Disusun oleh :
Andri Tri Atmojo
30101407136
Pembimbing :
dr. Atik Masdarinah, Sp.THT-KL
2019
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui,
Pembimbing Klinik
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat dan karunia-
Nya, yang memungkinkan laporan kasus berjudul “Benigna Paroxismal Positional
Vertigo” ini dapat diselesaikan tepat waktu.
Laporan kasus ini disusun pada saat melaksanakan kepaniteraan klinik Ilmu
Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok–Kepala Leher RSI Sultan Agung Semarang,
dengan berbekalkan pengetahuan, bimbingan, serta pengarahan yang diperoleh baik
selama kepaniteraan maupun pada saat kuliah pra-klinik.
LAPORAN KASUS
II.2. ANAMNESIS
Keluhan Utama
Sering pusing berputar dan pendengaran telinga kiri berkurang
Pasien menjelaskan terdapat gejala lain yaitu telinga berdenging (+), pusing berputar (+),
kadang mual, rasanya tubuh seperti mengambang, sulit tidur. Pasien sebelumnya telah berobat
ke dokter saaraf dan kemudian dirujuk ke tht karena belum ada perbaikan dari gejalanya.
Pasien pernah mengalami sakit seperti ini sebelumnya, sampai pernah di rawat inap.
Pasien mengaku tidak ada keluarga yang pernah sakit seperti ini.
Status Generalis :
Aurikula Edema (-), hiperemis (-), massa Edema (-), hiperemis (-), massa
(-). (-).
Preaurikula Edema (-), hiperemis (-), massa Edema (-), hiperemis (-), massa
(-), fistula (-), abses (-). (-), fistula (-), abses (-).
Retroaurikula Edema (-), hiperemis (-), massa Edema (-), hiperemis (-), massa
(-), fistula (-), abses (-). (-), fistula (-), abses (-).
Otoskopi :
e. Faring :
Orofaring Kanan Kiri
Mukosa Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Dinding faring Granular (-) Granular (-)
Palatum mole Ulkus (-) Ulkus (-)
Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Arcus laring Simetris (+) Simetris (+)
Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Uvula Ditengah
Edema (-)
Tonsil :
- Ukuran T1 T1
- Permukaan Rata Rata
- Warna Hiperemis (-) Hiperemis (-)
- Kripte Melebar (-) Melebar (-)
- Detritus (-) (-)
II.4. RESUME
Tn. J usia 54 tahun datang ke rumah sakit karena pusing berputar dan telinga kiri
pendengarannya berkurang. Keluhan muncul ± sejak 2 tahun yang lalu dan sering kambuh-
kambuhan. Gejala lain yang menyertai antara lain:
Telinga berdenging.
Kadang disertai mual dan muntah.
Tubuh terasa mengambang.
Pusing saat perubahan posisi misal dari posisi duduk ke berdiri.
Sulit tidur
Pemeriksaan fisik telinga kiri serumen (+). Tidak terdapat nyeri pergerakan, nyeri tekan
tragus dan aurikula.
