Anda di halaman 1dari 12

JURNAL HUBUNGAN INTERNASIONAL

VOL. 6, NO. 2, Oktober 2017-Maret 2018 https://doi.org/10.18196/hi.62111

Vladimir Putin
dan Dekonstruksi Soft Power Rusia
Mohamad Dziqie Aulia Alfarauqi
International Relations Department
Faculty of Social and Humanities
Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur
dziqie.aulia@umkt.ac.id
Submitted: 20 January 2018, accepted: 05 February 2018

Abstract
Vladimir Putin is a figure behind Russian intelligence after the collapse of the Soviet Union. Putin proved to be able to arise political and
economic stability in the country and to stay on the peak of Russia's leadership for more than 15 years. One feature of Russia's foreign policy is
the control of mass media and propaganda that gives Putin the power of public opinion. This condition is known as Russia’s soft power. This
paper argues that Russia has made a deconstruction of soft power concept. Using the Postmodernism perspective, this paper tries to see the
deconstruction of soft power concept by Vladimir Putin. The conclusion of this research is on Putin's side of practising the concept of soft power
with a different style from the concept of soft power by Joseph Nye. He believes the concept of soft power should be detached from the
hegemony of United States and so that of the West. Furthermore, it has to be in line with the national security of Russia so that it has the
implication for the policy against US hegemony.
Keywords: Soft Power, Deconstruction, Hegemony, Post-modernism.

Abstrak
Vladimir Putin merupakan sosok dibalik kedigdayaan Rusia paska terpuruk setelah runtuhnya Uni Soviet. Putin terbukti mampu
menanamkan stabilitas politik dan ekonomi di negara tersebut serta mampu bertahan di tapuk kepemimpinan Rusia selama lebih dari 15
tahun. Salah satu corak kebijakan luar negeri Rusia adalah dengan kontrol media massa dan propaganda yang memberikan Putin kuasa akan
opini masyarakat. Kondisi ini dikenal sebagai soft power a la rusia. Tulisan ini berargumen bahwa Rusia telah membuat dekonstruksi dari
konsep soft power. Dengan menggunakan perspektif post-modernisme, tulisan ini berupaya melihat dekonstruksi konsep soft power yang
dilakukan Vladimir Putin. Kesimpulan dari penelitian ini berada pada posisi Putin yang mempraktikkan konsep soft power dengan corak
yang berbeda dari konsep soft power Joseph Nye. Ia melihat bahwa konsep soft power seharusnya terlepas dari hegemoni Amerika dan
barat serta harus sejalan dengan keamanan nasional Rusia terhadap media sehingga berimplikasi kepada kebijakan melawan hegemoni AS.
Kata Kunci: Soft Power, Dekonstruksi, Hegemoni, Post-modernisme.

