemas yang
lain yang cocok.Supaya dapat terbagi tepat, maka campuran serbuk sering
ditambah zat tambahan berkhasiat netral atau indiferen, seperti Saccharum
Lactis, Saccharum album, sampai berat serbuk tiap bungkusnya 500 mg.

 Tablet
Tablet adalah bentuk sediaan padat yang terdiri dari satu atau lebih
bahan obat yang dibuat dengan cara pengempaan (BPOM, 2017). Tablet
tersusun oleh bahan aktif dan bahan tambahan.
jenis-jenis tablet diantaranya :

1. Tablet bukal dan sublingual


Tablet bukal adalah tablet yang digunakan dengan cara meletakkan
tablet tersebut di antara pipi dan gusi. Sedangkan tablet sublingual adalah
tablet yang digunakan dengan meletakkan tablet tersebut di bawah lidah.
1. Tablet efervesen
Penggunaan tablet ini adalah dengan melarutkannya terlebih dahulu
dalam air. Pada saat dilarutkan akan dihasilkan gas karbondioksida yang
merupakan hasil reaksi antara kandungan asam dan basa yang ada di
dalamnya.
2. Tablet kunyah
Tablet ini ketika digunakan harus dikunyah terlebih dahulu. Jenis ini
biasanya banyak digunakan untuk bahan aktif yang ditujukan bagi anak-
anak seperti multivitamin.
3. Tablet multilapis (multilayered)
Tablet ini memiliki 2 atau 3 lapisan obat dalam satu tablet. Jenis
tablet ini banyak digunakan untuk membuat tablet salut kempa bagi
pengobatan di daerah kolon.
4. Tablet vaginal
Tablet ini digunakan dengan memasukkannya ke dalam vaginal.
Pelepasan obatnya biasanya lambat selama 20 sampai 30 menit yang
biasanya digunakan untuk terapi infeksi atau penggantian hormon.
5. Tablet hancur cepat (fast-disintegrating)
Tablet ini akan hancur dengan cepat ketika dilarutkan dalam air.
Kondisi ini akan memudahkan bagi pasien anak-anak atau orang tua
yang membutuhkan pengobatan dalam dosis rendah.
6. Tablet hisap (Lozenges)
Tablet ini akan melarut secara perlahan-lahan di dalam mulut.
Kondisi ini akan memudahkan dalam menelan obat dan sekaligus dapat
mengendalikan kecepatan pelepasan obat.
 Kapsul
Kapsul adalah sediaan bentuk padat yang terdiri dari obat dan bahan
tambahan lain yang terbungkus dalam cangkang kapsul baik cangk ang kapsul
keras ataupun lunak yang terbuat dari gelatin.

 Pil
Pil adalah suatu sediaan berupa massa bulat, mengandung satu atau lebih bahan
obat (FI III, 1979 : 23). Pil adalah sediaan kecil berbentuk bulat atau bulat telur
untuk pemakaian dalam

 Suposutoria
Menurut Farmakope Indonesia edisi IV, suppositoria adalah sediaan padat
dalam berbagai bobot dan bentuk, yang diberikan melalui rektal, vagina atau
uretra. Umumnya meleleh, melunak atau melarut pada suhu tubuh.

