Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hal penting dalam sejarah penyelenggaraan negara republik Indonesia,


dimana pembagian kekuasaan tak hanya dilaksanakan secara horizontal, namun
juga secara vertical, semenjak keluarnya Instruksi Presiden No. 3 tahun 2003
tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan E-government yang
berbunyi dalam lampiran I, motivasi kebijakan E-government, dengan tuntutan
perubahan Indonesia pada saat ini tengah mengalami perubahan kehidupan
berbangsa dan bernegara secara fundamental menuju ke sistem kepemerintahan
yang demokratis transparan serta meletakkan supremasi hukum. Perubahan yang
tengah dialami tersebut memberikan peluang bagi penataan berbagai segi
kehidupan berbangsa dan bernegara, dimana kepentingan rakyat dapat kembali
diletakkan pada posisi sentral. Namun setiap perubahan kehidupan berbangsa dan
bernegara selalu disertai oleh berbagai bentuk ketidakpastian. Dengan demikian
pemerintah harus mengupayakan kelancaran komunikasi dengan lembaga-
lembaga tinggi negara, pemerintah daerah serta mendorong partisipasi masyarakat
luas, agar ketidakpastian tersebut tidak mengakibatkan perselisihan paham dan
ketegangan yang meluas, serta berpotensi menimbulkan permasalahan baru.
Pemerintah juga harus lebih terbuka terhadap derasnya aliran ekspresi aspirasi
rakyat dan mampu menanggapi secara cepat dan efektif.

Dewasa ini, perkembangan teknologi internet baik di pusat maupun di


daerah maju dengan pesat. Ini merupakan salah satu tuntutan kemajuan zaman
yang menuntut setiap orang mulai dari yang kecil hingga tua harus menguasai
teknologi digital ini. Tidak hanya sebatas itu saja, teknologi internet seakan-akan

1
sudah dianggap sebagai kebutuhan primer oleh kalangan elit ataupun masyarakat
akademis.
Dengan mengacu pada kemajuan teknologi tersebut dan dalam rangka
meningkatkan keefektivan dan keefisiensian pelayanan public, pemerintah
Indonesia tidak hanya melihat dan menikmati saja kemajuan teknologi digital
yang hadir, pemerintah Indonesia juga berupaya menggunakan teknologi
informasi dan telekomunikasi dalam meningkatkan kualitas pelayan public yang
dikenal dengan E-government.
E-government adalah penggunaan teknologi informasi dan
telekomunikasi untuk administrasi pemerintahan yang efisien dan efektif, serta
memberikan pelayanan yang transparan dan memuaskan kepada masyarakat. E-
government dapat kita golongkan dalam empat tingkatan. Tingkat pertama adalah
pemerintah mempublikasikan informasi melalui website. Tingkat kedua adalah
interaksi antara masyarakat dan kantor pemerintahan melaui e-mail. Tingkat
ketigaadalah masyarakat pengguna dapat melakukan transaksi dengan kantor
pemerintahan secara timbal balik. Level terakhir adalah integrasi di seluruh kantor
pemerintahan, di mana masyarakat dapat melakukan transaksi dengan seluruh
kantor pemerintahan yang telah mempunyai pemakaian data base bersama.
Kehadiran E-government di tengah-tengah masyarakat telah
memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam melakukan transaksi ataupun
mendapatkan pelayanan secara online dari pemerintah sendiri. E- government
telah memberikan perubahan cara berpikir masyarakat yang awalnya masih
tradisional menjadi modern. Kehadiran E-government ini telah membantu
masyarakat yang serba sibuk dengan pekerjaannya. Misalnya mereka yang
biasanya antri dalam mendapatkan pelayanan dari pemerintah serta butuh waktu
yang sangat lama dan bisa dibilang buang-buang waktu, sekarang hanya dengan
mengakses komputer, laptop, tablet PC yang tersambung dengan internet, mereka
telah mendapatkan pelayanan dari pemerintah sesuai dengan pelayanan apa yang
mereka butuhkan.

2
Disisi lain, dengan adanya E-government, pelayan yang didapatkan
masyarakat baik kalangan atas, menengah, ataupun menengah kebawah dirasakan
sangat adil, karena mereka diperlakukan sama tanpa memilih orang. Namun,
tentunnya hal ini hanya dapat dilakukan oleh orang-orang yang melek akan
teknologi informasi ini. Tidak hanya hal positif yang dapat diberikan dari
kehadiran E-government ini. Disaat positif suatu teknologi ada, maka negatif dari
teknologi juga akan mengiringinya dari belakang. Untuk diketahui saja, dampak
negatif dari teknologi ini tidak kecil, bahkan dapat mengakibatkan kehancuran
suatu negara.
Dengan mengacu pada Inpres No. 3 tahun 2003 serta beberapa latar
belakang yang penulis sampaikan diatas, maka penulis menulis makalah yang
berjudul ”Penerapan E-government dalam Pemerintahan Indonesia”.

1.2 Identifikasi Masalah


Bertitik-tolak dari latar belakang yang penulis sampaikan diatas, maka
penulis mengidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:
1. Penerapan E-government yang dilakukan pemerintah dinilai masih setengah-
setengah.
2. Masih banyak masyarakat yang belum mengerti dengan pemanfaatan E-
government.
3. Kurangnya SDM yang berkualitas dari aparatur negara itu sendiri dalam
pengoperasian aplikasi E-government
4. Rendahnya animo masyarakat dalam penggunaan E-government karena
dianggap sarat akan tindak kriminalitas data.

1.3 Rumusan Masalah


Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1. Bagaimana penerapan E-government di Indonesia?
2. Apa yang menjadi tujuan dan manfaat penerapan E-government?
3. Apa saja kendala atau penghalang yang dialami dalam penerapan E-
government?
4. Bagaimana pemecahan masalah yang dialami tersebut?

1.4 Tujuan Penulisan


Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah:

3
1. Mengetahui pelaksanaan E-government di indonesia
2. Menjelasakan tujuan dan manfaat penerapan E-government
3. Mencari indikator-indikator permasalahan yang terjadi dalam penerapan E-
government
4. Menentukan solusi dari indikator masalah tersebut.

