Anda di halaman 1dari 7

2.

6 Patofisiologi
Virus hepatitis yang menyerang hati menyebabkan peradangan dan infiltrat pada hepatocytes
oleh sel mononukleous. Proses ini menyebabkan degrenerasi dan nekrosis sel perenchyn hati.
Respon   peradangan   menyebabkan   pembekakan   dalam   memblokir   sistem   drainage   hati,
sehingga terjadi destruksi pada sel hati. Keadaan ini menjadi statis empedu (biliary) dan empedu
tidak dapat diekresikan kedalam kantong empedu bahkan kedalam usus, sehingga meningkat
dalam   darah   sebagai   hiperbilirubinemia,   dalam   urine   sebagai   urobilinogen   dan   kulit
hapatoceluler jaundice.
Hepatitis terjadi dari yang asimptomatik samapi dengan timbunya sakit dengan gejala ringan.
Sel hati mengalami regenerasi secara komplit dalam 2 sampai 3 bulan lebih gawat bila dengan
nekrosis hati dan bahkan kematian. Hepattis dengan sub akut dan kronik dapat permanen dan
terjadinya gangguan pada fungsi hati. Individu yang dengan kronik akan sebagai karier penyakit
dan resiko berkembang biak menjadi penyakit kronik hati atau kanker hati.

Pemeriksaan Diagnostik

1. Tes fungsi hati : abnormal (4­10 kali dari normal). Catatan : merupakan batasan nilai
untuk membedakan hepatitis virus dengan nonvirus

2. AST(SGOT atau ALT(SGPT) : awalnya meningkat. Dapat meningkat satu sampai dua
minggu sebelum ikterik kemudian tampak menurun

3. Darah lengkap : SDM menurun sehubungan dengan penurunan hidup SDM (gangguan
enzim hati atau mengakibatkan perdarahan)

4. Leucopenia : trombositopenia mungkin ada (splenomegali)

5. Diferensial darah lengkap : lekositosis, monositosis, limfosit atipikal, dan sel plasma

6. Alkali fosfatase : agak meningkat (kecuali ada kolestasis berat)

7. Fesses : warna tanak liat, steatorea (penurunan fungsi hati)

8. Albumin serum : menurun

9. Gula darah : hiperglikemia transien/hipoglikemia (gangguan fusngsi hati)

10. Anti­HAV IGM : Positif pada tipe A
11. HBSAG : dapat positif (tipe B) atau negative (tipe A). catatan : merupakan diagnostic
sebelum terjadi gejala kinik

12. Massa protrombin : mungkin memanjang (disfungsi hati)

13. Bilirubin   serum   :   diatas   2,5   mg/100mm   (bila   diatas   200mg/mm,   prognosis   buruk
mungkin berhubungan dengan peningkatan nekrosis seluler)

14. Tes eksresi BSP : kadar darah meningkat

15. Biaosi hati : menentukan diagnosis dan luasnya nekrosis

16. Scan hati : membantu dalam perkiraan beratnya ketrusakan parenkim

17. Urinalisa : peninggian kadar bilirubin;protein/hematuria dapat terjadi 

2.8 Penatalaksanaan 
Pengobatan hepatitis virus terutama bersifat suportif dan mencangkup :

 Istirahat sesuai keperluan 

 Pendidikan mengenai menghindari pemakaian alcohol atau obat lain

 Pendidikan mengenai cara penularan kepada mitra seksual dan anggota keluarga

 Keluarga dan pasien hepatitis ditawarkan untuk menerima gama globulin murni yang
spesifik   terhadap   HAV   atau   HBV   yang   dapat   memberikan   imunitas   pasif   terhadap
infeksi. Imunitas ini bersifet sementara

 Baru­baru ini FDA memberikan izin untuk penberian vaksin hepatitis A. vaksin ini dibuat
dari   virus   hepatitis   inaktif.   Penelitian­penelitian   menunjukan   bahwa   vaksin   ini   96%
efektif setelah pemberian satu dosis.

