Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN SURVEI IPAL

Ds. Doplang Kec. Doplang Kab. Boyolali


Boyolali, 25 Januari 2015
 Instalasi pengolahan air limbah (IPAL) (wastewater treatment
plant) adalah sebuah struktur yang dirancang untuk membuang
limbah bilogis dan kimiawi dari air sehingga memungkinkan air
tersebut untuk digunakan pada aktivitas yang lain. Fungsi dari IPAL
antara lain mencakup pengolahan air limbah perkotaan, untuk
membuang limbah manusia dan limbah rumah tangga lainnya.
 Air limbah (waste water) adalah kotoran dari masyarakat, rumah
tangga dan juga yang berasal dari industri, air tanah, air permukaan,
serta buangan lainnya (Sugiharto; 1987).
 Limbah berdasarkan titik sumbernya sebagai kombinasi cairan
hasil buangan rumah tangga, instansi perusahaaan, pertokoan dan
industri dengan air tanah, air permukaan dan air hujan (Metcalf dan
Eddy; 2003).
DEFINISI-DEFINISI lanjutan…..
 Sanitation generally refers to the provision of facilities and services for the safe disposal of
human urine and faeces. Inadequate sanitation is a major cause of disease world-wide
and improving sanitation is known to have a significant beneficial impact on health both in
households and across communities. The word 'sanitation' also refers to the maintenance
of hygienic conditions, through services such as garbage collection and

wastewater disposal. http://www.who.int/topics/sanitation/en/


• Sanitasi lingkungan (SL) merupakan kegiatan yang ditujukan untuk meningkatkan dan
mempertahankan standar kondisi lingkungan yang mendasar yang mempengaruhi
kesejahteraan manusia, yang mencakup : 1) pasokan air bersih dan aman; 2) pembuangan
limbah dari hewan, manusia dan industri 3) perlindungan makanan dari kontaminasi biologis

dan kimia; 4) udara yang bersih dan aman 5) rumah yang bersih dan aman.
• SL adalah upaya membuang limbah cair domestik dan sampah untuk menjamin kebersihan
dan lingkungan hidup sehat, baik di tingkat rumah tangga maupun di lingkungan perumahan.
(Buku Referensi Opsi Sistem dan Teknologi Sanitasi, TTPS, 2010)
 Pasal 28 H ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 Hasil Amandemen
(1) Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal,
dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak
memperoleh pelayanan kesehatan.
 Pasal 6 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
Setiap orang berhak mendapatkan lingkungan yang sehat bagi pencapaian
derajat kesehatan.
 Pasal 163 ayat (3) UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
(3) Lingkungan sehat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bebas dari unsur-
unsur yang menimbulkan gangguan kesehatan, antara lain :
a. limbah cair; b. limbah padat; c. limbah gas; d. sampah yang tidak diproses
sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan pemerintah; e. binatang
pembawa penyakit; f. zat kimia yang berbahaya; g. kebisingan yang melebihi
ambang batas; h. radiasi sinar pengion dan non pengion; i. air yang
tercemar; j. udara yang tercemar; dan k. makanan yang terkontaminasi.
 Pasal 67
Setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup
serta mengendalikan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup.
 Pasal 91 Ayat (1)
Masyarakat berhak mengajukan gugatan perwakilan kelompok
untuk kepentingan dirinya sendiri dan/atau untuk kepentingan
masyarakat apabila mengalami kerugian akibat pencemaran
dan/atau kerusakan lingkungan hidup.
 Pasal 100 Ayat (1)
Setiap orang yang melanggar baku mutu air limbah, baku mutu emisi, atau
baku mutu gangguan dipidana, dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga)
tahun dan denda paling banyak Rp 3.000.000.000,- (tiga miliar rupiah).
KONDISI UMUM PERUM BUMI KARANGASRI
1. Masing-masing sudah memiliki kamar mandi dan toilet, aktifitas
MCK menggunakan kamar mandi dalam rumah masing-masing
2. Sudah dalam kondisi open defecation free
3. Sudah ada fasilitas cuci piring dan sebagian wastafle
4. Limbah cuci, dapur, wastafle dan air hujan dibuang melalui
saluran (ada yang menyatu, ada yang terpisah) ke selokan
5. Untuk limbah feses dibuang ke septictank, yang pada waktu
tertentu harus dikuras
6. Lingkungan perumahan sudah tertata rapi dengan jalan dipaving
Rencana pembangunan instalasi pengolahan air limbah (IPAL)
di Perumahan Bumi Karangasri merupakan sarana tambahan
untuk menampung limbah Rumah tangga secara komunal YANG
rencananya AKAN DILAKSANAKAN OLEH Dinas pu dengan HIBAH
DARI PEMERINTAH AUSTRALIA (program saiig).
Survei diikuti oleh perwakilan Warga RT 01, perwakilan Desa
Karangasri dan Dinas PU di Ds. Doplang, Kec. Teras, Kab. Boyolali
KRONOLOGI SURVEI
HARI / TANGGAL URAIAN
Kamis, 15 Jan 2015 Hasil rapat RT memutuskan terkait rencana pelaksanaan program
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) hibah dari Sanitasi/Australia
Indonesia Infrastructure Grants for Sanitation (sAIIG) yang akan
dilaksanakan oleh Pihak Ketiga dan Dinas PU selaku penanggung
jawab, maka perlu dilakukan survei (Minggu, 25 Januari 2015) ke
lokasi yang program IPAL-nya sudah berjalan
Senin, 19 Jan 2015 Perwakilan warga RT 01 (Bapak Suyadi, Bapak Huda dan Bapak
Bambang selaku Ketua RT) menyampaikan usulan survei ke Dinas PU
yang diterima oleh Bapak Joko dan Bapak Arip. Dinas PU akan
mengkonfirmasi lebih lanjut.
Jum’at, 23 Jan 2015  Jam 11.20 WIB : belum ada jawaban dari Dinas PU. Konfirmasi
ulang ke Dinas PU.
 Jam 15.00 WIB : dapat informasi tentang survei yang belum pasti
Sabtu, 24 Jan 2015 Dinas PU “melimpahkan” ke pihak Desa Karangasri untuk agenda
survei ke Boyolali.
Minggu, 25 Jan 2015 Pelaksanaan survei oleh 9 orang (perwakilan Warga RT 01, RT 02,
Desa Karangasri dan Dinas PU).
 Pengajuan rencana survei warga RT 01 ke Dinas PU bukan tanpa maksud, tetapi juga
untuk memastikan komitmen Dinas PU atas rencana pelaksanaan Program IPAL
khususnya pasca pembangunan fasilitas IPAL (maintenance).
metode pengolahan limbah domestik
off site sanitation on site sanitation

