Anda di halaman 1dari 21

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis sembahkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa (Ida Sang Hyang
Widhi Wasa) karena atas rahmat-Nya, makalah ini dapat diselesaikan tepat waktu. Tulisan ini
disusun dalam rangka menempuh mata kuliah Ilmu Dasar Keperawatan yang di ampu oleh ibu Ni
Ketut Martini,SKM.,M.Kes. pada Semester Genap Tahun Akademik 2017/2018.
Dalam penyusunan makalah ini, kami mengalami beberapa hambatan yang semata-mata
disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki. Namun, berkat kerja
keras dan adanya bantuan dari berbagai pihak, akhirnya makalah ini dapat diselesaikan tepat
waktu. Semoga budi baiknya yang telah memberikan bantuan memperoleh pahala yang setimpal
dari Tuhan Yang Maha Esa.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih sederhana, jauh dari kata yang sempurna.
Oleh karena itu, segala kritik dan saran perbaikan sangat diharapkan. Semoga makalah ini
bermanfaat dan dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca.

Mangupura, Mei 2017

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................................i

DAFTAR ISI....................................................................................................................................ii

BAB IPENDAHULUAN.................................................................................................................1

1.1 Latar Belakang...................................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................................2

1.3 Tujuan................................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................................3

2.1 Pengertian Protein..............................................................................................................3

2.2 Pengertian KKP.................................................................................................................4

2.3 Pengaruh KKP Terhadap Beberapa Organ............................................................................4

2.4 Penyebab KKP...................................................................................................................6

2.5 Cara Mendiagnosa KKP....................................................................................................7

2.5.1 Marasmus...................................................................................................................9

2.5.2 Kwashiokor.................................................................................................................9

2.5.3 Marasmik-Kwashiokor.............................................................................................11

2.6 Tanda – Tanda KKP.........................................................................................................11

2.7 Klasifikasi KKP...............................................................................................................12

2.8 Cara Penanggulangan KKP.............................................................................................19

BAB III PENUTUP........................................................................................................................22

3.1 Kesimpulan......................................................................................................................22

3.2 Saran................................................................................................................................23

DAFTAR PUSATAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Protein merupakan senyawa polimer yang terbentuk dari monomer-monomer asam amino
yang dihubungkan langsung oleh ikatan peptida antara asam amimo satu dengan asam amino
lainnya. Asam amino tersusun dari unsur C, H, O N, dan kadang-kadang S serta P. Protein
merupakan komponen yang sangat penting dalam proses metabolisme darah. Protein
termasuk makromolekul penyusun bagian terbesar tubuh setelah air, yaitu seperlima bagian
tubuh.Protein dapat kita peroleh dari hewan (protein hewani) maupun tumbuhan (protein
nabati). Sumber protein hewani antara lain ikan, daging, susu, dan telur, sedangkan sumber
protein nabati antara lain padi-padian, kacang-kacangan, dan sayuran.
Pada intinya tubuh kita membutuhkan gizi protein yang cukup untuk beraktivitas.Rata-
rata standar kecukupan gizi sehari adalah 45 gram.Tingkat kebutuhan protein dipengaruhi
oleh bobot dan ukuran badan, umur, jenis kelamin, penyakit, satuan gizi makan, kondisi
tubuh, sifat protein yang dimakan, masa kehamilan, dan status emosional. Bila tubuh
kekurangan atau kelebihan protein maka akan mengalami gangguan kesehatan kemudian
menjadi penyakit kekurangan atau kelebihan protein. Umumnya hal ini disebabkan oleh pola
makan yang tidak sehat.Kekurangan protein banyak terdapat pada masyarakat sosial ekonomi
rendah. Kekurangan protein murni pada stadium berat menyebabkan Kwasiorkor pada anak-
anak di bawah lima tahun (balita). Setidaknya ada 4 faktor yang melatarbelakangi penyakit
kurang kalori protein (KKP), yaitu: masalah sosial, ekonomi, biologi, dan lingkungan.
Kemiskinan, salah satu determinan sosial-ekonomi, merupakan akar ketiadaan pangan,
tempat mukim yang berjejalan, kumuh, dan tidak sehat serta ketidakmampuan mengakses
fasilitas kesehatan.Komponen biologi yang menjadi latar belakang KKP, antara lain,
malnutrisi, penyakit infeksi, serta diet rendah energi dan protein.Berawal dari hal tersebut,
penulis tertarik untuk mengkaji pengaruh protein sebagai agen penyakit, contoh penyakit,
dan penanganannya.
upaya untuk menangani KKP merupakan tindakan-tindakan preventif. Perbaikan harus
ditujukan pada faktor-faktor penyebab lapis terdalam maupun lapis terluar. Perbaikan