 Tersedia   vaksin   untuk   HBV,   Karena   sifat   virus   yang   sangat   menular   dan   berpotensi
menyebabkan kematian, maka sangat dianjurkan bahwa semua individu yang termasuk
dikelompoknya beresiko tinggi, termasuk para tenaga keshatan atau orang­orang yang
terpajan ke produk darah, vaksinasi. Yang juga dianjurkan untuk divaksinasi dalah orang­
orang yang beresiko terhadap virus, termasuk kaum homoseksual atau heteroseksual yang
aktif secara seksual, pecandu oabat bius, dan bayi.

 Vaksinasi   terhadap   HBV   dihasilkan   melalui   penyuntikan   intramuskulus   DNA


rekombinaan   sebanyak   tiga   kali   pada   interval   –interval   yang   telah   ditentukan.   Dosis
pertama  dan  kedua  diberikan  terpisah  satu  bulan,  dan  dosis   ketiga  diberikan  6  bulan
setelah dosis ke dua. Vaksinasi ini 85% efektif dalam membentuk kekebalan. 

2.9 Komplikasi 

Komplikasi hepatitis  adalah timbulnya hepatitis kronik yang terjadi apabila individu terus

memperlihatkan   gejala   dan   antigen   virus   menetapkan   lebih   dari   6   bulan.   Gambaran   klinis

hepatitis   aktif   kronik   atau   fulminan   mungkin   mencengkup   gambaran   kegagalan   hati   diatas,

dengan kematian timbul dalam 1 minggu sampai beberapa tahun kemudian.

2.2.1. Hepatitis A

Dikenal dengan hepatitis infeksiosa, rute penularan adalah melalui kontaminasi oral-fekal, HVA
terdapat dalam makanan dan air yang terkontaminasi. Potensi penularan infeksi hepatitis ini melalui
sekret saluran cerna. Umumnya terjadi didaerah kumuh berupa endemik. Masa inkubasi : 2-6 minggu,
kemudian menunjukkan gejala klinis. Populasi paling sering terinfeksi adalah anak-anak dan dewasa
muda.
2.2.2. Hepatitis B

Penularan virus ini melalui rute trnfusi darah/produk darah, jarum suntik, atau hubungan seks.
Golongan yang beresiko tinggi adalah mereka yang sering tranfusi darah, pengguna obat injeksi; pekerja
parawatan kesehatan dan keamanan masyrakat yang terpajan terhadap darah; klien dan staf institusi
untuk kecatatan perkembangan, pria homoseksual, pria dan wanita dengan pasangan heteroseksual,
anak kecil yang terinfeksi ibunya, resipien produk darah tertentu dan pasien hemodialisa. Masa inkubasi
mulai 6 minggu sampai dengan 6 bulan sampai timbul gejala klinis.

2.2.3. Hepatitis C

Dahulu disebut hepatitis non-A dan non-B, merupakan penyebab tersering infeksi hepatitis
yang ditularkan melalui suplai darah komersial. HCV ditularkan dengan cara yang sama seperti HBV,
tetapi terutama melalui tranfusi darah. Populasi yang paling sering terinfeksi adalah pengguna obat
injeksi, individu yang menerima produk darah, potensial risiko terhadap pekerja perawatan kesehatan
dan keamanan masyarakat yang terpajan pada darah. Masa inkubasinya adalah selama 18-180 hari.

