Anda di halaman 1dari 34

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Standar kerja yang telah ditetapkan oleh organisasi mengacu pada kinerja

individual karyawan. Kinerja individual yang tinggi dapat meningkatkan kinerja

organisasi secara keseluruhan. Bailey dan Pearson (2008) menyatakan kinerja individual

berhubungan erat dengan tingkat imbalan dan kepuasan kerja yang dipengaruhi oleh

keterampilan, kemampuan dan sifat-sifat individu itu sendiri.

Kinerja merupakan gambaran tentang pencapaian atau target,

pelaksanaan program, usaha, dan kebijakan yang dilakukan untuk mewujudkan

visi, misi, dan tujuan dalam kelompok atau organisasi (Mahsun, 2006). Kinerja

sangat tinggi berarti terjadinya peningkatan efisiensi, efektivitas, dan kualitas

lebih baik dalam menyelesaikan tugas-tugas yang akan dibebankan kesetiap

individu (Murty dan Hudiwinarsih, 2012). Kinerja karyawan yang baik jika

mempunyai keahlian (skill) yang tinggi, bersedia bekerja apabila mendapat

imbalan (gaji) atau diberi sesuai dengan kesepakatan, serta memiliki masa depan

dan harapan yang baik.

Upaya lain dalam meningkatkan kinerja individu juga dapat dilihat dari

lingkungan kerja yang baik, sehingga dapat mendukung seorang individu dalam

melakukan pekerjaannya secara maksimal. Lingkungan yang nyaman, baik tata

letak peralatan, perlengkapan kerja dan kebersihan serta kondisi komputer yang

1
dipakai dalam bekerja dapat mendukung proses penerapan sistem informasi

akuntansi di suatu perusahan. Perusahaan yang memiliki lingkungan kerja fisik

yang aman dan nyaman akan membuat individu merasa nyaman bekerja (Munira

dan Sadegi, 2013).

Sistem informasi akuntansi berbasis komputer dirancang untuk merubah

data akuntansi menjadi informasi. Atau merupakan sebuah rangkaian prosedur

pormal dimana data di kumpulkan dan diperoses menjadi informasi, dan

didistribusikan kepada para pemakai. Informasi adalah salah satu sumber daya

bisnis yang pital untuk kelangsungan dan kontinunitas hidup perusahaan. Dalam

dunia bisnis, informasi dapat berasal dari intern maupun eksterrn perusahaan

(Izumi, 2010).

Perkembangan teknologi yang diiringi dengan perkembangan sistem

informasi berbasis teknologi mengalami kemajuan dan perkembangan yang sangat

pesat. Kondisi lingkungan yang penuh dengan ketidakpastian mutlak diperlukan

sistem informasi yang tepat, andal, dan akurat. Suatu perusahaan yang unggul

harus memiliki kualitas sistem informasi yang baik. Sarana untuk meningkatkan

kinerja perusahaan dan bisnis harus memiliki sistem teknologi informasi yang

baik.

Keberhasilan suatu sistem informasi akan tergantung pada kemudahan dan

pemanfaatan pemakai sistem terhadap teknologi yang ada dalam sistem karena

teknologi akan membantu individu dalam menyelesaikan tugasnya. Satu hal

penting yang harus diperhatikan oleh perusahaan atau pelaku bisnis yang

2
menerapkan teknologi informasi adalah sejauh mana keberhasilan sistem tersebut

membawa dampak positif dalam peningkatan kinerja baik individual maupun

organisasi secara keseluruhan. Konsep evaluasi pemakai diri sendiri merupakan

suatu konsep yang sangat luas dan evaluasi pemakai merupakan suatu evaluasi

atau pengukuran tentang sikap dan kepercayaan individu terhadap sesuatu, baik

barang ataupun jasa. (Jumaili , 2005).

dukungan manajemen adalah sebarapa jauh para manajer memberikan

komunikasi yang jelas, bantuan, dan dukukungan terhadap bawahannya dalam

melaksanakan tugasnya. Dukungan manajemen menjadi salah satu bagian yang

melekat dari kultur organisasi, dimana dalam menjalankan tugasnya bawahnnya

Tangkilisan (2007).

Dukungan dari manajemen sangat berpengaruh terhadap kinerja organisasi

dan individu. Manajemen bertanggung jawab dalam penyediaan pedoman umum

bagi kegiatan sistem informasi akuntansi (Komara, 2005). Dukungan manajemen

sangat dibutuhkan dalam hal perencanaan, pengorganisasian, pengembangan dan

pengawasan kinerja individu dalam organisasi. Dukungan manajemen sangat

menentukan keberhasilan kinerja individu karena manajemen memiliki

kewenangan yang paling tinggi dalam pengembangan sistem informasi akuntansi.

Fenomena yang terjadi dan ketidakkonsistenan hasil penelitian sebelumnya

memunculkan suatu celah penelitian (reaserch gap). Hal tersebut yang membuat

peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut. Perbedaan penelitian ini

dengan penelitian terdahulu terletak pada pemilihan objek penelitian yang

3
digunakan dan terdapat penggunaan kriteria untuk memilih responden. Oleh

karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul

“PENGARUH EFEKTIVITAS SISTEM SISTEM INFORMASI

AKUNTANSI, PENGGUNAAN TEKNOLOGI, DUKUNGAN

MANAJEMEN, TERHADAP KINERJA INDIVIDUAL PADA CV. Cipta

Mandiri MEDAN ”

1.2 Rumusan Masalah


Ada pun rumusan masalah dari penelitian ini adalah :
1. Apakah efektifitas sistem informasi akuntansi berpengaruh

terhadap kinerja individu pada cv. cipta mandiri medan ?


2. Apakah penggunaan teknologi berpengaruh terhadap kinerja

individu pada cv. cipta mandiri medan ?


3. Apakah dukungan makanajemen berpengaruh terhadap

kinerja individu cv. Cipta mandiri medan ?


