Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Burung puyuh merupakan salah satu jenis burung yang tidak dapat terbang, memiliki

ukuran tubuh yang relatif kecil, dan juga memiliki kaki yang pendek. Burung puyuh pertama kali

diternakan di Amerika Serikat pada tahun 1870, sedangkan di Indonesia burung puyuh mulai

dikenal dan diternakan sekitar tahun 1979 (Menegristek, 2008).

Burung puyuh dapat dijadikan salah satu usaha ternak yang mudah untuk dibudidayakan

dan dapat meningkatkan pendapatan. Keunggulan yang dimiliki oleh burung puyuh yaitu produksi

telur yang tinggi, kandang pemeliharaan tidak memerlukan tempat yang luas, kotoran tidak terlalu

bau, dan masa pemeliharaan yang singkat (Listiyowati dan Roospitasari, 2007). Keunggulan lain

yang didapat dari berternak burung puyuh adalah tidak memerlukan areal yang luas dan modal

yang cukup besar, sehingga peternak pemula tidak membutuhkan modal yang besar untuk memulai

usaha. Usaha perternakan burung puyuh memiliki prospek yang baik dilihat dari permintaan pasar

terhadap hasil produk seperti telur dan daging. Kemampuan adaptasi yang bagus menjadikan

burung puyuh dapat di temukan diseluruh bagian dunia, sebagian besar hidup secara liar, sebagian

kecil di lakukan usaha budidaya (Nugroho & Mayun, 1981).

Pengembangan usaha peternakan burung puyuh yang maju dan dapat bersaing dengan

negara lain membutuhkan bibit yang memadai ditinjau dari kualitas maupun kuantitas.

Teknolologi yang mampu mempercepat upaya peningkatkan kualitas dan kuantitas ini antara lain

melaui inseminasi buatan. Dalam menunjang perkembangan teknologi ini diperlukan ketersediaan

semen burung puyuh yang berkualitas dan ketersediannya secara berkesinambungan.


Berbagai metode penelitian dapat digunakan dalam meningkatkan kualitas burung puyuh

dalam usaha peternakan, sampai saat ini penelitian yang menyangkut semen burung puyuh masih

jarang ditemui. Burung puyuh jantan yang memiliki sperma dengan karakteristik baik di harap

menghasilkan bibit yang berkualitas. Karakteristik meliputi pemeriksaan makroskopik dan

mikroskopik, sehingga kualitas bibit burung puyuh dapat diseleksi.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimanakah karakteristik semen burung puyuh secara makroskopik dan mikroskopik.

Pemeriksaan makroskopik meliputi volume, warna, pH dan konsistensi (tingkat kekentalan) dan

pemeriksaan mikroskopik meliputi konsentrasi spermatozoa, morfologi, abnormalitas, jumlah

spermatozoa hidup dan motilitas spermatozoa, sehingga dapat diseleksi untuk mendapatkan bibit

burung puyuh yang berkualitas.

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik semen burung puyuh secara

makroskopik dan mikroskopik. Pemeriksaan makroskopik meliputi volume, warna, pH dan

konsistensi dan pemeriksaan mikroskopik meliputi konsentrasi spermatozoa, morfologi,

abnormalitas, jumlah spermatozoa hidup dan motilitas spermatozoa sehingga dapat diseleksi

semen yang baik untuk mendapatkan bibit burung puyuh yang berkualitas.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini diharapkan dapat menunjang pelaksanaan teknologi inseminasi

buatan pada burung puyuh.


1.5 Kerangka Konsep

Masalah utama yang dihadapi oleh peternak dalam pengembangan usaha ternak burung

puyuh yaitu tidak tersedianya bibit burung puyuh secara komersial seperti ternak ayam ras. Pada

umumnya peternak melakukan pembibitan sendiri melalui penetasan telur burung puyuh yang

dihasilkan atau membeli kepada peternak lain. Pembibitan yang dilakukan biasanya dengan

metode seadanya tanpa suatu program peningkatan mutu puyuh sehingga didapatkan burung

puyuh yang tidak terjamin kualitasnya. Pembibitan semacam ini berjalan terus-menerus tanpa

adanya pemakaian bibit dari luar daerah untuk mengimbangi mutu genetiknya dari bibit burung

puyuh yang dihasilkan. (Desia, 2008).

Burung puyuh ( Coturnix – Coturnix Japonica ) yang ada di Indonesia sampai saat ini

merupakan bibit peninggalan Jepang yang belum mendapat perubahan mutu, sehingga diperlukan

perbaikan genetik melalui inseminasi buatan. Sebelum melakukan inseminasi buatan perlu

memahami karakteristik semen burung puyuh itu sendiri yang sampai sekarang belum ada laporan

yang pasti, dengan demikian untuk mendapat bibit burung puyuh yang berkualitas perlu diadakan

seleksi semen burung puyuh atau mendatangkan semen burung yang berkualitas.

Anda mungkin juga menyukai