2.2.4. Hepatitis D

Virus ini melakukan koinfeksi dengan HBV sehingga infeksi HBV bertambah parah. Infeksi oleh
HDV juga dapat timbul belakangan pada individu yang mengedap infeksi kronik HBV jadi dapat
menyebabkan infeksi hanya bila individu telah mempunyai HBV, dan darah infeksius melalui infeksi HDV.
Populasi yang sering terinfeksi adalah pengguna obat injeksi, hemofili, resipien tranfusi darah multipel
(infeksi hanya individu yang telah mempunyai HBV). Masa inkubasinya belum diketahui secara pasti. HDV
ini meningkatkan resiko timbulnya hepatitis fulminan, kegagalan hati, dan kematian

2.2.5. Hepatitis E

Virus ini adalah suatu virus RNA yang terutama ditularkan melalui ingeti air yan tercemar.
populasi yang paling sering terinfeksi adalah orang yang hidup pada atau perjalanan pada bagian Asia,
Afrika atau Meksiko dimana sanitasi buruk, dan paling sering pada dewasa muda hingga pertengahan.

2.2.6. Kemungkinan hepatitis F dan G

Baru ada sedikit kasus yang dilaporkan tentang hepatitis F. Saat ini para pakar belum sepakat
hepatitis F merupakan penyakit hepatitis yang terpisah. Sedangkan hepatitis G gejala serupa hepatitis C,
seringkali infeksi bersamaan dengan hepatitis B dan/atau C. Tidak menyebabkan hepatitis fulminan
ataupun hepatitis kronik. Penularan melalui transfusi darah jarum suntik.

2.3 Penyebab dan Cara Penularan Hepatitis


2.3.1. Hepatitis A

Hepatitis A pada umumnya dapat di tulari melalui mulut, misalnya melalaui gelas atau sendok
bekas yang di pakai penderita hepatitis A. Kadang – kadang dapat juga melalui keringat penderita atau
melalui jarum suntik bekas yang di pakai pada penderita pengdapa hepatitis A.
2.3.2. hepatitis B

Hampir semua jenis virus hepatitis dapat menyerang manusia. Pada ibu hamil bila terserang
virus ini dapat menularkan pada bayinya yang ada dalam kandungan atau waktu menyusui bayi itu.
Bentuk penularan seperti inilah yang banyak di jumpai pada penyakit hepatitis B. Pada saat ini jenis
hepatitis yang paling banyak di pelajari ialah hepatitis B dan telah dapat pula di cegah melalui vaksinasi.
Walaupun infeksi virus ini jarang terjadi pada populasi orang dewasa, kelompok tertentu dan orang yang
memiliki cara hidup tertentu berisiko tinggi. Kelompok ini mencakup:

- Imigran dari daerah endemis hepatitis b

- pengguna obat IV yang sering bertukar jarum dan alat suntik

- pelaku hubungan seksual dengan banyak orang atau dengan orang yang terinfeksi

- pria homoseksual yaang secara seksual aktif

- pasien rumah sakit jiwa

- narapidana pria

- pasien hemodialisis dan penderita hemofilia yang menerima produk tertenu dari plasma

- kontak serumah denag karier hepatitis

- pekerja sossial di bidang kesehatan, terutama yang banyak kontak dengan darah

2.3.3. hepatitis C

Penularan hepatitis C dan Delta pada orang dewasa bisa terjadi melalui kontak seksual dan bisa
pula melalui makanan dan minuman, suntikan ataupun transfusi darah. Virus hepatitis C juga berbahaya
karena sebagian besar penyakit Hepatitis C dapat berkembang menjadi kronis/menahun dan menjadi
pengidap yang selanjutnya akan menjadi sumber infeksi bagi orang sekitarnya.

2.3.4. Hepatitis Delta dan hepatitis E

Hepatitis delata dan hepatitis e didduga penularannya melalui mulut, tetapi belum ada
penelitian yang lebih mendalam.