II.5. DIAGNOSIS
Diagnosis banding :
Meniere Disease
Nueritis vestibuler
II.6. TATALAKSANA
Non Medikamentosa :
Ear toilet
Medikamentosa :
Betahistin 2x1
Omeprazol 20 mg 2x1
Alprazolam 0,5 mg 1x1 (jika perlu)
Mecobalamin 500 mg 2x1
II.7. PROGNOSIS
Ad vitam : ad bonam
Ad functionam : ad bonam
Gerakan atau perubahan kepala dan tubuh akan menimbulkan perpindahan cairan endolimfa
di labirin dan selanjutnya silia sel rambut akan menekuk. Tekukan silia menyebabkan
permeabilitas membran sel berubah, sehingga ion kalsium akan masuk ke dalam sel yang
menyebabkan terjadinya proses depolarisasi dan akan merangsang pengelepasan neurotransmitter
eksitator yang selanjutnya akan meneruskan impuls sensoris melalui saraf aferen ke pusat
keseimbangan di otak. Sewaktu berkas silia terdorong ke arah berlawanan, maka terjadi
hiperpolarisasi. Ampulofugal berarti pergerakan yang menjauhi ampula, sedangkan ampulapetal
berarti gerakan mendekati ampula. Pada kanal semisirkular posterior dan superior, defleksi
utrikulofugal dari kupula bersifat merangsang (stimulatory) dan defleksi utrikulopetal bersifat
menghambat (inhibitory). Pada kanal semisirkular lateral, terjadi yang sebaliknya.(1,2)
Organ vestibuler berfungsi sebagai transduser yang mengubah energi mekanik akibat
rangsangan otolit dan gerakan endolimfa di dalam kanalis semisirkularis menjadi energi biolistrik,
sehingga dapat memberi informasi mengenai perubahan posisi tubuh akibat percepatan linier atau
percepatan sudut. Dengan demikian dapat memberi informasi mengenai semua gerak tubuh yang
sedang berlangsung. Sistem vestibuler berhubungan dengan sistem tubuh yang lain, sehingga
kelainannya dapat menimbulkan gejala pada sistem tubuh yang bersangkutan. Gejala yang timbul
dapat berupa vertigo, rasa mual, dan muntah. Pada jantung berupa bradikardi arau takikardi dan
pada kulit reaksinya berkeringat dingin.(1)
Nistagmus mengacu pada gerakan osilasi yang ritmik dan berulang dari bola mata. Stimulasi
pada kanal semisirkular paling sering menyebabkan “jerk nystagmus”, yang memiliki
karakteristik fase lambat (gerakan lambat pada satu arah) diikuti oleh fase cepat (kembali dengan
cepat ke posisi semula). Arah dari nistagmus ditentukan oleh eksitasi saraf ampula pada kanal yang
terkena oleh sambungan langsung dengan otot ektraokular. Setiap kanal yang terkena kanalitiasis
memiliki karakteristik nistagmus tersendiri. Kanalitiasis mengacu pada partikel kalsium yang
bergerak bebas dalam kanal semisirkular. Sedangkan kupulolitiasis mengacu pada kondisi yang
lebih jarang dimana partikel kalsium melekat pada kupula itu sendiri. Konsep “calcium jam”
pernah diusulkan untuk menunjukkan partikel kalsium yang kadang dapat bergerak, tetapi kadang
terjebak dalam kanal.(2,4)
Alasan terlepasnya kristal kalsium karbonat dari makula belum dipahami dengan pasti. Debris
kalsium dapat pecah karena trauma atau infeksi virus, tapi pada banyak keadaan dapat terjadi tanpa
trauma atau penyakit yang belum diketahui. Mungkin ada kaitannya dengan perubahan protein dan
matriks gelatin dari membran otolith yang berkaitan dengan usia. Pasien dengan BPPV diketahui
lebih banyak terkena osteopenia dan osteoporosis daripada kelompok kontrol, dan mereka dengan
BPPV berulang cenderung memiliki skor densitas tulang yang terendah. Pengamatan ini
menunjukkan bahwa lepasnya otokonia dapat sejalan dengan demineralisasi tulang pada
umumnya. Tetapi perlu ditentukan apakah terapi osteopenia atau osteoporosis berdampak pada
kecenderungan terjadinya BPPV berulang.(2)
Otokonia ditemukan pada 85-95 persen pasien pada kanalis semisirkularis posterior
dibandingkan dengan kanalis semisirkularis horizontal. Sekitar 85 persen unilateral, dan 8 persen
pada kedua kanal posterior. Kanal horizontal terkena sekitar 5 persen dari kasus dan keterlibatan
kanal anterior jarang. Pada tahun 1992, partikel yang mengambang bebas diidentifikasi di kanalis
semisirkularis posterior ketika prosedur operasi. 12-15 Temuan ini mendukung teori kanalitiasis
terkait penyebab dari BPPV.