1.5 Manfaat Penulisan


1. Manfaat Teoritis
Yaitu memberikan sumbangan terhadap ilmu pengetahuan, khususnya Ilmu
Administrasi Negara.
2. Manfaat Praktis
Memberikan sumbangan pemikiran untuk pemerintah untuk menyelesaikan
permasalahan dalam penerapan E-government.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Penerapan E-government di Indonesia

Pertama-tama yang harus dilihat adalah bagaimana sistem pemerintahan


berjalan sebelum penerapan E-government, karena untuk menjalankan E-
government diperlukan suatu sistem informasi yang baik, teratur dan sinergi dari
masing-masing lembaga pemerintahan, sehingga dari kesemuanya itu bisa
didapatkan suatu sistem informasi yang terjalin dengan baik. Karena dengan
sistem informasi yang demikian akan memudahkan pemerintah dalam
menjalankan fungisnya ke masyarakat. Sedangkan untuk mewujudkan sistem

4
informasi yang baik, teratur dan sinergi antara lembaga pemerintahan, maka
sistem informasi dari masing-masing lembaga pemerintahan harus memenuhi
suatu standar sistem informasi, dimana standar ini meliputi persyaratan minimal
untuk faktor-faktor dari sistem informasi tersebut. Dalam pengertian sistem
informasi secara umum, maka unsur-unsur yang terkandung didalamnya adalah
manusia,teknologi,prosedurdan organisasi. Untuk memenuhi konsep sistem
informasi yang baik maka dari masing-masing unsur tersebut harus memiliki
standar yang harus dipatuhi dan dijalankan, sehingga sistem informasi dari satu
lembagapemerintah ke lembaga pemerintah lainnya dapat terhubung, dan
informasi yang dihasilkan dari sistem informasi tersebut bisa dipergunakan untuk
keperluan pemerintah dalam menjalankan fungsinya baik kedalam maupun keluar.
Kemudian dalam konteks E-government, maka kita akan berbicara
mengenai sistem informasi yang berbasiskan komputer, karena untuk
mewujudkan E-government tidak ada jalan lain bahwa yang harus dilakukan
pertama-tama adalah mengotomatisasi semua unsur yang terdapat dalam sistem
informasi dan untuk memperlancar otomatisasi tersebut maka dipergunakanlah
teknologi ICT yang dapat mendukung yaitu komputer. Sistem informasi yang
berbasiskan komputer menggunakan komponen-komponen berikut ini seperti
data, prosedur, manusia, software dan hardware. Tetapi sebelum menjalankan
sistem informasi yang berbasiskan komputer, sebelumnya yang harus dibenahi
adalah sistem informasi yang bukan berbasiskan komputer, karena otomatisasi
tidak akan mempunyai pengaruh yang signifikan apabila sistem informasi yang
bukan berbasiskan komputernya belum bagus. Dengan demikian tidaklah heran
apabila negara yang dapat menjalankan E-government hanyalah negara-negara
maju (dalam konteks E-government seutuhnya, bukan semata-mata situs
informasi dari pemerintah). Karena untuk membereskan sistem informasi dalam
satu lembaga pemerintah saja sudah sangat sulit apalagi harus tercapainya
sinergi dari sistem informai dari lembaga-lembaga pemerintahan, karena hal ini
berkaitan erat dengan faktor budaya, politik dan ekonomi suatu negara.

5
Permasalahan yang ada dalam bidang teknologi informasi di Indonesia,
seperti yang dinyatakan oleh Bambang Bintoro Soedjito, Deputi Bidang Produksi,
Perdagangan dan Prasarana BAPPENAS, dalam makalahnya yang berjudul
"Kerangka Kerja dan Strategi Pengembangan Teknologi Informasi Nasional (N-IT
Framework), yaitu :
1. Efisiensi dan produktivitas dalam pembelanjaan TI
2. Kurang jelasnya tujuan investasi TI
3. Kurangnya koordinasi proyek TI, sehingga sistem yang tumpang tindih
dan tingkat integrasi yang rendah
4. Hambatan dalam pengelolaan administrasi TI
5. Munculnya digital divide antara negara maju dan berkembang serta antar
daerah di Indonesia.

Pada saat sekarang ini, indonesia telah mulai melaksanakan penerapan


E-government. Instruksi Presiden No 3 tahun 2003 tentang kebijakan dan strategi
nasional pengembangan E-government tidak bisa dipungkiri adalah angin bagus
bagi penerapan teknologi komunikasi dan informasi di pemerintahan. Tidak hanya
di indonesia, di beberapa negara maju maupun yang sedang berkembang
melaksanakan pengembangan E-gov sesuai dengan karakteristik negara masing-
masing.Jarang ditemukan negara-negara tersebut melaksanakan tahapan yang
sama. Penelitian Parayno di Philipina dan Kang menunjukkan bahwa ada negara
yang mendahulukan perdagangan (custom) dan e-procurement, ada negara yang
memprioritaskan pelayanan pendidikan, ada yang mendahulukan sektor
kesehatan, dan ada pula yang mengutamakan kerjasama regional.
Sebelumnya pada tahun 2003, di era Presiden Megawati Soekarno Putri,
Pemerintah mengeluarkan suatu kebijakan yang lebih fokus terhadap pelaksanaan
E-gov, melalui Instruksi Presiden yaitu Inpres Nomor 3 tahun 2003. Inpres ini
berisi tentang Strategi Pengembangan E-gov yang juga sudah dilengkapi dengan
berbagai Panduan tentang E-gov seperti: Panduan Pembangunan Infrastruktur

6
Portal Pemerintah; Panduan Manajemen Sistem Dokumen Elektronik Pemerintah;
Pedoman tentang Penyelenggaraan Situs Web Pemda; dan lain-lain. Demikian
pula berbagai panduan telah dihasilkan oleh Depkominfo pada tahun 2004 yang
pada dasarnya telah menjadi acuan bagi penyelenggaraan E-gov di pusat dan
daerah. Dalam Inpres ini, Presiden dengan tegas memerintahkan kepada seluruh
Menteri, Gubernur, Walikota dan Bupati untuk membangun E-government dengan
berkoordinasi dengan Menteri Komunikasi & Informasi.
Di lihat dari pelaksanaan aplikasi E-gov setelah keluarnya Inpres ini
maka dapat dikatakan bahwa perkembangan pelaksanaan implementasi E-gov
masih jauh dari harapan. Data dari Depkominfo (2005) menunjukkan bahwa
hingga akhir tahun 2005 lalu Indonesia baru memiliki:
1. 564 domain go.id
2. 295 website pemerintah pusat dan pemda
3. 226 website telah mulai memberikan layanan publik melalui website
4. 198 website pemda masih dikelola secara aktif.