1
ekonomi Negara, peningkatan pendidikan umum dan pendidikan gizi, penerangan serta
penyuluhan gizi, peningkatan produksi bahan makanan dan peningkatan upaya-upaya paska
panen untuk menghindarkan penghamburan bahan makanan dan peningkatan hygne
lingkungan atau perorangan, juga mengatur keluarga berencana merupakan faktor yang
pengaruhnya signifikan terhadap prefensi KKP dalam masyarakat. Kelompok
penanggulangan tesebut di atas, ini merupakan penanggulangan taraf makro.
Penanggulangan taraf mikro bersangkutan dengan perbaikan kondisi keluarga dan para
anggota keluarga.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang akan kami bahas dalam makalah ini yaitu sebagai berikut:
1.2.1 apa pengertian protein?
1.2.2 Apa pengertian KKP (Kurang Kalori Protein)?
1.2.3 Apa yang menyebabkan KKP (Kurang Kalori Protein)?
1.2.4 Bagaimana cara mendiagnosa KKP (Kurang Kalori Protein)?
1.2.5 Bagaimana tanda-tanda dari KKP ringan dan berat?
1.2.6 Bagaimana cara penanggulangan KKP (Kurang Kalori Protein)?
1.2.7 Apa saja penyakit penyerta pada KKP (Kurang Kalori Protein)?

1.3 Tujuan
Tujuan dalam penjelasan makalah ini antara lain sebagai berikut:
1.3.1 untuk mengetahui pengertian protein
1.3.2 untuk mengetahui pengertian KKP (Kurang Kalori Protein)
1.3.3 untuk mengetahui apa yang menyebabkan KKP (Kurang Kalori Protein)
1.3.4 untuk mengetahui bagaimana cara mendioagnosa KKP (Kurang Kalori Protein)
1.3.5 untuk mengetahui tanda-tanda dari KKP ringan dan berat
1.3.6 untuk mengetahui bagaimana cara penanganan KKP (Kurang Kalori Protein)
1.3.7 untuk mengetahui apa saja penyakit penyerta pada KKP (Kurang Kalori Protein)
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Protein


Protein merupakan suatu senyawa polimer yang dibentuk dari monomer-monomer asam
amino yang dihubungkan oleh ikatan peptida antara asam amino satu dengan yang
lainnya.Sifat dari berbagai macam protein tergantung pada jumlah asam amino yang
menyusunnya, disamping itu juga dipengaruhi oleh rantai samping dari masing-masing asam
amino.
Protein adalah senyawa organik yang banyak dijumpai kalam semua makhluk hidup.
Setiap sel yang hidup tersusun oleh protein.Protein merupakan bahan pembangun tubuh yang
2
utama.Protein tersusun atas senyawa organic yang mengandung unsur-unsur karbon,
hydrogen, oksigen, dan nitrogen.Unsur nitrogen (N) adalah ciri protein yang membedakan
dari karbohidrat dan lemak. Protein merupakan bahan baku sel dan jaringan karena
merupakan komponen penting dari otot, kulit, dan tulang.
a. Macam Protein
Bahan sumber protein umumnya digunakan sebagai lauk-pauk. Protein dibedakan
menjadi dua,yaitu:
- Protein hewani: daging, ikan, telur, hati, dan susu
- Protein nabati: tempe, tahu, dan kacang-kacangan.
b. Fungsi Protein
Fungsi protein bagi tubuh manusia antara lain:
- Zat pembangun atau pembentukan sel-sel baru, mengganti sel-sel yang rusak
- Bahan pembentuk hormon atau antibodi enzim
- Pengaturan proses dalam tubuh
- Zat tenaga
- Transportasi (Hb dalam darah)
- Pembekuan darah dan mempengaruhi keturunan.

Protein sangat dibutuhkan tubuh sebagai zat pembangun, dan selain itu protein juga
berpengaruh terhadap kadar kolesterol darah. (Kartini Sukardji, 2003)

2.2 Pengertian KKP


Kekurangan kalori protein adalah defisiensi gizi terjadi pada anak yang kurang mendapat
masukan makanan yang cukup bergizi, atau asupan kalori dan protein kurang dalam waktu
yang cukup lama (Ngastiyah, 1997).
Kurang kalori protein (KKP) adalah suatu penyakit gangguan gizi yang dikarenakan
adanya defisiensi kalori dan protein dengan tekanan yang bervariasi pada defisiensi protein
maupun energi (Sediaoetama, 1999).

2.3 Pengaruh KKP Terhadap Beberapa Organ


1) Saluran pencernaan
Malnutrisi berat menurunkan sekresi asam dan melambatkan gerak lambung.
Mukosa usus halus mengalami atrofi. Vili pada mukosa usus lenyap,permukaanya
berubah menjadi datar dan diinfiltrasi oleh sel-sel limfosit. Pembaruan sel-sel
epitel,indeks mitosis,kegiatan disakarida berkurang.
2) Pankreas
Malnutrisi menyebabkan atrofi dan fibrosis sel-sel asinar yang akan menganggu
fungsi pankreas sebagai kelenjar eksokrin. Gangguan fungsi pankreas bersama dengan

3
intoleransi disakarida akan menimbulkan sidrom malabsorpsi, yang selanjutnya berlanjut
sebagai diare.
3) Hati
Pengaruh malnutrisi pada hati bergantung pada lama,serta zat gizi yang
berkurang. Glikogen pada penderita marasmus cepat sekali terkuras sehingga zat lemak
kemudian tertumpuk dalam sel-sel hati. Jika kelaparan terus berlanjut,hati mengerut
sementara kandungan lemak menyusut dan protein habis meskipun jumlah hepatosit
relatif tidak berubah.Ukuran hati penderita kwashiorkor membesar serta banyak
mengandung glikogen.