PENDAHULUAN

Apa yang membuat sebuah negara kuat di mata negara tersebut laris di pasar internasional dan juga
dunia? Menurut salah satu pesohor madzhab realis pendapatan perkapitanya, bagaimana dengan dimensi
tradisional E. H Carr yang dikutip oleh Nye kuasa yang terakhir? Bagaimana kita dapat melihat
(2011:82), sebuah negara dapat dianggap memiliki bagaimana sebuah negara berkuasa terhadap opini
kuasa (power), jika negara tersebut memiliki kekuasaan yang berkembang di masyarakatnya?
kuat atas tiga aspek, negara tersebut haruslah Untuk menjelaskan, kita dapat melihat konsep
menguasai militer (military power), menguasai ekonomi kuasa lunak (soft power) dari akademisi AS Joseph Nye.
(economic power), dan menguasai opini (power over Soft power dapat dilihat sebagai sebuah bentuk yang
opinion). Jika tingkat military power sebuah negara lain dari traditional/hard power (merujuk pada kuasa
dapat dilihat dari kualitas dan kuantitas angkatan negara atas kemampuan militer yang agresif). Secara
bersenjata serta tingkat kekuatan economic power-nya garis besar soft power memberikan penjelasan deskriptif
dapat dihitung dari seberapa banyak produk dari atas power yang bekerja ketika, misal; saat seorang fans
kagum terhadap idolanya di film Hollywood, juga mengadopsi strategi public diplomacy tetap
bagaimana masyarakat Indonesia gandrung terhadap menjaga eksistensi industri persenjataan mereka.
terpilihnya presiden Obama, atau saat seorang awardee Meskipun demikian, presiden Rusia Vladimir
scholarship membawa kisah sepulangnya dari Putin (2012) dalam pidatonya menganggap, gagasan
perantauan di negeri orang, menceritakan bahwa soft power semakin sering digunakan negara-negara
budaya negara tersebut lebih baik daripada negara barat yang dipelopori AS berisiko mengembangkan
asalnya. Dari contoh di atas dapat disimpulkan, soft dan memprovokasi sikap ekstremis, separatis, dan
power bekerja di ranah wacana dan opini, bekerja di mengurangi rasa cinta terhadap tanah air di
ranah non-material, abstrak dan dapat memiliki negaranya. Agen soft power barat yang berupa Non-
pengaruh ke masyarakat. Usaha mewujudkan soft Governmental Organization (NGO’s) dan media massa
power, dalam konteks individu, seorang aktor harus internasional (international news channel) memiliki
memiliki beberapa instrumen non-material dalam kegiatan yang memiliki potensi memanipulasi opini
dirinya seperti benignity, competence, dan charisma. masyarakat dan untuk melakukan campur tangan
Sedangkan, dalam konteks negara, perlu adanya langsung dalam kebijakan domestik negara-negara
sebuah agenda setting. Hal ini dibuat melalui berdaulat untuk ikut campur dalam berbagai isu
perumusan kebijakan public diplomacy sebagai aspek politik dalam negeri negara lain. Merespon hal
penting dalam mengkonstruksikan positive image tersebut, Putin membangun konsep soft power a la
seorang aktor hingga menimbulkan positive attraction Rusia dengan berbagai kebijakan di dalam dan di luar
dari objek penerima (Nye, 2011:92). negerinya, seperti; pertama, membuat badan khusus
Lebih lanjut Nye (2011:85) melihat di dalam yang mengurusi terkait program-program yang dapat
konteks negara, soft power bekerja dengan tiga aspek memperkuat soft power rusia bernama
penting sebagai resource-nya, yaitu budaya dan nilai- Rossotrudnichestvo. Kedua, mempromosikan nilai-nilai
nilai yang dianut negara, kebijakan luar negeri, serta kebudayaan Rusia dengan penguatan bahasa Rusia
dalam taraf yang terbatas, pengaruh dari kekuatan dan Scholarship ke negara tersebut. Ketiga, kontrol dan
ekonomi dan politik negara tersebut. Berbeda dengan penguatan arus informasi melalui berbagai media
hard power yang bersifat koersif, soft power lebih bersifat massa terutama channel televisi seperti Russian Today
atraktif, persuasif, serta karena berada di ranah opini, (RT) news Channel, Voice of Russia dan Russia beyond the
pengaruhnya dapat menyebar melewati batas negara Headlines. Dalam pelaksanaannya, soft power Putin
melalui berbagai media komunikasi. Atas dasar berbeda dengan soft power barat terutama pada
pemikiran inilah, soft power dapat menjelaskan penekanan kebijakan yang terpusat dan terfokus di
berbagai hal-hal yang terjadi di atas, seperti; kenapa negara sebagai agen soft power-nya. Sangat pentingnya
industri Hollywood berkembang sangat pesat, kenapa peran soft power dalam penguatan opini masyarakat,
awardee beasiswa penting bagi negara penyelenggara, membuat Putin menjadikannya sebagai kebijakan
serta bagaimana mantan presiden Amerika Serikat utama luar negeri Rusia.
(AS) Obama menjadi sangat tenar di seluruh dunia Tulisan ini berargumen bahwa soft power Rusia
termasuk salah satunya Indonesia. Soft power dianggap telah mengalami dekonstruksi dari konsep soft power
para ahli sebagai kebijakan yang lebih efisien untuk yang seharusnya. Dekonstruksi tersebut terjadi sebagai
diterapkan oleh negara dalam berhubungan dengan hasil dari cara pandang (konstruksi) Rusia terhadap
negara lain di kancah internasional dewasa ini. dunia. Untuk memahami keseluruhan logika dari
Menurut Nye “soft power merupakan cara untuk sukses tulisan ini, perlu kiranya penulis membagi
di perpolitikan dunia” karena bekerja melalui public pembahasan menjadi empat bagian, pertama, penulis
diplomacy. Berbagai negara telah menggunakan soft mencoba menguraikan kerangka analisis untuk
power sebagai prioritas kebijakan luar negeri negara memahami fenomena dengan memakai pendekatan
mereka, seperti; Norwegia, Kanada, Korea Selatan, post-modernisme. Kerangka ini penting untuk melihat
Turki dan Jepang, meski di sisi lain negara kuat yang hubungan antara wacana pengetahuan, kuasa, dan soft
power Rusia. Kedua, penulis menguraikan konstruksi kompleks antar manusia dari setiap zamannya dengan
Rusia terhadap dunia, terhadap diri Rusia itu sendiri, memproduksi teori.
serta negara-negara di sekitarnya sehingga Mengutip Jean Francois Lyotard,
menyebabkan perlu adanya dekonstruksi konsep soft postmodernisme adalah sebuah ketidakpercayaan
power Rusia. Ketiga, penulis akan membedah menuju metanaratif/sebuah pengetahuan yang benar
dekonstruksi soft power Rusia dan apa yang secara empiris (Asrudin, Suryana, Maliki, 2014:66).
membedakannya dengan konsep soft power oleh Sepakat dengan hal tersebut, menurut Bakri
Joseph Nye secara lebih dalam. Keempat, penjelasan (2016:55), pemikiran yang menyatakan bahwa mereka
kritis terhadap dekonstruksi soft power oleh Rusia juga telah menemukan kebenaran empiris dari dunia sosial
dipaparkan oleh penulis di akhir tulisan. adalah palsu. Karena konteks itulah pemikiran ini
menerapkan metode dekonstruksi terhadap realitas.
KERANGKA PEMIKIRAN Metode dekonstruksi merupakan sebuah upaya yang
POST-MODERNISME: SEBUAH WACANA KUASA dilakukan filsuf kenamaan Prancis Derrida. Derrida
DAN PENGETAHUAN mengajak kita untuk melenyapkan ontoteologi (usaha
untuk mencari hakikat/esensi realitas) dan metafisika
Postmoderenisme merupakan teori sosial yang kehadiran (konsep mengenai adanya sesuatu yang
berakar dari filsafat post-positivisme. Post positivisme transenden/taken for granted dalam realitas).
secara garis besar merupakan kajian filsafat sosial yang Menurutnya, segala yang muncul dalam proses
mencoba keluar dari penjara subjektifitas manusia. pengetahuan adalah hasil sudut pandang dari orang
Meskipun dalam sejarahnya, perkembangan istilah ini yang menafsirkan realitas tersebut. Intinya tidak ada
pertama kali digunakan untuk menjelaskan gerakan- realitas di luar representasi atau seperti yang
gerakan eksperimental di perkembangan seni, sastra, diucapkan derrida : il n’y a pas de hors-texte (tidak ada
arsitektur, dan budaya barat secara umum. Tetapi satupun yang ada di luar teks). Michael Foucault yang
sebagai sebuah peranti analisis sosial dan politik, juga merupakan filsuf Prancis menambahkan dimensi