Beberapa pemerintah daerah memperlihatkan kemajuan cukup berarti.


Bahkan Pemkot Surabaya sudah mulai memanfaatkan E-gov untuk proses
pengadaan barang dan jasa (e-procurement). Beberapa pemda lain juga
berprestasi baik dalam pelaksanaan E-gov seperti: Pemprov DKI Jakarta,
Pemprov DI Yogyakarta, Pemprov Jawa Timur, Pemprov Sulawesi Utara, Pemkot
Yogyakarta, Pemkot Bogor, Pemkot Tarakan, Pemkab Kebumen, Pemkab. Kutai
Timur, Pemkab. Kutai Kartanegara, Pemkab Bantul, Pemkab Malang.
Sementara itu dari sisi infrastruktur, layanan telepon tetap masih di
bawah 8 juta satuan sambungan dan jumlah warung telekomunikasi (Wartel) dan
warung Internet (Warnet) yang terus menurun karena tidak sehatnya persaingan
bisnis. Telepon seluler menurut data Depkominfo tersebut telah mencapai 24 juta
ss. Meski kepadatan telepon tetap di beberapa kota besar bisa mencapai 11%-
25%, kepadatan telepon di beberapa wilayah yang relatif tertinggal baru mencapai
0,2%. Jangkauan pelayanan telekomunikasi dalam bentuk akses telepon baru

7
mencapai 65% desa dari total sekitar 67.800 desa yang ada di seluruh tanah air.
Jumlah telepon umum yang tersedia hingga saat ini masih jauh dari target 3% dari
total sambungan seperti ditargetkan dalam penyusunan Program Pembangunan
Jangka Panjang II dahulu.
Sementara itu jumlah pelanggan dan pengguna Internet masih tergolong
rendah jika dibandingkan dengan total penduduk Indonesia. Hingga akhir 2004
berbagai data yang dikompilasi Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia (APJII)
memberikan jumlah pelanggan Internet masih pada kisaran 1,9 juta, sementara
pengguna baru berjumlah 9 juta orang. Rendahnya penetrasi Internet ini jelas
bukan suatu kondisi yang baik untuk mengurangi lebarnya kesenjangan digital
(digital divide) yang telah disepakati pemerintah Indonesia dalam berbagai
pertemuan Internasional untuk dikurangi.
Pada dasarnya, E-goverment dalam menyediakan pelayanan melalui
internet yaitu penyediaan berupa informasi:
1. Interaksi satu arah, berupa fasilitas men-download formulir yang dibutuhkan.
2. Interaksi dua arah berupa pemrosesan / pengumpulan formulir secara online

3. Transaksi yang berarti pelayanan elektronik penuh berupa pengambilan


keputusan dan delivery (pembayaran).

Menurut Wescott, dari berbagai langkah dan strategi yang dilaksanakan


oleh negara-negara tersebut, secara umum tahapan pelaksanaan E-government
yang biasanya dipilih adalah :

1. Membangun sistem e-mail dan jaringan


2. Meningkatkan kemampuan organisasi dan publik dalam mengakses informasi
3. Menciptakan komunikasi dua arah antar pemerintah dan masyarakat;
4. Memulai pertukaran value antar pemerintah dan masyarakat; dan
5. Menyiapkan portal yang informatif.Membangun sistem e-mail dan jaringan
biasanya dapat dimulai dengan menginstalasi suatu aplikasi untuk mendukung
fungsi administrasi dasar seperti sistem penggajian dan data kepegawaian.

8
Meningkatkan kemampuan organisasi dan publik dalam mengakses
informasi bisa dimulai dengan pengaturan work flow yang meliputi file,
image,dokumen dan lain-lain dari satu works station keworkstation lainnya
dengan menggunakan managemen bisnis untuk melaksanakan proses pengkajian,
otorisasi data entry, data editing, dan mekanisme pendelegasian dan pelaksanaan
tugas.

Sementara itu menciptakan komunikasi dua arah bisa dilaksanakan


dengan menginformasikan satu atau lebih email address, nomor telepon dan
facsimile pada website untuk meningkatkan minat dan kesempatan masyarakat
dalam menggunakan pelayanan dan memberikan umpan balik. Pertukaran value
antar pemerintah dan masyarakat memangharus dimulai secepatnya karena
telematika sangat mendukung pelaksanaan pembangunan dan prosesinteraksi
bisnis secara lebih flexible dan nyaman dimana dimungkinkan terjadinya proses
pertukaran value atau tata nilai dan informasi dengan pihak pemerintah.
Pertukaran value yang dimaksud bukan hanya tata nilai dan budaya, tapi juga
secara nyata memulai terjadinya transaksi elektronis, seperti transfer dana antar
rekening bank melalui ATM dan Internet sebagai bagian proses pelayanan publik.