4) Ginjal
Meskipun fungsi agak normal ginjal masih dapat dipertahankan, GFR (glomerulal
filtration rate) dan RPF (renal plasma flow) telah terbukti menurun. Gangguan
kemampuan untuk pemekatan urin diperkirakan sebagai akibat dari penurunan jumlah
urea dalam medula yang disertai penyusutan medulary osmolar gradient.
5) Sistem hematologik
Perubahan pada sistem hematologik meliputi anemia,leukopenia,
trombositopenia, pembentukan akantosit, serta hipoplasia sel-sel sumsum tulang yang
berkaitan dengan transformasi substansi dasar, tempat nekrosis sering terlihat. Derajat
kelainan ini bergantung pada berat serta lamanya kekurangan kalori berlansung.
Malnutrisi berat berkaitan dengan leukopenia dan di hitung jenis yang normal.
Morfologi neutrofil juga kelihatan normal. Namun , jika infeksi terjadi,jumlah neutrofil
biasanya (namun tidak selalu) meningkat.
6) Sistem kardiovaskuler
Kondisi semi kelaparan akan menyusut berat badan sebanyak 24%, mengerutkan
volume jantung hingga 17% disamping menyebabkan bradikardia, hipotensi arterial
ringan, penurunan tekanan vena, komsumsi oksigen, struk volume dan penurunan curah
jantung dampaknya adalah kerja jantung menurun, penjenuhan (saturasi) oksigen vena
dan kandungan oksigen arterial berkurang.
7) Sistem Pernapasan
Hasil otopsi penderita malnutrisi menunjukan tanda-tanda yang menyiratkan
bahwa selama hidup mereka pernah terserang bronkitis, tuberkulosis, serta
pneumonia.kematian akibat malnutrisi biasanya terjadi berkaitan dengan
pneumonia.penyulit ini terutama disebabkan oleh lenyapnya kekuatan otot perut, sela

4
iga,bahu, dan diafragma. Akibatnya, fungsi ventilasi terganggu,kemampuan untuk
mengeluarkan dahak menjadi rujak sehingga eksudat menumpuk dalam bronkus.
Keberadaan hipoproteinenia secara bersamaan mengakibatkan edema interstitial dan
sekresi bronkus kondisi demikian memperberat fungsi ventilasi yang telah terganggu (Dr.
Arisman, 2008)
2.4 Penyebab KKP
Penyebab langsung dari KKP adalah defisiensi kalori maupun protein dengan berbagai
tekanan sehingga terjadi spektrum gejala-gejala dengan berbagai nuansa dan melahirkan
klasifikasi klinik (kwashiorkor, marasmus, marasmus-kwashiorkor).
Penyebab tak langsung dari KKP sangat banyak sehingga penyakit ini disebut juga
sebagai penyakit dengan causa multifaktorial. Berbagai faktor pengertian KKP dan
antarhubungannya sudah banyak dianjurkan berbagai bentuk sistem holistik, yang
menggambarkan interelasi antar faktor dan menuju ke titik pusat KKP tersebut. Berikut ini
merupakan sistem holistik penyebab multifaktorial menuju ke arah terjadinya KKP:
1) Ekonomi negara yang kurang
2) Pendidikan umum kurang
3) Produksi bahan pangan yang rendah
4) Kondisi hygine yang kurang baik
5) Jumlah anak yang telalu banyak
6) Pekerjaan yang rendah
7) Penghasilan yang kurang pasca panen
8) Sistem perdagangan dan distribusi yang tidak lancar serta tidak merata.
9) Daya beli rendah
10) Persediaan pangan kurang
11) Penyakit infeksi dan Inventasi cacing
Pada lapisan terdalam, sebab langsung dari KKP adalah konsumsi kurang dan
sebab tak langsungnya hambatan absorpsi dan hambatan utilisasi zat-zat gizi berbagai
hal, misalnya karena penyakit. KKP sebab primer (langsung) disebut KKP primer dan
yang disebabkan faktor tak langsung disebut KKP sekunder. Penyakit infeksi dan
infestasi cacing dapat memberikan hambatan absorpsi dan hambatan utilisasi zat gizi
yang menjadi dasar timbulnya KKP.
2.4.1 Penyebab Kwasiorkor
Penyebab utama dari kwashiorkor adalah makanan yang sangat sedikit
mengandung protein (terutama protein hewani), kebiasaan memakan makanan berpati
terus-menerus, kebiasaan makan sayuran yang mengandung karbohidrat. Penyebab
kwashiorkor yang lain yaitu: Adanya pemberian makanan yang buruk yang mungkin

5
diberikan oleh ibu karena alasan: miskin, kurang pengetahuan, dan adanya pendapat yang
salah tentang makanan.
Adanya infeksi, misalnya: diare akan mengganggu penyerapan makanan. Infeksi
pernapasan (termasuk TBC dan batuk rejan) yang menambah kebutuhan tubuh akan
protein dan dapat mempengaruhi nafsu makan, dan kekurangan ASI.
2.4.2 Penyebab Marasmus
Penyebab marasmus yang paling utama adalah karena kelaparan. Kelaparan
biasanya terjadi pada kegagalan menyusui, kelaparan karena pengobatan, kegagalan
memberikan makanan tambahan.