perspektif ini berpendapat bahwa ide pasti tentang moral dalam ajakan Derrida, menurut Foucault, setiap
kebenaran absolut dan universal harus disingkirkan. usaha menafsirkan adalah usaha untuk menguasainya.
Penitik-beratan seharusnya diberikan lebih kepada Dalam konteks itulah Foucault menolak asumsi
diskursus, debat, dan demokrasi (Heywood, pencerahan akan adanya pemikir yang objektif.
2016:107). Karena pengetahuan tersebut menyatu dengan dunia
Perspektif ini menolak kepercayaan maka pengetahuan tersebut ikut disertakan dalam
pengetahuan sosial bahwa ada pengetahuan obyektif perebutan kekuasaan dan pertempuran yang ada di
atas fenomena sosial. Perspektif ini muncul akan dunia kita. Kita tidak mungkin memiliki pengetahuan
kritik yang diajukan kepada proyek-proyek Pencerahan objektif atau kebenaran (Asrudin, Suryana, Maliki,
dan menolak asumsi-asumsi modernitas seperti 2014:64-65).
Kebebasan, Kemajuan, atau Emansipasi sebagai Menurut Robert Cox dalam sebuah artikel yang
sebuah kemajuan bagi manusia. Perspektif ini dapat berjudul “Social Forces, States and World Orders: Beyond
diibaratkan sebagai bunga rampai dari ide-ide pemikir International Relations Theory” yang dikutip oleh Umar
seperti Nietzche, Heidegger, Derrida, dan Foucault Suyadi Bakri (2016:53) “theory is always for someone and
atas berbagai obyek penelitian di bidang sosial pada for some purpose”. Ini menegaskan bahwa pengetahuan
masanya, sehingga mengategorikan postmodernisme sosial merefleksikan waktu dan konteks dimana
itu sendiri menjadi lebih sulit. Garis pemikiran ini pengetahuan dibuat, dan karena itu pengetahuan
menolak garis pemikiran neorealisme dan serta fakta-fakta yang membentuknya tidak bisa
neoliberalisme yang mencoba untuk obyektif dan harus mengandung beberapa aspek dari
menyederhanakan penjelasan akan dunia yang nilai-nilai yang mencetuskannya. Teori juga dianggap
merupakan kumpulan dari hubungan-hubungan sebuah senjata dalam serangkaian peperangan dan
pertempuran epistimologis yang berkelanjutan berkuasa. Kiranya penting bagi kita untuk melihat
(Edkins & Williams, 2013:221). Singkatnya, ada siapa sebenarnya yang saat ini berkuasa di dunia.
unsur kepentingan (interest), ideologi, dan power dalam Rusia menganggapnya AS.
teori-teori yang ada. Menurut Hartanto (2016:34),
karena terbentuknya sebuah teori tidak terlepas dari PEMBAHASAN
interest, ideologi dan power, maka ada yang KONSTRUKSI RUSIA TENTANG DUNIA DAN
diuntungkan dari teori tersebut. Logikanya, jika ada HEGEMONI AS
yang diuntungkan, tentu ada yang dirugikan di sana.
Untuk memahami perspektif Rusia terkait
Misalnya, teori liberal-kapitalis yang melahirkan
dunia, adanya hegemoni AS terhadap dunia menjadi
berbagai institusi internasional. Secara langsung atau
suatu tapal batas yang nyata, mari kita mulai
tidak langsung teori tersebut didesain untuk
pembahasan dari sana. Rusia melihat dunia sebagai
menguntungkan negara-negara maju. Sebagai
sebuah dunia hasil dari hegemoni AS. Lalu,
akibatnya, muncul berbagai bentuk relasi kekuasaan,
bagaimana cara AS menghegemoni Dunia? Menurut
seperti ketidakadilan, kesenjangan, represi, dominasi
Chomsky (2015:3-5), AS telah memulai proyek untuk
dan hegemoni. Sementara bentuk yang kedua,
menguasai dunia dimulai tepat setelah perang dunia
semangat emansipasi adalah karakter dari Teori Kritis
kedua berakhir. Paska perang dunia kedua, AS
yang berupaya untuk mendobrak tatanan politik
menjelma menjadi satu-satunya kekuatan yang
dunia saat ini yang penuh dengan ketimpangan,
mampu menguasai dunia. Di saat dunia luluh lantak
ketidakadilan, dan ketertindasan.
akibat perang, AS merupakan satu-satunya negara
Kerangka analisis di atas kiranya tepat bila
dengan teritori yang nyaris tidak mendapatkan
digunakan dalam menjelaskan dekonstruksi soft power
serangan perang dan menjadi negara industri paling
oleh Rusia. Soft power merupakan konstruksi sebuah
maju di dunia dengan produksi nasional yang naik
teori yang mencoba untuk menjelaskan kejadian di
tiga kali lipat, secara harfiah pada saat itu AS
dunia, tetapi tidak dapat melepaskan diri dari
merupakan negara yang menguasai 50% kekayaan
hubungan-hubungan teori ini dengan relasi kuasa
dunia dengan populasi hanya 6.3% dari total populasi
yang ada di dunia. Sedangkan dekonstruksi sendiri
dunia.
merupakan istilah yang masyhur diperkenalkan oleh
Fenomena tersebut juga dijelaskan oleh Robert
Derrida, dekonstruksi merupakan sebuah upaya
Jackson dan Sorensen (2009:250), paska perang dunia
untuk membongkar makna dari teks dan relasi kuasa
kedua, AS memakai kelebihan kekuatan di bidang
di dalamnya. Menurut Derrida, bahasa (dan teks)
ekonomi dan politiknya untuk menjaga tatanan
bukanlah sebuah alat komunikasi yang netral,
liberal ke seluruh belahan dunia. AS sangat aktif
melainkan cair dan ambigu, ini dikarenakan karena
dalam politik luar negerinya untuk membantu negara-
melalui Bahasa, ideologi tertentu memprogram kita
negara di Eropa dan Jepang yang hancur akibat
tanpa kita sadari. Adanya dekonstruksi ini merupakan
perang untuk merehabilitasi pembangunan dalam
sebuah upaya untuk meningkatkan kemampuan
negeri dengan syarat mengadopsi sistem ekonomi
berpikir kritis dalam melihat pengalaman yang
politik liberal. Selain itu AS juga mengambil
ditentukan oleh ideologi yang tidak kita sadari
kepemimpinan dunia dalam menentukan institusi
menyatu dalam bahasa (Haryamoko, 2016:213).
dan peraturan baru yang mendasari perekonomian
Mengulang paparan penulis sebelumnya, bahwa
dunia liberal. Hal tersebut dilakukan dengan
penulis melihat dekonstruksi soft power oleh Rusia
membuat lembaga-lembaga perekonomian global
adalah merupakan reaksi dari cara pandang Rusia
dengan menerapkan Bretton Woods agreements sebagai
terhadap dunia dan dunia merupakan kumpulan
awal dari terbentuknya institusi keuangan global
relasi kuasa dan pengetahuan. Postmodernisme
seperti IMF, World Bank, dan GATT (sekarang WTO).
mengajak kita untuk melihat bahwa teori
Berbagai institusi tersebut berfungsi untuk
pengetahuan memiliki relasi tentang siapa yang
menyebarkan sistem ekonomi liberal a la Amerika
keseluruh dunia. Apa yang AS lakukan bukan dengan yang dominasi AS dapat tercermin dari berbagai
dasar altruisme dan humanisme, tetapi AS tulisan dan pidato oleh Vladimir Putin. Salah satu
menancapkan sistem tersebut di dalam jantung dunia contohnya seperti artikel yang ditulisnya tahun 2012:
demi kepentingan AS sendiri dengan membuat dunia “I think that indivisible security for all nations,
bekerja dengan sistem yang dapat menjamin keluarnya unacceptability of the disproportionate use of force, and
unconditional compliance with the fundamental
distribusi modal kekayaan AS tadi keseluruh dunia principles of international law are indispensable
dengan meminjamkannya ke negara-negara dan juga postulates. Any neglect of these norms destabilizes the
ke lembaga keuangan dunia yang secara harfiah bisa world situation. It is in this light that we view certain
dikendalikan. Dengan sistem ini, dunia berada dalam aspects of US and NATO activities that do not follow
the logic of modern development and are based on the
satu kutub (Unipolaritas) tanpa adanya lawan yang stereotypes of bloc mentality (Putin, 2012).”
sepadan sehingga membuat AS dapat dengan mudah
memaksimalkan kepentingan nasionalnya dalam peta Begitu juga dalam pidatonya dalam Valdai
perpolitikan dunia. International Discussion Club pada tahun 2014:
Kedigdayaan AS bukan semata hanya berada di “In a situation where you had domination by one
country and its allies, or its satellites rather, the search
ranah ekonomi dan politik saja. Ketika berbagai
for global solutions often turned into an attempt to
produk merek ternama AS mengalir begitu deras impose their own universal recipes (Putin, 2014).”
menyebar keseluruh dunia, produk soft power non-
materialnya ikut terbawa sebagai hidden agenda. Dalam melakukan dominasinya untuk dunia