Menyiapkan sebuah portal sebagai ujung tombak pelaksanaan E-gov


diperlukan untuk mengintegrasikan informasi dan jenis pelayanan dari berbagai
organisasi pemerintah sehingga dapat membantu masyarakat dan stake holder
lainnya dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Portal ini sebisa mungkin
haruslah dapat membimbing segenap lapisan masyarakat untuk memenuhi
kebutuhan mereka dalam menjelajah dunia informasi baik ditingkat Pusat,
Provinsi ataupun Kabupaten / Kota.Portal yang baik biasanya menambahkan link
kepada website lainnya dalam menyempurnakan pelayanan kepada masyarakat,
menyediakan box untuk keluhan dan umpan balik, dan tentu saja juga di update
secara berkala.Beberapa konsep E-gov di berbagai negara telah memasukkan
tahapan demokrasi digital yang memungkinkan partisipasi masyarakat serta

9
sistem penghitungan suara dilaksanakan melalui perangkat telematika seperti
pemilihan wakil rakyat, pemilihan gubernur dan presiden. Pemanfaatan E-gov
untuk demokrasi membutuhkan waktu dan proses sosialisasi yang cukup lama
untuk meyakinkan penduduk memberikan suaranya melalui sebuah mesin.
Pelaksanaannya di beberapa negara maju sekalipun termasuk di Amerika Serikat
sendiri,banyak mengalami hambatan dan kegagalan. Majalah Time Annual (2001)
mempelesetkan semboyan negara bagian Florida setelah ricuhnya proses
penghitungan komputer hasil pemilihan suara untuk menentukan presiden
Amerika Serikat tahun 2000 yang lalu dengan, “Welcome to Flori-duh, land of
changing chads, butterfly ballots and undervotes!”. Meski demokrasi digital
belum terlalu mendesak untuk dilaksanakan, langkah-langkah persiapan sudah
selayaknya pula di ambil dengan mempertimbangkan tingkat pemanfaatan
telematika yang sudah cukup tinggi pada proses proses PEMILU dan pemilihan
Presiden dan Wakil Presiden tahun 2004 dan 2009 lalu.

2.2 Tujuan dan Manfaat Penerapan E-government di Indonesia


Konsep E-government diterapkan dengan tujuan bahwa hubungan
pemerintah baik dengan masyarakatnya maupun dengan pelaku bisnis dapat
berlangsung secara efisien, efektif dan ekonomis. Hal ini diperlukan mengingat
dinamisnya gerak masyarakat pada saat ini, sehingga pemerintah harus dapat
menyesuaikan fungsinya dalam negara, agar masyarakat dapat menikmati haknya
dan menjalankan kewajibannya dengan nyaman dan aman, yang kesemuanya itu
dapat dicapai dengan pembenahan sistem dari pemerintahan itu sendiri, dan E-
government adalah salah satu caranya.
Selain itu tujuan penerapan E-government adalah untuk mencapai suatu
tata pemerintahan yang baik (good governance). Pengertian dari tata
pemerintahan yang baik (good governance) menurut UNDP (United Nation
Development Programme) seperti yang dinyatakan dalam Dokumen Kebijakan

10
UNDP yang diterbitkan pada bulan Januari 1997 dengan judul "TataPemerintahan
Menunjang Pembangunan Manusia Berkelanjutan", adalah :
”penggunaan wewenang ekonomi, politik dan administrasi guna mengelola
urusan-urusan negara pada semua tingkat. Tata pemerintahan menyangkut
seluruh mekanisme, proses, dan lembaga-lembaga di mana warga dan
kelompok-kelompok masyarakat mengutarakan kepentingan mereka,
menggunakan hak hukum, memenuhi kewajiban dan menjembatani
perbedaan-perbedaan di antara mereka”

Dalam dokumen yang sama dinyatakan bahwa tata pemerintahan yang


baik memiliki beberapa unsur yaitu :

1. Partisipasi, semua pria dan wanita mempunyai suara dalam pengambilan


keputusan, baik secara langsung maupun melalui lembaga-lembaga
perwakilan sah yang mewakikli kepentingan mereka. Partisipasi menyeluruh
tersebut dibangun berdasarkan kebebasan berkumpul dan mengungkapkan
pendapat, serta kapasitas untuk berpartisipasi secara konstruktif.
2. Supremasi hukum, kerangka hukum harus adil dan diberlakukan tanpa
pandang bulu, terutama hukum-hukum yang menyangkut hak asasi manusia.
3. Transparansi, transparansi dibangun atas dasar arus informasi yang bebas.
Seluruh proses pemerintahan, lembaga-lembaga
4. Cepat tanggap, lembaga-lembaga dan seluruh proses pemerintahan harus
berusaha melayani semua pihak yang berkepentingan.
5. Membangun konsensus, tata pemerintahan yang baik menjembatani
kepentingan-kepentingan yang berbeda demi terbangunnya suatu konsensus
menyeluruh dalam hal apa yang terbaik bagi kelompok-kelompok masyarakat,
dan bila mungkin, konsensus dalam hal kebijakan-kebijakan dan prosedur-
prosedur.
6. Kesetaraan, semua pria dan wanita mempunyai kesempatan memperbaiki
atau mempertahankan kesejahteraan mereka.

11
7. efektif dan efisien, proses-proses pemerintahan dan lembaga-lembaga
membuahkan hasil sesuai kebutuhan warga masyarakat dan dengan
menggunakan sumber-sumber daya yang ada seoptimal mungkin.
8. Bertanggung jawab, para pengambil keputusan di pemerintahan, sector
swasta dan organisasi-organisasi masyarakat bertanggung jawab baik kepada
masyarakat maupun kepada lembaga-lembaga yang berkepentingan. Bentuk
pertanggungjawaban tersebut berbeda satu dengan yang lainnya tergantung
dari jenis organisasi yang bersangkutan dan dari apakah bagi organisasi itu
keputusan tersebut bersifat ke dalam atau keluar
9. Visi strategis, para pemimpin dan masyarakat memiliki perspektif yang
luas dan jauh ke depan atas tata pemerintahan yang baik dan pembangunan
manusia, serta kepekaan akan apa saja yang dibutuhkan untuk mewujudkan
perkembangan tersebut. Selain itu mereka juga harus memiliki pemahaman
atas kompleksitas kesejarahan, budaya dan social yang menjadi dasar bagi
perspektif tersebut.
Governance ini tidak semata-mata menjadi monopoli tugas
negara, namun juga menjadi kewajiban bagi sektor swasta, dan semua
komponen civil society. Karena posisi yang sama penting dari semua aktor
dakam civil society tersebut, good governance harus ditandai dengan
proses sinergi di antara mereka. Dalam hal ini, karakter good governance
terutama mencakup:
1. Participatory dan sustanainable (berkelanjutan)
2. Legitimate, acceptable, dan transparan bagi masyarakat,
3. Meningkatkan equity, dan equality, mengembangkan sumberdaya dan metode
governance
4. Meningkatkan keseimbangan, serta mentoleransi dan menerima perspektif
yang bermacam- macam,
5. Mampu memobilisasi sumber daya untuk tujuan ± tujuan sosial,
6. Memperkuat mekanisme ± mekanisme asli (indigenous),
7. Beroperasi berdasarkan aturan hukum, serta efektif dan efisien dalam
penggunaan sumber daya,