2.4.3 Penyebab Marasmik-Kwashiorkor


Penyebab dari marasmik-kwashiorkor sama pada marasmus dan kwashiorkor.

2.5 Cara Mendiagnosa KKP


Gambaran klinis,biokimiawi, dan fisiologis KKP bervariasi dari orang ke orang dan
bergantung pada :
1. Keparahan KKP
2. Usia penderita
3. Ada atau tidaknya kekurangan zat gizi lain
4. Keberadaan penyakit penyerta
5. Kekurangan yang dominan energy atau protein
Keparahan KKP diukur dengan menggunakan parameter antropometrik karena
tanda dan gejala klinis,serta hasil pemeriksaan laboratorium biasanya tidak menunjukan
perubahan, terkecuali jika penyakit ini telah sedemikian “parah”.
Klasifikasi serta lamanya penyakit yang telah berlangsung juga ditentukan secara
Atropometris. Riwayat pangan bermanfaat terutama dalam mengukur status gizi orang
dewasa. Defisit energy dan protein derajat ringan sampai sedang dinilai terutama dengan
riwayat dan kebiasaan pangan perorangan atau masyarakat, serta ketersediaan pangan itu
sendiri. Karakteristik klinis dan biokimiawi berguna untuk memastikan diagnosis KKP
berat. Parameter yang wajib diperiksa pada penderita KKP tercantum dalam “Anamnesis
dan pemeriksaan fisik KKP pada anak”

Anamnesis dan pemeriksaan fisik KKP pada anak

Anamnesis Pemeriksaan fisik

6
 Diet yang lazim sebelum sakit  Berat dan (panjang) tinggi badan
 Riwayat pemberian ASI  Edema
 Pangan dan cairan yang disantap  Pembesaran dan kenyerian
beberapa hari sebelum sakit hati,jaundice
 Riwayat pencekungan mata  Ketegangan perut,suara usus
 Lama dan frekusensi muntah atau  Tanda kolaps sirkulasi: tangan dan
diare; tampilan muntahan dan tinja kaki dingin, denyut nadi radial lemah,
air kesadaran menurun
 Saat terakhir berkemih  Suhu tubuh: hipotermia atau demam
 Kontak dengan penderita campak  Mata : lesi kornea menandakan KVA
 THT : adakah tanda infeksi
dan TBC
 Kulit: adakah tanda infeksi atau
 Riwayat kematian saudara
purpura
kandung
 Frekuensi dan jenis pernapasan: tanda
 Berat badan lahir
 Riwayat perkembangan fisik pneumonia atau gagal jantung
 Riwayat imunisasi  Tampilan tinja

2.5.1 Marasmus
Tanda-tanda marasmus dibedakan menjadi 2, yaitu:
1) Selalu ada
Tanda-tanda ini selalu ada dan seluruhnya membutuhkan diagnosa:
- Gangguan perkembangan
- Hilangnya lemak di otot dan di bawah kulit.
2) Kadang-kadang ada
- Mencret/diare atau konstipasi.
- Perubahan pada rambut, seperti pada kwashiorkor.
- Tanda-tanda dari defisiensi vitamin.
- Dehidrasi.
- Anak menjadi cengeng, sering bangun tengah malam
- Turgor kulit rendah dan kulitnya nampak keriput
- Pipi terlihat kempot, kurus kering
- Vena superfisialis tampak lebih jelas
- Ubun-ubun besar cekung
- Tulang dagu dan pipi kelihatan menonjol
- Mata tampak besar dan dalam
- Sianosis
- Ekstremitas dingin
- Perut buncit/cekung dengan gambaran usus jelas
- Atrofi otot dan apatis.

2.5.2 Kwashiokor
7
Tanda-tanda dari kwashiorkor berbeda pada masing-masing anak di berbagai Negara,
dan dibedakan menjadi 3, yaitu:
1) Selalu ada
Gejala ini selalu ada dan seluruhnya membutuhkan diagnosa pada anak umur 1-3
tahun karena kemungkinan telah mendapat makanan yang mengandung banyak
karbohidrat. Biasanya terjadi:
- Kegagalan pertumbuhan
- Oedema pada tungkai bawah dan kaki, tangan, punggung bawah, kadang-kadang
muka.
- Otot-otot menyusut tetapi lemak disimpan di bawah kulit
- Kesengsaraaan sukar diukur, dengan gejala awal anak menjadi rewel diikuti dengan
perhatian yang kurang.
2) Biasanya ada
Satu atau lebih dari tanda ini biasanya muncul, tetapi tidak satupun yang betul-
betul memerlukan diagnosis. Diantaranya yaitu:
- Perubahan rambut (warnanya lebih muda (coklat, kemerah-merahan, mendekati putih
lurus, jarang halus, mudah lepas bila ditarik)
- Tinja lebih encer (akibat gangguan penyerapan makanan, terutama gula)
- Anemia yang tidak berat (jika berat biasanya ada kemungkinan infeksi cacing atau
malaria)