Pengolahan terpusat : mengolah limbah dengan Pengolahan setempat : sistem yang mengolah air
meyalurkan melalui sewerage (saluran pengumpul air limbahnya secara individu di dalam site-nya masing-
limbah) lalu masuk ke instalasi pengolahan terpusat masing, misalnya dengan menggunakan septictank

Metode pengolahan limbah yang akan dilaksanakan di Perum. Bumi Karangasri


adalah off site sanitation
Skema dan jaringan IPAL komunal
Sistem IPAL off site

1. sambungan rumah
2. pipa air limbah
3. bak kontrol
4. instalasi pengolahan
Sambungan rumah Pipa air limbah
 Pipa lateral menuju house inlet
 Instalasi pipa lateral dan house inlet
seharusnya tertanam di dalam tanah

 Pipa persil dari rumah-rumah


 Di Boyolali penyambungan pipa di
lahan kosong antara rumah-rumah
Bak kontrol (clean out) IPAL komunal
 Di Boyolali volume IPAL 144m3
dengan dimensi 3 x 16 x 3m, 2m di
atas tanah dan 1m ditanam
 Kapasitas IPAL untuk ± 55 KK

Di Boyolali CO terdiri dari 3 macam :


1 CO untuk limbah kamar mandi dan
dapur, 1 untuk limbah feses dan 1
untuk house inlet
comparison
URAIAN BOYOLALI NGAWI*)
Penanggung jawab Dinas PU dan ESDM Dinas PU
Pelaksana KSM Ngudi Waras melibatkan warga Pihak ketiga
Sosialisasi program Rembug melibatkan seluruh warga Rembug hanya perwakilan
Status Terlaksana (baru berusia ±3 bulan) Belum terlaksana
Lokasi Perkampungan  Perumahan
Di antara antar rumah masih ada  Antar rumah tidak ada lahan
lahan kosong sehingga memudahkan kosong, instalasi dengan
pemasangan instalasi membongkar keramik rumah
Kapasitas ±55 KK dg volume 144m2 (3 x 16 x 3)m ±250 KK
Kontur tanah Miring berundak, agak terjal Miring landai
Saluran  Saluran instalasi baru  Instalasi dari saluran yg sdh ada
 Saluran buang air hujan terpisah  Sebagian saluran buang air
dengan limbah Rumah Tangga (RT) hujan menyatu dg limbah RT
Anggaran DAK, APBD dan swadaya (Rp 365 juta) Hibah sAIIG dg reimburse system
*) : rencana
Papan Nama
House Inlet

