Anda di halaman 1dari 5

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/330279018

Pancasila sebagai Dasar Negara Indonesia

Article · January 2019

CITATIONS READS

0 3,147

1 author:

Hazmin Hafid Putranto


Jakarta State University
1 PUBLICATION   0 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Pancasila sebagai Dasar Negara Indonesia View project

All content following this page was uploaded by Hazmin Hafid Putranto on 10 January 2019.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Nama : Hazmin Hafid Putranto
NIM : 1401617061
Kelas : PPKN B 2017
Prodi : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Mata Kuliah : Perencanaan Pembelajaran PPKN
Dosen : Prof. Dr. Nadiroh, M.Pd

Pancasila sebagai Dasar Negara Indonesia


Peningkatan mutu pendidikan bisa dimulai dari suatu pembaruan dan penyempurnaan
sistem pendidikan secara menyeluruh agar bangsa ini dapat bersaing pada era global yang
semakin kompetitif. Dalam rangka melakukan pembaharuan sistem pendidikan tersebut,
Kementerian Pendidikan dan kebudayaan (Kemendikbud) sedang melakukan penyempurnaan
kurikulum nasional untuk jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah pertama, dan
menengah pertama yang diberlakukan mulai tahun pelajaran 2013/2014. (Ulfa Hidayah,
2016)
Kurikulum pendidikan di Indonesia telah mengalami beberapa kali penyempurnaan.
Penyempurnaan kurikulum dilakukan untuk menyesuaikan pendidikan dengan perkembangan
ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Kurikulum sebagai pedoman mengajar mempunyai
karakteristik fleksibel dalam kurun waktu tertentu harus direnovasi sehingga mempunyai nilai
inovatif dan komunikatif. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional pada Pasal 1 ayat (1) menyebutkan bahwa, pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa, dan negara. Sejalan dengan hal tersebut
Kurikulum adalah instrumen pendidikan untuk dapat membawa insan Indonesia memiliki
kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan sehingga dapat menjadi pribadi dan warga
negara yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif. Oleh karena itu, implementasi Kurikulum
2013 merupakan langkah strategis dalam menghadapi globalisasi dan tuntutan masyarakat
Indonesia di masa depan. (Ulfa Hidayah, 2016)
Kurikulum 2013 dirancang dengan tujuan untuk mempersiapkan insan Indonesia
supaya memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman,
produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara pada peradaban dunia. (Ulfa Hidayah, 2016)
Dengan merancang perencanaan pembelajaran, guru berarti harus memahami setiap
butir Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, dan Indikator. Sebab, tanpa memiliki pemahaman
yang baik akan menimbulkan hambatan dalam mengimplementasikannya pada rencana
pelaksanaan pembelajaran. Apabila guru keliru dalam merancang rencana pembelajaran, hal
tersebut akan berimbas pada pelaksanaan dan penilaian hasil belajar. Menyusun KI, KD, dan
Indikator harus sesuai dengan silabus kurikulum pendidikan yang berlaku secara nasional,
sesuai dengan mata pelajaran. (Ulfa Hidayah, 2016)
Tugas utama seorang guru dalam proses pembelajaran yaitu
1) Membuat persiapan proses pembelajaran,
2) Melaksanakan kegiatan belajar mengajar dan,
3) Melakukan evaluasi pembelajaran.
Ketiga tahap tersebut merupakan satu kesatuan yang saling tergantung, saling
berpengaruh dan memiliki tingkat kepentingan yang sama dalam mencapai tujuan
pembelajaran. Perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi merupakan
komponen penting dari proses pembelajaran dan telah ditetapkan standar nasional tentang
tuntutan bahwa guru harus memiliki kemampuan dalam mengavaluasi siswa. Guru harus
memiliki pengetahuan dan keterampilan mengajar, pengetahuan tentang evaluasi yang
merupakan syarat dalam mengindikasi efektivitas pembelajaran. Evaluasi merupakan
kegiatan yang tidak terpisahkan dari aktivitas pengajaran secara keseluruhan, maju atau
tidaknya suatu pelajaran dapat diketahui melalui kegiatan evaluasi yang dilaksanakan oleh
guru. (Ulfa Hidayah, 2016)
Dalam membuat dan merencanakan pembelajaran kepada peserta didik dengan mengacu
kepada kurikulum yang ada, tetapi juga harus meggunakan HOTS (High Order Thinking
Skills) adalah kemampuan berpikir yang mencakup pemikiran kritis, logis, reflektif,
metakognitif, dan kreatif. Kemampuan berpikir tingkat tinggi terdiri dari pemikiran
logis, pemikiran kritis dan kemampuan penalaran yang merupakan kemampuan
dasar dalam kehidupan sehari-hari, terlepas dari prestasi akademisnya (Nadiroh E. S.,
2018)
Menurut Limbach terdapat 5 tahapan dalam mengembangkan HOTS diantaranya