2.7.1 Anamnesis
Pasien biasanya mengeluh vertigo dengan onset akut kurang dari 10-30 detik akibat
perubahan posisi kepala dan tidak disertai dengan gejala tambahan selain mual pada beberapa
pasien. Posisi yang memicu adalah berbalik di tempat tidur pada posisi lateral, bangun dari tempat
tidur, melihat ke atas dan belakang, dan membungkuk.(2)
Beberapa pasien yang rentan terhadap mabuk (motion sickness) mungkin merasa mual dan
pusing selama berjam-jam setelah serangan vertigo, tetapi kebanyakan pasien merasa baik-baik
saja di antara episode vertigo. Jika pasien melaporkan episode vertigo spontan, atau vertigo yang
berlangsung lebih dari 1 atau 2 menit, atau jika episode vertigo tidak pernah terjadi di tempat tidur
atau dengan perubahan posisi kepala, maka kita harus mempertanyakan diagnosis dari BPPV.(2)
b. Tes Kalori
Tes kalori ini dianjurkan oleh Dix dan Hallpike. Pada cara ini dipakai 2 macam air, dingin
dan panas. Suhu air dingin adalah 30oC, sedangkan suhu air panas adalah 44oC. Volume air yang
dialirkan ke dalam liang telinga masing-masing 250 ml, dalam waktu 40 detik. Setelah air
dialirkan, dicatat lama nistagmus yang timbul. Setelah telinga kiri diperiksa dengan air dingin,
diperiksa telinga kanan dengan air dingin juga. Kemudian telinga kiri dialirkan air panas, lalu
telinga kanan. Pada tiap-tiap selesai pemeriksaan (telinga kiri atau kanan atau air dingin atau air
panas) pasien diistirahatkan selama 5 menit (untuk menghilangkan pusingnya).
Benign Paroxysmal Positional Vertigo tipe kanal anterior tidak spesifik, berkaitan dengan
paroxysmal downbeating nystagmus, kadang-kadang dengan komponen torsi minor mengikuti
posisi Dix-Hallpike. Bentuk ini mungkin ditemui saat mengobati bentuk lain dari BPPV. Benign
Paroxysmal Positional Vertigo kanal anterior kronis atau persisten jarang. Dari semua tipe BPPV,
BPPV kanal anterior tampaknya tipe yang paling sering sembuh secara spontan. Diagnosisnya
harus dipertimbangkan dengan hati-hati karena downbeating positional nystagmus yang
berhubungan dengan lesi batang otak atau cerebellar dapat menghasilkan pola yang sama.
Benign Paroxysmal Positional Vertigo tipe polikanalikular jarang, tetapi menunjukkan bahwa
dua atau lebih kanal secara bersamaan terkena pada waktu yang sama. Keadaan yang paling umum
adalah BPPV kanal posterior dikombinasikan dengan BPPV kanal horisontal. Nistagmus ini
bagaimanapun juga tetap akan terus mengikuti pola BPPV kanal tunggal, meskipun pengobatan
mungkin harus dilakukan secara bertahap dalam beberapa kasus.(2)
2.8 Penatalaksanaan BPPV
2.8.1 Non-Farmakologi
Benign Paroxysmal Positional Vertigo adalah suatu penyakit yang dapat sembuh secara
spontan dalam beberapa bulan. Namun telah banyak penelitian yang membuktikan dengan
pemberian terapi dengan manuver reposisi partikel/ Particle Repositioning Maneuver (PRM) dapat
secara efektif menghilangkan vertigo pada BPPV, meningkatkan kualitas hidup, dan mengurangi
risiko jatuh pada pasien. Keefektifan dari manuver-manuver yang ada bervariasi mulai dari 70%-
100%. Beberapa efek samping dari melakukan manuver seperti mual, muntah, vertigo, dan
nistagmus dapat terjadi, hal ini terjadi karena adanya debris otolitith yang tersumbat saat berpindah
ke segmen yang lebih sempit misalnya saat berpindah dari ampula ke kanal bifurcasio. Setelah
melakukan manuver, hendaknya pasien tetap berada pada posisi duduk minimal 10 menit untuk
menghindari risiko jatuh.(1, 2, 4)
Tujuan dari manuver yang dilakukan adalah untuk mengembalikan partikel ke posisi
awalnya yaitu pada makula utrikulus.