3) Kadang-kadang ada
Satu atau lebih dari gejala berikut kadang-kadang muncul, tetapi tidak ada
satupun yang betul-betul membentuk diagnosis.
- Ruam/bercak-bercak berserpih
- Ulkus dan retakan
- Tanda-tanda vitamin (luka di sudut mulut, lidah berwarna merah terang karena
kekurangan riboflavin)
- Pembesaran hati (akibat pelemahan hati)
- Secara umum anak nampak sembab, letargik, cengeng, dan mudah terserang. Pada
tahap lanjut anak menjadi apatik, sopor atau koma.
- Pertumbuhan yang terhambat, berat badan dan tinggi badan lebih rendah dibandingkan
dengan berat badan baku. Jika ada edema anasarka maka penurunan berat badan tidak
begitu mencolok.
- Oedema
- Jaringan otot mengecil dengan tonusnya yang menurun, jaringan subkutan tipis dan
lembek
- Kelainan gastrointestinal yang mencolok adalah anoreksia dan diare
- Rambut berwarna pirang, berstruktur kasar dan kaku, serta mudah dicabut
8
- Kelainan kulit: kering, bersisik dengan garis-garis kulit yang dalam dan lebar, disertai
denitamin B kompleks, defisiensi eritropoetin dan kerusakan hati.
- Anak mudah terjangkit infeksi akibat defisiensi imunologik (diare, bronkopneumonia,
faringotonsilitis, tuberkulosis)
- Anak mudah terjangkit infeksi akibat defisiensi imunologik (diare, bronkopneumonia,
faringotonsilitis, tuberkulosis).

2.5.3 Marasmik-Kwashiokor
- Perubahan cairan tubuh, lemak, mineral dan protein
- Pertumbuhan terhenti
- Berat badan turun
- Cairan tubuh meningkat
- Sistem hemotopatik
- Mukosa usus
- Selasiner
- Hati
- Otak
- Oedema
- Apatis

2.6 Tanda – Tanda KKP


KKP Ringan
- Pertumbuhan linear terganggu
- Peningkatan berat badan berkurang, terhenti, bahkan turun.
- Ukuran lingkar lengan atas menurun.
- Maturasi tulang terlambat.
- Ratio berat terhadap tinggi normal atau cenderung menurun.
- Anemia ringan atau pucat.
- Aktifitas berkurang.
- Kelainan kulit (kering, kusam).
- Rambut kemerahan.
KKP Berat
- Gangguan pertumbuhan.
- Mudah sakit.
- Kurang cerdas.
- Jika berkelanjutan menimbulkan kematian.

2.7 Klasifikasi KKP


Berdasarkan berat dan tidaknya,KKP dibagi menjadi :
a. KKP Derajat Ringan Dan Sedang
KKP Ringan dan Sedang disebut juga gizi kurang (undernutrition) ditandai oleh
adanya hambatan pertumbuhan. Gambaran klinis utama KKP ringan sampai sedang ialah
penyusutan berat badan yang disertai dengan penipisan jaringan lemak bawah kulit. Jika

9
KKP berlangsung menahun, pertumbuhan memanjang akan terhenti sehingga anak akan
bertubuh pendek. Kegiatan fisik dan keluaran energi anak berkurang,di samping
berlangsung pula perubahan pada fungsi kekebalan,saluran pencernaan, dan kebiasaan.
Indikator terakhir ini tidak praktis digunakan sebagai butir diagnosis. Perubahan
komposisi tubuh yang mencolok pada orang dewasa ialah penyusutan jaringan adiposa
sebesar 12% (pria) sampai 20% (wanita). Kemampuan untuk melakukan pekerjaan fisik
yang berat dan berlagsung lama juga berkurang. Selain itu, kemungkinan wanita KKP
melahirkan bayi dengan berat lahir rendah lebih tinggi ketimbang wanita normal.
Hasil pemeriksaan laboratorium KKP ringan-sedang selalu berubah. Data yang
terkait dengan rendahnya kadar asupan protein ialah rendahnya jumlah ekskresi kreatinin
dalam urine yang menyiratkan bahwa indeks kreatinin—tinggi badan UUN,
hidroksiprolin juga rendah, di samping adanya perubahan pola asam amino dalam plasma
(kadar asam amoni essensial rantai bercabang agar menurun), penurunan serum albumin
dan transferin, dan penurunan jumlah limfosit dalam sirkulasi.