4. Apakah efektifitas sistem informasi akuntansi, penggunaan

teknologi, dukungan manajemen berpengaruh terhadap

kinerja individu pada cv. cipta mandiri medan ?


1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui apakah efektivitas sistem informasi, penggunaan teknologi,

dukungan manajemen berpengaruh positif terhadap kinerja individual

pada Cv. Cipta Mandiri Medan.


1.4 Manfaat Penelitian
Sehubungan dengan tujuan penelitian, maka penelitian ini diharapkan

memiliki manfaat bagi:


1.4.1. Bagi Peneliti

4
Bagi peneliti berguna untuk menambah pengetahuan/wawasan dan

referensi mengenai kualitas laporan keuangan agar memperoleh hasil

yang bermanfaat bagi peneliti lainnya di masa akan datang.


1.4.2. Bagi perusahaan

Bagi perusahaan, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi

yang diperlukan manajer atau kepala bagian setingkat manajer perusahaan

memahami pengaruh efektivitas sistem informasi akuntansi, penggunaan

teknologi, dukungan manajemen dan dapat memaksimalkan kinerja

karyawan terutama yang berhubungan langsung dengan teknologi sistem

informasi akuntansi.

1.4.3. Bagi Akademis


Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber bacaan yang bermanfaat

dan dapat di jadikan bahan kajian sebagai sumber informasi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kinerja Individual

Kinerja adalah pencapaian hasil kerja. Sehubungan dengan hal itu maka

upaya untuk mengadakan penilaian terhadap kinerja di suatu organisasi

merupakan hal yang sangat penting. Menurut Mudjiati (2008) kinerja adalah

kinerja sebagai hasil kerja yang dicapai oleh individu yang disesuaikan dengan

peran atau tugas individu tersebut dalam suatu organisasi pada suatu periode

5
tertentu, yang dihubungkan dengan suatu ukuran nilai atau standar tertentu dari

organisasi dimana individu tersebut bekerja. Dodik (2008) mengungkapkan

kinerja adalah pencapaian serangkaian tugas-tugas individu yang telah ditetapkan

organisasi bisnis dengan fasilitas yang dimiliki oleh organisasi bisnis. Menurut

Marisa (2005) Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang

dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai tanggung

jawab yang diberikan kepadanya.

Dari beberapa definisi di atas, peneliti mengambil kesimpulan bahwa

kinerja individual merupakan hasil kerja yang dihasilkan oleh karyawan sesuai

dengan tugas yang dikerjakannya. Kinerja dapat dinilai dari apa yang dilakukan

oleh seorang karyawan dalam kerjanya. Dengan kata lain, kinerja individu adalah

bagaimana seorang pegawai melaksanakan pekerjaannya. Kinerja pegawai yang

meningkatakan turut mempengaruhi atau meningkatkan prestasi organisasi/

perusahaan, sehingga tujuan organisasi yang telat ditentukan dapat tercapai.

Untuk dapat mengevaluasi kinerja pegawai secara objektif, diperlukan

tolak ukur tingkat kinerja. Pengukuran tersebut berarti memberi kesempatan bagi

para karyawan untuk mengetahui tingkat kinerja mereka.

2.1.1. Penilaian Kinerja

Menurut Asmawi Zainul dan Noehi Nasution mengartikan penilaian adalah

suatu proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan informasi yang

diperoleh melalui pengukuran hasil belajar baik yang menggunakan tes maupun

6
nontes. Menurut Djemari Mardapi (1999) penilaian adalah kegiatan menafsirkan

atau mendeskripsikan hasil pengukuran.

Penilaian kinerja adalah suatu proses membandingkan kinerja karyawan

dengan standar yang ditetapkan oleh organisasi. Pengertian penilaian kinerja

menurut Yani M (2012) bahwa penilaian kinerja hanya merupakan salah satu

bagian dari proses manajemen kinerja secara luas.

2.1.2. Hambatan Penilaian Kinerja

Penilaian yang dilakukan dengan baik sesuai dengan fungsinya akan sangat

menguntungkan bagi organisasi, yaitu akan dapat meningkatkan kinerja. Armelia

(2005) mengungkapkan dalam proses melakukan penilaian kinerja yang baik ini

terdapat beberapa hambatan, yaitu :

1. Kesalahan penilai

Proses penilaian tentu saja dilakukan oleh masing-masing manusia yang

tidak pernah luput dari kesalahan-kesalahan, yang dapat diakibatkan karena

keterbatasan manusia. Para ahli mengemukakan beberapa kecenderungan

kesalahan penilaian yang harus diperhatikan, yaitu :

a. Hallo effect, yaitu penyimpangan yang terjadi karena pendapat pribadi/

subjektif penilai mempengaruhi penilaian unjuk kerja/ kinerja. Pendapat

tersebut umunya dipengaruhi oleh ciri-ciri pegawai yang mengesankan

seseorang sangat disukai atau tidak disukai penilai.

7
b. The error of central tendency, yaitu penilai tidak senang memberikan

penilaian jelek atau baik kepada pegawai sehingga cenderung menilai

secara rata-rata.

c. The leniency and strictness biases, yaitu penilai terlalu lunak atau

terlalu keras. Terlalu lunak mengakibatkan penilai cenderung

memberikan nilai terlalu tinggi, dan terlalu keras mengakibatkan penilai

memberikan nilai terlalu rendah sehingga tidak mencerminkan

pelaksanaan kinerja yang sesungguhnya.

d. Personal prejudice, yaitu penilaian didasarkan atau dipengaru oleh

prasangka-prasangka yang tidak baik terhadap suatu kelompok

masyarakat.

e. The recency effect, yaitu penilai mendasarkan penilaiannya pada

perilaku -perilaku kerja yang paling akhir terjadi.