Budaya popular (Pop-Culture), Hollywood dan industri tersebut Amerika dibantu oleh sub-ordinate nya yaitu
kaya informasi lainnya juga menyebar dan diadopsi ke Uni Eropa dan NATO. Menurut menteri luar negeri
seluruh belahan bumi. Gaya hidup Amerika menjadi Rusia Sergei Lavrov (2016) terkait pandangan putin
sebuah daya tarik bagi masyarakat di banyak negara di terhadap Eropa dan AS:
“We see how the United States and the U.S.-led
seluruh dunia. Nilai-nilai liberal yang menekankan
Western alliance are trying to preserve their dominant
pada kebebasan individu yang sesuai dengan ideologi positions by any available method or, to use the
sentral Amerika juga diserap dalam berbagai institusi American lexicon, ensure their ‘global leadership.’” He
Internasional dan NGO’s internasional yang sangat also describes the diverse methods through which the
United States pursues its political goals, including
hirau menyiarkan pakem-pakem liberal ke masyarakat “economic sanctions,” “direct armed intervention,”
yang sebenarnya secara kultur berbeda. Menurut Nye “large-scale information wars,” and “unconstitutional
(1990), hal itu memberikan AS sejumlah kemampuan change of governments.” Citing Putin, he writes that
yang disebut “kuasa co-optive” yaitu sebuah the EU and NATO are treading on the freedom of their
new member states, because “representatives of these
kemampuan untuk membentuk situasi sedemikian countries concede behind closed doors that they can’t
rupa sehingga bangsa-bangsa lain mengembangkan take any significant decision without the green light
pilihan-pilihan atau menentukan kepentingan- from Washington or Brussels.”
kepentingannya dengan cara yang sesuai dengan apa Selain itu, hegemoni AS juga dianggap telah
yang diinginkan AS. mempengaruhi opini masyarakat di dunia di berbagai
Kondisi inilah yang disebut Putin sebagai bidang sehingga dapat mengancam kedaulatan Rusia
hegemoni AS terhadap dunia. Situasi ini membuat sebagai negara dan mengurangi rasa nasionalisme
dunia tidak memiliki perimbangan kuasa (Balance of rakyat Rusia. Menurut Vladimir Putin:
Power) untuk melawan ataupun menjadi fungsi “Unfortunately, these means (US’s soft power) are used
kontrol tentang bagaimana dunia bekerja. Pendekatan to cultivate and provoke extremism, separatism,
yang dilakukan AS ini merupakan sebuah hal yang nationalism, manipulation of public opinion, [and]
direct intervention in the internal politics of sovereign
berbahaya bagi perpolitikan internasional dikarenakan
governments (Putin, 2012).”
tidak adanya distribusi kekuatan yang seimbang yang
dapat mengontrol kebijakan AS terhadap dunia. Dari pandangan Putin dan Lavrov di atas
Secara garis besar pandangan Rusia terhadap dunia setidaknya ada tiga ciri umum bagaimana AS
mendominasi Dunia. Pertama, AS menggunakan dominasi AS di dunia. Rusia menganggap peta
koersi/paksaan yang berlebihan terhadap militer AS persaingan kuasa (Struggle of Power) yang dilakukan
yang berimbas pada kebijakan yang tidak negara-negara adi kuasa di dunia merupakan sebuah
menghormati kedaulatan dan kebijakan teritorial hal yang kondusif untuk menjaga perdamaian dunia
sebuah negara. Kedua, AS bekerjasama dengan antek- secara lebih luas. Karena inilah Rusia merasa perlu
anteknya untuk membuat norma-norma ideal memiliki soft power khusus untuk memenangkan
universal palsu yang berfungsi untuk memberikan dominasi AS terhadap dunia melalui pembentukan
pembenaran terhadap apa yang mereka lakukan. opini alternatif atas dunia.
Ketiga, AS mencoba untuk menggulingkan kekuasaan Dalam konteks dalam negeri, Putin melihat
jika negara tersebut tidak ingin mengikuti keinginan Rusia baru adalah kelanjutan dari kedigdayaan Uni
AS. Soviet. Menurutnya, kehancuran Uni soviet adalah
sebuah bencana geopolitik yang terbesar di abad ini
KONSTRUKSI RUSIA TENTANG RUSIA DAN dan bagi Rusia itu adalah sebuah drama. Putin
RUSIA’S SPHERES OF INFLUENCE menganggap bahwa Rusia seharusnya menjadi sebuah
negara yang jauh lebih besar dari teritorinya yang
Dalam konteks kebijakan luar negeri, menurut sekarang, ini merujuk pada negara-negara eks Soviet
Rusia, perlu adanya satu atau dua kekuatan yang yang telah runtuh menjadi sebuah negara-negara baru
dapat melawan hegemoni AS di dunia semata untuk di Eropa Timur, menurut Putin:
memberikan fungsi kontrol juga sebuah pesaing “Above all, we should acknowledge that the collapse of
sebagai bentuk balance of power agar dunia dapat the Soviet Union was a major geopolitical disaster of
terlepas dari cengkraman hegemonik AS dan Barat. the century. As for the Russian nation, it became a
genuine drama. Tens of millions of our co-citizens and
Tugas tersebut berada di pundak Rusia, ini tercermin
compatriots found themselves outside Russian territory.
dari berbagai kebijakan luar negeri Rusia yang Moreover, the epidemic of disintegration infected Russia
dilakukan paska runtuhnya Uni Soviet. Rusia merasa itself (Putin, 2005).”
perlu memainkan peran sentral untuk maju menjadi
Dalam pidato di atas dapat dilihat bagaimana
lawan sepadan untuk AS. Motivasi inilah yang
perspektif yang dipakai Putin dalam melihat negara-
menjelaskan betapa Rusia sangat teguh untuk
negara eks-Uni Soviet. Putin melihat bahwa masih
membela beberapa negara yang menjadi ancaman AS,
sangat banyak masyarakat Rusia (merujuk pada ras
seperti contohnya: di Suriah, ketika AS ingin ikut
Rusia) yang masih berada di luar teritori Rusia dan
campur dengan masuk ke dalam persoalan dalam
tersebar di negara-negara di sekitar Rusia. Dapat
negeri negara tersebut dengan berbagai motif dan
disimpulkan bahwa konstruksi Putin terkait Rusia
alasan. Agaknya sedikit naif jika memikirkan akhirnya
baru adalah sebuah negara yang terdiri dari seluruh
AS ingin masuk mengintervensi kebijakan dalam
penduduk di wilayah Rusia ditambah etnis Rusia yang
negeri Suriah atas nama kemanusiaan ke Timur
tersebar luas di luar teritori wilayah Rusia seperti etnis
Tengah untuk mengulingkan rezim Basar al Asad di
Rusia yang berada di wilayah Crimea, Ukraina,
saat AS sebelumnya juga sedikit banyak berkontribusi
Turkmenistan, Khazakstan, Belarus, Tajikistan dan
dalam memberikan ISIS sebuah lingkungan yang
negara sekitar Rusia lainnya. Ia berusaha
kondusif untuk tumbuh sebagai sebuah kekuatan
mengonstruksi kesamaan sejarah, kultur, budaya dan
non-negara yang kuat paska penyerangannya ke Irak
identitas yang dimiliki Rusia dan negara-negara eks-
yang tidak dapat dipertanggungjawabkan. Dalam
Uni Soviet, negara-negara ini sering disebut para ahli
kasus nuklir Iran, Rusia juga senantiasa memveto
sebagai the near abroad. Istilah ini yang mengacu
kebijakan Barat dan AS untuk melucuti persenjataan
wilayah-wilayah yang ingin dikontrol dan dikuasai
nuklir Iran. Selain itu Rusia juga membangun kerja
oleh Rusia atau dalam konteks geopolitik Rusia
sama intensif dengan China yang dianggap banyak
sebagai spheres of Influence (Radin & Clint, 2017:10)
ahli sebagai sebuah negara yang akan berkembang
yang merupakan negara-negara terdekat dari Rusia
menjadi sebuah negara besar yang dapat melampaui
dan merupakan negara-negara eks-Uni Soviet dan eks- terdalam diagram tersebut diintervensi oleh Barat,
komunisme. Rusia telah secara konsisten seperti contohnya pada kasus Ukraina, Rusia
mengartikulasikan kebijakan untuk mempertahankan menganggap Ukraina bagian dari Rusia yang
hubungan dekat serta pengaruhnya di wilayah-wilayah merupakan sebuah satuan kekuatan besar dunia
tersebut, secara garis besar wilayah-wilayah tersebut (Deyermond, 2014). Keberpihakan Ukraina pada
dapat dilihat di Gambar 1: Barat pada waktu itu merupakan sebuah
pengkhianatan yang dilakukan oleh Ukraina dan
Gambar 1: Rusia’s Sphere of Influence didalangi oleh Barat. Rusia mengonstruksi negara-
negara tersebut sebagai negara-negara dengan budaya
dan identitas yang sama di bawah imperium
kekaisaran Tsar dan juga merupakan negara-negara
eks-komunisme.