12
8. Melahirkan dan memerintahkan respect, trust, dan accountable,
9. Mampu mendefinisikan dan mengambil keputusan,
10. Enabling dan fasilitatif sebagai regulator daripada kontrol,
11. Dapat mengatasi isu ± isu temporer dan berorientasi pelayanan.

Sementara itu, Sekretariat Pengembangan Public Good


Governance Bappenas menyatakan setidaknya ada empat belas
karakteristik dalam wacana good governance:

1. Berwawasan ke depan (visi strategis);


2. Terbuka (transparan);
3. Cepat tanggap (responsif);
4. Bertanggung jawab/bertanggung gugat (akuntabel);
5. Profesional dan kompeten;
6. Efisien dan efektif;
7. Desentralistis;
8. Demokratis;
9. Mendorong partisipasi masyarakat;
10. Mendorong kemitraan dengan swasta dan masyarakat
11. Menjunjung supremasi hukum;
12. Berkomitmen pada pengurangan kesenjangan;
13. Berkomitmen pada tuntutan pasar;
14. Berkomitmen pada lingkungan hidup,

Disisi lain, yang menjadi tujuan utama dari penerapan E-


government adalah
1. Meningkatkan proses/ kinerja internal pemerintah/sector public diantaranya :
a. Efisiensi anggaran : meningkatkan rasio input-output dengan memotong
biaya/ anggaran (efisiensi).
b. Meningkatkan kemampuan proses manajemen, perencanaan, monitoring/
pengawasan dan pengendalian kemampuan sumber daya yang dimiliki
(SDM, uang dan lainnya).
c. Membuat relasi yang strategis didalam pemerintahan : menghubungkan
antara pemerintah pusat (lembaga tinggi dan tertinggi
negara) dengan pemerintah daerah dan lembaga lembaga negara lainnya
(departemen dan non departemen).

13
d. Menciptakan keberdayaan : kemampuan memberdayakan sumber daya
yang ada (pemerintah dan non pemerintah) menuju good governnance.
2. Menghubungkan dan melayani warga masyarakat/ stakeholder.
Aspek ini berkaitan dengan relasi antara pemerintah dengan masyarakat, dimana
pemerintah/ sektor publik mendapatkan legitimasinya, juga berkaitan dengan
warga / stakeholder sebagai pelanggan (yang mengkonsumsi pelayanan
publik). Hal-hal yang harus dilakukan oleh pemerintah terkait dengan aspek
ini :
a. Berbicara (memberi penjelasan) kepada masyarakat.
Pemerintah harus menjelaskan kinerja internal mereka sektor publik) secara
detail kepada stakeholdernya, ini sangat berkaitan erat dengan
akuntabilitas kinerja intansi pemerintah sebagai pelayan publik yang harus
dapat mempertanggungjawabkan segala keputusan dan tindakan yang
telah atau akan diambil.
b. Mendengarkan dan menyerap aspirasi masyarakat.
Meningkatkan masukan dari masyarakat terhadap kinerja pemerintah di dalam
mengambil keputusan dan kebijakan. Atau dengan kata lain meningkatkan
partisipasi masyarakat di era demokratisasi yang tengah bergulir dewasa
ini.
3. Membangun interaksi eksternal.

Aspek ini berkaitan erat dengan relasi antara pemerintah/ sektor publik
dengan lemabaga-lembaga lain yaitu : bisnis, lembaga nirlaba dan komunitas-
komunitas yang terbentuk didalam masyarakat / LSM. Termasuk didalamnya :
a. Bekerjasama secara lebih baik dengan sektor bisnis.
Meningkatkan interaksi antara pemerintah dan sektor bisnis, dimana
pemerintah menentukan aturan-aturan yang kondusif untuk pekembangan
dunia usaha dan juga pemerintah menyederhanakan rantai birokrasi
sehingga sektor bisnis dapat meningkatkan kualitas, kenyamanan dan
menekan biayanya /cost.

b. Mengembangkan komunitas.

14
Pemerintah harus bisa berperan untuk membangun kemampuan / enabler
sosial ekonomi dari berbagai kelompok/ komunitas yang ada.
c. Membangun Kemitraan.
Pemerintah hendaknya menjadi fasilitator dan sekaligus mitra dari berbagai
stakeholder dalam mencapai kemajuan sosial dan ekonomi.
4. Mengurangi secara signifikan total biaya administrasi, relasi, dan interaksi
yang dikeluarkan pemerintah maupun stakeholdernya untuk keperluan
aktivitas sehari-hari.
5. Informasi, komunikasi dan transaksi antara masyarakat dan pemerintah
dilakukan via internet.

6. Dapat meningkatkan pendapatan daerah dan membuat pemerintah daerah


lebih transparan.

7. Akses ke informasi pemerintah terbuka sangat lebar (transparansi), yang


berarti adanya peningkatan hubungan antara pemerintah, pelaku bisnis, dan
masyarakat umum.

8. Dapat mengurangi korupsi dengan cara meningkatkan transparansi dan


akuntabilitas lembaga publik.

9. Kecepatan pelayanan, yang berarti juga penghematan yang sangat besar, baik
dalam waktu maupun energi atau sumber daya.

10. Mendorong terjadinya reformasi dalam penyelenggaraan pemerintahan di


mana transparansi kebijakan dan pelaksanaan otonomi daerah akan makin
mudah dikelola dan diawasi.