2. Tablet Piroksikam
Piroksikam merupakan suatu obat golongan NSAID yang menunjukkan
khasiat analgesik dan antipiretik (Mc Evoy, 2002). Piroksikam dapat digunakan
untuk analgesik, antipiretik, antiinflamasi dan digunakan untuk terapi penyakit
rheumathoid arthritis, dan penyakit rematik lainnya. Obat ini juga memiliki efek
urikosurik serta digunakan untuk pengobatan gout akut. Dalam pengobatan reumatik
biasanya digunakan dosis piroksikam 20 mg sehari dalam dosis tunggal atau dosis
terbagi 10 – 30 mg sehari. Untuk pengobatan gout akut digunakan dosis 40 mg
perhari selama 5 -7 hari (Reynold, 1982).
Piroksikam bekerja menghambat sintesis prostaglandin dalam jaringan dengan
menghambat siklooksigenase dengan 2 isoenzim siklooksigenase – 1 dan
siklooksigenase – 2 yang telah diindentifikasi dimana pembentukan prostaglandin ini
dikatalisis lewat jalur asam arakidonat (Mc Evoy, 2002).
Piroksikam diabsorbsi dalam saluran cerna, dimetabolisme dalam hati melalui
proses hidroksilasi dan konjugasi dengan asam glukuronat, dan diekskresi melalui
urin. Tidak lebih dari 5% dosis diekskresi dalam bentuk utuh. Piroksikam 99 %
terikat protein plasma dan waktu paruh kira-kira 35-45 jam dalam plasma (Reynolds,
1982). Obat ini menjalani siklus enterohepatik. Kadar maksimum dicapai sekitar 7-10
hari dan kadar plasma kira-kira sama dengan cairan sinovial (Ganiswarna, 1995).
Frekuensi kejadian efek samping piroksikam mencapai 11- 46 % dan 4- 12%
dari jumlah penderita terpaksa menghentikan obat ini. Efek samping tersering adalah
gangguan saluran cerna antara lain yang berat adalah tukak lambung. Efek samping
lain adalah pusing, tinitus, nyeri kepala dan eritema kulit. Piroksikam tidak
dianjurkan untuk wanita hamil, penderita tukak lambung dan penderita yang sedang
minum antikoagulan (Ganiswarna, 1995).
 Tinjauan Fisika-kimia
Pemerian : Serbuk, hampir putih atau coklat terang atau kuning, tidak berbau,
memiliki rasa yang pahit dan bentuk monohidratnya berwarna
kuning.
Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, dalam asam encer dan sebagian
pelarut organik, sukar larut dalam etanol dan dalam larutan alkali
(Sweetman, 2009). Piroksikam sedikitlarut dalam metanol, etanol
dan isopropanol (Florey, 1986).
O O

S CH3
N
H
N

OH O N

Gambar1.1 Sruktur kimia Piroksikam (Sweetman, 2009)

Nama kimia: 4-hidroksi-2-metil-N-(2-piridil)-2H-1,2benzotiazin-3-


karboksamida-1,1dioksida

Rumus kimia : C15H13N3O4S

Berat molekul : 331,35

Titik lebur : 198º-202ºC (Reynold& Prasad, 1982). Piroksikam


memiliki dua bentuk kristal polimorf yaitu kristal jarum
yang memiliki titik lebur 196 – 198°C, dan bentuk kubus
yang memiliki titik lebur 199 – 201°C.

Stabilitas : Dalam bentuk padat stabil pada suhu 20 – 40°C


selama dua tahun jika disimpan dalam wadah berwarna.
Sedangkan jika disimpan dalam wadah yang tidak
berwarna dan terkena radiasi cahaya (300 – 830 nm)
pada 30°C piroksikam hanya bertahan selama 72 jam
(Lund, 1994).
3. A. Preformulasi
Zat Aktif
 Piroksikam
a. Rumus struktur

O O

S CH3
N
H
N

OH O N

Gambar 3.1 Rumus struktur Piroksikam

b. Pemerian
Serbuk putih, tidak berbau, memiliki rasa yang pahit

c. Stabilitas dan penyimpanan


Simpan dalam wadah tertutup rapat dan terlindung dari sinar matahari.

d. Pemakaian
Obat ini digunakan untuk analgesik, antipiretik, antiinflamasi dan digunakan
untuk terapi penyakit rheumathoid arthritis, dan penyakit rematik lainnya.
Obat ini juga memiliki efek urikosurik serta digunakan untuk pengobatan
gout akut. Dalam pengobatan reumatik biasanya digunakan dosis piroksikam
20 mg sehari dalam dosis tunggal atau dosis terbagi 10 – 30 mg sehari. Untuk
pengobatan gout akut digunakan dosis 40 mg perhari selama 5 -7 hari
(Reynold, 1982).

e. Absorpsi dan bioavailabilitas.


Piroksikam yang diberikan per oral diabsorpsi dengan baik di saluran cerna,
konsentrasi dalam plasma tercapai pada 3-5 jam setelah pemberian.

f. Persyaratan (FI V)
- Identifikasi
 Kocok sejumlah serbuk tablet setara dengan lebih kurang 40 mg piroksikam
dengan 10 ml kloroform P, saring, uapkan sampai kering. Spektrum serapan
inframerah residu didispersikan dalam minyak mineral P, menunjukkan
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama seperti pada
Piroksikam BPFI.
Zat Tambahan
 Serbuk selulosa (Rowe. 2009; 136)

Nama Resmi : CELLULOSE POWDERED

Nama Lain : Alpha-cellulose, arbocel, cellulasi pulvis

Rumus Molekul : (C6H10O5)n

Berat Molekul : 243.000, dimana n = 500

Rumus Struktur :

Pemerian : Serbuk putih atau hampir putih, tidak berbau, bubuk

hambar, tidak berbau, bubuk padat granular, kasar,

berbulu, bahan tidak mengalir.