House inlet merupakan bak kontrol pertemuan 3 pembuangan limbah RT


yang terdiri dari (dapur, kamar mandi dan WC)
Saluran pipa 3 bak kontrol (CO)

Kontur tanah agak curam sehingga 1 CO untuk limbah kamar mandi/cuci dan dapur, 1 untuk
saluran pipa lateral sewerage nampak WC dan 1 untuk house inlet. Karena kemiringan tanah
agak rendah maka 3 CO nampak.
Kompartemen IPAL Main trunk sewer
Penampang atas kompartemen IPAL
dengan 9 manhole dan volume 144m3

Limbah dr pipa lateral dialirkan ke kompartemen


IPAL melalui pipa main trunk sewerage
Jarak antara kompartemen IPAL dengan rumah
warga hanya ±20 meter menimbulkan bau
Kontur tanah Pipa pembuangan
Perhatikan kontur tanah yg berundak
sehingga pipa persil menjuntai

Effluent pipa pembuangan akhir limbah dari


kompartemen IPAL ke sungai atau media
lain yang sebelumnya sudah melalui proses
anaerobik dan filtrasi.
pembuangan limbah
Limbah cair Gas buang
Sebagaimana limbah cair, gas buang juga
menimbulkan bau.

Jarak IPAL dg rumah terdekat : ± 20m


sehingga menimbulkan bau, diantisipasi
dg menenggelamkan ujung pipa
pembuangan ke dalam air
clean out (bak kontrol)

Bak kontrol atau clean out (CO) memiliki beberapa ukuran dan fungsi, untuk
menghindari kemungkinan kebocoran limbah dan tercampur dengan surface
runoff (air hujan yang mengalir di permukaan tanah), CO diproduksi oleh
pabrikan agar standart kualitas tetap terjaga dan dalam kondisi presisi.
 Aspek Sosial
1. Lingkungan warga merupakan lingkungan perkampungan (bukan komplek
perumahan) dengan taraf perekonomian yang cenderung majemuk (terlihat dari
disparitas kualitas bangunan rumah warga, bahkan terdapat yang kontras).
2. Sebagian warga ada yang belum memiliki fasilitas MCK sendiri sampai dengan
terlaksananya program pembangunan IPAL (selanjutnya disebut Program IPAL).
3. Sosialisasi oleh Pihak terkait dan berwenang melibatkan seluruh warga, sehingga
warga memiliki pengetahuan yang menyeluruh tentang Program IPAL, terlebih
manfaat Program IPAL.
4. Pada tahap realisasi/pelaksanaan pekerjaan warga juga dilibatkan aktif, termasuk
partisipasi warga dalam hal pembiayaan.
5. Pasca pengerjaan, warga terlibat aktif dalam maintenance IPAL

 Aspek Manajerial
1. Penanggung jawab adalah Dinas PU dan ESDM Pemerintah Kabupaten Boyolali.
2. Pelaksana pekerjaan Program IPAL adalah KSM Ngudi Waras.
3. Menerapkan metode management by objective .
4. Sesuai dengan SOP yang telah ditetapkan.
 Aspek Topografi
1. Kontur tanah memiliki kemiringan yang berundak tidak merata dengan
ketinggian diantaranya relatif tinggi atau curam.
2. Dengan derajat kemiringan tanah sebagaimana butir 1 dapat
meminimalisir kemungkinan macetnya aliran limbah dalam pipa.
3. Ketersediaan air yang melimpah (rata-rata di sekitar permukiman
terdapat kolam pemeliharaan ikan dan tempat-tempat pemancingan)
memudahkan pembuangan effluent IPAL yang sudah melalui proses
anaerobik dan filtrasi ke badan air.