DEKONSTRUKSI SOFT POWER RUSIA

Menurut Rusia perlu adanya sebuah cara


pandang baru yang dimiliki masyarakat Rusia di
berbagai bidang guna menangkal hegemoni soft power
AS melalui berbagai cara, terutama memobilisasi
informasi secara menyeluruh. Karena itu, perlu
adanya sebuah propaganda untuk masyarakat oleh
pemerintah melalui sebuah agenda setting yang
dilakukan media massa secara menyeluruh di berbagai
bidang. Inilah cikal bakal adanya konsep soft power-
Sumber: Andrew Radin & Clint Reach (2017: 10-12) Rusia. Menurut perdana mentri Rusia saat ini Dimitry
Medvedev menyatakan (seperti yang dikutip
Gambar di atas mencoba menjelaskan Doughterty, 2013:24):
pengaruh Rusia atas negara-negara eks-Uni Soviet dan “Russia will seek its objective perception in the world,
negara-negara eks-komunisme dalam sebuah diagram develop its own effective means of information influence
bundar. Negara-negara yang ada di irisan diagram on public opinion abroad and, it stresses, take necessary
measures to repel information threats to its sovereignty
paling tengah merupakan negara-negara yang paling
and security.”
diinginkan Rusia untuk dapat menerima pengaruh
dan kepentingan Rusia dan semakin ke irisan yang Telah disinggung banyak sebelumnya mengenai
lebih pinggir semakin mengurangi desired influence soft power Rusia, sebenarnya apa itu soft power Rusia
yang diinginkan Rusia (Radin & Reach, 2017:10-12). dan apa yang membuat soft power Rusia berbeda?
Di dalam irisan diagram paling tengah tersebut Menurut Vladimir Putin yang dikutip oleh Van
terdapat Rusia, Belarusia, dan negara-negara di Asia Herpen (2016), soft power menurut Rusia adalah
tengah seperti Ukraina, Uzbekistan, Kyrgizstan, instrumen dan metode-metode kompleks yang
Kazakhstan, Tajikistan dan Ukraina. Rusia digunakan untuk mengejar tujuan-tujuan luar negeri
menginginkan negara-negara tersebut untuk dapat negara (Rusia) tanpa menggunakan senjata, termasuk
menerapkan nilai-nilai dan kepentingan Rusia selain (penekanan) penggunaan informasi dan berbagai
dikarenakan mereka memiliki sejarah yang sama tujuan lain. Ini berbeda dengan apa yang dipahami
sebagai negara eks-Uni Soviet mereka juga merupakan oleh Nye tentang soft power, menurut Nye (2004), Soft
negara-negara dengan batas geografis yang paling power adalah kemampuan untuk mendapatkan apa
dekat dengan Rusia. Rusia cenderung agresif jika yang diinginkan melalui attraction daripada coercion
kepentingan Rusia di negara-negara dalam bagian dengan menggunakan hubungan kekerabatan
(relations with allies), bantuan ekonomi (economic pengaruh dari kekuatan ekonomi dan politik negara
assistance), dan pertukaran budaya (cultural exchanges). tersebut. Sedangkan Attraction berguna bagi negara
Menurut Jill Dougherty (2013:24), perbedaan paling untuk menciptakan sebuah masyarakat yang dapat
signifikan dari konsep soft power antara dua negara menciptakan kondisi-kondisi yang dapat menekan
adalah jika soft power a la AS memiliki penekanan negara objek/sasaran dari soft power dalam usaha
pada soft daripada power sebagai pengganti hard power mengubah kebijakan-kebijakan agar sesuai dengan
dengan mengoptimalkan public diplomacy guna keinginan dari negara subjek/pelaku soft power.
membangun attraction masyarakat, soft power Rusia Terdapat penekanan pada konversi yang dilakukan
memiliki penekanan pada konteks power daripada soft negara melalui public diplomacy dengan penekanan
yang menekankan pada kontrol informasi. Kontrol pada produksi opini yang semuanya diserahkan pada
informasi pada konteks power dalam soft power Rusia public (dalam Gambar 2 diberi warna merah untuk
ini menargetkan pada power over opinion masyarakat menekankan aktor yang paling berperan dalam
untuk membuat alternatif perspektif demi menangkal produksi soft power. Public di sini merupakan aktor-
hegemoni AS. Sepakat dengan hal tersebut, menurut aktor non-negara yang berasal dari publik yakni
Natalia Bulinova (2015), konsep soft power Rusia universitas, NGO’s dan civil society) dengan agenda
secara garis besar sama dengan apa yang dinyatakan setting dengan kesan memikat (alluring) sehingga
oleh Nye, tetapi ini lebih menekankan pada negara mendapatkan positive attraction dan untuk
penyebaran informasi keseluruh dunia untuk menghindari penolakan (repel) dari masyarakat. Untuk
menghadirkan cara pandang dan opini alternatif oleh mendapatkan kesan alluring, negara memerlukan smart
masyarakat dan bukan untuk mengembangkan power dalam proses agenda setting-nya. Jadi secara
atrractive image seperti apa yang dilakukan soft power umum, negara subjek sedikit sekali memiliki
AS. kesempatan untuk membuat propaganda dikarenakan
Untuk menguraikan strategi soft power Rusia propaganda sering kali membuat attraction menjadi
secara lebih detail, kita perlu memecah lagi konstruksi tidak kredibel di masyarakat sehingga kesan alluring
soft power dari Nye (lihat Gambar 2). Dalam konteks tidak dapat diproduksi dan menjadikan penolakan di
negara soft power secara umum dapat dikatakan sebagai masyarakat/repeling. Di lain pihak negara tidak serta
keahlian negara subyek untuk mengubah resources merta memberikan kontrol produksi soft power kepada
yang dimiliki negara untuk memberikan attraction public melainkan berkontribusi untuk memberikan
image kepada masyarakat. Resource itu berupa, di agenda setting. Secara garis besar alur di atas dapat
antaranya; budaya dan nilai yang dianut negara, dilihat dalam rangkuman penulis dalam gambar di
kebijakan luar negeri, serta dalam taraf yang terbatas, bawah ini:

Gambar 2: Model Indirect Soft Power Nye


(konversi resource negara subjek ke Elite decision negara obyek soft power)

Attract or Enabling& Elite


Resources Public Repel Disabling Decision
Environment

Public
Diplomacy

Sumber: Dirangkum dari Nye, J, Jr. (2011)


dengan beberapa perubahan oleh penulis untuk memudahkan pemahaman.
Perbedaannya dengan konstruksi Nye tentang massa merupakan aktor yang paling berperan dalam
soft power, soft power rusia menekankan penggunaan produksi soft power) untuk memberikan alternatif
kontrol media massa (lihat penekanan pada gambar perspektif pada masyarakat (public). Selain itu ada
media massa yang diwarna merah. Berbeda dengan beberapa perbedaan lain dari gambar di atas dalam
konstruksi Nye, dalam dekonstruksi Rusia ini media beberapa bagian (lihat Gambar 3).

Gambar 3: Model Indirect soft power Rusia


(konversi hegemonic resource Rusia ke Elite decision negara obyek soft power)

Hegemonic Controled Attract Enabling Elite


Resources Mass Public or Repel &disabling Decision
Media Environment

Sumber:
Ilustrasi oleh penulis dirangkum dari berbagai sumber
(Dougherty, 2013; Burlinova 2015; Nye, 2011: 81-109).