11. Memenuhi tuntutan masyarakat akan kebutuhan informasi mengenai kegiatan


kepemerintahan.

12. Menciptakan customer online dan bukan in-line.

15
13. Memperluas partisipasi publik dimana masyarakat dimungkinkan untuk
terlibat aktif dalam pengambilan keputusan/kebijakan oleh pemerintah.

14. Memperbaiki produktifitas dan efisiensi birokrasi serta meningkatkan


pertumbuhan ekonomi.

15. Hubungan pemerintah baik dengan masyarakatnya maupun dengan pelaku


bisnis dapat berlangsung secara efisien, efektif dan ekonomis.

16. Mencapai suatu tata pemerintahan yang baik (good governance).

Adapun manfaat E-goverment


1. Pelayanan servis yang lebih baik kepada masyarakat. Informasi dapat
disediakan 24 jam sehari, 7 hari dalam seminggu, tanpa harus menunggu
dibukanya kantor. Informasi dapat dicari dari kantor, rumah, tanpa harus
secara fisik datang ke kantor pemerintahan.
2. Peningkatan hubungan antara pemerintah, pelaku bisnis, dan masyarakat
umum. Adanya keterbukaan (transparansi) maka diharapkan hubungan antara
berbagai pihak menjadi lebih baik. Keterbukaan ini menghilangkan saling
curiga dan kekesalan dari kesemua pihak.

Pemberdayaan masyarakat melalui informasi yang mudah diperoleh.


Dengan adanya informasi yang mencukupi, masyarakat akan belajar untuk dapat:
1. Menentukan pilihannya. Sebagai contoh, data-data tentang sekolahan (jumlah
kelas, daya tampung murid, passing grade, dan sebagainya) dapat ditampilkan
secara online dan digunakan oleh orang tua untuk memilihkan sekolah yang
pas untuk anaknya.
2. Pelaksanaan pemerintahan yang lebih efisien. Sebagai contoh, koordinasi
pemerintahan dapat dilakukan melalui email atau bahkan video conferencing.
Bagi Indonesia yang luas areanya sangat besar, hal ini sangat membantu.
Tanya jawab, koordinasi, diskusi antara pimpinan daerah dapat dilakukan

16
tanpa kesemuanya harus berada pada lokasi fisik yang sama. Tidak lagi semua
harus terbang ke Jakarta untuk pertemuan yang hanya berlangsung satu atau
dua jam.
2.3 Masalah Penerapan E-government
Banyak terjadi masalah dalam penerapan E-government ini, baik itu
skala kecil hingga skala besar. Kebanyakan dari permasalahan yang terjadi
sifatnya internal dan eksternal,diantaranya:
1. Kultur berbagi belum ada. Kultur berbagi (sharring) informasi dan
mempermudah urusan belum merasuk di Indonesia. Bahkan ada pameo yang
mengatakan: “Apabila bisa dipersulit mengapa dipermudah?”. Banyak oknum
yang menggunakan kesempatan dengan mepersulit mendapatkan informasi
ini.
2. Kultur mendokumentasi belum lazim. Salah satu kesulitan besar yang kita
hadapi adalah kurangnya kebiasaan mendokumentasikan (apa saja). Padahal
kemampuan mendokumentasi ini menjadi bagian dari ISO 9000 dan juga
menjadi bagian dari standar software engineering.
3. Langkanya SDM yang handal. Teknologi informasi merupakan sebuah bidang
yang baru. Pemerintah umumnya jarang yang memiliki SDM yang handal di
bidang teknologi informasi. SDM yang handal ini biasanya ada di lingkungan
bisnis / industri
Kekurangan SDM ini menjadi salah satu penghambat implementasi dari E-
government. Sayang sekali kekurangan kemampuan pemerintah ini sering
dimanfaatkan oleh oknum bisnis dengan menjual solusi yang salah dan mahal.

4. Infrastruktur yang belum memadai dan mahal. Infrastruktur telekomunikasi


Indonesia memang masih belum tersebar secara merata. Di berbagai daerah di
Indonesia masih belum tersedia saluran telepon, atau bahkan aliran listrik.
Kalaupun semua fasilitas ada, harganya masih relatif mahal. Pemerintah juga
belum menyiapkan pendanaan (budget) untuk keperluan ini.

17
5. Tempat akses yang terbatas. Sejalan dengan poin di atas, tempat akses
informasi jumlahnya juga masih terbatas. Di beberapa tempat di luar negeri,
pemerintah dan masyarakat bergotong royong untuk menciptakan access point
yang terjangkau, misalnya di perpustakaan umum (public library). Di
Indonesia hal ini dapat dilakukan di kantor pos, kantor pemerintahan, dan
tempat-tempat umum lainnya.
6. Aspek Keamanan Data

Secara teori ada beberapa aspek keamanan, yaitu:

a. Confidentiality (kerahasiaaan) & privacy

b. Integrity (integritas)

c. Availability (ketersediaan)

7. Integritas Data
Aspek integrity (integritas) terkait dengan keutuhan data. Aspek ini menjamin
bahwa data tidak boleh diubah (tampered, altered, modifed) tanpa ijin dari
yang berhak. Acaman terhadap aspek integritas dilakukan dengan melalui
penerobosan akses, pemalsuan (spoofing), virus yang mengubah atau
menghapus data, dan man in the middle attack (yaitu penyerangan dengan
memasukkan diri di tengah-tengah pengiriman data).
8. Kerahasiaan Data
Confidentiality & privacy terkait dengan kerahasiaan data atau informasi. Pada
sistem E-government kerahasiaan data-data pribadi (privacy) sangat penting.
Hal ini kurang mendapat perhatian di sistem E-government yang sudah ada.
9. Ketersediaan Data
Suatu sistem E-government menjadi tidak manfaat manakala dia tidak tersedia
ketika dibutuhkan. Hal ini lebih penting lagi ketika kita sudah mengandalkan
sistem E-government.
Ketidak-tersediaan data dapat terjadi karena serangan yang dilakukan oleh
manusia (dengan serangan yang disebut Denial of Service – DoS attack), atau