a. Manuver Epley
Manuver Epley adalah yang paling sering digunakan pada BPPV tipe kanal vertikal (posterior).
Pasien diminta untuk menolehkan kepala ke sisi yang sakit sebesar 45o, lalu pasien berbaring
dengan kepala tergantung dan dipertahankan 1-2 menit. Lalu kepala ditolehkan 90o ke sisi
sebaliknya, dan posisi supinasi berubah menjadi lateral dekubitus dan dipertahan 30-60 detik.
Setelah itu pasien mengistirahatkan dagu pada pundaknya dan kembali ke posisi duduk secara
perlahan.(2, 4)
Gambar 2.5 Manuver Epley
b. Manuver Semont
Manuver ini diindikasikan untuk pengobatan cupulolithiasis kanal posterior. Jika kanal
posterior terkena, pasien diminta duduk tegak, lalu kepala dimiringkan 45o ke sisi yang sehat,
lalu secara cepat bergerak ke posisi berbaring dan dipertahankan selama 1-3 menit. Ada
nistagmus dan vertigo dapat diobservasi. Setelah itu pasien pindah ke posisi berbaring di sisi
yang berlawanan tanpa kembali ke posisi duduk lagi.(2, 4)
Gambar 2.6 Manuver Semont
c. Manuver Lempert
Manuver ini dapat digunakan pada pengobatan BPPV tipe kanal lateral (horizontal). Pasien
berguling 360o, yang dimulai dari posisi supinasi lalu pasien menolehkan kepala 90o ke sisi
yang sehat, diikuti dengan membalikkan tubuh ke posisi lateral dekubitus. Lalu kepala
menoleh ke bawah dan tubuh mengikuti ke posisi ventral dekubitus. Pasien kemudian menoleh
lagi 90o dan tubuh kembali ke posisi lateral dekubitus lalu kembali ke posisi supinasi. Masing-
masing gerakan dipertahankan selama 15 detik untuk migrasi lambat dari partikel-partikel
sebagai respon terhadap gravitasi.(2, 5)
2.8.2 Farmakologi
Penatalaksanaan dengan farmakologi untuk BPPV tidak secara rutin dilakukan. Beberapa
pengobatan hanya diberikan untuk jangka pendek untuk gejala-gejala vertigo, mual dan muntah
yang berat yang dapat terjadi pada pasien BPPV, seperti setelah melakukan terapi PRM.
Pengobatan untuk vertigo disebut juga pengobatan suppresant vestibular, obat yang
digunakan adalah golongan benzodiazepine (diazepam, clonazepam) dan antihistamine
(meclizine, dipenhidramin). Benzodiazepines dapat mengurangi sensasi berputar namun dapat
mengganggu kompensasi sentral pada kondisi vestibular perifer. Antihistamine mempunyai efek
supresif pada pusat muntah sehingga dapat mengurangi mual dan muntah karena motion sickness.
Harus diperhatikan bahwa benzodiazepine dan antihistamine dapat mengganggu kompensasi
sentral pada kerusakan vestibular sehingga penggunaannya diminimalkan.(2)
2.8.3 Operasi
Operasi dapat dilakukan pada pasien BPPV yang telah menjadi kronik dan sangat sering
mendapat serangan BPPV yang hebat, bahkan setelah melakukan manuver-manuver yang telah
disebutkan di atas. Dari literatur dikatakan indikasi untuk melakukan operasi adalah pada
intractable BPPV, yang biasanya mempunyai klinis penyakit neurologi vestibular, tidak seperti
BPPV biasa.