Tabel Pemeriksaan Laboratoris Penderita KKP


Materi Hasil pemeriksaan
Mungkin berguna:
Glukosa darah <54 mg/dl indikasi hipoglikemia
Asupan darah Malaria+ (berarti ada infeksi
Hb atau Ht Hb<40 g/L:Ht <12% (anemia berat)
Bakteri+(WBC>10 LPB ): infeksi
Kultur urine Gardia+ (artinya infeksi)
Pemeriksaan feses Pneumonia,gagal jantung, riktsia
Radiologi Kerap negatif
Tes kulit TBC
Tak/sedikit berguna:
Protein serum Hanya berguna untuk membantu prognosis
Uji virus HIV Bukan uji rutin
Elektrolit Kadang berguna, dapat mengarah
ketidaktepatan terapi

b. KKP Berat
10
Pada prinsipnya, diagnosis KKP berat ditegakkan berdasarkan riwayat pangan
serta gambaran klinis. Marasmus biasanya berkaitan dengan ketiadaan bahan pangan
yang sangat parah,semi kelaparan berkepanjangan, dan penyampihan terlalu dini ;
sementara Kwasiorkor terkait dengan keterlambatan penyampih serta kekurangan protein.
Diare kronis dan infeksi merupakan gambaran yang lazim terjadi.
Perbedaan antara kedua bentuk KKP berat,termasuk bentuk antaranya (marasmik-
kwasiorkor) ini dapat pula ditentukan dengan menggunakan yang dipaparkan pada tabel
berikut :

Pemberian Skor Pada KKP berat (McLaren)


Tanda yang ada Tetapan
Edema 3
Dermatosis 2
Edema + Dermatosis 6
Perubahan rambut 1
Hepatomegali 1

Serum Albumin Protein Total (Gr/100 Cc) Tetapan


<1,00) (<30,25) 7
1,00-1,49 (3,25-3,99) 6
1,50-1,99 (4.00-4.74) 5
2,00-2,49 (4,75-5,49) 4
2,50-2,99 (5,50-6,24) 3
3,00-3,49 (6,25-6,99) 2
3,50-3,99 (7,00-7,74) 1
>4,00 (<7,75) 0

Keterangan:
Skor 0-3 = Marasmus
Skor 4-8 = Marasmik-Kwasiorkor
Skor 9-15= Kwasiorkor

11
Jumlah angka tetapan sebesar 0-3 menandakan marasmik. Angka ini menyiratkan
bahwa berat bada penderita hanya mencapai 67,75% berat berdasarkan baku Harvard.
Bentuk kwashiorkor memiliki skor 9-15,sementara bentuk antaranya, yaitu marasmik-
kwasiorkor terlentang pada angka 4-8.

1) Marasmus
Marasmus berasal dari kata Yunani yang berarti wasting merusak .Marasmus
adalah bentuk malnutrisi kalori protein yang terutama akibat kekurangan kalori yang
berat dan kronis terutama terjadi selama tahun pertama kehidupan dan mengurusnya
lemak bawah kulit dan otot.Marasmus adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh
kekurangan kalori protein.
Marasmus umumnya merupakan penyakit pada bayi (12 bulan pertama), karena
terlambat diberi makanan tambahan.Hal ini dapat terjadi karena penyapihan
mendadak, formula pengganti ASI terlalu encer dan tidak higienis atau sering terkena
infeksi.Marasmus berpengaruh dalam waku yang panjang terhadap mental dan fisik
yang sukar diperbaiki. Penyebab utama marasmus adalah kurang kalori protein yang
dapat terjadi karena : diet yang tidak cukup, kebiasaan makan yang tidak tepat atau
karena kelainan metabolik dan malformasi kongenital.
Pada mulanya ada kegagalan menaikkan berat badan, disertai dengan kehilangan
berat badan sampai berakibat kurus,dengan kehilangan turgor pada kulit sehingga
menjadi berkerut dan longgar karena lemak subkutan hilang dari bantalan pipi, muka
bayi dapat tetap tampak relatif normal selama beberaba waktu sebelum menjadi
menyusut dan berkeriput. Abdomen dapat kembung dan datar.Terjadi atropi otot
dengan akibat hipotoni.Suhu biasanya normal, nadi mungkin melambat, kemudian
lesu dan nafsu makan hilang. Biasanya terjadi konstipasi, tetapi dapat muncul apa
yang disebut diare tipe kelaparan, dengan buang air besar sering, tinja berisi mucus
dan sedikit.
Kurang kalori protein akan terjadi manakala kebutuhan tubuh akan kalori, protein,
atau keduanya tidak tercukupi oleh diet. Dalam keadaan kekurangan makanan, tubuh
selalu berusaha untuk mempertahankan hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok
atau energi. Kemampuan tubuh untuk mempergunakan karbohidrat, protein dan
12
lemak merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan,
karbohidrat (glukosa) dapat dipakai oleh seluruh jaringan tubuh sebagai bahan bakar,
sayangnya kemampuan tubuh untuk menyimpan karbohidrat sangat sedikit, sehingga
setelah 25 jam sudah dapat terjadi kekurangan. Akibatnya katabolisme protein terjadi
setelah beberapa jam dengan menghasilkan asam amino yang segera diubah jadi
karbohidrat di hepar dan ginjal. Selama puasa jaringan lemak dipecah menjadi asam
lemak, gliserol dan keton bodies. Otot dapat mempergunakan asam lemak dan keton
bodies sebagai sumber energi kalau kekurangan makanan ini berjalan menahun.
Tubuh akan mempertahankan diri jangan sampai memecah protein lagi seteah kira-
kira kehilangan separuh dari tubuh.
Penyakit akibat kurang konsumsi protein ini dapat ditangani dengan
menyeimbangankan antara kebutuhan tubuh dan asupan zat gizi esensial.Marasmus
adalah salah satu bentuk gizi buruk yang sering ditemui pada Balita.

