Oleh : Kelompok 3
Afi Rizqi Nim.1817051037
Kadek Dwi Dianasari Nim.1817051140
I Made Gelgel Satria Negara Nim. 1817051200
Kelas : 3D
Sebagai contoh, perusahaan yang berproduksi massa adalah semen. Proses produksi
semen menghasilkan satu macam produk berupa semen Portland yang diukur dengan
satuan zak yang berat standarnya 50kg. Produk yang dihasilkan dari bulan ke bulan
adalah sama. Perencanaan produksi setiap awal bulan yang berlaku untuk bulan tertentu.
Perbedaan Metode Harga Pokok Proses dengan Metode Harga Pokok Pesanan
Untuk memahami karakteristik metode harga pokok proses, berikut ini disajikan
perbedaan metode harga pokok proses dengan metode harga pokok pesanan. Perbedaan
diantara dua metode pengumpulan biaya produksi tersebut terletak pada :
4. Menentukan harga pokok pembelian produk jadi dan produk dalam proses yang
disajikan dalam neraca
Berdasarkan catatan biaya produksi tiap periode tesebut manajemen dapat
menentukan biaya produksi yang melekat pada produk jadi yang belum laku dijual
pada tanggal neraca. Di samping itu, berdasarkan catatan tersebut, manajemen
dapat pula menentukan biaya produksi yang melekat pada produk yng pada
tanggal neraca masih dalam proses pengerjaan. Biya produksi yang melekat pada
produk jadi yang belum laku dijual pada tanggal neraca disajikan dalam neraca
sebagai harga pokok persediaan produk dalam proses.
1.3 Metode Harga Pokok Proses Tanpa Memperhitungkan Persediaan Produk dalam
Proses Awal
Untuk memberikan gambaran awal penggunaan metode harga pokok proses dalam
pengumpulan biaya produksi, berikut ini disajikan contoh penggunaan metode harga
pokok proses yang belum mempertimbangkan dampak adanya persediaan produk dalam
proses awal yaitu sebgai berikut :
a. Metode harga pokok proses yang diterapkan dalam perusahaan yang produknya
diolah hanya melalui satu departemen produksi
b. Metode harga pokok proses yang diterapkan dalam perusahaan yang produknya
diolah melalui lebih dari satu departemen produksi
c. Pengaruh terjadinya produk yang hilang dalam proses terhadap perhitungan harga
pokok produksi per satuan, dengan anggapan produk hilang dalam proses dan
produk hilang pada akhir proses
1.4 Metode Harga Pokok Proses-Produk Diolah Melalui Satu Departemen Produksi
Untuk dapat mengerti perhitungan harga pokok dalam metode harga pokok proses, berikut ini
contohnya.
Perhitungan biaya produksi perkilogram produk yang diproduksi dalam bulan Januari Tahun
X dilakukan dengan membagi tiap unsur biaya produksi ( biaya bahan baku, biaya bahan
penolong, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik).
Setelah biaya produksi dihitung per satuannya, berikutnya adalah perhitungan harga pokok
produk jadi dan persediaan produk dalam proses
Rp 4.875.000
Rp39.875.000
PT Risa
Data produksi
Total per kg
Biaya bahan baku Rp 5.000.000 Rp 2.000
Perhitungan biaya:
Rp 4.875.000
5. Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang:
6. Jurnal untuk mencatat harga pokok persediaan produk dalam proses yang belum
selesai diolah pada akhir bulan Januari X
1.5 Metode Harga Pokok Proses- Produk Diolah Melalui Lebih dari Satu Departemen
Produksi
Jika Produk diolah melalui lebih dari satu departemen produksi, perhitungan biaya produksi
yang dihasilkan oleh departemen produksi yang pertama sama dengan yang telah dibahas
dalam contoh 1 tadi. Perhitungan biaya produksi per satuan produk yang dihasilkan oleh
departemen setelah departemen pertama adalah perhitungan yang bersifat komulatif. Karena
produk yang dihasilkan oleh departemen sesudah departemen pertama merupakan produk jadi
dari departemen sebelumnya, membawa biaya produksi dari departemen produksi
sebelumnya, maka harga pokok produk yang dihasilkan oleh departemen setelah departemen
pertama:
Berikut contoh biaya produksi per satuan, jika produk diolah melalui dua departemen
produksi, dapat dilakukan dengan contoh ini. PT PT Eliona Sari memiliki 2 departemen
produksi, departemen A dan department B untuk menghasilkan produknya. Data produksi
dan biaya kedua departemen dalam bulan Januari tahun X disajikan berikut.