2. Ketidaksiapan Penilai

Penilai mungkin tidak disiapkan untuk melakukan penilaian, ini dapat

mengakibatkan :

a. Penilai kurang percaya diri

b. Keterbatasan pengetahuan mengenai pekerjaan, dan

c. Kurangnya waktu untuk melakukan penilaian

Kurang percaya diri dapat terjadi karena penilai tidak memahami

elemenelemen sistem penilaian. Keterbatasan pengetahuan mengenai pekerjaan

dan juga pegawai yang sedang dinilai, ditambah lagi dengan waktu yang tersedia

8
untuk melakukan penilaian, dapat terjadi karena kesibukan para penilai dalam

pekerjaan sehari-hari.

3. Ketidakefektifan Praktek dan Kebijakan Organisasi, yaitu :

a. Tidak adanya reward penilai,

b. Norms supporting leniency, dan

c. Lack of appropriate accountability

Sesungguhnya penilaian bukanlah pekerjaan yang mudah dimana

pekerjaan tersebut membutuhkan waktu dan tenaga yang cukup banyak, sehingga

dengan tidak adanya ganjaran baik yang bersifat positif maupun negatif (berupa

sanksi atau lainnya), para penilai melakukan penilaian secukupnya berdasarkan

sisa waktu yang dimilikinya.

Norms supporting leniency meliputi kebiasaan yang terjadi, bahwa

penilaian yang jelek terhadap bawahan berarti menunjukkan kelemahan atasan

dalam membina bawahan. Sehingga ada kecenderungan atasan melakukan

penialain yang baik pada bawahan.

Kurangnya rasa tanggung jawab dari atasan terhadap organisasi

mengakibatkan munculnya ketidakpedulian akan unjuk kerja/ kinerja pegawai,

yang akan mengakibatkan penilaian tidak dilakukan dengan baik. Ini muncul

akibat kebijakan-kebijakan yang tidak mendukung.

4. Formulir Penilaian yang Tidak Baik

Metode-metode penilaian biasanya menggunakan formulir penilaian, dan

sering kali formulir penilaian tersebut :

a. Tidak jelas

9
b. Tidak mencakup aspek utama dari kerja, dan

c. Kompleks dan rumit.

2.1.3. Tujuan dan Manfaat Penilaian Kinerja

Mardiasmo (2001) dalam Widiyanto (2008) menjelaskan bahwa tujuan

penilaian kinerja adalah :

a. Untuk mengkomunikasikan strategi secara lebih baik ( top down and

bottom up ).

b. Untuk mengikur kinerja financial dan non financial secara berimbang

sehingga dapat ditelusuri perkembangan pencapain strategi.

c. Untuk mengakomodasikan pemahaman kepentingan manajer level

menengah dan bawah serta memotivasi untuk mencapai gool congruence

d. Sebagai alat untuk mencapai kepuasan berdasarkan pendekatan individual

dan kemampuan kolektif yang rasional.

Mardisamo (2001) dalam widiyanto (2008) juga menjelaskan manfaat dari

pengukuran kinerja yaitu :

a. memberikan pemahaman, ukuran yang digunakan untuk menilai kinerja

b. memberikan arahan untuk mencapai target kinerja yang telah ditetapkan

c. untuk memonitor dan mengevaluasi pencapaian kinerja dan

membandingkandengan target kinerja serta melakukan tindakan kolektif

untuk memperbaiki kinerja.

2.2. Efektivitas Sistem Informasi Akuntansi

2.2.1. Efektivitas

10
Efektivitas merupakan suatu ukuran yang memberikan gambaran seberapa

jauh target dapat tercapai, baik secara kualitas maupun waktu, orientasinya adalah

pada keluaran (output) yang dihasilkan (Yamit,1998). Umumnya efektivitas sering

dihubungkan dengan efisiensi dalam mencapai tujuan perusahaan, tujuan atau

sasaran yang telah tercapai sesuai dengan rencana dapat dikatakan efektif, tetapi

belum tentu efisien. Sedarmayanti (2001) mengatakan bahwa efektivitas

merupakan suatu ukuran yang memberikan gambaran seberapa jauh target dapat

tercapai. Efektivitas adalah pemanfaatan sumber daya, sarana dan prasarana dalam

jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan

sejumlah barang atas jasa kegiatan yang dijalankanya. Efektivitas menunjukan

keberhasilan dari segi tercapai tidaknya sasaran yang telah ditetapkanJika hasil

kegiatan semakin mendekati sasaran, berarti makin tinggi efektivitasnya, begitu

pula sebaliknya (Sondang P. Siagian, 2001). Sistem informasi akuntansi penting

bagi organisasi ataupun perusahaan untuk meningkatkan efisiensi organisasi dan

mendukung daya saing perusahaan dengan menyediakan informasi keuangan dan

akuntansi bagi manajemen (Alsarayreh et al. 2011). Penelitian yang dilakukan

oleh Kristiani (2012) menemukan bahwa efektivitas teknologi sistem informasi

akuntansi berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja individual.

2.2.2. Sistem

Sistem dapat didefinisikan ke dalam dua pendekatan. Pendekatan yang

pertama lebih menekankan pada prosedur dan pendekatan yang kedua lebih

menekankan pada komponen atau elemen dalam sistem. Pendekatan pertama yang

11
lebih menekankan pada prosedur mendefinisikan sistem sebagai suatu jaringan

kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama

untuk melakukan suatu kegiatan atau untuk menyelesaikan suatu sasaran yang

tertentu. Sedangkan pendekatan kedua yang lebih menekankan pada komponen

atau elemennya mendefinisikan sistem sebagai kumpulan dari komponen atau

elemen yang saling berinteraksi dan bekerja sama membentuk satu kesatuan untuk

mencapai suatu tujuan tertentu (Jogiyanto, 1997). Dalam Romney dan Steinbart

(2012), sistem dapat diartikan sebagai kumpulan dua atau lebih komponen yang

saling terkait dan berinteraksi untuk mencapai tujuan. Tiap sistem terdiri dari

subsistem yang lebih kecil yang mendukung sistem yang lebih besar.