13
Secara ringkas penyebab penyakit marasmus multifaktorial antara lain masukan
makanan yang kurang, faktor penyakit dan faktor lingkungan serta ketidaktahuan
untuk memilih makanan yang bergizi dan keadaan ekonomi yang tidak
menguntungkan. Diagnosis ditegakkan berdasarkan gambaran klinis; untuk
menentukan penyebab perlu anamnesis makanan dan penyakit lain. Pencegahan
terhadap marasmus ditujukan kepada penyebab dan memerlukan pelayanan kesehatan
dan penyuluhan yang baik. Pengobatan marasmus ialah pemberian diet tinggi kalori
dan tinggi protein dan penatalaksanaan di rumah sakit yang dibagi atas: tahap awal,
tahap penyesuaian dan rehabilitasi.

2) Kwashiorkor
Edema yang jika ditekan melekuk,tidak sakit, dan lunak, biasanya terjadi di kaki,
merupakan gambaran utama kwashiorkor. Edema bahkan dapat meluas sampai ke
daerah perineum,ekstremitas atas, dan muka. Pada daerah edema tidak jarang pula
timbul lesi kulit. Eritema yang timbul di daerah edema biasanya berkilap, ada bagian
yang kering, hyperkeratosis da hiperpigmentasi yang cenderung menyatu. Epidermis
mengelupas sehingga jaringan di bawah kulit mudah terinfeksi. Jaringan lemak
bawah kulit masih cukup baik, namun jaringan otot tampak mengecil. Kekurangan
berat, setelah dikurangi dengan berat cairan edema, biasanya tidak separah marasmus.
Tinggi badan dapat normal, dapat juga tidak, bergantung pada kemenahunan penyakit
yang tengah berlangsung, di samping riwayat gizi masa lalu.
Rambut kering,rapuh,tidak berkilap, dan mudah dicabut tanpa menimbulkan rasa
sakit. Rambut yang sebelumnya berombak berubah menjadi lurus, sementara pigmen
rambut berganti warna menjadi cokelat, merah atau bahkan putih kekuningan.

14
Keberselangan antara asupan protein yang buruk dan (agak) baik membentuk porsi
depigmentasi dan gambaran normal pada satu helai rambut sehingga memberi
gambaran seperti bendera. Penderita tampak pucat, tungkai berwarna kebiruan, dan
teraba dingin. Ekspresi wajah tampak seperti susah dan sedih, di samping apatis dan
iritatif (cengeng).Ketiadaan nafsu makan, muntah segera setelah makan, serta diare,
kerap terjadi. Kondisi ini akan membaik manakala keadaan gizi terkoreksi, dan
dilakukan pengobatan gastrointestinal secara spesifik.

15
Perut tampak menonjol karena penengangan lambung dan usus yang terpuntir.
Hati membesar dengan sudut tumpul dan teraba lunak, disebabkan oleh infiltrasi
lemak. Peristaltic tidak teratur dan frekuensinya rendah. Tonus dan kekuatan otot
sangat berkurang. Selain itu, takikardia tidak jarang terjadi, sementara hipotermia dan
hipoglikemia dapat terjadi tidak lama sesudah puasa.

3) Marasmik – Kwasiorkor
Bentuk kelainan ini merupakan gabungan antara KKP yang disertai oleh
edema,dengan tanda dan gejala khas kwashiorkor dan marasmus. Gambaran yang
utama ialah kwashiorkor edema dengan atau tanpa lesi kulit, pengecilan otot, dan
pengurangan lemak bawah kulit seperti marasmus. Jika edema dapat hilang pada awal
pengobatan, penampakan penderita akan menyerupai marasmus. Gambaran
marasmus dan kwashiorkor muncul secara bersamaan dan didominasi oleh
kekurangan protein yang parah.
Marasmik-kwashiorkor merupakan kelainan gizi yang menunjukkan gejala klinis
campuran antara marasmus dan kwashiorkor (Markum, 1996).
Marasmik-kwashiorkor merupakan malnutrisi pada pasien yang telah mengalami
kehilangan berat badan lebih dari 10%, penurunan cadangan lemak dan protein serta
kemunduran fungsi fisiologi (Graham L. Hill, 2000).
Marasmik-kwashiorkor merupakan satu kondisi terjadinya defisiensi, baik kalori,
maupun protein. Ciri-cirinya adalah dengan penyusutan jaringan yang hebat,
hilangnya lemak subkutan dan dehidrasi

2.8 Cara Penanggulangan KKP


KKP merupakan salah satu masalah serius yang sedang dihadapi Indonesia. Kita dapat
berusaha agar KKP dapat dikuragi. Berikut adalah cara-cara pencegahannya :
1) Tingkat keluarga
a. Ibu membawa balita ke posyandu untuk ditimbang
b. Memberi ASI pada usia sampai enam bulan
c. Memberi maknan pendukung ASI yang mengandung berbagai gizi (kalori, vitamin,
mineral)
d. Memberitahukan petugas kesehatan bila balita mengalami sakit
e. Menghindari pemberian makanan buatan kepada anak-anak untuk menggantikan ASI
sepanjang ibu masih mampu menghasilkan ASI

