Anda di halaman 1dari 3

Sign up

My Books
Browse ▾
Community ▾
Join Goodreads
and meet your next favorite book!
Sign Up Now

Book cover for Sutan Sjahrir: Demokrat Sejati, Pejuang Kemanusiaan 1906-1966
Book details
Sutan Sjahrir: Demokrat Sejati, Pejuang Kemanusiaan 1906-1966
by Rosihan Anwar
4.06 36 ratings 5 reviews
Want to Read
Rate
Sebuah biografi Sutan Sjahrir (1906-1966) dalam seratus foto, yang memberi gambaran
mengenai kehidupan dan perjuangannya menuju Indonesia Merdeka. Rosihan Anwar dan Ignas
Kleden menguraikan konteks sejarah pada foto-foto, yang untuk sebagiannya belum pernah
dipublikasikan.

A biography of Sutan Sjahrir (1909-1966) in a hundred photos, highlighting his live and struggle
for Indonesia's independence. H. Rosihan Anwar and Dr. Ignas Kleden provide the historical
framework for the photos, many of them never before published. Less
Get a copy
Amazon Stores Libraries
Friends’ Reviews
To see what your friends thought of this book, please sign up .

Community Reviews
Aan Krida
Aan Krida rated it it was amazing
almost 2 years ago
Sjahrir sang pejuang sosialisme kerakyatan. Sosok yg low profile dan ideologis.
Buku ini memberi gambaran kepada kita tentang peran salah satu putra terbaik bangsa yg
dimiliki Indonesia. Putra terbaik bangsa yg memberi kita tentang ide sosialisme dan perjalanan
historis sebuah bangsa dengan berbagai dinamika yang ada.

Buku yang menarik walau kita memang lebih disajikan dengan perjalanan hidup Sjahrir,
sedangkan ide-idenya masih belum terekspos secara sempurna.

Semoga kami bisa meneruskan dan mewujudkan perjuanganmu bung Sjahrir! (less)
Like
Sigit Revolusioner
Sigit Revolusioner rated it really liked it
almost 2 years ago
SUTAN SJAHRIR : Demokrat Sejati, Pejuang Kemanusiaan.

Sebelumnya saya hanya mengenal Sjahrir melalui buku pelajaran sejarah. Peran Sjahrir yang
diceritakan buku tersebut mentok cuma sampai bahwa dia adalah seorang Perdana Menteri
pertama serta ikut ambil dalam berbagai perjanjian pasca revolusi. Peran Sjahrir tenggelam
oleh peran Soekarno Hatta yang lebih banyak di ekspos buku buku pelajaran sejarah.
Dalam puisi Chairil Anwar berjudul antara Karawang dan Bekasi. Peran Sjahrir disejajarkan
dengan Dwi Tunggal Proklamator kita. Sementara dalam novel "Burung Burung Manyar" karya
Romo Mangun. Sjahrir disebut beberapa kali bahkan ada beberapa kalimat yang menunjukkan
Tokoh Sjahrir adalah kunci dari sebuah Republik yang masih baru tersebut. Belakangan saya
baru tahu, Romo Mangun secara khusus juga menulis tentang Sjahrir melalui buku nya yang
berjudul "Dilema Sutan Sjahrir : Antara Pemikir dan Politikus" yang diterbitkan Prisma tahun
1977.
Buku Sutan Sjahrir : Demokrat Sejati - Pejuang Kemanusiaan. Menceritakan kehidupan Sjahrir,
serta berbagai pemikirannya tentang Sosialisme Kerakyatan. Melalui foto foto sejarah pula kita
dibawa kedalam penggambaran yang jelas tentang kehidupan serta sosok Sjahrir sendiri.
Paling tragis dalam kehidupan sosok Sjahrir sendiri ialah bagaimana ia harus menjadi tahanan
politik Soekarno, rekannya sendiri. Partai politik yang ia dirikan "PSI (Partai Sosialis Indonesia)
dibubarkan secara paksa karena ikut terlibat dalam pemberontakan Permesta bersama Partai
Masyumi. Sjahrir harus menjalani detik detik terakhir nya dalam pengasingan. Hingga akhirnya
setelah meninggal karena Stroke, Sjahrir melalui KepPres Soekarno, diangkat menjadi
pahlawan nasional.