2.2.3. Informasi
Informasi adalah kumpulan fakta (data) yang diselenggarakan dalam

beberapa cara sehingga fakta (data) tersebut berarti bagi penerima (Turban,

Rainer, dan Potter, 2001). Informasi dalam sebuah perusahaan merupakan sesuatu

yang sangat penting untuk mendukung kelangsungan perkembangan perusahaan.

Akibat kurang mendapatkan informasi, dalam waktu tertentu perusahaan tersebut

akan mengalami ketidakmampuan mengontrol sumber daya yang pada akhirnya

perusahaan tersebut akan mengalami kekalahan dalam bersaing. Informasi berasal

dari data yang telah diproses menjadi suatu bentuk yang lebih berguna dan lebih

berarti bagi yang menerimanya. Informasi bukan sekedar fakta yang diproses

dalam suatu laporan formal, sebab informasi dari seseorang juga dapat merupakan

data bagi orang lain. Informasi juga dapat digunakan oleh pemakainya untuk

mengambil tindakan penyelesaian konflik, mengurangi ketidapastian, dan

12
pengambilan keputusan. Suatu informasi dapat digunakan untuk pengambilan

keputusan jika kualitas dari suatu informasi itu baik. Kualitas suatu informasi

tergantung dari tiga hal, yaitu informasi harus akurat, tepat waktu, dan relevan.

Akurat berarti informasi harus bebas dari kesalahan-kesalahan dan tidak bias atau

menyesatkan, serta harus jelas mencerminkan maksud dari informasi tersebut.

Informasi harus akurat karena dari sumber informasi sampai ke penerima

informasi kemungkinan banyak terjadi gangguan yang dapat mengubah atau

merusak informasi tersebut. Tepat waktu artinya informasi yang datang pada

penerima tidak boleh terlambat karena informasi yang usang tidak akan

mempunyai nilai lagi. Relevan berarti informasi tersebut mempunyai manfaat

untuk pemakainya. Bermanfaat berarti informasi yang datang sesuai dengan

kebutuhan pemakainya (Jogiyanto, 1997).


2.2.4. Sistem Informasi Akuntansi
Setiap perusahaan menerapkan akuntansi sebagai alat komunikasi bisnis.

Akuntansi merupakan proses pencatatan (recording), pengelompokkan

(classifying), perangkuman (summarizing), dan pelaporan (reporting) dari

kegiatan transaksi perusahaan. Tujuan akhir dari kegiatan akuntansi adalah

penerbitan laporan-laporan keuangan. Laporanlaporan keuangan tersebut

merupakan suatu informasi (Jogiyanto, 1997).


Sistem informasi akuntansi didefinisikan oleh Bodnar dan Hopwood

(2010) sebagai “An Accounting Information System (AIS) is a collection of

resources, such as people and equipment, designed to transform financial and

other data into information” yang artinya, sistem informasi akuntansi adalah

kumpulan sumber daya, seperti orang dan peralatan, yang dirancang untuk

13
mengubah data keuangan dan data lainnya menjadi informasi. Informasi ini

kemudian dikomunikasikan kepada berbagai pengambil keputusan. Sistem

informasi akuntansi melakukan transformasi ini untuk menentukan sistem dasar

mereka manual atau komputerisasi secara menyeluruh. Menurut Mulyadi (2001),

sistem informasi akuntansi adalah organisasi formulir, catatan, dan laporan yang

dikoordinasi sedemikian rupa untuk menyediakan informasi keuangan yang

dibutuhkan oleh manajemen guna memudahkan pengelolaan perusahaan.

Sedangkan sistem informasi akuntansi menurut Romney dan Steinbart (2012)

adalah sistem yang mengumpulkan, merekam, menyimpan, dan memproses data

akuntansi dan data lainnya untuk menghasilkan informasi bagi para pengambil

keputusan.
Sistem informasi akuntansi memiliki enam komponen yang saling terkait

dan berinteraksi untuk mencapai tujuan. Keenam komponen tersebut (Romney

dan Steinbart, 2012) yaitu :


1. Orang yang menggunakan sistem.
2. Prosedur dan instruksi yang digunakan untuk mengumpulkan, memproses,

dan menyimpan data.


3. Data tentang organisasi dan aktivitas bisnis.
4. Software yang digunakan untuk memproses data.
5. Infrastruktur teknologi informasi terdiri dari komputer, peripheral devices,

dan perangkat jaringan komunikasi yang digunakan dalam sistem

informasi akuntansi.
6. Pengendalian internal dan keamanan untuk mengamankan data sistem

informasi akuntansi.
Menurut AICPA (American Institute of Certified Public Accountants)

dalam Romney dan Steinbart (2009), berikut tujuan sistem informasi akuntansi,

yaitu:

14
1. Mengidentifikasi dan mencatat semua transaksi yang valid.
2. Mengklasifikasikan transaksi secara cepat.
3. Mencatat transaksi pada nilai moneter yang tepat.
4. Mencatat transaksi dalam periode akuntansi yang tepat.
5. Menampilkan secara tepat semua transaksi dan pengungkapan yang

berkaitan dalam laporan keuangan.


2.3. Penggunaan teknologi
Kata teknologi berasal dari bahasa Yunani, techne yang berarti ‘keahlian’

dan logia yang berarti ‘pengetahuan’. Dalam pengertian yang sempit, teknologi

mengacu pada obyek benda yang digunakan untuk kemudahan aktivitas manusia,

seperti mesin, perkakas, atau perangkat keras.