Departemen A Departemen B
Setelah menghitung biaya produksi per satuan, harga pokok produk selesai yang ditransfer
oleh departemenm A ke departemen B dan harga pokok persediaan produk dalam proses di
departemen A pada akhir bulan Januari Tahun X dapat dihitung sebagai berikut:
30.000 x 15 Rp450.000
23.000
PT Eliona Sari
Laporan Biaya Produksi Departemen A
Bulan Januari X
Data Produksi
Perhitungan Biaya
30.000 kg x Rp 15 Rp450.000
Rp 23.000
4. Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi yang ditransfer oleh dep. A ke dep. B
5. Jurnal untuk mencatat harga pokok persediaan produk dalam proses yang belum
selesai diolah dalam dep. A pada akhir bulan januari X
Berdasarkan contoh di atas, 30.000 kg produk yang telah diterima oleh departemen B dari
departemen, telah membawa total biaya produksi dari departemen A sebesar Rp450.000, atau
Rp15 per kilogram. Untuk mengolah produk yang diterima dari departemen A tersebut,
departemen B mengeluarkan biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik dalam bulan
Januari X berturut-turut sebesar Rp270.000 dan Rp405.000. dan 30.000 kg produk yang
diolah departemen B tersebut dapat dihasilkan produk jadi yang ditransfer ke gudang
sebanyak 24.000 kg dan persediaan produk dalam proses pada akhir bulan sebanyak 6.000 kg
dengan tingkat penyelesaian 50% untuk biaya konensi. Biaya konvensi yang terdiri dari biaya
tenaga kerja dan biaya overhead pabrik, yang ditambahkan oleh departemen B dalam buan
Januari X untuk memproses 30.000 kg yang diterima dari departemen A sebesar Rp155.000
tersebut, dapat menghasilkan 24.000 kg produk jadi dan 6.000 kg persediaan produk dalam
proses yang penyelesaian biaya konversinya sebesar 50%. Hal ini berarti bahwa biaay
konvensi tersebut telah digunakan untuk menyelesaikan produk selesai sebanyak 24.000 kg
dan 3.000 kg (6.000 x 50%) persediaan produk dalam proses. Dengan demikian unit
ekuivalensi biaya konversi adalah 27.000 kg, yang dihitung sebagai berikut: 24.000 + (6.000
x 50%) = 27.000 kg.
Berikut Perhitungan harga pokok produk jadi dan produk dalam proses departemen B.
PT Eliona Sari
Bulan Januari X
Data Produksi
Total Per kg
Perhitungan biaya
Rp165.000
4. Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi yang ditransfer oleh dep B ke gudang
5. Jurnal untuk mencatat harga pokok persediaan produk dalam proses yang belum
selesai diolah dalam dep. B pada akhir bulan Januari X
1.6 Pengaruh Terjadinya Produk yang Hilang Dalam Proses Terhadap Perhitungan
Harga Pokok Produk Per Satuan
Di dalam proses produksi, tidak semua produk yang diolah dapat menjadi produk
yang baik yang memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan. Jika bahan baku yang diolah
selama periode tertentu berjumlah 1.000 liter, yang banyaknya dinyatakan dalam unit
ekuivalensi sebanyak 500 satuan produk jadi, maka belum tentu hasil produksi dalam periode
tersebut dapat mencapai jumlah 500 satuan produksi menunjukkan bahwa produk selesai
dalam periode tersebut berjumlah 300 satuan, dan persediaan produk dalam proses pada akhir
periode berjumlah 100 satuan (unit ekuivalensi), maka berarti di dalam proses produksi
selama periode tersebut telah terjadi produk yang hilang dalam proses sebanyak 100 satuan.
Ditinjau dari saat terjadinya, produk dapat hilang pada awal proses, sepanjang proses,
atau pada akhir proses Untuk kepentingan perhitungan harga pokok produksi per satuan,
produk yang hilang sepanjang proses hanus dapat ditentukan pada tingkat penyelesaian
berapa produk yang hilang tersebut terjadi. Atau untuk menyederhanakan perhitungan harga
pokok produksi per saluan, produk yang bilangsepanang proses ipen sebagai produk yang
hilang pada awal atar sklur poses
Dalam contoh 3 disaphkan penganih adays prodik yang hilang pada awal proses
techadap pethitungan harga pokok produk produksi persatuan. Dalam contoh 4 akan
diuraikan pengaruh terjadinya produk yarg hilang pada akhir proses terhadap perthitungan
harga pokok produksi per satuan.