18
dapat terjadi karena bencana alam. Berita dari Denver Post (Amerika) berikut
merupakan sebuah contoh terhentinya layanan SIM karena sistem mereka
terkena serangan virus.
10. Non-Repudiation
11. Tidak ada dorongan internal : adanya keengganan dari pihak pemerintah untuk
mengimplementasikan E-government (atau tidak mengerti tentang eGov?)
12. Tidak punya visi dan strategi : tidak mampu membuat visi jangka panjang.
13. Manajemen proyek yang buruk : termasuk didalamnya adalah lemahnya
pengawasan dan pengendalian proyek.
14. Manajemen perubahan yang tidak efektif : termasuk didalamnya adalah tidak
ada kepemimpinan yang efektif, tidak ada keterlibatan stakeholder sehingga
menimbulkan penolakan/ resistensi.
15. Dominasi politik dan kepentingan pribadi : kepentingan politik jangka pendek
dan interest pribadi kerap mewarnai sebuah inisiatif E-government apalagi
ditambah perilaku KKN dari pihak-pihak yang terlibat didalamnya.
16. Desain yang tidak realistis : terlalu ambisius dalam mencapai tujuan namun
tidak dibarengi dengan pengorganisasian yang baik dan tidak sesuai dengan
kebutuhan dan situasi dan kondisi yang ada.
17. Kompetensi yang tidak sesuai : pengetahuan dan skills TI hanya dimiliki oleh
pengembang / developer namun tidak terjadi transfer pengetahuan dan skills
terhadap pelaku/ user dari E-government (dalam hal ini adalah pegawai
pemerintah).
18. Infrastruktur teknologi yang tidak memadai : terutama tidak adanya komputer
dan jaringan/ internet.
19. Teknologi tidak kompatibel : ketidakmampuan sistem komputer untuk
melaksanakan pertukaran data / interchange.
20. Belum semua daerah di Indonesia menerapkan aplikasi internet untuk
pelayanan public, seperti untuk pengurusan KTP..
21. Keterbatasan dan kemampuan masyarakat yang tentunya beragam dalam hal
bahasa, teknologi, pendidikan, aksesibilitas, adaptasi dan lain-lain, yang dapat
berpengaruh pada pemanfaatan E-government.
22. Disintermediasi pemerintah dengan warganya, dampak pada faktor ekonomi,
sosial dan politik, serta halangan oleh status quo.

19
23. Ketika kita akan menerapkan sistem E-government di negeri ini, fakta bahwa
sumber daya manusia atau pemerintahan kita belum siap untuk menghadapi
E-government, baik dalam hal yang bersifat teknis operasional maupun yang
bersifat strategis-konseptual, akan muncul menjadi persoalan utama.
24. Masalah kesenjangan jurang digital (digital divide) di tengah-tengah
masyarakat. Banyak warga terutama di daerah-daerah di mana infrastruktur
teknologi internet masih belum menyentuh kehidupan mereka, tentu saja tak
mampu mengoperasionalkan perangkat teknologi tersebut. Maka E-
government juga tidak akan berjalan dengan lancar untuk membantu kinerja
pemerintah dalam memberikan pelayanan terbaik dengan cepat kepada
masyarakat.
25. Penerapan E-government secara meluas di kalangan warga akan terasa lambat
karena sejumlah hambatan dalam aspek demografi, perilaku, budaya,
fungsional, dan juga teknologi.
26. Dalam mengimplementasikan, membutuhkan biaya yang lebih besar dan tidak
memberikan hasil sebanyak yang direncanakan. Pastinya, kita harus
menyiapkan diri untuk masuk kedalam era E-government, menuju sebuah
masyarakat cyber. Dengan ini, keluhan-keluhan seperti pungli, keterlambatan
dan blangko KTP habis, secara perlahan tapi pasti akan mulai tak terdengar
lagi.
27. Lemahnya koordinasi akibat ego sektoral dalam pelayanan umum.
Permasalahan internal pemerintahan. Ego sektoral pada umumnya disebabkan
karena keinginan memperoleh prestasi terbaik, ketidakinginan campur tangan
orang dari Satuan Kerja lain dan ketertutupan dalam pengelolaan anggaran.
Untuk membangun sebuah E-government yang baik, ego sektoral harus mulai
dikalahkan demi kepentingan rakyat. Sudah saatnya birokrat pusat dan daerah
membangun prestasi terbaik secara bersama-sama, karena untuk itulah rakyat
menggaji mereka.
28. Implementasi E-government memang tidak menjamin publik tidak akan
mengeluarkan biaya ekstra, namun diyakini akan menekan biaya ekstra.

20
Setidaknya publik tidak perlu lagi mengulangi proses birokrasi mulai dari
tingkat RT hingga Kecamatan untuk berbagai urusan mereka.
29. Kesalahan persepsi dan kelemahan pemahaman serta penguasaan manajemen
dan teknis Information and Comunication Technology dan E-government
menyebabkan ternyadinya foya-foya anggaran pemerintahan bagi
pembangunan E-government yang tidak jarang hanya menghasilkan website,
sebuah software pengganti brosur plus, bahkan belum berfungsi sebagai front
office.

2.4 Solusi dari masalah penerapan E-government


Dari berbagai permasalahan yang dialami diatas, maka kita dapat
memberikan beberapa solusi yang di rasa sangat urgen untuk dikaji. Diantaranya
mengenai keamanan dari penggunaan aplikasi E-government itu sendiri.
Pengamanan terhadap sistem E-government harus dilakukan secara menyeluruh
dengan menyertakan aspek people, process, dan technology. Kebanyakan solusi
yang ditawarkan oleh vendor hanya terbatas pada aspek teknologinya saja
sehingga hasilnya tidak efektif.
Aspek people terkait dengan SDM. Harus ada pemahaman, wawasan
(awareness) dari semua pihak mulai dari atasan sampai bawahan. Khususnya
untuk SDM yang menangani sistem IT, selain awareness mereka juga harus
memiliki ketrampilan (skill).
Termasuk di dalam pengembangan sisi prosess adalah adanya kebijakan
pengamanan (security policy) yang tertulis. Selain itu kebijakan ini harus dapat
dimengerti dan diterapkan. Faktor enforcement juga harus diterapkan sehingga
kebijakan ini memang benar-benar diikuti.
Untuk meyakinkan tingkat keamanan yang cukup, evaluasi harus
dilakukan secara berkala. Biasanya evaluasi ini menyertakan penetration testing,
evaluasi dokumen kebijakan, dan eveluasi penerapan kendali pengamanan.
Evaluasi dilakukan dengan membandingkan dengan standar atau benchmark
dengan istitusi lain yang setara.