2.4 Tanda dan Gejala


Terdapat tiga stadium pada semua jenis hepatitis yaitu :
a. Stadium prodromal, disebut periode praikterus, dimulai setelah periode masa tunas virus selesai dan
pasien mulai memperlihatkan tanda-tanda penyakit. Stadium ini disebut praikterus karena ikterus belu
muncul. Antibodi terhadap virus biasanya belum dijumpai, stdium ini berlangsung 1-2 minggu dan
ditandai oleh :
- Malese umum, Anoreksia, Sakit kepala, Rasa malas, Rasa lelah, Gejala-gejala infeksi saluran nafas atas,
Mialgia (nyeri otot)
b. Stadium ikterus. Dapat berlangsung 2-3 minggu atau lebih, pada sebagia besar orang stadium ini
ditandai oleh timbulnya ikterus, manifestasi lainnya adalah:
- Memburuknya semua gejala yang ada pada stadium prodromal, Pembesaran dan nyeri hati,
Splenomegali, Mungkin gatal ( pruritus ) dikulit
c. Stadium pemulihan. Biasanya timbul dalam 2-4 bulan, selama periode ini:
- Gejala-gejala mereda termasuk ikterus, Nafsu makan pulih, Apabila tedapat splenomegali, akan segera
mengecil

2.5 Pencegahan
Pencegahan terhadap hepatitis virus ini adalah sangat penting karena sampai saat ini belum
ada obat yang dapat membunuh virus, sehingga satu-satunya jalan untuk mencegah hepatitis virus
adalah dengan vaksinasi, tetapi pada saat ini baru ada vaksin hepatitis B saja, karena memang Hepatitis B
sajalah yang paling banyak diselidiki baik mengenai perjalanan penyakitnya maupun komplikasinya.
Saat ini di seluruh dunia terdapat 200 juta orang pengidap hepatitis B yang tidak
menampakkan gejala, tetapi merupakan sumber penularan bagi manusia sehat. Agarc tubuh menjadi
kebal diperlukan vaksinassi dasar mengenai dasar sebanyak tiga kali vaksinassi hepatitis B. Mengenai
jarak waktu pemberian vaksinasi dasar tergantung dari jenis vaksinasi yang dipakai.
Ada dua vaksin hepatitis B yaitu vaksin yang dibuat dari darah manusia yang telah kebal
Hepatitis B dan vaksin hepatitis yang dibuat dari perekayasaan sel ragi. Vaksin hepatitis yang di buat dari
darah manusia kebal hepatitis di suntikkan kepada orang sehat sekali sebulan sebanyak tiga kali,
sedangan vaksin hepatitis b yang di rekayasa dari sel ragi diberi kepada penderita sebulan sekali
sebanyak dua kali, lalu suntikan ke tiga baru di beri 5 bulan kemudian.
Untuk memperkuat kekbalan yang telah ada, perllu diberi vaksinasi penguat. Caranya
bermacam-macam ada vaksin yang perlu di ulang setahun kemudian satu kali, lalu 4 tahun kemudian
diberi sekali lagi, selanjutnya setiap 5 tahun sekali. Ada pula jenis vaksin yang perlu diberikan hanya
setiap 5 tahun sekali saja.
Vaksinasi hepatitis B sebaiknya dilakukan sedini mungkin. Bayi yang lahir dari ibu yang
mengidap penyakit hpatitis B, harus di vaksinasi hepatitis B segera setelah lahir, sedangkan bayi lainnya
boleh diberi setelah berumur sebulan.
Secara keseluruhan tindakan pencegahan terhadap hepatitis adalah dengan memakai sarung
tangan bila berkontak dengan darah /cairan tubuh lainnya, dan harus hati-hati memasang kembali tutup
jarum suntik. Perhatikan cara pembuangan bahan-bahan terkontaminasi dan pembersihan alat-alat dan
permukaan yang terkontaminasi. Bahan pemeriksaan untuk laboratorium harus diberi label jelas bahwa
bahan berasal dari pasien hepatitis. Perlu juga menjelaskan pentingnya mencuci tangan kepada pasien,
keluarga, dan lainnya.