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, asam encer dan pelarut

organik.

Kestabilan : Serbuk selulosa stabil dan higroskopik.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

Inkompatibilitas : Tidak cocok dengan agen pengoksida kuat.

Kegunaan : Sebagai zat pengikat dan zat penghancur

Range ` : Sebagai zat pengikat 5-25% Sebagai zat penghancur 5%

 Mg stearat (Rowe. 2009; 404)

Nama Resmi : MAGNESII STEARAS


Nama Lain : Magnesium stearate, magnessi stearas, Mg stearat,

magnesium octadecanoate, octadecanoic acid

magnesium salt

Rumus Molekul : C36H70Mg04

Berat Molekul :591,24

Rumus Struktur :

Pemerian : Serbuk sangat halus, putih terang, mengendap, jika

disentuh terasa halus tanpa ada butiran kasar, memiliki

bau hampir mirip dengan asam stearat dan rasa yang

khas. Serbuk berminyak yang mudah melekat pada kulit

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam etanol, etanol (95%), eter dan

air, sedikit larut pada benzen panas etanol panas.

Kestabilan : Magnesium stearat stabil jika penyimpanannya benar.

Penyimpanan : Simpan pada wadah tertutup rapat dan baik, dingin, dan

tempat yang kering.

Inkompatibilitas : Tidak cocok dengan asam kuat, basa, dan garam besi.

Hindari pencampuran dengan bahan pengoksidasi kuat.

Magnesium stearat tidak dapat digunakan dalam produk

yang mengandung aspirin, beberapa vitamin dan

kebanyakan alkaloid garam.

Kegunaan : Sebagai zat pelincir


Range : 2,5-5 %

 Manitol (Rowe. 2009; 424)

Nama Resmi : MANNITOLUM

Nama Lain : Manitol, mannitolum, manna sugar, mannogem,

cordycepic acid

Rumus Molekul : C6H14O6

Berat Molekul : 182,17

Rumus Struktur :

Pemerian :Manitol berwarna putih, tidak berbau, kristal bubuk atau

butiran yang bebas mengalir. Memiliki rasa manis, kira-

kira semanis glukosa dan setengah manis seperti sukrosa,

dan menanamkan pendinginan yang bersensasi di mulut.

Mikroskopis, tampak seperti ortorombik jarum ketika

mengkristal dari alkohol. Menunjukkan bentuk polimorf.

Kelarutan : Mudah larut dalam air, larut dalam basa, sangat sukar

larut dalam etanol, praktis tidak larut dalam eter.

Penyimpanan : Harus di simpan dalam wadah yang tertutup dalam

sejuk dan kering.

Kestabilan : Manitol stabil dalam keadaan kering dan dalam larutan

air. Dalam larutan, manitol tidak bersifat dingin, asam

encer atau basa, atau dengan oksigen atmosfir dalam

ketiadaan alkalis. Manitol tidak mengalami reaksi

Mailand.
Inkompatibilitas : Tidak cocok dengan xylitol infus dan berbentuk

kompleks dengan beberapa logam seperti aluminium,

tembaga, dan zat besi.

Kegunaan : Sebagai zat pengisi

Range : 20-90 %
B. Formulasi

Formula terpilih

Rentang F1 F2 F3 F4
Bahan Fungsi
Pemakaian % mg % mg % mg % mg

Piroxicam Bahan Aktif 10 20 10 20 10 20 10 20

PVP Pengikat 0,5-5% 2 4 4 8 2 4 4 8

Super
Crospovidone 2-5% 3 6 6 12 6 6 3 12
Disintegran

Microcrystalline
Pengisi 10-90% 60 120 45 90 43 86 58 116
cellulose

Pengisi,
Mannitol 10-90% 19 38 19 38 19 38 19 38
Pemanis

Magnesiun
Lubrikan 0,25-5% 2 4 2 4 2 4 2 4
Stearat

Aspartam pemanis 1-10% 4 8 4 8 4 8 4 8

TOTAL BERAT TABLET 200 mg

C. Karakteristik Piroksikam

1. Kelarutan : sangat sukar larut dalam air, dalam asam encer dan sebagian
pelarut organik, sukar larut dalam etanol dan dalam larutan alkali.
2. Suhu lebur : 198º-202ºC (Reynold& Prasad, 1982). Piroksikam memiliki dua
bentuk kristal polimorf yaitu kristal jarum yang memiliki titik
lebur 196 – 198°C, dan bentuk kubus yang memiliki titik lebur
199 – 201°C.
3. Pka : 6,3
4. Log P : 3,06
D. Prosedur Pembuatan
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