16
f. Melindungi anak dari kemungkinan menderita diare dan dehidrasi dengan cara
memelihara kebersihan, menggunakan air masak untuk minum, mencuci alat pembuat
susu dan makanan bayi serta penyediaan oralit
g. Mengatur jarak kehamilan ibu agar ibu cukup waktu untuk merawat dan mengatur
makanan yang bergizi untuk buah hati mereka
2) Tingkat posyandu
a. Kader melakukan penimbangan pada balita setiap bulan di posyandu
b. Kader memberikan penyuluhan tentang makanan pendukung ASI (MP-ASI)
c. Kader memberikan pemulihan bayi balita yang berada di garis merah (PMT) contoh :
KMS
d. Pemberian imunisasi untuk melindungi anak dari penyakit infeksi seperti TBC, polio dan
ada pula beberapa imunisasi dasar, antara lain :
- BCG
- DPT
- Polio
- Hepatitis B3
- Campak

3) Tingkat Pengobatan
Pinsip pengobatan adalah pemberian makanan yang banyak mengandung protein
biologik tinggi, tinggi kalori, cukup cairan, vitamin dan miniral. Makanan tersebut dalam
bentuk mudah dicerna dan diserap, diberikan secara bertahap.
Dalam Keadaan Dehidrasi dan Asidosis Pedoman Pemberian Cairan
Parenteraladalah sebagai berikut:
a. Jumlah cairan adalah 200 ml/kgBB/hari untuk kwashiorkor atau marasmus
kwashiorkor, dan 250 ml/kg BB/hari untuk marasmus.
b. Jenis cairan yang dipilah adalah Darrow-glukosa dengan kadar glukosa dinaikkan
menjadi 10% bila terdapat hipoglikemia.
c. Cara pemberiannya adalah sebanyak 60 ml/kg BB diberikan dalam 4-8 jam pertama,
kemudian sisanya diberikan dalam waktu 16-20 jam berikutnya
d. Makanan tinggi energi tinggi protein (TETP) diolah dengan kandungan protein yang
dianjurkan adalah 3,0-5,0 gr/kg BB dan jumlah kalori 150-200 kkal/kg BB sehari.

e. Asamfolat diberikan per oral dengan variasi dosis antara 3×5 mg/hari pada anak kecil
dan 3×15 mg/hari pada anak besar. Kebutuhan kalium dipenuhi dengan pemberian
KCL oral sebanyak 75-150mg/kg BB/hari (ekuivalen dengan 1-2 mEq/kg BB/hari);
bila terdapat tanda hipokalemia diberikan KCl secara intravena dengan dosis

17
intramuscular atau intravena dalam bentuk larutan MG-sulfat 50% sebanyak 0,4-0,5
mEq/kgBB/hari selama 4-5 hari pertama perawatan.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari pemaparan materi dapat disimpulkan protein merupakan suatu senyawa
polimer yang dibentuk dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan oleh
ikatan peptida antara asam amino satu dengan yang lainnya. Kekurangan kalori protein
adalah defisiensi gizi terjadi pada anak yang kurang mendapat masukan makanan yang
cukup bergizi, atau asupan kalori dan protein kurang dalam waktu yang cukup lama.
Penyebab dari KKP bisa dilihat dari faktor sosial,ekonomi, dan fisik. Cara mendiagnosis
KKP adalah dengan cara pemeriksaan gambaran klinis,biokimiawi, dan fisiologis dan
yang paling penting adalah pemeriksaan Antropometris yaitu berat badan dan tinggi
badan. KKP dapat diklasifikasinya menjadi 2 yaitu: 1) KKP derajat ringan dan sedang
yang sering disebut gizi kurang (undernutrition) ditandai oleh adanya hambatan
pertumbuhan , 2) KKP berat yang dibagi menjadi 3 yaitu marasmus,kwasiorkor, dan
18
marasmik-kwasiorkor. Adapun cara untuk menanggulangi KKP yaitu 1) tingkat keluarga
dengan sang ibu memberi ASI selama 6 bulan, 2) tingkat posyandu dengan melakukan
penimbangan pada balita setiap bulan ke posyandu, 3) tingkat pengobatan dengan
pemberian makanan yang banyak mengandung protein biologik tinggi, tinggi kalori,
cukup cairan, vitamin dan miniral. Makanan tersebut dalam bentuk mudah dicerna dan
diserap, diberikan secara bertahap.

3.2 Saran
1. Saran bagi pembaca
Agar pembaca dapat memahami tentang apa pengertian protein, pengertian KKP (Kurang
Kalori Protein), yang menyebabkan KKP (Kurang Kalori Protein), bagaimana cara
mendiagnosa KKP (Kurang Kalori Protein, bagaimana tanda-tanda dari KKP ringan dan
berat, bagaimana cara penanggulangan KKP (Kurang Kalori Protein, apa saja penyakit
penyerta pada KKP (Kurang Kalori Protein).

2. Saran bagi penulis


Saran untuk menulis yaitu agar penulis dapat lebih memahami serta memperdalam
pengetahuan mengenai kekurang kalori protein.

19

Anda mungkin juga menyukai