Pertama, di bagian Resources, jika resources dari pemberian scholarship ke negara-negara berkembang.
konsep Nye adalah berupa budaya dan nilai yang Jadi sama seperti model soft power AS, model Rusia
dianut negara, kebijakan luar negeri, serta dalam taraf tidak serta merta memberikan seluruh fungsi produksi
yang terbatas, pengaruh dari kekuatan ekonomi dan soft power kepada media meskipun media merupakan
politik negara obyek. Dalam konteks soft power Rusia aktor yang paling dominan.
perlu digarisbawahi bahwa resources ini sedikit banyak Ketiga, berbeda dengan bagian public pada
telah terkontaminasi oleh hegemoni AS dalam opini model AS yang tidak hanya terpaku pada rakyat AS
masyarakat mengenai budaya-budaya AS yang dan memiliki definisi masyarakat luas lintas negara,
merupakan kiblat yang lebih baik dari budaya bagian public dalam soft power model Rusia di sini
nasionalnya. Inilah yang disebut Putin bahwa nilai- secara garis besar merupakan masyarakat Rusia dan
nilai hegemoni AS terhadap dunia telah mengurangi juga masyarakat lain yang berada pada sphere of
nasionalisme masyarakat Rusia dan mengancam Influence dari negara Rusia yang tersebar di negara-
kedaulatan negara tersebut. Maka dari itu resource di negara eks-unisoviet terkecuali negara balkan. Ini
sini menjadi hegemonic resources. Kedua, Rusia dikarenakan fokus dari soft power Rusia adalah untuk
menggunakan agenda setting dengan menggunakan memberikan alternatif perspektif guna menghadang
kontrol media masa untuk mengubah perspektif hegemoni AS terhadap masyarakatnya. Hal ini juga
publik terhadap hegemonic resources tersebut sehingga dimaksudkan untuk menekankan kesamaan
public mampu memilih mana perspektif yang lebih nasionalisme sebagai sebuah bangsa dengan kultur
baik bagi dirinya. Produksi soft power a la Rusia secara dan sejarah yang sama yaitu sebagai sebuah bangsa di
garis besar diproduksi oleh media massa dengan bawah Uni soviet dan Rusia lama era kekaisaran Tsar.
kontrol dari negara (lihat Gambar 3). Media sebagai Bagian Keempat dan Kelima relatif sama seperti model
aktor produksi soft power juga dibantu dengan soft power AS, perspektif baru ini diharapkan menjadi
kebijakan-kebijakan lain yang dibuat pemerintah sebuah pandangan alternatif bagi masyarakat di Rusia
seperti pembentukan badan soft power nasional dan di negara-negara eks Soviet dan eks Komunis agar
Rossotrudnichestvo yang bekerja untuk memberikan dapat menciptakan kondisi-kondisi yang dapat
bantuan finansial kepada negara tetangga (sedikit menekan negara untuk mengubah kebijakan-
banyak badan ini memiliki fungsi yang sama seperti kebijakan agar sesuai dengan keinginan dari negara
USAID di AS) dan juga penguatan nilai-nilai Rusia.
kebudayaan seperti penguatan bahasa Rusia dan
KRITIK DEKONSTRUKSI SOFT POWER RUSIA ini tidak beralasan. Ini dikarenakan, pertama, seorang
SEBAGAI RESPON TERHADAP HEGEMONI AS manusia tidak akan terlepas dari perbedaan
pandangan karena subjektifitas masing-masing tentang
Penekanan soft power pada informasi yang cara melihat perspektif tersebut. Meskipun Nye
dilakukan oleh Rusia mendapat kritik dari Nye. sebagai pencetus konsep tersebut, namun Rusia
Menurut Nye, seharusnya soft power terbangun oleh memiliki alasan tersendiri untuk beranggapan bahwa
kebebasan opini masyarakat. Contohnya apa yang konsep soft power yang selama ini dikembangkan oleh
terjadi di AS, wacana soft power dibangun pemerintah Nye memiliki hubungan antara kuasa dan hegemoni
melalui public diplomacy dan semuanya diproduksi AS. Kedua, menurut sejarah, terminologi public
dalam civil society dan dilakukan oleh berbagai institusi diplomacy pertama kali digunakan untuk mengganti
seperti universitas, perusahaan, Hollywood dan pop kata “propaganda” pemerintah AS yang memiliki
culture. Oleh sebab itu, kebijakan pemerintah terbuka konotasi negatif. Menurut Dean Edmund Gullion
terhadap kritik ataupun apresiasi dari masyarakat (2013), Public diplomacy digunakan sebagai
tanpa penerapan sensor di atasnya. Seperti contoh penjembatan untuk kebijakan pemerintah AS sewaktu
kasus ketika AS menginvansi Irak, pemerintah harus perang dingin dalam mempromosikan agenda
berupaya melakukan agenda setting tentang war on terror internasional-nya dan mencoba menjauhkannya dari
karena mereka dapat dengan mudah dikritik istilah “propaganda” yang memiliki konotasi negatif.
kinerjanya oleh masyarakat secara terbuka. Sehingga Jadi dapat disimpulkan, apa yang Nye anggap
penggunaan smart strategy untuk menyeimbangkan soft propaganda dalam soft power Rusia tidak berbeda
power dan hard power di masyarakat mutlak diperlukan dengan apa yang dianggap AS sebagai public diplomacy.
(Nye, 2013). Hal tersebut berbeda, sekali lagi karena adanya relasi
Menurut Nye, perkembangan opini di kuasa AS dalam teori-teori sosial yang mencoba
masyarakat Rusia dibatasi oleh sensor dan kontrol menjelaskan kejadian dunia dan mencoba menjadi
negara terhadap media bukanlah sebuah attraction, objektif di dunia yang menurut postmodernis
melainkan propaganda akan wacana yang dikonstruksi dipenuhi relasi kuasa yang saling menghegemoni.
pemerintah. Rusia dianggap melakukan propaganda
dalam setiap kebijakan pemerintah dengan membatasi KESIMPULAN
akses informasi untuk masuk terutama di wilayah- Tulisan ini mencoba mengaplikasikan
wilayah Rusia yang terpencil. Menurut Nye, Rusia perspektif postmodernisme dalam menganalisa sebuah
(dan juga China) telah membuat kesalahan berfikir teori Hubungan Internasional. Kontribusi penulis
jika menganggap negara dapat digunakan sebagai agen dalam tulisan ini adalah pengunaan analisa
utama bagi soft power. Hal tersebut terjadi karena postmodernisme dalam perdebatan mengenai
propaganda pemerintah sangat jarang dianggap konstruksi teori/konsep soft power yang sekiranya
kredibel. Sehingga cara terbaik bagi negara untuk masih minim digunakan oleh akademisi lain. Secara
melakukan propaganda adalah dengan tidak garis besar, tulisan ini terinspirasi dari metode analisa
melakukannya sama sekali (Nye, 2013). Meskipun teks yang dipopulerkan oleh dua filsuf Prancis, yaitu
abstrak, konsep soft power memiliki sebuah mekanisme Derrida dan Foucault, untuk menginterpretasikan
untuk dapat bekerja, yaitu atensi/ketertarikan tulisan-tulisan Nye dalam buku-bukunya tentang soft
masyarakat terhadap kredibilitas dari pemilik soft power. Karena menurut Derrida, teks bisa jadi sangat
power tersebut. Usaha pemerintah Rusia untuk berbeda dengan pemaknaan yang sesungguhnya,
menyebarkan soft power nya sarat akan agenda politis karena makna yang diserap dapat berbeda dari makna
melalui propaganda media informasi. awal teks yang diinginkan. Istilah tersebut dinamakan
Padahal jika kita memandang konteks ini logosentrisme. Istilah ini menekankan adanya sebuah
dalam perspektif postmodernisme, kritik Nye tetang jalinan antara penulis-teks-pembaca di mana ada
“propaganda” Rusia di dalam kebijakan soft power nya representasi dari penulis ke teks dan interpretasi dari
teks ke pembaca dalam setiap karya sastra dan seni, melawan Vladimir Putin dengan konsep soft power
seperti tulisan, gambar maupun kesenian ukir. Dari yang ia konstruksikan sendiri. Nye mengajukan
interpretasi makna soft power yang coba konstruksi dari konsep soft power dan menganggap itu
diejawantahkan oleh Nye, penulis mencoba sebagai sebuah kebenaran. Di sisi lain, Putin
menghubungkan dengan pemaknaan soft power oleh mendekonstruksi konsep Nye dengan berbagai