Pengaruh Terjadinya Produk yang Hilang pada Awal Proses terhadap Perhitungan
Harga Pokok Produk per Satuan
Produk yang hilang pada awal proses dianggap belum ikut menyerap biaya produksi
yang dikeluarkan dalam departemen yang bersangkutan sehingga tidak diikutsertakan dalam
perhitungan-perhitungin unit ekuivalensi produk yang dihasilkan dalam departemen tersebut.
Dalam departemen produksi pertama, produk yang hilang pada awal proses
mempunyai akibat menaikkan harga pokok produksi per satuan. Dalam departemen setelah
departemen produksi pertama, produk yang hilang pada awal proses mempunyai dua akibat:
(1) menaikkan harga pokok produksi per satuan produk yang diterima dan departemen
produksi sebelumnya dan (2)menaikkan harga pokok produksi per satuan yang ditambahkan
dalam departemen produksi setelah departemen produksi yang pertama tersebut
Contob 3
. .
Departemen A Departemen B
sebagai berikut:
Biaya bahan baku & penolong 100 % biaya konversi 40% 200kg
. .
Menurut catatan bagian akuntansi, biaya produksi yang telah dikeluarkan selama
bulan Januari disajikan dalam biaya Produki dan Departemen A dan Depanemen B Bulan
Januari
. .
Departemen A Departemen B
1.7 Pengaruh Terjadinya Produk yang Hilang Pada Akhir Proses Terhadap
Perhitungan Harga Pokok Produksi Per Satuan
Produk yang hilang pada akhir proses sudab ikut menyerap biaya produksi yang
dikeluarkan dalam departemen yang bersangkutan, sehingga harus diperhitungkan dalam
penentuan unit ekuivalensi produk yang dihasilkan oleh departemen tersebut. Baik di dalam
departemen produksi petama maupun departemen departemen produkoi setelah departemen
produksi pertama, harga pokok produk yang hilang pada akhir proses harus dihitung, dan
harga pokok ini diperlakukan sebagai tarmbahan harga pokok produk selesai yang ditransfer
ke departemen produksi berikutnya atau ke gudang. Hal ini akan mengakibatkan harga pokok
per satuan produk selesai yang ditransfer ke departemen berikutnya atau ke gudang menjadi
lebih tinggi
Contoh 4
Untuk menggambarkan pengaruh terjadinya produk yang hilang pada akhir proses
terhadap perhitungan harga pokok per satuan, akan digunalan data yang disiapkan dalam
contoh 3, Untuk itu disajikan kembali data contoh 3 berikut ini dengan penambahan pada
keterangan mengenai produk yang hilang, yang dalam contoh 3 terjadi pada awal proses,
pada contoh 4 diubah menjadi pada akhir proses. PT Elona Sari memiliki dua departemen
produksi untuk menghasilkan produknya departemen A dan departemen B. Data produksi dan
biaya produksi kedua departemen tersebut untuk bulan Januari.
. .
Departemen A Departemen B
sebagai berikut :
Biaya bahan baku & penolong 100% biaya konversi 40% 200 kg -
. .
Karena produk yang hilang terjadi pada akhir proses, maka produk tersebut sudah ikut
menyerap biaya produksi yang dikeluarkan oleh departemen A dalam bulan Januari. Oleh
karena itu produk yang hilatg tersebut dikutsertakan dalam perhitung unit ekuivalensi produk
yang dihasilkan oleh departemen A. Akibatnya biaya produk per kg produk yang dihasilkan
oleh departemen A menjadi lebih rendah.
Produk yang Hilang pada Akhir Proses di Departemen Produksi setelah Departemen
Produksi Pertama
Tidak seperti halnya dengan produk yang hilang pada awal proses di departemen
produksi kedua dan seterusnya, produk yang hilang pada akhir proses yang terjadi di
departemen setelah departemen produksi pertama hanya berakibat terhadap harga pokok per
satuan produk yang ditransfer ke departemen berikutnya atau ke gudang. Karena produk yang
hilang pada akhir proses ikut menyerap biaya yang dikeluarkan dalam departernen yang
bersangkutan, maka jumlah produk yang hilang tersebut harus diperhitungkan dalam unit
ekuivalensi biaya produksi yang bersangkutan. Produk yang hilang pada akhir proses tidak
mempengaruhi harga pokok produksi per satuan produk yang diterima di departemen
produksi sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Mulyadi. 2015. Akuntansi Biaya. Edisi kelima. Yogyakarta : Sekolah Tinggi Manajemen
YKPN.