2.8.1 Terhadap virus hepatitis A


1) Penyebaran secara fekal-oral, pencegahan masih sulit karena adanya karier dari virus tipe A
yang sulit ditetapkan.
2) Virus ini resisten terhadap cara-cara sterilisasi biasa, termasuk klorinasi. Sanitasi yang
sempurna, kesehatan umum, dan pembuangan tinja yang baik sangat penting. Tinja, darah, dan
urin pasien harus dianggap infeksius. Virus dikeluarkan di tinja mulai sekitar 2 minggu sebelum
ikterus.
2.8.2 Terhadap virus hepatitis B
1) Dapat ditularkan melalaui darah dan produk darah. Darah tidak dapt disterilkan dari virus
hepatitis. Pasien hepatitis sebaiknya tidak menjadi donor darah.
2) Usaha pencegahan yang paling efektif adalah imunisasi. Imunisasi hepatitis B dilakukan
terhadap bayi-bayi setelah dilakukan penyaring HBsAg pada ibu-ibu hamil.

2.8.3 Pencegahan dengan immunoglobulin


Pemberian immunoglobulin (HBIg) dalam pencegahan hepatitis infeksiosa memberi
pengaruh yang baik, sedangkan pada hepatitis serum masih diragukan kegunaannya. Diberikan
dalam dosis 0,02 ml/kg BB im dan ini dapat mencengah timbulya gejala pada 80-90 %.
Diberikan pada mereka yang dicurigai ada kontak dengan pasien (Arif mansjoer, 2001: 513).
Pengobatan lebih ditekankan pada pencegahan melalui imunisasi, dikarenakan
keterbatasan pengobatan hepatitis virus. Kini tersedia imunisasi pasif dan aktif untuk HAV
maupun HBV. CDC (2000) telah menerbitkan rekomendasi untuk praktik penberian imunisasi
sebelum dan sesudah pejanan virus (Price dan Wilson, 2005: 492).
Imunoglobulin (IG) dahulu disebut globulin serum imun,diberikan sebagai perlindungan
sebelum terpajan HAV. Semua sediaan IG mengandung anti HAV. Profilaksis sebelum pejanan
dianjurkan untuk wisatawan manca negara yang akan berkunjung ke negara-negara endemis
HAV. Pemberian IG pasca pajanan bersifat efektif dalam mencegah atau mengurangi keparahan
infeksi HAV. Dosis 0,02 ml/kg diberikan sesegara mungkin atau dalam waktu dua minggu
setelah perjalanan. Inokulasi dengan IG diindikasikan bagi anggota keluarga yang tinggal
serumah, sftaf pusat penitipan anak, pekerja di panti asuhan, dan wisatawan ke negara
berkembang dan tropis (Price dan wilson, 2005: 492).
HBIG merupakan obat terpilih untuk profilaksis pasca pajanan jangka pendek. Pemberian
vaksin HBV dapat dilakukan bersamaan untuk mendapatkan imunitas jangka panjang,
bergantung pada situasi pajanan. HBIG (0.06 ml/kg) adalah pengobatan terpilih untuk mencegah
infeksi HBV setelah suntikan perkutan (jarum suntik) atau mukosa terpajan darah HbsAg posotif.
Vaksin HBV harus segera diberikan dalam waktiu 7 sampai 14 hari bila individu yang terpajan
belum divaksinasi (Price dan Wilson, 2005: 493).
Petugas yang terlibat dalam kontak risiko tinggi (misal pada hemodialisis, transfusi
tukarm dan terapi parental) perlu sangat berhati-hati dalam menangani peralatan dan
menghindari tusukan jarum. Tindakan dalam masyarakat yang penting untuk mencegah hepatitis
mencakup penyediaan makanan, dan air bersih yang amam serta sistem pembuangan sampah
yang efektif. Penting untuk memperhatikan higiene umum, mencuci tangan, membuang urin dan
feses pasien yang terinfeksi secara aman. Pemakaian kateter, jarum suntik, dan spuit sekali pakai
akan menghilangkan sumber infeksi yang penting. Semua donor darah perlu disaring terhadap
HAV, HBV, dan HCV sebelum diterima menjadi panel donor (Price dan Wilson, 2005: 493).

Anda mungkin juga menyukai