Mati sebagai tahanan politik, dan pulang sebagai pahlawan. Demikian akhir kehidupan Sjahrir.
Si Bung Kecil. (less)
Like
Nugie
Nugie rated it liked it
over 5 years ago
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak…Kenang-kenanglah kami, Menjaga
Bung Karno, Menjaga Bung Hatta, Menjaga Bung Syahrir

Sepenggal puisi Kerawang – Bekasi karya Chairil Anwar di atas seakan menegaskan
bagaimana posisi Sutan Syahrir pada saat revolusi dahulu. Benar bahwa Dwi tunggallah yang
memproklamasikan kemerdekaan bangsa ini, tapi jalan sejarah selanjutnya mencatat
bagaimana Syahrir cukup berperan dalam proses diplomasi saat itu, ketika Bung Karno dan
Bung Hatta serta beberapa pemimpin yang lain di tolak ‘keberadaanya’ oleh pihak sekutu
karena dianggap sebagai kolaborator Jepang, Bung Kecil ( Sjahrir) yang karena keterlibatannya
dalam gerakan bawah tanah pada jaman Jepang yang akhirnya lebih ‘diterima’ oleh Sekutu dan
terlibat dalam proses diplomasi kala itu.

Buku ini merupakan biografi Sutan Sjahrir dalam seratus foto. Keberadaan foto – foto ini cukup
memberikan warna dan menjadi nilai plus dari buku ini. Ditulis oleh Rosihan Anwar yang
memang pernah bersentuhan langsung dengan Sjahrir semasa hidupnya. Buku ini seakan ingin
mengenang Sjahrir dan artinya dalam sejarah. Tentunya untuk maksud ini rujukan yang paling
tepat adalah membaca beberapa komentar rekan seperjuangan maupun lawan-lawan politiknya
( yang umumnya menganggap Sjahrir sebagai orang yang arogan dan tidak mengerti rakyat )
pada waktu itu yang beberapa diantaranya dikutip dalam buku ini.

Apakah benar bahwa Sjahrir orang yang arogant dan tidak mengerti rakyat ..? melihat video
liputan berita kematian Sjahrir di YouTube (http://www.youtube.com/watch?v=avLDko... )
sepertinya pendapat tersebut tidaklah benar.

Karir politik Sjahrir bisa digambarkan sebagai berikut : Sjahrir telah meraih posisi terkemuka
dan mengalami kemerosotan pada usia dini. Dibuang ke Boven Digul pada usia 25 tahun.
Diangkat selaku perdana menteri pada usia 36 tahun, disingkirkan dari jabatan negara pada
usia 40 tahun. Sejarah mencatat bahwa Sjahrir sempat menjalani tahan rumah pada era
Soekarno karena partai bentukannya saat itu ( Partai Sosialis Indonesia ) dianggap terlibat
dalam peristiwa PRRI/Parmesta.

Buku ini disusun bukan dimaksudkan untuk memahami ideologi Sosialisme Kerakyatan-nya
Sjahrir , tapi lebih bercerita tentang garis hidup Sjahrir ‘Sang Pendidik”, yang menjadikan
kemanusiaan sebagai hal utama dalam pemikirannya. Inilah potret Sutan Sjahrir : demokrat
sejati, pejuang kemanusiaan, pahlawan nasional.

Ketika menjalani perawatan akibat sakit yang dideritanya sampai meninggalnya , status Sjahrir
adalah seorang tahanan politik. Tak lama setelah berita kematiannya pemerintah dengan
segera menetapkannya sebagai pahlawan nasional.

Mati sebagai tahanan politik, Pulang sebagai pahlawan.! Demikian epilog kehidupan Bung
Sjahrir.

Anda mungkin juga menyukai