Terdapat dua pilihan intervensi dengan teknik operasi yang dapat dipilih, yaitu transeksi saraf
ampula posterior (singular neurectomy) dan oklusi (plugging) kanal posterior semisirkular. Kedua
prosedur mempunyai komplikasi seperti ketidakseimbangan dan kehilangan pendengaran. Namun
lebih dipilih teknik dengan oklusi karena teknik neurectomy mempunyai risiko kehilangan
pendengaran yang tinggi.(4)
Vertigo Posisi Paroksimal Jinak (VPPJ) atau Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV)
merupakan bentuk dari vertigo posisional. Definisi vertigo posisional adalah sensasi berputar yang
disebabkan oleh perubahan posisi kepala. Sedangkan BPPV didefinisikan sebagai gangguan yang
terjadi di telinga dalam dengan gejala vertigo posisional yang terjadi secara berulang-ulang dengan
tipikal nistagmus paroksimal.
Di Indonesia, BPPV merupakan vertigo perifer yang paling sering ditemui, yaitu sekitar 30%.
Proporsi antara wanita lebih besar dibandingkan dengan pria yaitu 2,2 : 1,5. Usia penderita BPPV
biasanya pada usia 50-70 tahun, paling banyak adalah diatas 51 tahun. Jarang ditemukan pada
orang berusia kurang dari 35 tahun bila tidak didahului riwayat trauma kepala.
Benign Paroxysmal Positional Vertigo adalah suatu penyakit yang dapat sembuh secara
spontan dalam beberapa bulan. Namun telah banyak penelitian yang membuktikan dengan
pemberian terapi dengan manuver reposisi partikel/ Particle Repositioning Maneuver (PRM) dapat
secara efektif menghilangkan vertigo pada BPPV, meningkatkan kualitas hidup, dan mengurangi
risiko jatuh pada pasien. Keefektifan dari manuver-manuver yang ada bervariasi mulai dari 70%-
100%. Studi observasional jangka panjang menunjukkan tingkat kekambuhan 18% di atas 10
tahun, sedangkan penelitian lain menunjukkan tingkat kekambuhan tahunan 15%, dengan tingkat
kekambuhan 50% pada 40 bulan setelah pengobatan. Beberapa efek samping dari melakukan
manuver seperti mual, muntah, vertigo, dan nistagmus dapat terjadi, hal ini terjadi karena adanya
debris otolitith yang tersumbat saat berpindah ke segmen yang lebih sempit.
DAFTAR PUSTAKA
1. Soepardi EA dkk, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher,
edisi 6. FKUI, Jakarta 2011.
2. Purnamasari Prida P, Diagnosis Dan Tata Laksana Benign Paroxysmal Positional Vertigo
(BPPV). FK Universitas Udayana, Denpasar 2013. Available at:
[download.portalgaruda.org/article.php?article=82555&val=970]
3. Nagel P & Gurkov R, Dasar-dasar Ilmu THT, edisi 2. EGC, Jakarta 2009.
4. Bashir K, Irfan F & Cameron P, Management of benign paroxysmal positional vertigo
(BPPV) in the emergency department, Journal of Emergency Medicine, Trauma & Acute Care
(JEMTAC), Qatar 2014.
5. Roseli Saraiva et Al “Benign Paroxymal Positional Vertigo: Diagnosis and Treatment”. Last
update: desember 2011.
Available at:
[http://www.tinnitusjournal.com/detalhe_artigo.asp?id=483] diakses: 28 maret 2015.
6. BMJ Best Practice “Benign Paroxymal Positional Vertigo”. Last Update: 27 Maret 2015.
Available at:
[http://bestpractice.bmj.com/best-practice/monograph/73/follow-up/prognosis.html] diakses:
1 April 2015.