Dalam pengertian yang lebih luas, teknologi dapat meliputi: pengertian

sistem, organisasi, juga teknik. Akan tetapi, seiring dengan perkembangan dan

kemajuan zaman, pengertian teknologi menjadi semakin meluas, sehingga saat ini

teknologi merupakan sebuah konsep yang berkaitan dengan jenis penggunaan dan

pengetahuan tentang alat dan keahlian, dan bagaimana ia dapat memberi pengaruh

pada kemampuan manusia untuk mengendalikan dan mengubah sesuatu yang ada

di sekitarnya.
Irwansyah (2003) mengemukakan bahwa penggunaan teknologi dalam

sistem informasi perusahaan hendaknya mempertimbangkan pemakai. Teknologi

sistem informasi akan memberikan manfaat secara maksimal jika penggunaan

dapat pengoprasikan sistem dengan baik. Baridwan (2002) mengugkapkan bahwa

seluru karyawan yang akan terlibat dalam pelaksanaan sistem informasi harus

dilatih agar mereka mengetahui seluk beluk sistem informasi tersebut berjalan

sesuai yang direncanakan. Tidak jarang ditemukan penggunaan teknologi dalam

sistem informasi yang digunakan tidak berfungsi dengan baik.

15
Menurut Nelson dan Aryanto (2008) diterimanya suatu teknologi komputer

tergantung pada teknologi itu sendiri, tingkat skill dan expertise dari individu yang

menggunakannya. Bagi individu pemaksimalan teknologi sistem informasi

tersebut akan dapat tercapai apabila user ataupun individu itu sendiri memiliki

keahlian ataupun kemampuan yang cukup dalam mengoperasikan teknologi

tersebut. Sedangkan bagi perusahaan teknologi sistem informasi tersebut dapat

membantu berjalannya aktivitas operasi perusahaan sehari-hari. Membantu

aktivitas operasi usaha maksudnya disini teknologi sistem informasi tersebut dapat

membantu karyawan dalam menjalankan aktivtas sehingga pekerjaan yang

dilakukan karyawan lebih efektif dan membutuhkan waktu yang lebih pendek

daripada sebelum menggunakan teknologi sistem informasi tersebut.

Menurut Sari (2006) bahwa efektivitas adalah kemudahan pemakai

teknologi sistem informasi dalam mengidentifikasi data, mengakses data dan

menginterpretasikan data yang diperlukannya untuk memenuhi berbagai

kebutuhan tugas atau pekerjaannya. Jumaili (2005) mengemukakan bahwa secara

umum, efektivitas penggunaan atau pengimplementasian teknologi sistem

informasi dalam suatu perusahaan dapat dilihat dari kemudahan pemakai dalam

mengidentifikasi data, mengakses data dan menginterpretasikan data tersebut.

Dari beberapa pendapat ahli tersebut penulis dapat mengambil kesimpulan

efektivitas penggunaan teknologi sistem informasi adalah kemudahan pemakai

dalam penggunaan teknologi yang tepat untuk mengolah data dan keluaranya

(outputnya) sesuai dengan yang dibutuhkan perusahaan baik secara kualitas

maupun waktu.

16
2.4. Dukungan manajemen

Menurut Chatab (2007) istilah dukungan organisasi menunjukan

bagaimana para pekerja diorganisasikan dalam unit-unit formal atau informal

untuk mencapai misi dan sasaran strategis; bagaimana tanggung jawab tugas dan

jabatan, proses kompensasi, manajemen kinerja individu/pegawai, penghargaan,

komunikasi, rekruitmen dan perencanaan sukesi dikelola.

Menurut Robert dan Greene (2009) dukungan adalah suatu pemikiran

terbaik sebagai suatu konstruk multimendisional yang terdiri dari kompenen

fungsional dan struktural .dukungan merajuk pada tindakan yang orang lain

lakukan ketika mereka menyampaikan bantuan.

Menurut Tangkilisan (2007) dukungan manajemen adalah sebarapa jauh

para manajer memberikan komunikasi yang jelas, bantuan, dan dukukungan

terhadap bawahannya dalam melaksanakan tugasnya. Dukungan manajemen

menjadi salah satu bagian yang melekat dari kultur organisasi, dimana dalam

menjalankan tugasnya bawahnnya.

Maka dapat disimpulkan dukungan manajemen adalah tindakan yang

memberikan manfaat baik secara langsung maupun tidak langsung dari

manajemen kepada bawahannya dalam menjalankan tugas.

Menurut Robert dan Greene (2009) ada beberapa jenis dukungan yang

berbeda, seperti:

a) Dukungan emosional: adanya seseorang mendengarkan perasaan anda,

menyenangkan hati anda, atau memberikan dorongan

17
b) Dukungan informal: adanya seseorang mengajarkan anda sesuatu,

memberikan informasi atau nasihat, atau membantu anda membuat

sesuatu keputusan utama.

c) Dukungan konkret: adanya seseorang membantu anda dengan cara yang

kasat mata, meminjamkan anda sesuatu, memberikan anda informasi,

membantu anda melakukan tugas atau mengambilkan pesanan anda.

Menurut Nursalam dan Kurniawati (2007) membedakan 4 jenis atau

dimensi dukungan sosial menjadi:

a) Dukungan Emosional

Mencakup ungkapan empati, kepedulian dan perhatian terhadap orang

yang bersangkutan.

b) Dukungan Penghargaan

Terjadi lewat ungkapan hormat/penghargaan positif untuk orang lain,

dorongan maju atau persetujuan dengan gagasan atau perasaan individu

dan perbandingan positif orang tersebut dengan orang lain.

c) Dukungan Instrumental

Mencakup bantuan langsung, misalnya orang memberi pinjaman uang

kepada orang yang membutuhkan atau menolong dengan memberikan

pekerjaan bagi orang yang tidak memiliki pekerjaan.

d) Dukungan Informatif

Mencakup pemberian nasehat, saran, pengetahuan dan informatif serta

petunjuk.