 Aspek Pembiayaan
1. Sumber dana pembangunan IPAL terdiri dari DAK (Rp 330 juta), APBD
(Rp 30 juta) dan swadaya (Rp 5 juta).
2. Keterlibatan warga dalam pembiayaan (swadaya in cash sebesar Rp 5
juta) baik pada saat pengerjaan maupun maintenance.
 Aspek Objek Pekerjaan
1. Pemasangan instalasi pipa (baik persil, lateral maupun main trunk sewerage) dari
rumah-rumah relatif lebih mudah karena antar rumah masih ada lahan kosong.
2. Usia IPAL baru ±3 bulan sehingga belum bisa menggambarkan operasionalisasi off
site yang higienis, aman, efektif dan efisien terutama penanganan waste dispose
dari kompartemen IPAL, selain juga belum bisa menggambarkan pekerjaan
maintenance (misal : penanganan bila terjadi permasalahan pada kompartemen
IPAL atau apabila nilai ekonomis objek pekerjaan sudah mengalami depresiasi).
3. Objek pekerjaan baru selesai 1/3 dari total KK yang akan dilayani. Kompartemen
IPAL yang sudah selesai menampung untuk ±55 KK dengan dimensi 3m x 16m x
3m (1m ditanam dalam tanah dan 2m di atas permukaan tanah), volume 144m3.
4. Estetika pekerjaan kurang bagus, karena kontur tanah yang miring berundak agak
tinggi sehingga terdapat sebagian pipa dan CO yang tidak tertanam dalam tanah.
5. Waste dispose (baik cair maupun gas) dari kompartemen IPAL menimbulkan
pencemaran udara (bau), terlebih rumah warga yang hanya berjarak ±20 meter,
sebagai akibat (menurut pihak KSM Ngudi Waras) belum bekerjanya bakteri
pengurai, diantisipasi dengan menutup saluran gas buang dan memasukkan ujung
pipa pembuangan limbah cair ke dalam air.
6. Pada waktu tertentu endapan limbah dalam kompartemen IPAL harus dikuras.
population equivalent
asumsi hitungan
1. 1 unit rumah rata-rata Population equivalent dihitung
dengan penghuni 5 orang a. Per rumah
2. Jumlah KK : 250 KK = 80% x 5 x 150
3. Rata-rata pemakaian air = 600 liter/rumah/hari
150 liter/orang/hari b. Untuk 250 rumah
4. Persentase air limbah = 80% x 5 x 250 x 150
adalah 80% = 150.000 liter/hari
Kriteria daerah yang dapat diusulkan untuk
dilayani dengan IPAL Komunal (off site) adalah :
1. Perkampungan dengan kepadatan tinggi;
2. Sebagian besar penduduk memiliki sambungan
air bersih dari PDAM atau sumur pompa yang
terjamin kontinuitasnya;
3. Lokasi tidak dilewati oleh kendaraan berat; dan
4. Memiliki kemiringan tanah sebesar >1%.
Sumber : Pedoman Pengelolaan Program Hibah Australia – Indonesia Untuk Pengembangan
Sanitasi Direktorat Jenderal Cipta Karya dan Kemen. PU dan Australian Aid.
KOMPONEN URAIAN
Sambungan Terdiri dari pipa persil dan bak kontrol (Inspection chamber) atau
Rumah Clean Out . Diameter minimal 75 mm dengan kemiringan pipa 2%.
Pipa Servis Pipa saluran yang menerima limbah dari pipa persil, kemudian
menyalurkannya ke pipa lateral. Diameter minimal 100 mm dengan
kemiringan pipa 0,5 - 1%.
Pipa Lateral Pipa saluran yang menerima aliran dari pipa servis untuk dialirkan ke
IPAL. Diameter pipa induk 100 mm sampai 200 mm, dengan
kemiringan pipa sebesar 0,5 - 1%.
Bak Kontrol Merupakan perlengkap sistem penyaluran limbah yang berfungsi
untuk memeriksa, memperbaiki, dan membersihkan jaringan pipa
dari kotoran yang mengendap dan benda-benda yang tersangkut
selama pengaliran, serta untuk mempertemukan beberapa cabang
saluran dari pipa servis dan lateral.
IPAL bangunan yang berfungsi mengolah air limbah yang dialirkan
melalui sistem perpipaan
Sumber : Pedoman Pengelolaan Program Hibah Australia – Indonesia Untuk Pengembangan
Sanitasi Direktorat Jenderal Cipta Karya dan Kemen. PU dan Australian Aid.
1. Sosialisasi menyeluruh kepada seluruh warga;
2. Meminta akta otentik kepada Dinas PU atau pihak yang berwenang :
a. Penanggung jawab program IPAL
b. Penanggung jawab pemeliharaan program IPAL;
3. Melibatkan warga dalam pelaksanaan pembangunan IPAL;
4. Transparansi anggaran untuk menjamin kualitas pekerjaan IPAL;
5. Mengalihkan kompartemen IPAL yang jauh dari perumahan dengan
menambah panjang pipa pembuangan limbah cair dan menenggelamkan
ujung pipa di bak kontrol berisi air, serta menambah panjang pipa
pembuangan gas buang;
6. Memastikan pelaksanaan pekerjaan IPAL sesuai dengan peraturan