21
Tidak hanya itu, mengembangkan sistem pelayanan yang andal,
terpercaya serta terjangkau masyarakat luas. Sasarannya antara lain, perluasan dan
peningkatan kualitas jaringan komunikasi ke seluruh wilayah negara dengan tarif
terjangkau. Sasaran lain adalah pembentukan portal informasi dan pelayanan
publik yang dapat mengintegrasikan sistem manajemen dan proses kerja instansi
pemerintah.
Menata sistem dan proses kerja pemerintah dan pemerintah daerah
otonom secara holistik. Dengan strategi ini, pemerintah ingin menata sistem
manajemen dan prosedur kerja pemerintah agar dapat mengadopsi kemajuan
teknologi informasi secara cepat.
Memanfaatkan teknologi informasi secara optimal. Sasaran yang ingin
dicapai adalah standardisasi yang berkaitan dengan interoperabilitas pertukaran
dan transaksi informasi antarportal pemerintah. Standardisasi dan prosedur yang
berkaitan dengan manajemen dokumen dan informasi elektronik. Pengembangan
aplikasi dasar seperti e-billing, e-procurement, e-reporting yang dapat
dimanfaatkan setiap situs pemerintah untuk menjamin keamanan transaksi
informasi dan pelayanan publik. Sasaran lain adalah pengembangan jaringan intra
pemerintah.
Meningkatkan peran serta dunia usaha dan mengembangkan industri
telekomunikasi dan teknologi informasi. Sasaran yang ingin dicapai adalah
adanya partisipasi dunia usaha dalam mempercepat pencapaian tujuan strategis E-
government. Itu berarti, pengembangan pelayanan publik tidak perlu sepenuhnya
dilayani oleh pemerintah.
Mengembangkan kapasitas sumber daya manusia, baik pada pemerintah
maupun pemerintah daerah otonom disertai dengan meningkatkan e-literacy
masyarakat.
Melaksanakan pengembangan secara sistematik melalui tahapan yang
realistik dan terukur Dalam pengembangan E-government, dapat dilaksanakan
dengan epat tingkatan yaitu, persiapan, pematangan, pemantapan dan
pemanfaatan.

22
Pembentukan jaringan informasi dan transaksi pelayanan publik yang
memiliki kualitas dan lingkup yang dapat memuaskan masyarakat luas serta dapat
terjangkau di seluruh wilayah Indonesia pada setiap saat tanpa dibatasi oleh sekat
waktu dan biaya yang terjangkau oleh masyarakat; Pembentukan hubungan
interaktif dengan dunia usaha untuk meningkatkan perkem-bangan perekonomian
nasional dan memperkuat kemampuan menghadapi perubahan dan persaingan
perdagangan internasional; Pembentukan mekanisme dan saluran komunikasi
dengan lembaga-lembaga negara serta penyediaan fasilitas dialog publik bagi
masyarakat agar dapat berpartisipasi dalam perumusan kebijakan negara;
Pembentukan sistem manajemen dan proses kerja yang transparan dan efisien
serta memperlancar transaksi dan layanan antar lembaga pemerintah dan
pemerintah daerah otonom.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pengaplikasian E-government di Indonesia mengalami perkembangan
yang pesat ditandai dengan hampir setiap instasi pemerintah ataupun swasta
sudah menggunakan pelayanan berbasis teknologi dimana hal tersebut sangat

23
membantu masyarakat dengan lebih mengefektifkan waktu masyarakat yang
dilayani.

3.2 Saran
Agar E-government terlaksana dengan baik dalam sistem pemerintahan
maka dibutuhkan SDM yang berkualitas yang dapat menerapkan E-government
dalam setiap pelayanan terhadap masyarakat, pemerintah pun harus
mensosialisasikan kepada masyarakat mengenai E-government sehingga
masyarakat menerima pelayanan dengan penerapan e-government tersebut.
Dalam pengimplementasian E-government sebaiknya lebih berani melakukan
eksperimen-eksperimen baru agar segala hambatan bisa diatasi dan penerapan E-
government bisa berjalan dengan baik sesuai dengan kebutuhan.

DAFTAR PUSTAKA

Intruksi Presiden RI No. 3 tahun 2003 tentang kebijakan dan strategi nasional
pengembangan E-government
Edwi Arief Sosiawan.-. Tantangan dan hambatan dalam implementasi E-government
di Indonesia. Jogjakarta: FISIP UPN “Veteran”
Wahyudi Kumorotomo. Dalam Seminar Nasional “Kegagalan Penerapan E-
Government dan Kegiatan Tidak Produktif Dengan Internet”.
Anonim (2007). Panduan Umum Tatakelola Teknologi Informasi dan Komunikasi
Nasional. Jakarta: Depkominfo.
Eddy Satria.2006. Pentingnya Revitalisasi E-Government di Indonesia. Prosiding
Konferensi Nasional Teknologi Informasi & Komunikasi untuk Indonesia 3-4
Mei 2006, Aula Barat & Timur Institut Teknologi Bandung
Budi Raharjo. 2005. Pengamanan Sistem E-Government.

24
Anonim. 2008. Pengembangan E-Government di Indonesia. Yogyakarta: UPN
“Veteran”
Williem Hendrawan. 2009. Perkembangan E-Government di Indonesia. Jakarta:
BINUS University
Depkominfo, Peluang Indonesia Untuk Bangkit Melalui Implementasi E-Government,
Laguboti, Toba, 2005
PKMK. 2009. Kajian Kebijakan e-Government dalam Mendukung Reformasi
Birokrasi.

25

Anda mungkin juga menyukai