Menurut Tugiman (1997) sumber dukungan terhadap fungsi pengawasan

18
internal dapat bersifat primer dan sekunder. Sebagian anggota organisasi

mendukung pengawasan internal karena mereka mendapatkan manfaat langsung

darinya. Mereka adalah pendukung primer, sedangkan pendukung sekunder

adalah para pengguna jasa pengawasan inernal dengan tujuan tertentu, tanpa

memperhatikan manfaat bagi pengawasan internal dengan tujuan tertentu, tanpa

memperhatikan manfaat bagi pengawasan internal. Dukungan manajemen

diperlukan dan harus dipertahankan oleh pengawas internal, dan yang harus

diperhatikan oleh pengawas internal adalah menjaga agar seseorang pendukung

tidak berubah menjadi penentang dan mengubah penentang menjadi seorang

pendukung. Dan cara untuk memperoleh dukungan lebih besar dari manajemen

senior adalah dengan mendapatkan dukungan dari tingkatan yang lebih rendah

di perusahaan.

Manajemen diartikan sebagai seni dalam proses perencanaan,

pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian sumber daya untuk mencapai

tujuan/sasaran kinerja. Jadi fungsi manajamen meliputi planning, organizing,

actuating, and controling. Fungsi controling bertujuan untuk mendeteksi potensi

adanya penyimpangan atau kelemahan yang terjadi sebagai umpan balik (feed

back) bagi manajemen dari suatu kegiatan yang dimulai dari tahap perencaan

hingga tahap pelaksanaannya. Manajemen sebagai pihak yang memutuskan dan

menjalankan kebijakan perusahaan. Manajemen harus mempunyai pengendalian

dimana, pengendalian manajemen adalah suatu rangkaian tindakan dan aktifitas

yang terjadi pada seluruh kegiatan organisasi dan berjalan terus-menerus.

Sistem pengendalian manajemen dapat berjalan efektif jika dilaksanakan

19
dengan sunguh-sungguh oleh manusia. Tanggung jawab berjalannya sistem

pengendalian manajemen sangat bergantung pada manajemen. Dengan demikian,

seluruh pegawai dalam organisasi memegang peranan penting dalam

membangun suatu sistem pengendalian manajemen yang efektif. Artinya segala

bentuk dukungan manajemen baik dari karyawan ke manajemen atau pun

sebaliknya merupakan suatu upaya untuk efisiensi dan efektifitas perusahaan

(Sumarsan : 2013).

Kemudian menurut komala (2012) menyatakan dukungan manajemen

menjadi kunci utama yang menentukan sukses atau tidaknya saat berkembang

dan pelaksaan sebuah sistem didalam perusahaan.

2.6. Karangka Konseptual

Kerangka pikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori

berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah

penting. Faktor-faktor tersebut yaitu efektivitas sistem informasi akuntansi,

penggunaan teknologi, dan dukungan manajemen yang dianggap dapat

mempengaruhi kinerja individual.


Penelitian ini menguji pengaruh efektivitas (X1), penggunaan teknologi

(X2), dukungan manajemen (X3) dan kinerja individual (Y1). Berdasarkan teori

yang telah dikemukakan diatas, gambaran menyeluruh penelitian ini yang

menyangkut tentang pengaruh efektivitas sistem informasi akuntansi, penggunaan

teknologi, dukungan manajemen, keterampilan terhadap kinerja individual dapat

disederhanakan dalam kerangka berpikir sebagai berikut :

20
Gambar 2.1
Skema Kerangka Berpikir
Efektifitas Sistem
Informasi akuntansi
(X1)

Penggunaan Teknologi Kinerja Individu


(X2) (Y1)

Dukungan Manajemen
(X3)

2.7. Pengembangan Hipotesis


Hipotesis merupakan suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap

masalah penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Suharismi

Arikunto, 2002).

21
Berdasarkan karangka berfikir diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis

penelitian sabagai berikut:

H1 : Terdapat pengaruh efektivitas sistem informasi akuntansi terhadap

kinerja individual.

H2 : Terdapat pengaruh penggunaan teknologi terhadap kinerja individual.

H3 : Terdapat pengaruh dukungan manajemen terhadap kinerja individual.

H4 : Terdapat pengaruh efektivitas sistem informasi akuntansi, penggunaan

teknologi, dukungan manajemen terhadap kinerja individual.

BAB III
METODE PENELITIAN

22
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini yaitu Penelitian Asosiatif/Hubungan : merupakan

penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variable atau

lebih. Dengan penelitian ini maka akan dapat dibangun suatu teori yang dapat

berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan dan mengontrol suatu gejala.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian


Waktu yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dari penyusunan usulan

penelitian sampai dengan selesai. Tempat penelitian ini dilakukan di CV. Cipta

Mandiri Medan yang berlokasi di Jl. Mahkamah No.29 B, Mesjid, Kec. Medan

Kota, Kota Medan, Sumatera Utara 20213

Tabel 3.1
Rincian Waktu Penelitian
No. Uraian Kegiatan
mr
Sep Okt Nov Des Jan Fe t apr mei

23
Pengumpulan
1.
Data
2. Seminar Proposal
3. Revisi Proposal
Pengumpulan
4.
Data Hasil
Analisis Data dan
5.
Hasil
6. Seminar Hasil
7. Penyiapan Berkas
Sidang Meja
8.
Hijau

3.3. Populasi dan Sampel


3.3.1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek/subjek yang

mempuyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Bersasarkan hal tersebut diatas,

populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan yang bekerja pada cv. cipta

mandiri medan.

3.3.2. Sampel

sampel adalah sekelompok atau beberapa bagian dari suatu populasi.

Pengambilan sampel bertujuan untuk menghemat waktu dan tenaga dalam

menganalisis data, namun demikian pengambilan sampel harus bersifat

24
representative sehingga hasil analisis dapat digeneralisasikan. Teknik yang

digunakan untuk pengambilan sampel adalah metode non probability sampling

yaitu puposive sampling.

Kriteria pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah :

1. Karyawan yang pekerjaan sehari-harinya menggunakan komputer dalam

membantu pekerjaannya, seperti bagian admistrasi/keuangan, kasir,

gudang dan supervisor.