Perundang-undangan dan peraturan pelaksanannya, SNI dan Pedoman
Pengelolaan Program Hibah Australia – Indonesia Untuk Pengembangan
Sanitasi Direktorat Jenderal Cipta Karya dan Kemen. PU dan Australian Aid.
7. Warga akan menggunakan hak hukumnya sebagaimana ketentuan Pasal 91
ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Penelolaan Lingkungan Hidup apabila terjadi pencemaran lingkungan
akibat pembangunan Program IPAL.
8. Persyaratan (1 s/d 6) ini harus dipenuhi sebelum pembangunan IPAL.
1. Belum pernah dilakukan sosialisasi secara menyeluruh kepada
semua warga tentang rencana pembangunan IPAL.
2. Menganggap program IPAL tidak memberikan manfaat bagi
warga, atau bahkan justru akan menimbulkan dampak negatif
bagi warga dan lingkungan.
3. Merusak lingkungan yang sudah tertata dengan baik.
4. Tidak terdapat program lanjutan.
5. Rentan terjadi pencemaran lingkungan apabila terdapat
kerusakan instalasi atau kompartemen IPAL sehingga warga
mengalami kerugian immateriil maupun materiil sebagai
akibat nilai ekonomis properti menjadi turun.
6. Tidak ada pihak yang bertanggung jawab atas maintenance
IPAL dari pihak yang seharusnya bertanggung jawab
Laporan hasil survei proyek IPAL
1. Proyek IPAL di Boyolali yang telah kami survey pada tgl 25 Januari 2015 berada di
wilayah pemukiman penduduk non perumahan sehingga di antara satu rumah
dengan rumah lainnya masih terdapat lahan kosong yang dapat dimanfaatkan
sebagai tempat/penanaman saluran pipa sekunder dan bak control ke-2 yang
berada di saluran/pipa induk tepi jalan, sehingga dalam pemasangannya tidak perlu
membongkar/menggali lantai yg berada di dalam rumah. Lain halnya dengan
perumahan kita yg mana sudah tidak ada tanah sedikitpun diantara rumah satu
dengan rumah yg lainnya sehingga penempatan saluran pipa sekunder harus di
dalam rumah masing-masing yg sudah barang tentu membongkar/menggali lantai
rumah induk.
2. Karena sesuai aturan bahwa posisi bak control pertama harus lebih tinggi dari bak
control ke-2 yg berada di saluran/pipa induk maka ada beberapa instalasi pipa
maupun bak control pertama yg terpasang di atas permukaan tanah sehingga
dipandang dari segi estetika maupun segi keamanan kurang terjamin. Bak control
pertama yg tidak tertanam atau berada di atas permukaan tanah sangat rawan
terhadap kebocoran yg dibuktikan dengan bau menyengat serta kerumunan lalat di
atas tutup bak control tersebut. Konstruksi ini kalau di perumahan kita terdapat di
lokasi Blok B3.
3. Salah satu persyaratan untuk menjaga kelancaran dan keamanan daripada instalasi
IPAL tersebut adalah tidak boleh ada air dari luar yg masuk ke dalam bak control
maupun saluran induk IPAL karena ini akan berpengaruh terhadap kapasitas/daya
tampung pipa saluran maupun septictank. Hal tersebut sangat bertentangan dengan
kondisi di perumahan kita karena – masih banyak terdapat air hujan yg masuk ke
halaman belakang/tempat jemuran yg selanjutnya mengalir ke selokan melalui saluran
pipa pembuangan air kotor dari kamar mandi dan dapur – di perumahan kita terdapat
tambahan debit air yg sangat besar dari luar perumahan yg mengalir melewati jalan
sehingga memungkinkan akan menenggelamkan bak control ke-2 yg berada di saluran
pipa induk karena permukaan tutupnya rata dengan jalan.
4. Lokasi penempatan septictank berjarak sekitar 20 meter dari rumah penduduk
terdekat sehingga dampak dari penguapan septictank tersebut masih terasa
menyengat.
5. Posisi septictank tidak tertanam di dalam tanah secara menyeluruh (1 meter di bawah
permukaan tanah sedangkan yg 2 meter di atas permukaan tanah). Hal ini sangat
rentan terhadap panas dan hujan.
6. Proyek IPAL di Boyolali baru berusia lebih kurang 4 bulan, dengan jangka waktu yg
relative masih baru sudah menimbulkan dampak negative terhadap lingkungan.
Catatan : perlu adanya sosialisasi secara menyeluruh kepada warga perumahan yg mana
tidak bisa hanya diwakili oleh beberapa orang saja mengingat segala sesuatu resiko yg
timbul atas proyek IPAL tersebut akan dirasakan oleh semua warga terutama warga RT 01
yg terdekat dengan letak septictank.

Anda mungkin juga menyukai