mengidentifikasi tujuan pembelajaran, mengembangkan teknik bertanya yang dapat
mengasah siswa dalam meningkatkan HOTS, melakukan latihan, mengulang apa
yang telah dipelajari dan memberikan umpan balik. (Nadiroh E. S., 2018)
Proses pembelajaran harus benar-benar bisa memfasilitasi peserta didik dalam
mengembangkan HOTS. Aktivitas pembelajaran yang dilakukan sehari-hari harus
mengarah pada upaya memaksimalkan kemampuan berpikir siswa. Pada umumnya
kegiatan sekolah menengah hingga saat ini masih menekankan pada pelatihan
kemampuan dasar. (Nadiroh E. S., 2018)
Penelitian yang berkaitan tentang HOTS telah dilakukan oleh Yee, pada tahun
2016 yang menyatakan bahwa HOTS mengharuskan seseorang untuk secara
kritis mengevaluasi informasi, membuat kesimpulan, dan membuat generalisasi.
Adanya HOTS, memungkinkan untuk menerapkan pengetahuan, kemampuan dan nilai
untuk membuat penalaran dan refleksi untuk memecahkan masalah, membuat
keputusan, berinovasi dan berusaha menciptakan sesuatu dalam pengembangan kemampuan
hijau (green skill development). (Nadiroh E. S., 2018)
Lingkungan kelas menjadi salah satu faktor dalam mempengaruhi HOTS hal
tersebut dapat disebabkan karena lingkungan kelas yang kondusif dan nyaman
dapat mengarahkan siswa dalam pengembangan keterampilan untuk pemecahan masalah
lingkungan dan dalamproses berpikir. Psikologis mengacu pada karakteristik perilaku
individu yang dapat mempengaruhi kegiatan pembelajaran dan proses berpikir yang
dapat berperan menjadi wadah untuk mengekspresikan perasaan siswa. Sedangkan
untuk karakteristik intelektual mencakup kompetensi dalam proses berpikir dan
kemampuan memecahkan masalah dengan cara yang berbeda. (Nadiroh E. S., 2018)
Sebagai contoh adalah materi Perumusan dan Penetapan Pancasila sebagai Dasar
Negara kelas VII SMP. Bagaimana di dalam materi itu, peserta didik bisa menumbuhkan
karakter seperti para pendiri bangsa yang telah memperjuangkan bebas dari penjajahan lalu
membuat dasar negara sebagai acuan untuk menjadi warga negara yang baik. (Zabda, 2016)
Pengertian dan konsep membangun karakter bangsa berdasarkan perspektif
pendidikan kewarganegaraan dikenal tiga kompetensi yaitu: pengetahuan kewarganegaraan
(civic knowledge), kecakapan kewarganegaraan (civic skill), dan watak kewarganegaraan /
civic disposition atau character. (Zabda, 2016)
Pengetahuan kewarganegaraan berkenaan dengan apa yang seharusnya diketahui oleh
seorang warganegara mengenai negaranya seperti kehidupan politik, undang-undang
kewarganegaraan, pemerintahan, konstitusi dan seterusnya. Kecakapan ke-warganegaraan
berkenaan dengan kecakapan intelektual, kecakapan emosional dan kecakapan spiritual.
Sedang watak kewarganegaraan atau karakter kewarganegaraan/ bangsa berkenaan dengan
nilai-nilai unik yang terinternalisasi dan terintegrasi dalam diri seseorang yang melandasi dan
mengarahkan sikap dan tindakannya sehingga terminifestasikan dalam perilaku seseorang
warganegara. (Zabda, 2016)
Dalam konteks karakter bangsa, maka kualitas mental atau moral, kekuatan moral
seseorang warga bangsa mampu berperilaku berbasis nilai dasar bangsa dalam wujud
kegiatan hidup dan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara Indonesia di segala
bidang. Oleh karena itu membangun karakter bangsa merupakan proses internalisasi nilai-
nilai kehidupan luhur bangsa indonesia ke dalam jiwa setiap warga bangsa Indonesia
sehingga nilai-nilai tersebut terwejantahkan / termanifestasi dalam perilaku bagi pribadi
masing- masing dan dan bagi kehidupan bersama bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
Indonesia. (Zabda, 2016)
Menjabarkan Pancasila ke dalam implementasinya untuk membangun karakter bangsa
adalah bagian upaya merevitalisasi Pancasila ke dalam bentuk fungsional dalam membentuk
karakter bangsa Indonesia. Dengan kata lain menjadikan Pancasila sebagai paradigma
karakter bangsa. Keberadaan Pancasila dapat dilihat dari dua sudut, pertama secara hitoris
dan secara kultural. Kaelan yang mengutip pendapat Notonagoro menyatakan bahwa “Secara
historis (Zabda, 2016)

Daftar Pustaka
Nadiroh, E. S. (2018). Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi (HOTS) Tentang Lingkungan Berdasarkan
Latar Belakang Akademik. 3.

Ulfa Hidayah, I. B. (2016). KonsistensiI Kompetensi Inti (KI), Kompetensi Dasar (KD), dan Indikator
pada Evaluasi Guru dalam Pembelajaran Eksposisi Berdasarkan Kurikulum 2013 Siswa Kelas X
MAN PATAS.

Zabda, S. S. (2016). Aktualisasi Nilai-nilai Pancasila sebagai Dasar Falsafah Negara dalam
Pembangunan Karakter Bangsa. 109.
View publication stats

Anda mungkin juga menyukai