2. Ditimbang piroxicam, serbuk selulosa, mg stearat, dan manitol

3. Dimasukkan bahan-bahan tersebut ke dalam mesin pencampur


4. Dihomogenkan

5. Dikempa menggunakan mesin pencetak tablet

6. Dilakukan evaluasi tablet

7. Dikemas tablet yang telah jadi

8. Diberi etiket dan brosur

E. Profil Disolusi

 Media disolusi: 900 ml asam klorida 0,01 N.


 Alat tipe 2 : 75 rpm.
 Waktu: 40 menit.
 Prosedur Lakukan penetapan jumlah piroksikam, C15H13N3O4S, yang terlarut
dengan mengukur serapan alikuot yang diencerkan dengan Media disolusi hingga
kadar piroksikam lebih kurang 6 µg per ml dan serapan
larutan baku Piroksikam BPFI pada panjang gelombang serapan maksimum lebih
kurang 334 nm menggunakan media disolusi sebagai blangko. Toleransi Dalam
waktu 40 menit harus larut tidak kurang dari 70% (Q) C15H13N3O4S dari jumlah
yang tertera pada etiket.

F. Uji Disolusi
Uji disolusi meliputi penentuan panjang gelombang maksimum piroksikam,
pembuatan kurva baku piroksikam, pembuatan medium disolusi, pelaksanaan uji
disolusi, dan pengambilan sam pel. Piroksikam ditimbang seksama sebanyak 50 mg
dan dilarutkan dalam 100 mL HCl pH 1,2. Larutan tersebut kemudian diencerkan
hingga diperoleh konsentrasi 10 µg/mL dengan cara 1 mL larutan diencerkan
dalam 50 mL HCl. Larutan dengan konsentrasi 10 µg/mL dibaca absorbansinya
pada panjang gelombang 180-380 nm. Secara teoritis piroksikam mempunyai
panjang gelombang maksimum 333 nm (Anonim, 2007).
Kurva baku dibuat dengan cara mengencerkan larutan baku piroksikam 50
µg/100mL menggunakan HCl pH 1,2. Sehingga diperoleh 5 konsentrasi larutan
baku yang memberikan absorbansi larutan pada rentang nilai 0,2-0,8. Absorbansi
larutan baku dibaca pada panjang gelombang maksimum. Dari hasil pembacaan
panjang gelombang maksimum dibuat kurva hubungan absorbansi sebagai fungsi
konsentrasi sehingga diperoleh persamaan regresi linier y = bx + a (Anonim, 2007).
Medium disolusi yang digunakan adalah HCl sebanyak 900 mL yang
dimasukkan ke dalam labu disolusi. Cara pembuatannya yaitu 4 ml HCl 37%
ditambah akuades hingga 1000 mL. Larutan diatur pada pH 1,2 ± 0,05
Uji disolusi dilakukan dengan menggunakan dissolution tester tipe II yaitu
tipe dayung. Kecepatan putar pengaduk dayung diatur pada kecepatan 100 rpm.
Suhu percobaan dipertahankan berada pada 37-38 °C (Anonim, 1994). Sampel hasil
disolusi tablet piroksikam diambil dari medium disolusi pada menit ke 5, 10, 30, 45,
60, dan 90, masing-masing sebanyak 5,0 mL. Sampel yang diambil kemudian
diganti dengan medium disolusi baru dalam j umlah yang sama yaitu 5,0 mL
sehingga volume medium disolusi tetap (Kiran et al ., 2010).
Sampel yang telah diperoleh dari menit ke 5, 10, 30, 45, 60, dan 90 diukur
absorbansinya pada spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang maksimum
piroksikam dalam medium disolusi. Hasil absorbansi yang diperoleh dimasukkan
dalam persamaan regresi linier untuk memperoleh konsentrasinya. Sampel uji
disolusi dibaca absorbansinya pada panjang gelombang maksimum sehingga
diperoleh absorbansi sampel.

Anda mungkin juga menyukai