Putin. pertimbangan akan konstruksi dirinya sendiri yang
Dalam beberapa bagian terkait pencarian dan mewakili konstruksi Rusia akan dunia yang
pemilihan data, penulis lebih memilih merujuk pada merupakan hasil dari hegemoni AS. Kedua, Perbedaan
arsip daripada tulisan-tulisan orang lain untuk soft power-Nye dan Rusia adalah; jika menurut Nye Soft
menemukan kebenaran. Hal ini dikarenakan adanya power merupakan kuasa untuk mendapatkan apa yang
kecenderungan seorang penulis untuk mereduksi diinginkan melalui attraction sebagai pengganti coercion
informasi dari arsip dalam rangka menyesuaikannya dengan berbagai cara. Menurut Rusia, soft power
dengan ideologi, kuasa, kepercayaan yang dianut, serta adalah penggunaan instrumen dan metode-metode
motif yang dimiliki penulis dan kompleks yang digunakan untuk mengejar tujuan-
menginterpretasikannya kembali untuk membuat tujuan luar negeri sebuah negara tanpa menggunakan
sebuah narasi besar sebagai upaya untuk menjelaskan senjata namun dengan memperkuat penggunaan
kebenaran dunia. Kecenderungan itu dapat informasi dan penguasaan media. Hal ini bertujuan
disebabkan oleh kendala teknis atau ideologis dari untuk memberikan perspektif baru dan mengubah
penulis. Karena sebab itulah tulisan ini lebih memilih perspektif masyarakat yang telah dipengaruhi oleh
data-data yang berupa “arsip” seperti; pernyatan, nilai-nilai hegemoni AS. Temuan lain dari penelitian
dokumen resmi dan gagasan dari tokoh-tokoh terkait ini adalah, jika soft power-Nye menekankan peranan
seperti Putin, Medvedev dan Nye ketimbang data-data masyarakat sebagai actor dan melalui public diplomacy
dari penulis lain, meskipun penulis menyadari sebagai agendanya, Rusia cenderung untuk membatasi
keterbatasan penulis dalam mengaplikasikan metode keterlibatan publik dan menjadikan media massa yang
ini karena terkendala pencarian data yang relevan. terintegrasi dengan kepentingan negara sebagai aktor
Pemilihan ini diperlukan untuk menerapkan utama. Jadi secara garis besar, konsep soft power Rusia
perspektif postmodernisme dalam sebuah analisa sama dengan apa yang dinyatakan oleh Nye, tetapi
relasi wacana dan kuasa. Dengan menggunakan lebih menekankan pada penyebaran informasi ke
metode ini penulis mencoba mengungkap makna dari seluruh dunia untuk menghadirkan cara pandang dan
teks serta memilahnya secara hati-hati dari konteks opini alternatif oleh masyarakat.
kuasa yang mungkin ada dalam setiap teks yang ada. Cara pandang dan konstruksi Putin terhadap
Penerapan metode bukanlah sebuah hal yang baru, dunia dan terhadap Rusia sebagai penentang
namun penulis mencoba memberikan kontribusi kedigdayaan AS, dan cara pandangnya sebagai
dengan cara memaparkan pemahaman akan metode- pemimpin dari negara-negara near abroad yang
metode postmodernisme dalam memotong-motong merupakan negara-negara eks-unisoviet dan eks-
teori-teori mengenai dunia menjadi kuasa dan wacana. komunisme di sekitar Rusia-lah yang menyebabkan
Seperti yang Foucault katakan bahwa pengetahuan adanya dekonstruksi ini. Dekonstruksi ini dilakukan
tidak dibuat demi pemahaman, tetapi dibuat untuk Putin melalui optimalisasi media massa, pembuatan
memotong pemahaman tersebut setajam-tajamnya. perangkat soft power, dan juga penguatan nilai-nilai
Meski, tidak menutup kemungkinan terdapat analisa Rusia ke masyarakat dan mencoba menghadirkan
lain dengan kasus yang sama menggunakan alat alternatif perspektif kepada masyarakat Rusia pada
analisis lain yang lebih baik. khususnya dan negara-negara dalam sphere of influence
Tulisan ini sampai pada kesimpulan sebagai Rusia pada umumnya.
berikut; pertama, dalam memperdebatkan konsep soft
power. Nye sebagai peneliti universitas Harvard AS
REFERENSI
Buku direct.org. Tersedia dalam <http://www.russia-
Asrudin et. al. (2014). Metodologi Ilmu Hubungan Internasional direct.org/opinion/russian-soft-power-just-western-
perdebatan Paradigmatik dan Pendekatan Alternatif. soft-power-twist> [Diakses pada 28 November
Malang: Intrans hal. 64-65. 2017]
Bakri, U.S. (2016). Metode Penelitian Hubungan Internasional. Deyermond, Ruth. (2014). What are Russia's real motivations
Yogyakarta: Pustaka Pelajar Hal. 53-55. in Ukraine? We need to understand them (Internet).
Chomsky, Noam. (2015). How the world works. Yogyakarta: Theguardian.com. Tersedia Dalam
Penerbit Bentang hal. 3-5. <https://www.theguardian.com/commentisfree/2014/apr
Edkins, J. & Williams, N.V. (2013). Teori-teori Kritis: /27/russia-motivations-ukraine-crisis >diakses pada 31
Menantang Pandangan Utama Studi Politik Desember 2017.
Internasional. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Hal. 221. Gullion, D.E. (2013). About U.S. Public Diplomacy,” (Internet),
Haryatmoko. (2016). Critical Discourse Analysis (analisis Public Diplomacy.org, tersedia dalam
Wacana Kritis, Landasan Teori Metodologi dan http://pdaa.publicdiplomacy.org/?page_id=6 [diakses
Penerapan. Jakarta: Rajawali Pers hal. 213. pada 21 Desember 2017].
Heywood, A. (2016). Ideologi Politik Sebuah Pengantar. Lavrov, S. (2016). Russia’s Foreign Policy: Historical
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal.107. Background. (Internet), Russia in Global Affairs. 5
Jackson, R. & Sorensen G. (2009). Pengantar Studi Hubungan Maret 2016. Tersedia dalam
Internasional. Pustaka Pelajar: Yogyakarta. Hal. 250- <http://www.mid.ru/en/foreign_policy/news/asset_pu
304. blisher/cKNonkJE02Bw/content/id/2124391>
Lyotard, S.F. (1984). The Postmodern, Condition: A Report on [Diakses pada 30 Desember 2017].
Knowledge. Manchester: Manchester University Press. Putin, V. (2005). Annual Address to the Federal Assembly of the
Radin, A. & Reach, C. (2017). Russian view of International Russian Federation (Internet), kremlin.ru. Tersedia
Order. Rand Corporation: Santa Monica Hal 10-12. dalam:
Nye, J. Jr. (1990). Bound to Lead: the Changing Nature al <http://en.kremlin.ru/events/president/transcripts/pag
American Power. New York: Basic. e/296>. Diakses pada [30 Desember 2017].
______. (2004). Soft Power: The Means to Success in World ______. (2012). Russia and the changing world (Internet),
Politics, New York, NY: Public Affairs. RT.com. Tersedia dalam:
______. (2011). The Future of Power. New York: Public <https://www.rt.com/politics/official-word/putin-
Affairs Hal. 81-109. russia-changing-world-263/>. [Diakses pada 23
Van Herpen, Marcel H. (2016). Putin’s Propaganda Machine. November 2017].
London: Rowman & Littlefield. ______.(2014) New World Order: New Rule or No Rule.
Jurnal (Internet), Sochi, Russia: Valdai International
Hartanto. (2016). Hegemoni dalam Emansipatory: Studi Discussion Club, 24 October 2014.
Kasus Advokasi Legalisasi Lesbian, Gay, Biseksual, dan <http://en.kremlin.ru/events/president/news/46860.
Transgender (LGBT) di Indonesia. Indonesian [Diakses pada 23 December 2017].
Perspective, 1(2). Hal. 31-47. Nye, J. (2013). What China and Russia Don’t Get About Soft
Thesis Power (Internet), Foreignpolicy.com. Tersedia dalam:
Dougherty, J. (2013). Rusia’s “soft Power” Strategy. Thesis. <http://foreignpolicy.com/2013/04/29/what-china-
Georgetown University: Washington, D.C. Hal. 24. and-russia-dont-get-about-soft-power/>. [Diakses
Arsip pada 23 November 2017].
Burlinova, Natalia. (2015). Russian soft power is just like
Western soft power, but with a twist (Internet), Russia-

Anda mungkin juga menyukai