2. Masa kerjanya lebih dari 1 tahun, karena pada masa 1 tahun karyawan

tersebut dianggap telah mampu memahami pengoprasikan sistem

komputerisasi yang disediakan oleh perusahaan. (Shobrie,2009).

3.4. Jenis dan Sumber Data


Data yang diperlukan dalam melakukan penelitian data Kualitatif yaitu

suatu pendekatan yang bersifat objektif, mencakup pengumpulan dan analisis data

kualitatif serta menggunakan metode pengujian statistik, Asep (2003).

Selain itu menggunakan pendekatan survey yang menggunakan kuiesoiner

sebagai alat pengumpulan data. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah data primer antara lain :

1. Data Primer

Data yan digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dimana data

primer adalah data yang diproleh dari responden untuk mengetahui pengaruh

efektifitas sistem informasi akuntansi, penggunaan teknologi, dukungan

manajemen, keterampilan, terhadap kinerja individual. Instrumen yang dipakai

25
dalam mengumpulkan data primer adalah kuiesioner. Indriantoro (2002),

mengungkapkan bahwa kuiesoiner merupakan teknik pengumpulan data yang

memberikan tanggung jawab kepada responden untuk membaca dan menjawab

pertanyaan.

Kuiesoiner didistribusikan langsung kepada responden, dengan

mendatangin tempat kerja responden. Setelah itu, kuiesoiner diberikan langsung

kepada responden, untuk diisi. Jika responden tidak sedang berada ditempat maka

kuiesoiner akan dititipkan kepada pihak yang bertanggung jawab untuk dapat

memberikan kuisoiner kepada responden yang dituju.

3.5. Definisi Operasional Variabel


Untuk menyamakan persepsi berkaitan dengan variabel-variabel yang
digunakan, peneliti perlu untuk mendefinisikan operasionalisasi variabel-variabel
dalam penelitian ini yang secara singkat telah diungkapkan dalam latar belakang dan
tinjauan pustaka. Hal ini dimaksudkan juga untuk mempermudah penentuan
indikator-indikator sekaligus penentuan instrumen pengukuran variabel.
1. Variabel Independen
a. Kinerja Individu

kinerja individual merupakan hasil kerja yang dihasilkan oleh

karyawan sesuai dengan tugas yang dikerjakannya. Kinerja dapat

dinilai dari apa yang dilakukan oleh seorang karyawan dalam

kerjanya. Dengan kata lain, kinerja individu adalah bagaimana

seorang pegawai melaksanakan pekerjaannya.

b. Efektifitas sistem informasi akuntansi

26
Efektivitas merupakan ukuran mengenai seberapa baik pekerjaan

dapat dikerjakan dan sejauh mana seseorang mampu menghasilkan

keluaran sesuai dengan yang diharapkan. Efektivitas sistem

didasarkan pada kontribusinya dalam pembuatan keputusan, kualitas

informasi akuntansi, evaluasi kinerja, pengendalian internal yang

memfasilitasi transaksi perusahaa.

c. Penggunaan teknologi

penggunaan teknologi dalam sistem informasi perusahaan hendaknya

mempertimbangkan pemakai. Teknologi sistem informasi akan

memberikan manfaat secara maksimal jika penggunaan dapat

pengoprasikan sistem dengan baik.

d. Dukungan manajemen

dukungan manajemen adalah sebarapa jauh para manajer

memberikan komunikasi yang jelas, bantuan, dan dukukungan

terhadap bawahannya dalam melaksanakan tugasnya. Dukungan

manajemen menjadi salah satu bagian yang melekat dari kultur

organisasi, dimana dalam menjalankan tugasnya bawahnnya.

3.6. Teknik Pengumpulan Data


Untuk mendapatkan data primer maka peneliti menggunakan angket atau

kuesioner yang diukur dengan menggunakan Skala Likert. Menurut Juliansyah

(2011) Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi

27
seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dengan Skala Likert,

variabel yang diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Semua instrumen

menggunakan Skala Likert, dengan 5 skala nilai yaitu:

Sangat Setuju (SS) = nilai 5

Setuju (S) = nilai 4

Netral (N) = nilai 3

Tidak Setuju (TS) = nilai 2

Sangat Tidak Setuju (STS) = nilai 1

3.7. Teknik analisis data


Penelitian ini menggunakan SPSS versi 20. Sebelum silakukannya analisis

data, dilakukan terlebih dahulu uji instrumen data kuisioner, uji asusmsi klasik, uji

hipotesis lalu tahap berakhir analisis yang bertujuan menghitung besarnya

pengaruh ke empat variabel independen terhadap satu variabel dependen sebagai

berikut :

3.7.1. Uji Kualitas Data

a. Uji validitas

Uji validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat

keandalan atau keabsahan suatu alat ukur. Validitas menunjukkan

seberapa baik suatu instrumen yang dibuat untuk mengukur konsep

tertentu yang ingin diukur (Sekaran, 2006). Alat pengukur yang yang

absah akan mempunyai validitas tinggi dan sebaliknya.

28
Pertanyaan dikatakan valid jika adanya korelasi signifikan dengan

skor totalnya, hal ini menunjukan dukungan pertanyaan tersebut

dalam mengungkap suatu yang ingin diungkap. Untuk mengujinya

menggunakan korelasi Pearson, yaitu dengan mengkorelasikan skor

item dengan skor totalnya. Pengujian signifikan dengan kriteria

menggunakan rtabel pada tingkat signifikan 5%. Jika rhitung > rtabel

maka pertanyaan tersebut adalah valid dan sebaliknya (Priyatno,

2014).

b. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu

pengukuran tanpa bias (bebas kesalahan) dan karena itu menjamin

pengukuran yang konsisten lintas waktu dan lintas beragam item

dalam instrumen (Sekaran, 2006). Maksudnya alat ukur tersebut akan

tetap konsisten jika pengukuran diulang kembali. Dari definisi diatas,

maka dapat disimpulkan bahwa reliabilitas menunjukkan akurasi dan

ketepatan dari pengukurnya. Reliabilitas berhubungan dengan

konsistensi dari pengukur (Priyatno, 2014).

Suatu pengukur dikatakan reliabel (dapat diandalkan) jika dapat

dipercaya, maka hasil dari pengukuran harus akurat dan konsisten.

Dikatakan konsisten jika beberapa pengukuran terhadap subyek yang

sama diperoleh hasil yang tidak berbeda (Jogiyanto, 2011:hal. 120).

Reliabilitas suatu variabel dilihat dari hasil statistik Croanbach Alpha

(a), suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai croanbach

29
alpha > 0,06 (Priyatno, 2014). Menurut Sekaran (2006), reabilitas <

0,6 adalah kurang baik, sedangkan 0,7 dapat diterima dan diatas 0,8

adalah baik.

3.7.2. Uji asumsi klasik

Uji ini dilakukan untuk mengetahui bahwa data yang diolah adalah sah

(tidak terdapat penyimpangan) serta distribusi normal, maka data tersebut akan

diisi melalui uji asumsi klasik, yaitu:

a. Uji normalitas

Menurut Ghozali (2006), Uji normalitas bertujuan untuk menguji

apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual

memiliki distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan F

mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal.

Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid

untuk jumlah sampel kecil.

Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi

normal atau tidak menurut Ghozali (2006) yaitu dengan analisis

grafik maupun uji statistik. Penulis menggunakan grafik dengan

melihat normal probability plot. Disamping uji grafik dianjurkan

dilengkapi dengan uji statistik salah satunya dengan uji statistik

non parametric Kolmogorov-Smirnov (K-S).

Apabila titik- titik telah mendekati garis lurus, maka dapat

dikatakan residual telah mengikuti distribusi normal. Residual

disini adalah variabel yang ikut berpengaruh dalam analisis

30
regresi tapi tidak ikut diteliti (Ghozali, 2006). Penelitian ini

menggunakan uji Kolmogorov Smirnov Test. Apabila nilai

probilitas > 0,05 maka model regresi memenuhi asumsi

normalitas, namun sebaliknya jika nilai probilitas < 0,05 maka

model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

b. Uji multikolinearitas

Menurut (Ghozali, 2006), Uji multikolinearitas bertujuan untuk

menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar

variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya

tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Jika variabel

independen saling berkolerasi, maka variabel-variabel ini tidak

ortogonal.

Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi

antar sesama variabel independen sama dengan nol. Mendeteksi

ada tidaknya multikolinearitas, yaitu dengan menganalisis matriks

korelasi variabel-variabel independen yang dapat dilihat melalui

Variance Inflation Factor (VIF). Nilai VIF yang bias ditoleransi

adalah 10. Apabila VIF variabel-variabel independen < 10, berarti

tidak ada Multikolinearitas.

c. Uji Regreasi Linear Berganda

Dimana :

Y= a+ b1X1+ b2X2+ b3X3+ ei

31
Ket :

Y = Kinerja Individual

a = Konstanta

b1 b2 b3 = Koefisien Regresi

X1 = Efektifitas Sistem Informasi Akuntansi

X2 = Penggunaan Teknologi

X3 = Dukungan Manajemen

ei = Error Item

pengujian ini dilakukan dengan derajat siqnifikan α sebesar 5% atau

α=0.05 dan tingakat keyakinan sebesar 95% atau 0.95. analisis ini digunakan bila

kita ingin meramalkan pengaruh antara variabel bebas (Independen) dan variabel

tidak bebas (Dependen). Sedangkan untuk mengetahui apakah pengaruhnya

negatif atau positif ditentukan oleh koefisien regresi yang dilambangkan huruf b.

jika positif maka pengaruh positif juga .

3.7.3. Analisis Uji Hipotesis

a. Uji F/ Uji Simultan

Uji F adalah uji kelayakan model (goodness of fit) yang dilakukan

dalam analisis regresi linear. Dan untuk membuktikan apakah model

dalam penelitian ini layak untuk digunakan dengan melihat nilai Sig-F

nya. Signifikan ditentukan dengan membandingkan F hitung dengan F

tabel atau melihat signifikan pada output SPSS. Tingkat signifikan atau

α yang digunakan dalam penelitian ini adalah 5% atau 0.05%.

32
b. Uji T / Uji Parsial

Uji T/ uji parsial merupakan seberapa jauh pengaruh suatu variabel

penjelas atau independen secara individual dalam menerangkan suatu

variabel dependen dan digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya

pengaruh masing” variabel independen secara individual terhadap

variabel dependen ( Ghozali, 2013). Variabel independen secara

individual dikatakan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

variabel dependen apabila suatu p value (sig) lebih kecil dari pada

tingkat signifikan (α). Tingkat signifikan yang diterapkan dalam

penelitian ini adalah α = 5%. Hal ini berarti apabila nilai p value (sig)

lebih kecil dari 5% maka variabel independensecara individu

dikatakan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel

dependen (Ghozali, 2013).

c. Koefisisen Determinasi
Untuk mengetahui besarnya determinasi seluruh variabel independen

terhadap variabel dependen dalam bentuk persentase digunakan uji

koefisien determinasi . Nilai koefisien determinasi adalah antara nol

dan satu. Jika nilai mendekati satu (1), maka dapat dikatakan

semakin besar tingkat hubungan linear statistik dalam observasi.

Sedangkan untuk mengetahui berapa besarnya sumbangan masing-

masing variabel bebas terhadap variabel terikat (Y) akan dilakukan

33
dengan melihat pada koefisien korelasi parsial , nilai variabel bebas

yang paling tinggi akan menunjukan tingkat hubungan dan pengaruh yag

dominan terhadap variabel terikat.

34

Anda mungkin juga menyukai